Niko Ardiansah 20601241055 Aklimatisasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FISIOLOGI OLAHRAGA AKLIMATISASI Dosen Pengampu : Dr. Farida Mulyaningsih M.Kes



Disusun Oleh: Niko Ardiansah 20601241055



PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2021



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk hidup yang diciptakan Tuhan sempurna dari makhuk hidup lainnya, di beri kemampuan berpikir dan menyesuaikan hidup di lingkungan yang berbeda-beda. Suatu upaya penyesuaian fisiologis fisiologis atau adaptasi adaptasi dari suatu dari suatu organisme organisme terhadap suatu terhadap suatu lingkungan lingkungan baru yang akan dimasukinya ini disebut dengan aklimatisasi (Pratama: 2011). Olahraga memerlukan adanya penyesuaian tubuh terhdap kondisi lingkungan, termasuk panas lingkungan. Aklimatisasi harus dipahami oleh para atl para atlet dan para an para pelatih,seorang pelatih,seorang atlet harus me harus memahami kondisi mahami kondisi lingkungan lingkungan atau kondisi cuaca sebelum bertanding agar dapat atau kondisi cuaca sebelum bertanding agar dapat mempersiapkan diri dengan mpersiapkan diri dengan maksimal.Untuk pelatoh menguasai ilmu aklimatisasi sangat wajib dimiliki,dengan ilmu aklimatisasi seorang pelatih akan dapat menentukan porsi yang sesuai dengan keadaan keadaan lingkungan dan lingkungan dan cuaca di sekitar sekitar sehingga sehingga seorang altet akan dengan mudah menerima apa yang telah disampaikan seorang pelatih. Dalam aklimatisasi program latihan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sangat dibutuhkan sehingga tidak asal berlatih,apabila progarm latihan yang dilakukan sesuai maka seorang altet akan cepat beradaptasi dengan lingkungan dan akan mendapatkan hasil yang memuaskan tetapi sebaliknya apabila program tidak sesuai seorang atlet akan susah beradaptasi dengan lingkungan dan hasilnya juga kurang memuaskan. Lingkungan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam berolahraga. Lingkungan ini menyangkut: suhu lingkungan, kelembaban relatif udara, ketinggian tempat, dan lain-lain (Powers & Howley, 2009; Birch dkk., 2005).



Lingkungan dalam olahraga berupa lingkungan fisik, biologis, kimia, dan sosial. Untuk dapat aktivitas secara optimal, asfek lingkungan harus diperhatikan dan diperkenalkan sehingga seseorang terbiasa bekerja dalam lingkungan tersebut (Adiputra, 2010). B. Rumusan Masalah 1. Pengertian Aklimatisasi 2. Hubungan aklimatisasi panas dengan Olahraga 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan aklimatisasi tubuh terhadap panas 4. Cedera atau penyakit yang dapat timbul kegagalan aklimatisasi panas



C. Tujuan Masalah 1. Mengetahui Pengertian Aklimatisasi 2. Mengetahui Hubungan aklimatisasi panas dengan Olahraga 3. Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan aklimatisasi tubuh terhadap panas 4. Mengetahui Cedera atau penyakit yang dapat timbul kegagalan aklimatisasi panas



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Aklimatisasi Aklimatisasi merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Hal ini didasarkan pada kemampuan organisme untuk dapat mengatur morfologi, perilaku, dan jalur metabolisme biokimia di dalam tubuhnya untuk menyesuaikannya dengan lingkungan. Beberapa kondisi yang pada umumnya disesuaikan adalah suhu lingkungan, derajat keasaman (pH), dan kadar oksigen. Proses penyesuaian ini berlangsung dalam waktu yang cukup bervariasi tergantung dari jauhnya perbedaan kondisi antara lingkungan baru yang akan dihadapi, dapat berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Aklimatisasi dalam fisiologi berarti proses adaptasi terhadap iklim (ketinggian, bawah air, humidity, angin, gravitasi, suhu, perbedaan waktu). Aklimatisasi panas melibatkan penyesuaian fisiologis yang memungkinkan kita untuk bekerja lebih nyaman dalam panas. Mempromosikan pelatihan fisik tingkat tinggi aklimatisasi panas bahkan jika sesi pelatihan tidak dilakukan di lingkungan panas. Aklimatisasi panas meningkat dipromosikan oleh latihan fisik tampaknya dirangsang oleh jumlah besar panas yang dihasilkan selama sesi pelatihan. Hal ini menyebabkan peningkatan suhu kulit dan tubuh dalam suatu kulit suhu tubuh dibandingkan dengan yang dihadapi ketika bekerja di lingkungan panas. Proses aklimatisasi dapat diterapkan pada banyak hal, seperti pada pendakian gunung. Hal ini biasanya dilakukan apabila seseorang ingin melakukan pendakian pada gunung yang memiliki puncak yang cukup tinggi, hingga ribuan meter di atas permukaan laut, seperti Gunung Everest. Beberapa hal utama yang harus disesuaikan antara lain adalah suhu dan kadar oksigen di udara karena pada dataran tinggi suhu lingkungan bisa jauh lebih rendah, demikian pula dengan kadar oksigennya yang menyebabkan tubuh harus memproduksi lebih banyak sel darah merah atau eritrosit. Aklimatisasi panas meningkatkan kemampuan tubuh untuk mengendalikan suhu tubuh, meningkatkan berkeringat dan meningkatkan aliran darah melalui kulit, dan memperluas volume darah memungkinkan jantung untuk memompa darah lebih banyak untuk otot, organ dan kulit yang diperlukan.



B. Hubungan aklimatisasi panas dengan Olahraga Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas (MarieB dan Hoehn dalam McCallum: 2012 ). Jika tingkat panas yang dihasilkan setara dengan tingkat panas yang hilang, suhu tubuh inti akan stabil (Tortora dan Derrickson dalam McCallum: 2012). Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Rata-rata suhu tubuh manusia normal adalah berkisar antara 36,5 sampai 37,5ºC, akan tetapi pada pagi hari akan berkurang sampai 36 ºC, daripada saat latihan suhu tubuh dapat meningkat sampai mendekati 40 ºC tanpa efek sakit, karena perubahan tersebut merupakan kondisi fisiologis yang normal. Akan tetapi, suhu tubuh juga dapat meningkat akibat adanya perbedaan suhu lingkungan dan kelembaban udara yang relatif tinggi.



C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan aklimatisasi tubuh terhadap panas Tubuh selalu mempertahankan suhu normalnya agar tidak terjadi gangguan pada proses Homeostasis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh (Eliasih: 2012) 1.



Usia Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Pastikan mereka mengenakan pakaian yang cukup dan hindari penurunan terhadap suhu lingkungan. Seorang bayi baru lahir dapat kehilangan 30 % panas tubuh melalui kepala sehingga dia harus menggunakan tutup kepala untuk mencegah kehilangan panas. Suhu tubuh bayi lahir berkisar antara 35,5˚C sampai 37,5˚C. Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus menerus turun saat seseorang semakin tua. Dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih kecil dibandingkan dewasa muda.



2.



Olahraga Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecah karbonhidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga dapat meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama seperti jalan jauh dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 41 ◦C.



3.



Kadar Hormon Wanita umumnya mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal ini dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus menstruasi. Saat progesterion rendah, suhu tubuh dibawah suhu dasar, yaitu sekitar sekitar 1/10 nya. Suhu ini bertahan sampai terjadi ovulasi. Saat ovulasi, kadar progesteron yang memasuki sirkulasi akan meningkat dan menaikan suhu tubuh ke suhu dasar atau suhu yang lebih tinggi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang intens dan perspirasi selama 30 detik sampai 5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh sementara sebanyak 4 C, yang sering disebut hotflases. Hal ini diakibatkan ketidakstabilan pengaturan fasomor.



4.



Irama sircadian Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1 C selama periode 24 jam. Suhu terendah berada diantara diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari suhu tubuh meningkat dan mencapai maximum pada pukul 6 sore, lalu menurun kembali sampe pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu untuk terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irama suhu sircadian tidak berubah seiring usia.



5.



Stres Stres fisik maupun emosianal meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan syaraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang akan meningkatkan produksi panas. Orang yang gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih tinggi.



6.



Lingkungan Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak-anak dan dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang efisien.



7.



Perubahan suhu Perubahan suhu tubuh di luar kisaran normal akan mempengaruhi titik pengaturan hypotalamus. Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas berlebihan, kehilangan panas berlebihan, produksi panas minimal, kehilangan panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat



perubahan akan



mempengaruhi jenis masalah klinis yang dialami.



D. Cedera atau penyakit yang dapat timbul kegagalan aklimatisasi panas Konsekuensi yang bisa terjadi bila seseorang melakukan olahraga atau aktivitas fisik ditempat bersuhu panas bukan hanya berpengaruh pada penurunan pencapaian dari aktivitas tersebut, tapi juga meningkatkan resiko terserang salah satu atau beberapa jenis penyakit yang ditimbulkan oleh suhu yang panas. Kekacauan yang dapat terjadi pada tubuh kita adalah : heat cramps (kram panas), heat syncope (penyingkatan ucapan panas), heat exhaoustion (terdapat dua tipe : penghabisan air, penghabisan garam), heat stroke (serangan panas). Pengeluaran keringat berlebih pada saat kita melakukan olahraga, juga dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi (Fahey dalam Indra: 2007) 1. Heat cramps (kram panas) Ditandai oleh kekejangan (spamus) pada kelompok otot yang digunakan selama latihan. Hal tersebut terjadi karena adanya suatu perubahan dalam hubungan kalium dan sodium di selaput 12 otot dan diakibatkan oleh pengeringan dan kehabisan garam. Secara khusus biasanya terjadi pada orang-



orang yang menjalankan aktivitas atau latihan yang berat dan mengeluarkan banyak keringat. Gejala ini lebih sering terjadi pada individu-individu yang tidak dapat beraklimatisasi dengan baik. 2. Heat exhaustion-water depletion. Lelah kepanasan yang diakibatkan oleh kehilangan cairan, ditandai oleh adanya pengurangan keringat, penurunan keringat, penurunan berat badan yang cukup banyak, mulut dan lidah terasa kering, kehausan peningkatan suhu inti dan suhu kulit, kelemahan dan hilangnya koordinasi. Tanda-tanda lainnya adalah air seni sangat kental, hampir menyerupai warna jeruk. 3. Heat stroke (serangan panas) Merupakan kegagalan dari hipotalamus sebagai pusat pengontrolan suhu dalam menghadirkan suatu keadaan darurat medis utama. Hal tersebut terutama disebabkan oleh suatu kegagalan sudomotor pusat (pusat pengaturan keringat didalam hipotalamus), yang kemudian mengakibatkan peningkatan temperatur inti tubuh yang tinggi (>41oC), kulit panas, kering, dan keadaan pingsan atau kebingungan ekstrim komplikasi dari heat stroke meliputi: pingsan, tekanan pada sistem saraf pusat, kelainan fungsi tubuh, mata gelap, disfungsi



ginjal,



myglobinuria,



pembekuan/pengentalan



kerusakan pada, muntah-muntah dan diare.



darah



lemah,



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Aklimatisai merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya.



Pada saat



olahraga tubuh melakukan aklimatisasi panas. Proses aklimatisasi panas juga dapat diartikan sebagai pembuangan panas tubuh. Mekanisme pembuangan panas tubuh ketika olahraga ada beberapa cara yaitu: pembuangan panas secara radiasi (pancaran), konduksi, konveksi, dan evaporasi (penguapan). Keberfungsian dari sistem pengaturan suhu tubuh pada saat istirahat, aktivitas keseharian, maupun pada saat latihan, memiliki komponen sebagai pusat pengaturan suhu, reseptor suhu, dan efektor suhu. Bila seseorang melakukan olahraga tanpa disertai kemampuan



aklimatisasi



panas



yang



baik



maka



akan



berpengaruh



pada



penurunan pencapaian pencapaian dari aktivitas tersebut, serta meningkatkan resiko terserang salah satu atau beberapa jenis penyakit yang ditimbulkan oleh suhu yang panas salah satunya adalah heat cramps (kram panas).



Daftar Pustaka Rismayanthi, Cerika. (2018). Olahraga Kesehatan. Yogyakarta : Mentari Jaya Indra, N, E. (2007). Adaptasi Fisiologis Tubuh Terhadap Latihan Di Suhu Lingkungan Panas dan Dingin. Yogyakarta. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta. Giriwijoyo, Y.S. Santosa. (1992). Ilmu Faal Olahraga. Bandung. Fakultas Pendidikan Olahraga Kesehatan (IKIP Bandung).