Normal Dan Abnormal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Edika Jeremia Tarigan Stb : 3189 Prodi : Teknik Pemasyarakatan



BATASAN NORMAL DAN ABNORMAL Perilaku yang memenuhi standar dalam suatu kurva normal dan melalui perhitungan yang teliti sehingga didapatkan rata-rata orang berperilaku yang sama adalah perilaku normal berdasarkan sudut pandang pendekatan kuantitatif. Namun beda halnya dari sudut pandang kualitatif. Pendekatan ini tidak didasarkan pada perhitungan atau pemikiran awam, tetapi atas dasar observasi pengamatan yang melibatkan penelitian secara langsung dan empirik di lapangan mengenai tipe-tipe ideal. Tipe-tipe ideal yang dimaksud sangat terkait dengan keadaan sosial budaya dimana observasi dilakukan. Sebagai contoh, keluarga yang sedang berduka mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam untuk mengenang dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal di wilayah lain, karena mereka tidak menganut budaya tersebut. Menurut Werner ada beberapa acuan yang digunakan untuk menentukan sesuatu sebagainormal atau abnormal, yaitu: 1. Normal adalah rata-rata kebanyakan orang. Secara statistik, perilaku dikatakan normal bila tingkah laku tersebut sama dengan tingkah laku kebanyakan orang dalam kelompoknya. Dihubungkan dengan perkembangan, normal berarti kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan budaya, dan gambaran kepribadiannya mendekati gambaran kepribadian masyarakatnya. -Keuntungan definisi ini: 1.Bisa menentukan tingkah laku normal atau patologis (abnormal) dengan melihat banyak tidaknya anak yang menampilkan tingkah laku tersebut. Bila banyak anak yang mengalaminya maka tingkah laku tersebut dinyatakan normal, dan sebaliknya 2.Dapat menentukan perkiraan jumlah anak normal dan abnormal secara kasar. 3.Membantu dalam memilah-milah mana tingkah laku normal atau abnormal. -Kerugian: Oleh karena patokannya adalah kebanyakan orang, maka bisa jadi suatu tingkah laku yang patologis, misalnya massa yang mengamuk (crowd) dianggap normal,



sedangkan anak terbelakang mental, anak yang sangat pandai, berbakat, kreatif, dan produktif dianggap abnormal. Yang harus diperhatikan dalam menggunakan batasan Normal = rata-rata adalah anak harus dibandingkan dengan kelompoknya, bukan dengan non kelompoknya. 2. Normal adalah sesuatu yang ideal. Normal sebagai sesuatu yang menjadi dambaan walaupun jarang tercapai karena setiap orang tidak ada yang sangat cocok dengan apayang menjadi dambaannya atau fungsi idealnya. Normal dalam definisi ini berarti sesuai dengan keadaan yang didambakan. Akan tetapi, normal dalam acuan ini jarang tercapai karena sebenarnya setiap orang pasti mengalami ‘gangguan’, tidak ada yang sempurna.Karena setiap orang pasti mengalami ‘gangguan’,maka definisi normal ini dihubungkan dengan kemampuan orang untuk mencari jalan dalam mengatasi gangguan tersebut.Bila pendekatan statistik melihat normalitas/abnormalitas secara umum/massal, maka pendekatan ideal ini besifat humanistic, yaitu melihat satu persatu kasus (secara spesifik), sehingga bisa menggolongkan orang-orang yang abnormal kedalam penggolongan gangguan tertentu. 3. Normal adalah kondisi dimana mampu menyesuaikan diri dan menyelesaikan permasalahan secara efektif untuk menghasilkan hidup yang produktif. KONTINUITAS-DISKONTINUITAS TINGKAH LAKU NORMAL–ABNORMAL 1.Kontinuitas: Perbedaan antara tingkah laku normal dan abnormal hanyalah dalam segi kuantitatif. Misalnya: kontrol diri : kurang →impulsive, kaku →berlebihan. 2.Diskontinuitas: Ada perbedaan kualitatif antara normal –abnormal, ada suatu bentuk yang berbeda, tidak sekedar perbedaan derajat. Misalnya: anak mengalami delusi, berarti ada kelainan kualitas berpikir dibandingkan dengan anak normal; bukan berartiberpikir tanpa delusi →sedikit delusi →banyak delusi. Michael Rutter (1975) mengatakan bahwa tingkah laku dianggap abnormal bila terdapat gejala-gejala sebagai berikut: 1.Tingkah laku tidak sesuai dengan usia atau jenis kelamin 2.Kelainan menetap untuk waktu yang cukup lama 3.Fluktuasi dalam kehidupan anak yang diluar kebiasaan 4.Tingkah laku anak menyimpang dari norma-norma sosial budaya. 5.Gangguan tingkah laku yang meluas meliputi beberapa area fungsi psikologisnya 6.Bentuk simtom mendekati gambaran gangguan fungsi psikologis yang ada 7.Berat dan frekuensi dari simtom di luar kebiasaan 8.Perubahan tingkah laku yang merupakan implikasi adanya kelainan.



9.Situasi spesifik yang dapat mengganggu anak dalam berinteraksi dengan orang lain. Kesembilan gejala tersebut tidak harus seluruhnya ada, tetapi makin banyak faktor mengindikasikanmakin jelas adanya kelainan (abnormalitas). Penyebab Abnormalitas •Primary Cause: kondisi yang tanpa kehadirannya suatu ganguan tidak akan muncul •Predisposing Cause: Kondisi yang mendahului dan merintis terjadinya gangguan dimasa mendatang •Precipitating Cause: seolah penyebab utama, tapi sebenarnya hanya pintu masuk •Reinforcing Cause: peristiwa/info yang menguatkan penyebab lain



1. 2.



3.



4.



Stern (1964) mengusulkan perhatian pada empat aspek untuk menilai normal dan abnormalitas seseorang, yaitu: Daya integrasi; Fungsi ego dalam mempersatukan, mengkoordinasi kegiatan ego ke dalam maupun ke luar diri. Ada atau tidaknya simtom gangguan; Ditinjau dari segi praktis, merupakan pegangan yang paling jelas dalam mengevaluasi kesehatan jiwa secara kualitatif. Ini dinamakanjuga pendekatan medis. Kriteria psikoanalisis; Memperhatikan dua hal untuk dipakai sebagai patokan dari kesehatan jiwa, yaitu tingkat kesadaran dan jalannya perkembangan psikoseksual.Makin tinggi tingkat kesadaran seseorang, makin baik atau sehat jiwanya. Determinan sosio-kultural; Lingkungan seringkali memegang peranan besar dalam penilaian suatu gejala sebagai normal atau tidak Lain halnya dengan Gladston (1978), dalam tingkah laku seseorang, ada tujuh aspek yang merupakan perilaku penyesuaian diri, yaitu: (1) Ketegangan, (2) Suasana hati, (3) Pemikiran, (4) Kegiatan/aktivitas, (5) Organisasi diri, (6) Hubungan antarmanusia, dan (7) Keadaan fisik. Masing-masing aspek memiliki kriteria tingkah laku yang dijadikan pegangan penilaiannormal. Gladston membagi tingkah laku tersebut dalam 5 tingkatan, yaitu : penyesuaian diriyang normal, penyesuaian darurat, penyesuaian neurotik, kepribadianneurotik, ganggung berat.