Ns Tina LP Gangguan Pendengaran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUANG POLI THT RUMAH SAKIT TK II PELAMONIA KOTA MAKASSAR



OLEH NAMA NIM KELAS



CI LAHAN



: KARTINA : 21607111 :B



CI INSTITUSI



PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIK MAKASSAR 2017



GANGGUAN PENDENGARAN A. Konsep Dasar Medis 1. Definisi Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya usia. Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf yang di mulai pada usia pertengahan (Brockle-hurst and Allen, 1987, Mills, 1985, Rees and Deekert, 1990, Vander Cammen, 1991). 2. Etiologi Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif). Kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak (penurunan fungsi pendengaran sensorineural). Penurunan fungsi pendengaran sensorineural dikelompokkan lagi menjadi: a. Penurunan fungsi pendengaran sensorik (jika kelainannya terletak pada telinga dalam). Penurunan fungsi pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit keturunan, tetapi mungkin juga disebabkan oleh trauma akustik (suara yang sangat keras) Infeksi virus pada telinga dalam Obat-obatan tertentu Penyakit Meniere. b. Penurunan fungsi pendengaran neural (jika kelainannya terletak pada saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak). Penurunan fungsi pendengaran neural bisa disebabkan oleh tumor otak yang juga menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf di sekitarnya dan batang otak, infeksi berbagai penyakit otak dan saraf (misalnya stroke) dan beberapa penyakit keturunan (misalnya penyakit Refsum).



3. Patofisiologi a. Presbiakusis sensori Pada bentuk ini mula-mula hilang adalah patologi sel-sel rambut. Hal ini kemudian akan menyebabkan gangguan neuron-neuron kokhlea. Biasanya melibatkan hilangnya sel-sel rambut pada gelang basal kokhlea dan menyebabkan ketulian nada tinggi. b. Neuro presbiakusis yang terganggu yaitu neuron-neuron kokhlea. Pada kasus ini yang mengalami gangguan adalah pengertian terhadap kata-kata. c. Presbiakusis ceria : Proses degenerasi yang dapat menyebabkan tuli sedang hingga berat, dalam hal ini stria vaskularis tampak berdegenerasi dan menciut. d. Kokhlea konduktif: Populasi sel-sel rambut dan neuron yang normal tanpa adanya kerusakan stria vaskularis, namun ketulian diduga berkaitan dengan keterbatasan gerak membrana basilaris. 4. Manifestasi Klinis a. Kesulitan dalam mendengarkan percakapan, terutama jika di sekelilingnya berisik terdengar gemuruh atau suara berdenging di telinga (tinnitus). b. Tidak dapat mendengarkan suara televisi atau radio dengan volume yang normal kelelahan dan iritasi karena penderita berusaha keras untuk bisa mendengar. c. Pusing atau gangguan keseimbangan. d. Kesulitan mengerti pembicaraan. e. Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada tinggi. f. Perubahan kemampuan mendengar konsonan seperti s, z, t, f, dan g. g. Suara vokal yang frekwensinya rendah seperti a,e,i,o,u umumnya relatif diterima dengan lengkap (Luekenotte, 1997). h. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik. i. Ingatan terhadap hal-hal dimasa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja terjadi. j. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang sulit menerima ide-ide baru. 5. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Dengan Garputala Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran udara dinilai dengan menempatkan garputala yang telah digetarkan di dekat telinga



sehingga suara harus melewati udara agar sampai ke telinga. Penurunan fungsi pendengaran atau ambang pendengaran subnormal bisa menunjukkan adanya kelainan pada saluran telinga, telinga tengah, telinga dalam, sarat pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak. Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran tulang dinilai dengan menempatkan ujung pegangan garputala yang telah digetarkan pada prosesus mastoideus (tulang yang menonjol di belakang telinga). Getaran akan diteruskan ke seluruh tulang tengkorak, termasuk tulang koklea di telinga dalam. Koklea mengandung sel-sel rambut yang merubah getaran menjadi gelombang saraf, yang selanjutnya akan berjalan di sepanjang saraf pendengaran. Pemeriksaan ini hanya menilai telinga dalam, saraf pendengaran dan jalur saraf pendengaran di otak. Jika pendengaran melalui hantaran udara menurun, tetapi pendengaran melalui hantaran tulang normal, dikatakan terjadi tuli konduktif. Jika pendengaran melalui hantaran udara dan tulang menurun, maka terjadi tuli sensorineural. Kadang pada seorang penderita, tuli konduktif dan sensorineural terjadi secara bersamaan. b. Audiometri Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu dengan menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara dengan ketinggian dan volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian nada ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi dapat mendengarnya. Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah. Untuk mengukur pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus. c. Audimetri Ambang Bicara



Audiometri ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus diucapkan supaya bisa dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata yang memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu. Dilakukan perekaman terhadap volume dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata yang diucapkan dengan benar. d. Diskriminasi Dengan diskriminasi dilakukan penilaian terhadap kemampuan untuk membedakan kata-kata yang bunyinya hampir sama. Digunakan kata-kata yang terdiri dari 1 suku kata, yang bunyinya hampir. sama. Pada tuli konduktif, nilai diskriminasi (persentasi katakata yang diulang dengan benar) biasanya berada dalam batas normal. Pada tuli sensori, nilai diskriminasi berada di bawah normal. Pada tuli neural, nilai diskriminasi berada jauh di bawah normal. e. Timpanometri Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi (tahanan terhadap tekanan) pada telinga tengah. Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari tuli konduktif. Prosedur in tidak memerlukan partisipasi aktif dari penderita dan biasanya digunakan pada anak-anak. Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga. Dengan alat ini bisa diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa banyak suara yang dipantulkan kembali sebagai perubahan tekanan di saluran telinga. Hasil pemeriksaan menunjukkan apakah masalahnya berupa: dengan hidung bagian belakang)penyumbatan tuba eustakius (saluran yang menghubungkan telinga tengah cairan di dalam telinga tengah kelainan pada rantai ketiga tulang pendengaran yang menghantarkan suara melalui telinga tengah. Timpanometri juga bisa menunjukkan adanya perubahan pada kontraksi otot stapedius, yang melekat pada tulang stapes (salah satu tulang pendengaran di telinga tengah). Dalam keadaan normal, otot ini



memberikan respon terhadap suara-suara yang keras/gaduh (refleks akustik) sehingga mengurangi penghantaran suara dan melindungi telinga tengah. Jika terjadi penurunan fungsi pendengaran neural, maka refleks akustik akan berubah atau menjadi lambat. Dengan refleks yang lambat, otot stapedius tidak dapat tetap berkontraksi selama telinga menerima suara yang gaduh. f. Respon Auditoris Batang Otak Pemeriksaan ini mengukur gelombang saraf di otak yang timbul akibat rangsangan pada saraf pendengaran. Respon auditoris batang otak juga dapat digunakan untuk memantau fungsi otak tertentu pada penderita koma atau penderita yang menjalani pembedahan otak. g. Elektrokokleografi Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran. Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan



penyebab



dari



penurunan



fungsi



pendengaran



sensorineural. Elektrokokleografi dan respon auditoris batang otak bisa digunakan untuk menilai pendengaran pada penderita yang tidak dapat atau tidak mau memberikan respon bawah sadar terhadap suara. Misalnya untuk mengetahui ketulian pada anak-anak dan bayi atau untuk memeriksa hipakusis psikogenik (orang yang berpura-pura tuli). Beberapa pemeriskaan pendengaran bisa mengetahui adanya kelainan pada daerah yang mengolah pendengaran di otak. Pemeriksaan mengartikan



tersebut dan



mengukur



memahami



kemampuan



percakapan



yang



untuk: dikacaukan



telinga kiri menerima pesan yang lain memahami pesan yang disampaikan ke telinga kanan pada saat telinga menjadi pesan yang bermakna



menggabungkan



pesan



yang



tidak



lengkap



yang



disampaikan pada kedua telinga pada waktu yang bersamaan menentukan sumber suara pada saat suara diperdengarkan di kedua. Jalur saraf dari setiap telinga menyilang ke sisi otak yang berlawanan, karena itu kelainan pada otak kanan akan mempengaruhi pendengaran pada telinga kiri. Kelainan pada batang otak bisa



mempengaruhi kemampuan dalam menggabungkan pesan yang tidak lengkap menjadi pesan yang bermakna dan dalam menentukan sumber suara. 6. Komplikasi a. Trauma akustik (karena kebisingan) b. Penyakit meniere c. Otosklerosis stadium lanjut 7. Penatalaksanaan a. Bersihkan telinga, pertahankan komunikasi. b. Berbicara pada telinga yang masih baik dengan suara yang tidak terlalu keras c. Berbicara secara perlahan-lahan, jelas, dan tidak terlalu panjang d. Beri kesempatan klien untuk menjawab pertanyaan e. Gunakan sikap dan gerakan atau objek untuk memudahkan persepsi klien f. Beri sentuhan untuk menarik perhatian sebelum memulai pembicaraan g. Beri motivasi dan reinforcement h. Kolaborasi untuk menggunakan alat bantu pendengaran i. Lakukan pemeriksaan secara berkala. 8. Pencegahan 1) Hindar paparan dengan bising yang terlalu sering 2) Membersihkan telinga secara teratur 3) Membiasakan olahraga 4) Makan makanan yang bergizi B. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian a. Anamnese 1) Identitas klien/: Usia : terjadi pada 60-80 tahun. Dapat terjadi mulai usia 40 tahun. 2) Keluhan utama: Pendengaran



berkurang,



sulit



berkomunikasi, telinga berdenging, diplakusis, dapat disertai vertigo, klien susah mendengar pesan atau rangsangan suara. 3) Riwayat penyakit sekarang : Pendengaran berkurang, sulit berkomunikasi, telinga berdenging, diplakusis, dapat



disertai



gangguan



vertigo



vestibular



penglihatan kabur



yang



ditandai



disebabkan



oleh



oleh



dan



mual



4) Riwayat penyakit dahulu : Kebisingan, Diet lemak tinggi, Merokok dan ketegangan, Proses degenerasi tulang-tulang



pendengaran



bagian



dalam



faktor



intrinsik seperti genetik 5) Akitvitas dan Latihan:klien tidak bekerja dan sulit mengikuti perintah untuk melakukan aktivitas di rumah seperti berolahraga ringan. 6) Kebutuhan Nutrisi : Diet lemak tinggi 7) Riwayat Psikososial : a) Pola koping : klien mengekspresikan perasaan sedih, murung b) Aktivitas sosial:



klien



tidak



mau



mengikuti



kegiatan sehari-hari di masyarakat dan lebih senang tinggal di rumah. c) Hubungan dengan keluarga: kurang baik karena klien mudah tersinggung dan curiga. b. Pemeriksaan Fisik 1) Pemeriksaan berfokus pada pendengaran. Inspeksi: a) Periksa struktur daun telinga b) Periksa kebersihan dan struktur liang telinga d) Kesulitan dalam mengungkapkan kembali katakata yang telah didengar e) Adanya ketidakseimbangan antara telinga yang satu di telinga yang lain. c. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan otoskopik : Untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan membrane timpani dengan cara inspeksi. Hasil : - Serumen berwarna kuning, konsistensi kental - Dinding liang telinga berwarna merah muda 2) Audimetri : Audiogram nada murni menunjukkan tuli perseptif bilateral simetris, dengan penurunan pada frekuensi diatas 1000 Hz. 3) Tes Ketajaman Pendengaran - Tes penyaringan sederhana



Hasil : klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang -



disebutkan. Klien tidak mendengar dengan jelas detak jarum jam pada jarak



1-2 inchi. 4) Uji Rinne Hasil: klien tidak mendengar adanya getaran garpu tala dan tidak jelas mendengar adanya bunyi dan saat bunyi menghilang. 2. Diagnosa Keperawatan a. gangguan komunikasi verbal b.d degenerasi tulang pendengaran bagian dalam b. Harga diri rendah b.d fungsi pendengaran c. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dari lingkungan d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi mengenai penyakitnya. 3. Intervensi a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang pendengaran bagian dalam Tujuan : Komunikasi verbal klien berjalan baik Kriteria hasil : - Menerima pesan melalui metode alternatif - Mengerti apa yang diungkapkan - Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan



untuk



berkomunikasi Intervensi : 1) Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam penerimaan pesan. 2) Periksa apakah ada serumen yang mengganggu pendengaran Rasional : Untuk mengetahui ada tidaknya serumen 3) Bicara dengan pelan dan jelas Rasional : Agar klien mudah mengerti terhadap apa yang dibicarakan. 4) Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan Rasional : Agar klien mudah mengerti terhadap kata yang susah dimengerti jika diucapkan. 5) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga Rasional : Untuk menghindari penumpukan serumen yang dapat menghambat fungsi pendengaran. b. Harga diri rendah berhubungan dengan fungsi pendengaran Tujuan : Klien dapat menerima keadaan dirinya



Kriteria hasil : - Mengenai perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri - Berhubungan sosial dengan orang lain - Membina hubungan saling percaya dengan perawat Intervensi : 1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandatandanya Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri 2) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak bergaul/menarik diri Rasional : Agar klien merasa lebih tenang setelah mengungkap perasaannya 3) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan Rasional : Agar klien merasa dihargai 4) Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari perilaku menarik diri Rasional : Agar klien mengerti apa keuntungan dan kelebihan dari perilaku menarik diri c. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dari lingkungan Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan Kriteria hasil : - Melaporkan adanya peningkatan dalam aktivitas yang -



menyenangkan Menceritakan perasaan-perasaan bosan



Intervensi : 1) Beri motivasi untuk saling berbagi perasaan dan pengalaman Rasional : Agar klien lebih semangat untuk bercerita 2) Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka Rasional : Agar klien dapat mengatasi perasaan marahnya. 3) Variasikan rutinitas sehari-hari Rasional : Untuk menghindari kebosanan pada klien 4) Libatkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari Rasional : Agar klien merasa terlibat dalam rutinitas yang akan dilakukan. 5) Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari Rasional : Agar lebih memudahkan melaksanakan suatu aktivitas. d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi mengenai penyakitnya. Tujuan : Klien memahami penyakitnya.



Kriteria hasil : Mengutarakan pemahaman tentang kondisi dan prosedur. Intervensi : 1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien tentang penyakitnya. 2) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit dan kondisi saat ini Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas. 3) Minta klien dan keluarga untuk mengulangi kembali tentang materi yang diberikan. Rasional : untuk mengetahui sejauh mana pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang diberikan. 4) Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal



DAFTAR PUSTAKA Lynda, J, Carpenito. 2001. Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta. Mickey Stanley, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. EGC. Jakarta. Noor Kastani, S. Tamher. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendidikan Asuhan Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.



PENYIMPANGAN KDM



Degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian dalam



Hilangnya sel-sel rambut pada basal kokhlea



Gangguan neuronneuron kokhlea



Fungsi pendengaran menurun



Pendengaran terhadap kata-kata/rangsang suara menurun



Gangguan komunikasi verbal



Perubahan status kesehatan



Informasi yang tidak adekuat



Menarik diri dari lingkungan



Harga diri rendah



Kurang Pengetahuan



Tidak mau mengikuti kegiatan di rumah maupun masyarakat



Lebih banyak istirahat



Kurang aktivitas