Orientasi Ilmu Umum Dan Ilmu Agama [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ORIENTASI MATERI PAI “ORIENTASI ILMU UMUM DAN ILMU AGAMA”



Disusun oleh: MUH. ILHAM JAYA (18.1100.006)



____________________________________ PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH IAIN PAREPARE 2019



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat dan karuniaNya yang telah di limpahkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang Alhamdulillah dapat terselesaikan dengan baik In syaa Allah. Makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan dalam penyelesaiannya, untuk itu saran dan masukan dari para pembaca sangatlah dibutuhkan . Kami mengucapkan banyak terima kasih, kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kritik dan saran dari dosen pembimbing akan isi maupun bahasanya serta tambahan isinya sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih.



Parepare, September 2019



Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 1.1



Latar Belakang..........................................................................................1



1.2



Rumusan masalah......................................................................................2



1.3



Tujuan........................................................................................................2



BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3 2.1



Pengertian ilmu umum dan ilmu agama....................................................3



2.2



Relevansi/keterkaitan ilmu umum dengan ilmu agama............................3



2.3



Perbedaan antara ilmu umum dengan ilmu agama....................................8



2.4



Orientasi ilmu umum dan ilmu agama di Indonesia..................................9



BAB III PENUTUP...............................................................................................13 3.1



Kesimpulan..............................................................................................13



3.2



Saran........................................................................................................13



DAFTAR PUSTAKA



ii



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan utamanya di Indonesia bisa dikatakan tidak dalam keadaan baik-baik saja, sangat banyak permasalahan-permasalahan yang di alami oleh dunia pendidikan Indonesia. Salah satu contoh permasalahannya adalah terjadinya dikotomi dan dualisme di dunia pendidikan Indonesia. Ilmu yang pada hakikatnya hanya satu, kemudian dibedakan menjadi dua, yaitu ilmu umum dan ilmu agama. Ilmu agama dipahami sebagai suatu hal yang tidak ada kaitannya dengan ilmu umum, begitu pula sebaliknya, ilmu pengetahuan umum dipahami sebagai suatu hal yang tidak ada kaitannya dengan ilmu agama. Sehingga dalam proses pembelajaran, materi agama dikhususkan dan bahkan terisolir, tidak dikaitkan sama sekali dengan materi yang lain, hal ini yang kemudian menjadikan peserta didik memahami bahwa agama adalah suatu hal yang terpisah dengan ilmu pengetahuan umum, sehingga tidak heran jika peserta didik lebih mementingkan ilmu pengetahuan umum dibandingkan ilmu agama, sehingga menghasilkan banyak masalah, pintar namun tak berakhlak. Hal ini merupakan salah satu masalah yang menyebabkan Indonesia masih menjadi negara berkembang walaupun sudah puluhan tahun lalu merdeka.



1



1.2 Rumusan masalah 1.2.1



Adakah relevansi/keterkaitan antara ilmu umum dengan ilmu agama?



1.2.2



Adakah perbedaan antara ilmu umum dengan ilmu agama?



1.2.3



Bagaimana orientasi ilmu umum dan ilmu agama di Indonesia?



1.3 Tujuan 1.3.1



Menjelaskan relevansi/keterkaitan antara ilmu umum dengan ilmu agama.



1.3.2



Mengetahui perbedaan antara ilmu umum dengan ilmu agama.



1.3.3



Mendeskripsikan orientasi ilmu umum dan ilmu agama di Indonesia.



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian ilmu umum dan ilmu agama Menurut



Kamus



Besar



Bahasa Indonesia



(KBBI), ilmu



adalah



pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.1 Ilmu umum adalah pengetahuan-pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada di dunia ini yang bersifat realitas atau nyat. Ilmu umum terbagi dua macam, yakni ilmu alam dan ilmu sosial. Jika objek bahasannya adalah jagat raya, seperti langit, matahari, bulan, bintang, bumi beserta isinya, dan sebagainya



dengan



menggunakan



metode



penelitian



eksperimen



di



laboratorium, pengukuran, penimbangan dan sebagainya, maka yang dihasilkan adalah ilmu alam (natural sciences), seperti ilmu fisika, biologi, kimia, astronomi dan lain sebagaiya. Jika objek bahasannya adalah perilaku sosial dalam segala aspeknya, baik perilaku politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya yang dilakukan dengan menggunakan metode penelitian sosial seperti wawancara, observasi, dan lain sebagainya maka yang akan dihasilkan adalah ilmu sosial, seperti ilmu ekonomi, budaya, sosiologi, antropologi dan lain sebagainya.2 Sedangkan ilmu agama adalah pengetahuan yang berasal dari wahyu seperti ilmu fiqih, tafsir, tasawuf dan lain sebagainya. 2.2 Relevansi/keterkaitan ilmu umum dengan ilmu agama Nash-nash tentang keutamaan ilmu dan dorongan untuk mencarinya sangat banyak. Imam Ahmad berkata, “Menuntut ilmu itu amal yang paling utama bagi orang yang bermaksud meluruskan niatnya.” Imam Abu Hanifah dan Imam Malik berkata, “Keutamaan ilmu itu terletak pada belajar dan 1



Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Cet. VII, Ed. IV; Jakarta: Bumi Gramedia, 2013), h. 524. 2 Abuddin Nata, Suwito, dkk., Integrasi Ilmu Agama & Ilmu Umum (Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005); h. 52.



3



mengajarkannya.” Imam Nawawi berkata, “Para salaf 3 telah bersepakat bahwa menyibukkan diri dengan ilmu itu lebih utama daripada sibuk dengan shalat sunnah, puasa, bertasbih, dan sejenisnya. Karena ilmu itu cahaya hati, warisan kenabian. Barangsiapa dikehendaki oleh Allah baginya kebaikan, Allah akan memahamkannya perkara agama. Ia amal yang paling utama untuk bertaqarrub/mendekatkan diri kepada Allah”.4 Ulama berbeda pendapat mengenai nash-nash tentang ilmu. Ada yang berpendapat bahwa nash tentang ilmu dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah itu hanya mencakup ilmu agama saja, seperti yang dikatakan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalany dalam menafsirkan hadits Nabi tentang doa memohon ilmu yang bermanfaat: ، ‫ني‬FF‫ا يَ ْنفَ ُع‬FF‫ني َم‬FF‫ َو َعل َّ َم‬F، ‫ني‬FFَ‫ َعل َّ ْمت‬F‫ ا‬F‫ني ب َم‬FF‫ " اللَّهُ َّم ا ْنفَع‬: ‫و ُل‬FFُ‫ل َّ َم يَق‬F‫ه َو َس‬Fِ F‫ل َّى هللا ُ َعلَ ْي‬F‫ص‬ َ ِ ‫و َل هللا‬F‫انَ َر ُس‬FF‫ك‬ ‫َوارْ ُرقني علَ َما يَ ْنفَعُني‬ “Dahulu Rasululah biasa berdoa: Allahummanfa’nii bi maa ‘allamtanii, wa ‘allimnii maa yanfa’unii war zuqnii ‘ilman yanfa’unii (Ya Allah, jadikan untukku bermanfaat apa saja yang Engkau ajarkan kepadaku dan ajarilah aku apa saja yang bermanfaat bagiku, dan karuniakan untukku ilmu yang bermanfaat)”. (HR. An-Nasa’i dan Al-Hakim) 5 Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalany dalam menafsirkan hadits diatas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ilmu yang bermanfaat adalah ilmuilmu syariat baik yang pokok maupun cabangnya.6 Ilmu yang paling utama adalah dasar-dasar agama, lalu tafsir, selanjutnya hadits, kemudian ushul fiqih, setelah itu baru fiqih.7 Menurut Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Prof Dr H Farid Wajdi Ibrahim MA saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) bertema “Integrasi Ilmu dalam Islam” di Rumoh Aceh Kupi Luwak Jeulingke, Rabu (26/10/2016) malam. 3



Salaf adalah tiga generasi Muslim awal yaitu para sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in. Ibnu Hajar Al-Asqalany, Syarah Kitab Al-Jami’, Terj. Abdullah Bin Abdurrahman AlBassam (Cet. I; Solo: Pustaka Arafah, 2017); h. 370-371. 5 Ibid, h. 368. 6 Ibid, h. 370. 7 Ibid, h. 371. 4



4



“Ajaran Islam tidak pernah melakukan dikotomi 8 antar ilmu satu dengan yang lain. Karena dalam pandangan Islam, ilmu agama dan umum sama saja berasal dari Allah. Islam juga menganjurkan umatnya bersungguhsungguh mempelajari setiap ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan Alquran merupakan sumber dan rujukan utama, ajaran-Nya memuat semua inti ilmu pengetahuan, baik yang menyangkut ilmu umum maupun ilmu agama,” Menurutnya, pemisah kedua ilmu tersebut awalnya hanya sekedar spesifikasi, agar terjadi penggalian ilmu secara mendalam yang profesional dan mampu mengaktualisasikan untuk kemajuan peradaban, hanya saja belakangan telah terjadi



stigma (anggapan) yang sangat jauh, sehingga



timbul kesan ilmu agama hanya mengarah pada pembentukan spiritual saja dan tidak menganggap menyentuh pergaulan sosial sehingga menjadi pemicu kemunduran peradaban Islam. 9 Dalam buku Integrasi Ilmu Agama & Ilmu Umum, karya Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., dikatakan bahwa



Al-Qur’an dan As-Sunnah



sesungguhnya tidak membedakan antara ilmu umum dengan ilmu agama. 10 Ilmu-ilmu tersebut seluruhnya pada hakikatnya berasal dari Allah, karena sumber-sumber ilmu tersebut berupa wahyu, alam jagat raya (termasuk hukum-hukum yang ada di dalamnya), manusia dengan perilakunya, akal pikiran dan institusi batin seluruhnya ciptaan Allah yang diberikan kepada manusia. Atas dasar pandangan integrated (tauhid) tersebut maka seluruh ilmu hanya dapat dibedakan dalam nama dan istilahnya saja, sedangkan hakikat dan substansi ilmu tersebut sebenarnya satu dan berasal dari Tuhan.11



8



Pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan. Admin Hidcom, Islam tak mengenal pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum, diakses dari https://www.hidayatullah.com/berita/berita-dari-anda/read/2016/10/28/103664/ islam-tak-mengenal-pemisahan-ilmu-agama-dengan-ilmu-umum.html, pada tanggal 19 September 2019 pukul 21.21 WITA. 10 Abuddin Nata, Suwito, dkk., Integrasi Ilmu Agama & Ilmu Umum (Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005); h. 52. 11 Ibid, h. 53. 9



5



Jika dipikirkan secara saksama, memang terasa tidak adil bila ilmu yang dibahas dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah hanya menyangkut ilmu agama saja, padahal Islam adalah agama rahmatan lil ‘aalamin, rahmat bagi seluruh alam. Allah berfirman dalam QS. Al-Anbiya/21: 107 sebagai berikut :       “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”.12 Ilmu umum dan ilmu agama sangatlah relevan atau saling berkaitan satu sama lain, bahkan ilmu umum dapat membuktikan kebenaran ilmu agama. Di era yang serba canggih ini, ilmu umum mengalami perkembangan yang sangat pesat dan sudah banyak sekali membuktikan kebenaran ilmu agama yang dahulu masih samar-samar kebenarannya. Sebagai contoh, Nabi Muhammad melarang laki-laki memakai emas sesuai sabdanya: ‫ ِّر َم َعلَى‬F‫ث أ ُ َّمتِي َو ُح‬ َ Fِ ‫ع َْن أَبِي ُمو َسى أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬ ِ ‫ا‬FFَ‫ ُر إِل ِ ن‬F‫ َّذهَبُ َو ْال َح ِري‬F‫ َّل ال‬F‫ا َل أ ُ ِح‬FFَ‫ل َّ َم ق‬F‫ ِه َو َس‬F‫صل َّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬ ‫ورهَا‬ ِ ‫ُذ ُك‬ “Dari Abu Musa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Emas dan sutra dihalalkan bagi para wanita dari ummatku, namun diharamkan bagi para pria’.” (HR. An Nasai no. 5148 dan Ahmad 4/392. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).13 Menurut ilmu umum, atom pada emas mampu menembus ke dalam kulit melalui pori-pori dan masuk ke dalam darah manusia. Jika seorang pria mengenakan emas dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu yang lama, maka dampak yang ditimbulkan: di dalam darah dan urine akan mengandung atom emas dalam kadar yang melebihi batas (dikenal dengan sebutan migrasi emas). Jika itu terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka akan



12



Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Cet. I; Jakarta: Pustaka Jaya Ilmu, 2014); h. 331. 13 Muhammad Abduh Tuasikal, Cincin emas dan perak bagi pria, diakses dari https://muslim.or.id/11586-cincin-emas-dan-perak-bagi-pria.html, pada tanggal 19 September 2019 pukul 22.10 WITA.



6



mengakibatkan penyakit Alzheimer 14. Sebab, jika tidak dibuang, maka dalam jangka waktu yang lama atom emas dalam darah ini akan sampai ke otak dan memicu penyakit Alzheimer. Islam memperbolehkan wanita untuk mengenakan emas karena partikel berbahaya dari emas tersebut keluar dari tubuh wanita melalui menstruasi. Itulah sebabnya Islam mengharamkan pria mengenakan perhiasan emas dan membolehkan wanita memakainya. Penyakit yang disebabkan oleh kandungan emas ini, tidak ditemukan pada perempuan. Penelitian tentang penyakit ini menyebutkan bahwa dalam tubuh seorang perempuan/wanita, terdapat suatu lemak unik, lemak yang berbeda yang tidak dimiliki seorang laki-laki dimana lemak ini akan mencegah unsur senyawa atom emas (Au) untuk masuk ke dalam tubuh, sehingga saat atom ini masuk, hanya mampu menembus kulit, namun tidak bisa menembus lemak yang menghalangi jalan menuju daging dan darah. 15 Pendidikan Islam tidak menghendaki terjadinya dikotomi keilmuan, sebab dengan adanya sistem dikotomi menyebabkan sistem pendidikan Islam menjadi sekularistis, rasionalistis-empiris, intuitif dan materialistis. Keadaan yang demikian tidak mendukung tata kehidupan umat yang mampu melahirkan peradaban Islam. Dan memang di dalam Islam tidak mengenal adanya pemilahan dan perbedaan bahkan pemisahan antara ilmu pengetahuan yang bersifat umum dengan ilmu-ilmu agama. Sebagai contoh ketika Islam berada dalam masa keemasannya, dimana ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat, kita mengenal banyak tokoh yang ahli dalam berbagai hal. Ibnu Khaldun misalnya, beliau disamping dikenal sebagai seorang ulama, juga dikenal seorang intelektual, filosof, dokter bahkan politikus. 16



14



Suatu penyakit dimana penderitanya kehilangan semua kemampuan mental dan fisik, menyebabkannya kembali seperti anak kecil. 15 Anonim, Ini alasan ilmiah melarang pria pakai emas, diakses dari https://www.salamonline.com/2013/09/alasan-ilmiah-islam-melarang-pria-pakai-emas-2.html, pada tanggal 19 September 2019 pukul 22.21 WITA. 16 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996); h. 7.



7



Dengan demikian, ilmu umum dan ilmu agama itu sama di sisi Allah sehingga orang yang mempelajari ilmu umum dan mengajarkannya juga mendapatkan pahala amal jariyah 17 sama halnya dengan pahala jariyah ilmu agama. Rasulullah bersabda: F‫ ْد ُعو‬Fَ‫ح ي‬ َ ‫ه أَوْ َولَ ٍد‬Fِ ِ‫ة أَوْ ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع ب‬Fٍ َ‫اري‬ َ ‫ إِال َّ ِم ْن‬F‫ ِم ْن ثَالَثَ ٍة؛‬Fَّ‫إِ َذا َماتَ ا ِإل ْن َسانُ ا ْنقَطَ َع َع ْنهُ َع َملُهُ إِال‬ ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬ ٍ ِ ‫ ال‬F ‫ص‬ ُ‫لَه‬ “Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang berdoa kepadanya.” (HR Muslim) 18 2.3 Perbedaan antara ilmu umum dengan ilmu agama Jika dilihat dari segi hakikat, ilmu umum dengan ilmu agama tidak memiliki perbedaan, keduanya berasal dari Tuhan. Jika dilihat dari segi objek bahasannya, keduanya memiliki perbedaan seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, bahwasanya ilmu umum memiliki objek bahasan alam jagat raya dan perilaku sosial, sedangkan ilmu agama objek bahasannya adalah dari wahyu. Ilmu pengetahuan umum adalah hasil teoresasi terhadap gejala-gejala alam dengan menggunakan metode dan pendekatan ilmiah. Sedangkan ajaran agama berasal dari hasil ijtihad terhadap ayat-ayat Allah yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.19



17



perbuatan baik yang mendatangkan pahala bagi yang melakukannya, meskipun ia telah berada di alam akhirat. 18 Dini Lidya, Amal Jariyah-hukum, keutamaan dan jenisnya, diakses dari https://dalamislam.com/landasan-agama/fiqih/amal-jariyah, pada tanggal 20 September 2019 pukul 8.02 WITA. 19 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Cet. XVIII; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011); h. 409.



8



2.4 Orientasi ilmu umum dan ilmu agama di Indonesia Pendidikan umum oleh masyarakat indonesia diartikan sekolah umum baik SD, SMP, SMA berbeda dengan pendidikan agama yang selalu dikaitkan dengan pondok pesantren. Paradigma ini memunculkan sekat yang tinggi dimana orang berfikir bahwa Ilmu umum meliputi sains, sosial, matematika, dan sastra hanya dipelajari di sekolah dan Ilmu agama hanya dipelajari di pesantren. Parahnya lagi kita menganggap bahwa ilmu terdiri ada ilmu umum dan ilmu agama. Fenomena ini merupakan design penjajah belanda untuk memisahkan pendidikan Indonesia yang begitu kompleks meliputi keduanya. Ahlaq, budi pekerti, kejujuran, dipadukan dengan keterampilan substansi pengetahuan merupakan pola pendidikan yang ideal di Indonesia yang telah diterapkan lama. Pendidikan model ini tentu menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas pengetahuan tetapi juga cerdas dalam berperilaku. Akan tetapi kemudian pola pendidikan tersebut dipisah dan membuat siswa didik perlahan mulai mengabaikan proses dan cenderung berorientasi pada hasil. Tujuan memisahkan pendidikan tersebut adalah supaya generasi bangsa indonesia hanya terampil dalam satu bidang saja sehingga menjadi bangsa yang kerdil. Terampil fisik saja tanpa terampil spiritual, terampil spiritual tanpa terampil secara fisik. Generasi bangsa menjadi tidak memiliki karakter yang baik. Fakta yang dapat kita lihat adalah dimana banyak orang pandai tetapi memiliki ahlak yang buruk atau orang yang berakhlak baik memiliki kepandaian dan wawasan yang rendah. Banyak orang yang korupsi bukan dari kalangan orang berpendidikan rendah, dan juga banyak orang yang memiliki kontribusi untuk kesejahteraan bukan dari kalangan orang berpendidikan tinggi. Idealnya keduanya seharusnya beriringan dengan seimbang. Pembedaan ilmu umum dan agama kemudian melahirkan persepsi bahwa sekolah di pesantren memiliki peluang yang kecil untuk sukses di dunia, sedangkan orang yang sekolah bukan di pesantren merasa bahwa agama tidak menjadi bagian utama mata pelajaran yang harus dipelajari. Hal ini yang menjadikan pemahaman generasi bangsa Indonesia menjadi sekuler. Berawal



9



dari paradigma ini kemudian masyarakat indonesia akan memahami segala sesuatu secara terpisah dan tidak dikaitkan dengan agama. Agama dalam hal ini bukan seperangkat aturan yang ditentukan, melainkan nilai universal yang terdapat pada setiap agama. Budi pekerti, saling menolong, gotong royong, kejujuran, kedamaian, dan lainnya adalah nilai universal agama. Semua agama menjunjung tinggi nilai nilai tersebut.20 Berdasarkan dualisme yang diciptakan seperti itu, terlihat jelas bahwa pendidikan yang diberikan bukan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan dan



taraf



kehidupan



masyarakat,



namun



lebih



ditujukan



untuk



mempertahankan perbedaan sosial agar masyarakat pribumi tetap terpecah belah. Hal ini sejalan dengan sistem politik devide et impera Belanda, yaitu politik adu domba, dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompokkelompok kecil agar tidak ada kekuatan besar yang mengancam dan mampu untuk mengalahkan Belanda. Tidak heran, selama Belanda menjajah Indonesia, rakyat sangat miskin, terbelakang dari pendidikan, bahkan pribumi yang tergolong kaya dan punya kekuasaan seringkali menindas saudaranya sendiri. Hal itu menunjukkan bahwa politik devide et impera Belanda itu benar-benar sukses diterapkan di Indonesia selama 350 tahun, dan salah satu jalurnya yang digunakan adalah pendidikan dengan sistem dualisme. Melalui sistem dualisme tersebut, ternyata pemerintah Belanda dengan mudah mengawasi dan mengontrol secara ketat pendidikan yang dilaksanakan oleh rakyat pribumi. Salah satu kebijakan Belanda untuk mengawasi pelaksanaan pendidikan Islam di pesantren atau madrasah, adalah dengan penerbitan Ordonansi Guru, yaitu setiap guru agama wajib memiliki surat izin dari pemerintah Belanda. Selain kebijakan itu, ada juga kebijakan Belanda yang dikenal dengan nama Ordonansi Sekolah Liar (Wilde School Ordonantie), yaitu penutupan sekolah atau madrasah yang tidak memiliki izin atau mengajarkan mata pelajaran yang tidak disenangi oleh pemerintah. Kebijakan lainnya adalah peraturan mengenai netral agama di sekolah umum, seperti 20



Faizal Najib, Ilmu umum dan ilmu agama paradigma penjajah mengkerdilkan bangsa, diakses dari https://www.kompasiana.com/faizalnajib/597d326eba2beb2fc14ff842/pendidikanagama-dan-umum, pada tanggal 20 September 2019, pukul 8.31 WITA.



10



yang tertera di dalam Indische Staatsregeling bahwa pendidikan umum itu netral, artinya pengajaran yang diberikan harus menghormati keyakinan masing-masing. Untuk memaksimalkan sistem pengawasan yang dilakukan, maka pemerintah Hindia Belanda membentuk dua lembaga kedepartemenan, yaitu Departemen van Onderwijst en Eerendinst yang bertugas untuk mengawasi pengajaran agama di sekolah umum, dan Departemen van Binnenlandsche Zaken yang bertugas untuk mengawasi pendidikan Islam di lembaga-lembaga pendidikan Islam, seperti pesantren dan madrasah. Dari sinilah mulainya sistem dualisme dalam pendidikan itu terbentuk. Ironisnya, ketika Belanda kalah, Indonesia kembali di jajah Jepang, dan ketika Jepang juga berhasil diusir dari Indonesia, tapi sistem pendidikan yang dualisme tersebut masih tetap dipertahankan hingga saat ini.21 Pendidikan umum dan agama merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional, sebagaimana yang termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional “Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus”22 Dengan demikian, ilmu umum dan agama adalah sama di mata hukum pendidikan di Indonesia, setiap warga negara berhak mendapatkan ilmu baik ilmu umum maupun ilmu agama berdasarkan kepercayaannya masing-masing. Sekarang ini telah muncul sekolah terpadu yang menyerap 100 persen kurikulum Departemen Pendidikan Nasional dan 100 persen kurikulum Departemen Agama, sehingga waktu belajar siswa semakin panjang. Begitupun dikotomi pelajaran agama dan pelajaran umum masih sangat nyata. Isi masing‐masing buku pelajaran masih menguraikan bidang sendiri‐sendiri. Artinya, pelajaran agama semata tentang agama, tidak menyerap ilmu 21



Adnan Mahdi, Dikotomi dan Dualisme dalam pendidikan di Indonesia, diakses dari https://4dn4nm4hd1.wordpress.com/2012/09/14/dikotomi-dan-dualisme-dalam-pendidikan-diindonesia/, pada tanggal 20 September 2019, pukul 9.33 WITA. 22 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diakses dari https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf, pada tanggal 20 September 2019 pukul 8.47 WITA.



11



pelajaran umum, demikian juga sebaliknya pelajaran umum semata umum tidak menyerap pelajaran agama. Akan tetapi belakangan ini Depdiknas dan Departemen Agama sudah banyak melahirkan buku terpadu dua ilmu melalui penerbitan buku Suplemen. Misalnya, buku berjudul Suplemen Biologi Untuk Peningkatan IMTAQ Siswa SLTA tahun 1999. Jiwa buku seperti ini mengarah kepada pengintegrasian dua bidang ilmu walaupun masih memerlukan pendalaman di pihak guru. Untuk memperkecil dikotomi pelajaran agama dan pelajaran umum, upaya seperti dilakukan oleh dua departemen yang mengurus pendidikan ini perlu dilanjutkan ke setiap bidang pelajaran. Pengintegrasian pelajaran agama dan pelajaran umum membutuhkan dua kekuatan: Pertama, keterampilan guru agama memperkaya mata pelajaran yang ditanganinya dengan pengetahuan umum, dan keterampilan guru umum memperkaya mata pelajaran yang ditanganinya



dengan



pengetahuan



agama.



Kedua,



untuk



membantu



peningkatan kemampuan guru dalam memperkaya mata pelajaran masing‐ masing dibutuhkan pengadaan buku mata ajar yang saling berintegrasi antara pelajaran umum dan pelajaran agama. Hal itu sejalan pula seandainya pihak guru mendapat pendidikan dan latihan secara rutin tentang pengintegrasian kedua ilmu. Upaya pengintegrasian dua kubu materi pelajaran ini perlu dilaksanakan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi demi peningkatan mutu lulusan.23



23



“Konsep Integrasi Ilmu Ghoyah (Tujuan) dan lmu Wasilah (Sarana) dalam Kurikulum Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMA Al‐Irsyad Al‐Islamiyyah Cilacap, Tahun 2012‐2013), diakses dari http://eprints.ums.ac.id/25586/2/BAB_I.pdf, pada tanggal 20 September 2019 pukul 8.59 WITA.



12



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pendidikan di Indonesia sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, banyak sekali permasalahan yang dialami oleh dunia pendidikan kita sekarang ini. Salah satu permasalahan dunia pendidikan Indonesia adalah adanya dualisme dan dikotomi antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama. Hal ini bermula sejak zaman penjajahan Belanda, yang menerapkan sistem politik devide et impera, yaitu politik adu domba, dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil agar tidak ada kekuatan besar yang mengancam dan mampu untuk mengalahkan Belanda. Sebenarnya tidak ada perbedaan mendasar antara ilmu umum dan ilmu agama, hakikatnya sama, yakni pengetahuan dari Tuhan. Yang membedakannya hanyalah dari sumber didapatkannya ilmu tersebut, ilmu umum berasal dari jagat alam raya dan perilaku sosial, sedangkan ilmu agama berasal dari wahyu. 3.2 Saran Ilmu umum dan agama tidaklah bertentangan, bahkan saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Dikotomi dan dualisme ilmu umum dan agama ini sangat perlu dihilangkan. Pemerintah hendaknya memperbanyak terbitan buku ilmu pengetahuan yang di dalamnya di dukung dengan ilmu agama. Jika dikotomi dan dualisme keduanya di hilangkan dari sistem pendidikan Indonesia, bukan tidak mungkin masyarakat indonesia dapat menjadi insan kamil dan menjadi masyarakat madani.



13



14



DAFTAR PUSTAKA