14 0 134 KB
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA PERCOBAAN KE VI ANALISIS KAFEIN DENGAN KLT
Disusun Oleh : Nama
: Lukluul Masfiyah
NIM
: 180500180
Gol / Kelas
: IV / B
Hari, Tanggal Praktikum
: Selasa, 31 Maret 2020
Dosen Pembimbing
: Annisa Fatmawati, M.Farm., Apt.
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ALMA ATA 2020
PERCOBAAN VI ANALISIS KAFEIN DENGAN KLT A. TUJUAN Mahasiswa mengetahui cara identifikasi hasil isolasi kafein dari daun teh secara KLT B. DASAR TEORI Coffeine merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia 1,3,7 – trimetil santina (C8H10N8O2) atau dan pH 6.9 (larutan kafein 1% dalam air). Zat ini didapatkan pada tahun 1820 oleh Runge Pelletries dan Capentau dari kopi adalah identik dengan tiena dari teh. Coffein merupakan zat alkohol yaitu suatu zat yang dapat membuat orang mabuk (Brown, 1998). Coffein merupakan senyawa heteroaromatik yang mempunyai unsur nitrogen yang terikat pada gugusan karbonilnya yang mempunyai struktur bangun sebagai berikut:
Kristal Coffein dari larutannya dalam air berupa jarum-jarum bercahaya sutra, bila tidak mengandung air. Coffein mencair pada 236,5oC dan mensublimasi pada temperatur yang lebih rendah. Dalam air panas zat ini mudah larut sedangkan pada air dingin sukar larut (Brown, 1998). a. Sifat Fisis Coffeine
Merupakan kristal putih berupa jarum-jarum bercahaya sutra
Bila tak mengandung air coffein mencair pada 236,5oC dan menyublimasi pada temperatur rendah
Mudah larut dalam air panas tetapi sukar larut pada air dingin
b. Sifat Kimia Coffeine Coffein mudah larut dalam pelarut organik seperti alkohol dan khlorofrom c. Kegunaan Coffeine
Untuk mengiatkan pekerjaan susunan syaraf sentral dan mempertinggi tenaga jantung
Dalam ilmu kedokteran digunakan dalam keadaan bebas dan dalam bentuk senyawa-senyawa rangkap contohnya dengan natrium salisilat. (Brown, 1998).
Kromatografi Lapis Tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen, maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut (Abidin, 2011). Nilai RF yaitu perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama walupun ukuran jarak platnya berbeda. . Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi. Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut (Abidin, 2011): Rf =
Jarak yang ditempuh substansi Jarak yang ditempuh pelarut Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut pada plat KLT. Saat membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut
kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis (Abidin, 2011). Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasi senyawa. Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama, maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Sedangkan bila nilai Rf nya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda (Abidin, 2011). C. ALAT DAN BAHAN BAHAN Etanol
Pembanding larutan kafein Kloroform
ALAT Plat KLT silica gel GF 254 ukuran 2x7 cm Chamber kromatografi Lampu UV 254
D. CARA KERJA a. Pembuatan Fase gerak Ambil sedikit padatan ekstrak daun teh
Larutkan dalam kloroform
Totolkan pada silica Gel GF 254 b. Analisis
Chamber +CHCL3 : (9,5 : 0,5)
Jenuhkan dengan kertas saring
Masukkan silica Gel GF 254 pada dinding chamber
Tutup chamber
Amati perubahan yang terjadi
Angkat lempeng dan keringkan
Dilihat dibawah lampu UV 254
Amati dan hitung nilai Rf nya
Bandingkan dengan Rf standart kaffein
DAFTAR PUSTAKA Brown, Phyllis. 1998. Advances in Chromatography. New Jersey: CRC. Halaman 120- 128. Abidin, Z. (2011). Kadar Larutan Temulawak Menggunakan Metode TLC. [Online] Tersedia: http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/1/pdf. Diakses tanggal 25 Maret 2014