Panduan Promosi Kesehatan Rumah Sakit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Panduan Promosi Kesehatan Rumah Sakit RSUD Depati Hamzah



PROMOSI KESEHATAN OLEH RUMAH SAKIT



A. Promosi Kesehatan Sebagaimana



tercantum



dalam



Keputusan



Menteri



Kesehatan



Nomor



1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu menghadapi masalah-masalah kesehatan potensial (yang mengancam) dengan cara mencegahnya, dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang sudah terjadi dengan cara menanganinya secara efktif serta efisien. Dengan kata lain, masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (problem solving), baik masalah kesehatan yang sudah diderita maupun yang berpotensi (mengancam) secara mandiri (dalam batas-batas tertentu) Jika deifinisi itu diterapkan di RS, maka dibuat rumusan sebagai berikut: Promosi Kesehatan oleh RS (PKRS) adalah upaya RS untuk meningkatkan kemampuan pasien dan kelompok masyarakat agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya. Kelompok-kelompok masyarkat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Mencermati rumusan tersebut di atas, tampak bahwa PKRS memang memiliki persamaan dan sekaligus perbedaan dengan kegiatan pemasaran (marketing) RS dan kegiatan kehumasan public relation) RS. Persamaannya terutama terletak pada sasaran (target group) sedangkan perbedaannya adalah sebagai berikut



PKRS



PEMASARAN



Pasien dan masyarakat



tersedianya



tahu, mau, dan mampu



kesehatan



berperilaku hidup bersih



dengan harga yang dapat



dan sehat (PHBS) untuk



dijangkau masyarakat



HUMAS RS



pelayanan Tersebarnya yang



informasi



layak seluk-beluk RS



menangani masalahmasalah kesehatan lingkungan Lingkungan RS aman, Tumbuhnya nyaman, sehat,



bersih, serta



permintaan Dapat mengetahui umpan



dan (demand) akan pelayanan balik dari masyarakat



kondusif yang diberikan



untuk PHBS Respons terhadap isu-isu tentang RS Oleh karena itu, tidak jarang RS menggabungkan ketiga kegiatan dalam satu wadah organisasi, walaupun banyak pula yang memilih untuk memisahkannya.



B. Peluang Promosi Kesehatan Banyak tersedia peluang untuk melakukan promosi kesehatan di RS. Secara umum dikategorikan sebagai berikut 1. Di Dalam Gedung Di dalam gedung RS, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang diselenggarakan RS. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di dalam gedung, terdapat peluang: -



PKRS di ruang pendaftaran/administrasi, yaitu ruang dimana pasien harus melapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan RS.



-



PKRS dalam pelayanan rawat jalan bagi pasien, yaitu di poliklinik seperti kebidanan dan kandungan, anak, mata, bedah, penyakit dalam, THT-KL, dan lain-lain



-



PKRS dalam pelayana rawat inap bagi pasien, yaitu ruang gawat darurat, rawat intensif, dan rawat inap



-



PKRS dalam pelayanan penunjang medis bagi pasien, terutama di pelayanan obat/apotek, laboratorium, radiologi, rehabilitasi medis, bahkan kamar mayat.



-



PKRS dalam pelayanan bagi orang sehat yaitu seperti pelayanan keluarga berencana (KB), konseling gizi, bimbingan senam, pemeriksaan kesehatan (medical chck up), dan lain-lain.



-



PKRS di ruang pembayaran rawat inap, yaitu ruang dimana pasien rawat inap menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap sebelum meninggalkan RS.



2. Di luar Gedung Di luar gedung juga terdapat peluang untuk melakukan PKRS. Kawasan di luar gedung dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS, yaitu -



PKRS di tempat parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lapangan/gedung parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai sudut lapangan parkir



-



PKRS di taman RS, baik taman yang di samping/sekitar, maupun di dalam/halaman RS



-



PKRS di dinding luar RS



-



PKRS di kantin/warung/toko/kios yang ada di kawasan RS.



-



PKRS di tempat ibadah yang tersedia di RS (misalnya masjid atau musholla)



C. Strategi Promosi Kesehatan Sebagaimana disebutkan dalam Kepmenkes Nomor 1193 tahun 2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Kepmenkes Nomor 1114 tahun 2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama Promosi Kesehatan adalah (1) Pemberdayaan yang didukung oleh (2) Bina suasana dan (3) advokasi, serta dijiwai semangat (4) Kemitraan. 1. Pemberdayaan Pemberdayaan



adalah



kekuatan



upaya



promosi



kesehatan



di



RS.



Pemberdayaan adalah upaya membantu atau fasilitasi pasien sehingga memiliki pengetahuan, kemauan, dan kemampuan untuk mencegah atau mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya (to facilitates problem



solving). Oleh karena itu, pemberdayaan hanya dapat dilakukan terhadap pasien dan bukan kepada pihak lain seperti pengantar pasien, penjenguk, atau pengunjung lain di luar pasien. Dalam pelaksanaannya, upaya ini umumnya berbentuk pelayanan konseling. 2. Bina Suasana Pemberdayaan akan lebih cepat berhasil bila didukung dengan kegiatan menciptakan suasana atau lingkungan yang kondusif. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang diperhitungkan memiliki pengaruh terhadap pasien atau klien yang sedang diberdayakan. Kegiatan menciptakan suasana atau lingkungan yang kondusif ini yang disebut bina suasana. Bagi pasien rawat jalan (orang sakit), lingkungan yang berpengaruh adalah keluarga atau orang yang mengantarkannya ke RS. Sedangkan bagi klien rawat jalan (orang sehat), lingkungan yang berpengaruh adalah para petugas yang melayaninya. Merekan ini diharapkan membantu



memberikan



penyuluhan kepada pasien/klien dan juga menjadi teladan dalam sikap dan tingkah laku. Misalnya teladan tidak merokok atau membuang sampah sembarangan. Pengantar pasien tentu saja tidak mungkin dipisahkan dari pasien yntuk dikumpulkan dalam satu ruangan dan diceramahi. Oleh karena itu metode yang tepat di sini adalah penggunaan media seperti pembagian selebaran (leaflet), pemasangan poster, atau penayangan video berkaitan dengan penyakit dan pasien. Sedangkan bagi klien yang sehat, petugas RS yang melayani mereka sangat kuat pengaruhnya sebagai panutan. Maka di tempat ini pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas RS yang melayani harus benarbenar konsisten dengan pelayanan yang diberikan. Misalnya tidak merokok atau membuang sampah sembarangan. Bagi pasien rawat inap, lingkungan yang berpengaruh terutama adalah para penjenguk pasien (pembesuk). Pembagian selebaran dan pemasangan poster yang sesuai dengan penyakit pasien yang akan mereka jenguk dapat dilakukan. Dapat juga dilakukan pengumpulan mereka yang menjenguk pasien yang sama penyakitnya dalam satu ruangan untuk mendapat penjelasan dan berdiskusi dengan dokter ahli danperawat yang menangani penderita.



3.



Advokasi



Advokasi perlu dilakukan bila dalam upaya memberdayakan pasien dan klien, RS memerlukan dukungan dari pihak-pihak lain. Misalnya dalam rangka mengupayakan lingkungan RS yang tanpa asap rokok, RS perlu melakukan advokasi kepada wakil rakyat dan pimpinan daerah untuk diterbitkannya peraturan tentang kawasan tanpa rokok (KTR) yang mencakup RS. Untuk membantu rakyat miskin, RS perlu melakukan advokasi ke berbagai pihak guna mendapatkan donasi bagi biaya transpor rawat jalan, pembuatan jamban keluarga, dan lain-lain. Advokasi juga bukan meruapkan proses yang sederhana. Selama perbincangan dalam advokasi, sasaran advokasi hendaknya diarahkan/dipandu untuk menempuh tahapan: (1) memahami/menyadari persolana yang diajukan, (2) tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan yang diajukan, (30 mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan dalam berperan, (4) menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan, (5) menyampaikan langkah tindak lanjut. Jika elima tahapan tersebut dapat tercapai selama waktu yang disediakan untuk advokasi, maka dapat dikatakan advokasi tersebut berhasil. Langkah tindak lanjut yang tercetus di ujung perbincangan menunjukkan adanya komitmen untuk memberikan dukungan. Kata-kata kunci dalam penyiapan bahan advokasi adalah tepat, lengkap, akurat, dan menarik. Artinya bahan advokasi harus dibuat sesuai sasaran, sesuai lama waktu yang disediakan untuk advokasi, mencakup unsur pokok (apa, mengapa, dimana, kapan, siapa yang melakukan, dan bagaimana melakukan), memuat masalah dan pilihan kemungkinan untuk memecahkan masalah, memuat peran yang diharapkan dari sasaran advokasi, memuat data pendukung (bagan, gambar, dan lainlain), dalam kemasan yang menarik dan ringkas (tidak menjemukan).



4.



Kemitraan



Baik dalam permberdayaan maupun bina suasana dan advokasi, prinsip kemitraan harus ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas RS dengan sasarannya (para pasien/klien atau pihak lain) dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi. Kemitraan juga dikembangkan karena kesadaran upaya peningkatan efektivitas PKRS. Petugas RS harus bekerjasama dengan berbagai pihak seperti kelompok profesi, pemuka



agama, lembaga swadaya masyarakat, media massa, dan lain-lain.



Tiga



prinsip utama dasat kemitraan yang harus diperhatikan adalah (1) kesetaraan (2) keterbukaan, dan (3) saling menguntungkan



A.



Pendukung dalam Pelaksanaan



Dalam pelaksanaannya, strategi dasar harus diperkuat dengan (1) metode media yang tepat serta (2) tersedianya sumber daya yang memadai 1. Metode dan Media metode yang dimaksud adalah metode komunikasi. Pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi pada prinsipnya adalah proses komunikasi. Oleh sebab itu perlu ditentukan metode yang tepat dalam proses tersebut. Pemilihan metode harus dilakukan secara cermat dengan memperhatikan kemasan informasinya, keadaan penerima informasi (termasuk sosial budayanya) dan hal lain seperti ruang dan waktu. Media atau sarana informasi juga perlu dipilih dengan cermat mengikuti metode yang telah ditetapkan. Selain itu juga harus memperhatikan sasaran atau penerima informasi. Bila penerima informasi tidak bisa membaca maka komunikasi tidak akan efektif jika digunakan media yang penuh dengan tulisan atau bila penerima informasi hanya memiliki waktu singkat maka tidak akan efektif bila dipasang poster yang berisi kalimat terlalu panjang. 2. Sumber Daya Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan PKRS adalah tenaga (SDM, sarana, peralatan termasuk media komunikasi, dan dana atau anggaran). SDM utama untuk PKRS adalah semua petugas yang melayani pasien/klien serta tenaga khusus promosi kesehatan. Semua petugas RS yang melayani pasien/klien hendaknya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam konseling. Jika keterampilan ini dimiliki oleh para petugas RS maka harus diselenggarakan program pelatihan atau kursus. Dalam Kepmenkes no 1114 tahun 2005 tentang pedoman pelaksanaan promosi kesehatan di daerah disebutkan bahwa standar tenaga khusus promosi kesehatan untuk RS adalah sebagai berikut



Kualifikasi



Jumlah



Kompetensi umum



S1 kesehatan/kesehatan 1 orang



Membantu petugas RS



masyarakat



lain



merancang



pemberdayaan D3 kesehatan ditambah 2 orang



Membantu/fasilitasi



minat



pelaksanaan



dan



bidang



bakat



di



promosi



kesehatan



pemberdayaan,



bina



suasana dan advokasi



Standar sarana/peralatan promosi kesehatan RS disajikan daftar sebagai berikut: No



Jenis sarana/peralatan



Jumlah



1



Overhead projector (OHP)



1 buah



2



Amplifier dan wireless microphone



1 set



3



Layar yang dapat digulung



1 buah



4



Kamera foto



1 buah



5



Casette recorder/player



1 buah



6



TV di tiap ruang tunggu dan ruang promosi 1 buah kesehatan



7



VCD/DVD player ti tiap ruang tunggu dan ruang 1 buah promosi kesehatan



8



Komputer dan printer



1 set



9



laptop dan LCD projector untuk presentasi



1 set



10



Alat kelengkapan laptop untuk presentasi



1 set



11



Public address system (PSA)/Megaphone



1 buah



Untuk dana atau anggaran PKRS sulit untuk ditentukan standar sehingga diharapkan RS dapat menyediakan dana/anggaran yang cukup untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan PKRS.



I.



KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN DI DALAM GEDUNG RUMAH SAKIT



Promosi kesehatan dalam gedung adalah promosi kesehatan yang dilaksanakan dalam lingkungan dan gedung RS seperti di tempat pendaftaran, poliklinik, ruang perawatan, laboratorium, kamar obat, tempat pembayaran, dan halaman RS. Kegiatan promosi kesehatan di RS dilaksanakan sejalan dengan pelayanan yang diselenggarakan RS. A. Di tempat pendaftaran kegiatan promosi kesehatan di tempat pendaftaran dapat dilakukan dengan penyebaran informasi melalui media seperti poster, leaflet, selebaran yang dapat dipasang di depan loket pendaftaran seperti: alur pelayanan RS, jenis pelayanan kesehatan, denah poliklinik, informasi masalah kesehatan, peraturan kesehatan seperti dilarang merokok, dilarang meludah sembarangan, membuang sampah pada tempatnya, dan lain-lain. B. di poliklinik tenaga kesehatan yang melayani pasien meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya atau obat. Tetapi bila hal ini belum mungkin dilaksanakan, maka dapat dibuka klinik khusus untuk pasien yang memerlukan konsultasi atau konseling. Guna memudahkan dalam pelayanan media, harus digunakan berbagai media (alat peraga) seperi lembar balik, poster, gambar atau model anatomi, dan boleh juga berupa leaflet yang dapat dibawa oleh pasien. Pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien rawat jalan adalah orang yang mengantarkannya ke RS. Mereka ini tidak dalam keadaan sakit sehingga memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai media komunikasi yang tersedia di poliklinik. Oleh karena itu di ruang tunggu perlu dipasang media seperti poster, selebaran, yang berisi



informasi



yang



benar



tentang berbagai



penyakit



dan



pencegahannya.



C. Di ruang rawat inap pemberdayaan terhadap pasien rawat inap dilakukan dengan tujuan agar pasien tidak kambuh dan dapat menjaga kesehatnnya setelah



pulang ke rumah, terutama bagi pasien yang menderita penyakit kronis. Cara pemberdayaan antara lain 1. Konseling di tempat tidur pasien (bedside counceling). 2. penggunaan alat bacaan (biblioterapi). 3. penyuluhan berkelompok 4. pemanfaatan ruang tunggu 5. pendekatan keagamaan



D. di laboratorium dan radiologi di laboratorium dapat dijumpai pasien (orang sakit) dan pengunjung (orang sehat), serta para pengantarnya. Pada umumnya pasien dan/atau pengantarnya tidak tinggal terlalu lama di laboratorium atau radiologi, oleh karena itu di kawasan ini sebaiknya dilakukan promosi kesehatan dengan media self service seperti poster yang dapat dibaca atau leaflet gratis.



E. di tempat pembayaran sebelum pulang, pasien rawat inap yang sudah sembuh atau kerabatnya harus singgah dulu di tempat pembayaran. Di ruang perpisahan ini pasien/kerabatnya memang tidak berada terlalu lama. Namun hendaknya promosi kesehatan



F. di Apotek di pelayanan obat/apotek boleh jadi pasien, klien atau pengantarnya tinggal agak lama karena menanti disiapkannya obat. Dengan demikian selain poster dan leaflet, di kawasan ini juga dapat ditayangkan pesanpesan kesehatan lewat televisi.



Prinsip pemberian informasi melalui konseling kepada pasien/individu yang perlu diperhatikan dan dipraktikkan oleh petugas kesehatan adalah 1. memberikan suasana gembira dan semangat hidup 2. menghargai pasien/klien 3. melihat pasien/individu sebagai subjek 4. mengembangkan dialog yang menyentuh perasaan



5. memberikan keteladanan



II.



KEGIATAN



PROMOSI



KESEHATAN



DI



LUAR



GEDUNG



RUMAH SAKIT Promosi kesehatan di luar gedung adalah promosi kesehatan yang dilakukan petugas RS di luar gedung RS. Hakikatnya adalah pemanfaatan media luar ruang dan pemanfaatan saran-sarana di luar gedung RS untuk promosi kesehatan. Pemanfaatan media luar ruang dapat berupa pemasangan spanduk, pemasangan baliho, pemasangan neon box, pembuatan taman obat keluarga, dan lain-lain. Sedangkan sarana-sarana di luar gedung RS dapat berupa kantin atau warung dan toko, tempat ibadah, dan lain-lain yang berada dalam kawasan rumah sakit. A. PKRS di tempat parkir Tempat parkir RS dapat berupa lapangan parkir atau gedung/bangunan parkir termasuk basement. Semua kategori klien RS dapat dijumpai di tempat parkir sehingga sebaiknya dilakukan PKRS yang bersifat umum. Misalnya tentang pentingnya PHBS, seruan Presiden tentang kesehatan, himbauan menggunakan obat generik berlogo, bahaya merokok, bahaya minuman keras, bahaya menyalahgunakan napza, dan lain-lain. Sebaiknya pemasangan dikonsultasikan kepada ahli sehingga mudah ditangkap oleh mereka yang berada di tempat parkir tersebut tanpa merusak keindahan lapangan B. PKRS di taman RS Rumah Sakit pada umumnya memiliki taman baik di halaman depan, di sekeliling, aatu di belakang RS. Taman di halaman memang diperlukan untuk memperindah pemandangan, namun dapat pula digunakan sebagai sarana memperkenalkan berbagai jenis tanaman berkhasiat obat. Jika demikian maka taman tersebut dapat dikatakan sebagai taman obat keluarga (TOGA). C. PKRS di dinding luar RS Pada waktu tertentu misalnya Hari Kesehatan Nasional, Hari AIDS, Hari Tanpa Tembakau Sedunia, dan lain-lain. Di dinding luar RS juga dapat ditampilkan pesan-pesan promosi kesehatan, namun harus dicermati agar penampilan pesan ini tidak merusak keindahan gedung



RS sehingga disarankan seabiknya hanya memasang 1-2 spanduk raksasa di dinding luar RS. Spanduk terbuat dari bahan yang tidak mudah sobek dan dipasang sedemikian rupa sehingga tidak diterbangkan angin. Jika acara selesai, spanduk dapat diturunkan sehingga tidak rusak dan tidak mengganggu keindahan gedung RS D. PKRS di pagar pembatas kawasan RS Seiring dengan pemasangan spanduk raksasa di dinding uar RS, di pagar pembatas sekeliling kawasan RS khususnya yang berbatasan dengan jalan dapat dipasang spanduk biasa. Pemasangan spanduk di pagar ini harus diperhitungkan agar tidak merusak keindahan pagar, selain itu juga di cek agar tidak mudah sobek dan lepas tertiup angin. Untuk kemudian dilepas setelah rentang waktu acara selesai. E. PKRS di kantin atau toko di kawasan RS Pesan kesehatan yang ditampilan di sarana seperti kantin, toko sebaiknya berkaitan dengan fungsi sarana. Misalnya di kantin ditampilkan pesan yang berkaitan dengan konsumsi gizi seimbang. Bentuk media komunikasi yang cocok adalah poster atau neon box, leaflet, brosur, atau selebaran yang dapat diambil secara gratis. F. PKRS di tempat ibadah Pesan kesehatan yang dapat ditampilkan di tempat ibadah seperti poster, leaflet, brosur atau selebaran gratis. Pesan yang disampaikan berupa pesan kesehatan jiwa yang dikaitkan dengan perintah agama dan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan



III.



PELAKSANAAN PKRS Pelaksanaan PKRS harus sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu agar tercipta masyarakat RS yang mnerapkan PHBS melalui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien/klien RS serta pemeliharaan lingkungan RS dan dimanfaatkan dengan baik semua pelayanan yang disediakan RS. Oleh karena itu terlbih dahulu dibuat Rencana Operasional serta target dan indikator yang ingin dicapai. 1. ukuran kegiatan



2. menetapkan kegiatan dan target yang akan dilaksanakan pada instalasi atau unit RS. Kegiatan PKRS disusun dalam rangka pencapaian indikator PHBS di RS. a. kegiatan di rawat inap b. kegiatan di rawat jalan c. Kegiatan di sarana instalasi penunjang medis d. Kegiatan di sarana umum (tempat parkir, halaman RS, kantin, tempat ibadah, dan lain-lain 3. Membuat sistem informasi PKRS Pengelolaan PKRS akan dapat berjalan baik bila terdapat sistem informasi yang handal. Bentuk sistem informasi yang dibutuhkan dalam pengelolaan PKRS adalah memperhatikan tata hubunga kerja antar instalasi/unit dan dapat juga terintegrasi dengan sistem yang ada



Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan laporan PKRS antara lain: a. kasus b. jumlah kasus c. kasus yang diintervensi dengan metode PKRS d. jumlah topik pesan media yang disampaikan e. frekuensi pesan yang disampaikan



Contoh laporan Di instalasi/unit



Instalasi



:



Pengelola PKRS



:



Laporan Bulan



:



No



Kasus



Jumlah Jumlah kasus



Metode PKRS



kasus



Yang digunakan



yang di



Ket



intervensi PKRS Frek 1



%



Diare



Metode



Frek



%



KIP



150



75



Konseling



50



25



Penyuluhan



25



12,5



KLP Pesan Media



IV.



100



Pembinaan dan Evaluasi Pembinaan dalam upaya kesinambungan PKRS merupakan tugas manajemen RS. Pembinaan dilaksanakan dengan mengadakan rapat bulanan, triwulanan, enam bulanan dan tahunan secara berjenjang. Haisl kegiatan dijadikan masukan dalam mengevaluasi kegiatan PKRS. Pembinaan hendaknya dilakukan terhadap perkembangan dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) dengan menggunakan indikator tertentu.



V.



PEMANTAUAN DAN EVALUASI A. Perencanaan Perencanaan akan menghasilkan penentuan prioritas, rumusan tujuan, rumusan intervensi, dan jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan. Perencanaan kegiatan PHBS hendaknya terintegrasi dengan kegiatan perencanaan di wilayah kerja rumah sakit 1. Menentukan prioritas masalah -



dari beberapa masalah yang ada, mana yang dapat diselesaikan lebih mudah



-



mengapa terjadi



-



bagaimana cara mengatasinya



-



apa bentuk kegiatannya



-



bagaimana jadwal kegiatannya



-



siapa yang akan mengerjakannya



-



berapa lama waktu kegiatannya



2. Menentukan tujuan Setelah menetukan prioritas masalah, selanjutnya menentukan tujuan. Tujuan merupakan keinginan yang akan dicapai sebagai jawaban unutk mengatasi masalah yang ditemukan di rumah sakit khususnya yang terkait dengan PHBS. Berdasarkan masalah yang ditemui dan ketersediaan sumber daya, maka ditentukan tujuan yang akan dicapai untuk mengatasi masalah yang ditemukan seperti: meningkatnya persentasi ibu bersalin yang dibantu oleh tenaga kesehatan dari 60% menjadi 70% di rumah sakit dalam satu tahun.



3. Menentukan kegiatan Setelah ditentukan tujuan, selanjutnya ditentukan kegiatan yang akan dilakukan. Caranya yatu dengan membuat beberapa alternatif kegiatan, kemudian dipilih kegiayan yang mana yang bisa dilakukan dikaitkan dengan ketersediaan sumber daya



4. Menyusun jadwal kegiatan Setelah ditentukan kegiatan terpilih dengan memperhatikan kemampuan sumber daya yang ada, dibuat jadwal kegiatan selama jangka waktu tertentu. Jadwal kegiatan sebaiknya dibahas pada pertemua dengan berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan promosi kesehatan di rumah sakit.



B. Penggerakan dan Pelaksanaan Penggerakan dan pelaksanaan merupakan upaya yang dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan, kegiatannya merupakan implementasi dari kegiatan terpilih. Mekanisme penggerakan dan pelaksanaan dapat dilakukan dengan berbagai cata, yaitu: 1. menggerakkan



keluarga



pasien



seperti



suami,



anak,



atau



saudaranya yang lain agar mempunyai tanggung jawab sosial



dengan aktif pada kelompok-kelompok yang peduli terhadap kesehatan ibu hamil. Hal tersebut dilakukan melalui penyuluhan perorangan, penyuluhan kelompok, dan membuat gerakan peduli kesehatan agar kelompok sasaran mempunyai pengetahuan yang benar tentang kesehatan ibu hamil. Dengan demikian, kesadaran masyarakat mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. 2. Peningkatan pengetahuan pasien (ibu hamil ) dan keluarganya melalui berbagai kegiatan pembinaan. 3. Memberdayakan dukungan tokoh masyarakat (seperti kepala desa) dan kelompok potensial dalam bentuk komitmen, sumber daya, dan tenaga.



C. Pemantauan Pemantauan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian dan pelaksanaan promosi kesehatan di rumah sakit. Pemantauan dapat dilakukan pada pelaksanaan program aksi di puskesmas maupun di lapangan dan juga pembinaan serta membantu memecahkan masalah yang ada. Mekanisme pemantauan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: 1. pelaporan yang bersih dan realisasi pelaksanaan dan pencapaian program promosi kesehatan di rumah sakit yang disampaikan oleh pengelola promosi kesehatan rumah sakit kepada kepala diang pelayanan rumah sakit setiap bulannya. 2. Kunjungan/peninjauan ke lappangan dilakukan ke beberapa lokasi terpilih



D. Evaluasi Evaluasi sebaiknya dilakukan di setiap tahapan manajerial mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan hasil. Evaluasi dilakukan pada setiap pertengahan dan akhir tahun untuk menilai proses dan hasil pelaksanaan program promosi kesehatan di rumah sakit. Hal tersebut dimaksudkan untuk menilai sejauh mana kemanjua kegiatan dan hasil yang dicapai



Evaluasi dilakukan dengan menggunakan indikator keberhasilan yang terdiri dari indikator masukan, proses, keluaran, dan dampak. Semua indikator tersebut dapat dijadikan sebagai masukan sekaligus bahan untuk perbaikan dan pemanfaatan kegiatan promosi kesehatan di rumah sakit.



E. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan perlu dirumuskan untuk keperluan pemantauan dan evaluasi promosi kesehatan rumah sakit. Agar pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan secara pripurna, maka indikator keberhasilan ini mencakup indikator masukan (input), indikator proses, indikator keluaran (output), dan indikator dampak (outcome). 1. indikator masukan masukan yang perlu diperhatikan yang berupa komitmen, sumber daya manusia, sarana/peralatan, dan dana. Oleh karena itu indikator masukan ini dapat mencakup: a. ada/tidaknya komitmen Direktur RS yang tercermin dalam rencana umum pengembangan promosi kesehatan rumah sakit b. ada/tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam rencana operasioal promosi kesehatan RS c. ada/tidaknya tenaga promosi kesehatan RS sesuai dengan acuan dalam standar SDM promosi kesehatan RS d. ada/tidaknya tenaga promosi kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang sudah dilatih e. ada/tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan RS sesuai dengan



acuan



dalam



standar



sarana/peralatan



promosi



kesehatan RS f. ada/tidaknya



dana



di



RS



yang



mencukupi



untuk



penyelenggaraan promosi kesehatan RS



2. indikator proses proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan promosi kesehatan RS yang meliputi promosi kesehatan di dalam gedung dan promosi kesehatan di masyarakat.indikator yang digunakan di sini meliputi:



a. sudah/belum dilaksanakannya kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung (setiap tenaga kesehatan melakukan promosi atau diselenggarakan klinik khusus, pemasangan poster, dan lain-lain) dan atau frekuensinya b. kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, leaflet, spanduk, dan lain-lain) yaitu masih bagus atau sudah rusak



3. indikator keluaran keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, baik secara umum maupun khusus. Indikator yang digunakan berupa cakupan dari kegiatan, misalnya: a. apakah semua tenaga kesehatan RS telah melaksanakan promosi kesehatan b. berapa banyak pasien/klien yang sudah terlayani oleh berbagai kegiatan



promosi



kesehatan



dalam



gedung



(konseling,



biblioterapi, dan lain-lain) c. Rumah Sakit sebagai model intitusi kesehatan yang ber-PHBS, yaitu dengan: -



RS bebas rokok



-



Lingkungan bersih



4. indikator dampak Indikator dampak mengacu kepada tujuan dilaksanakannya promosi kesehatan RS, yaitu terciptanya PHBS di masyarakat. Kondisi ini sebaiknya dinilai setelah promosi kesehatan RS berjalan beberapa lama, yaitu melalui upaya evaluasi Kondisi lingkungan dapat dinilai melalui observasi dan kondisi pemanfaatan pelayanan dapat dinilai dari pengolahan terhadap catatan/data pasien/klien RS. Sedangkan kondisi pengetahuan, sikap dan perilaku pasien/klien hanya dapat diketahui dengan menilai diri pasien/klien tersebut. Oleh karena itu data untuk indikator ini biasanya didapat melalui survei. Survei pasien/klien yang adil adalah yang dilakukan baik terhadap pasien/klien yang



berada di RS maupun mereka yang tidak berada di RS tetapi pernah menggunakan RS.



VI.



PENUTUP Kiranya dapat diingatkan kembali bahwa promosi kesehatan untuk peningkatan PHBS di rumah sakit menjadi tugas seluruh petugas kesehatan di rumah sakit. Dalam rangka promosi kesehatan maka upaya pemberdayaan baik terhadap pasien maupun individu/keluarga/masyarakat yang sehat menjadi tugas yang perlu diemban. Berbagai upaya pemberdayaan akan berhasil jika didukung upaya bina suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan terhadap mereka yang paling



berpengaruh



Sedangkan



advokasi



terhadap dilakukan



pasien/individu/keluarga/masyarakat. terhadap



mereka



yang



dapat



mendukung/membantu rumah sakit dari segi kebijakan atau peraturan perundang-undangan dan sumber daya dalam rangka memberdayakan pasien/individu/keluarga/masyarakat. Banyak sekali peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan rumah sakit yaitu di dalam gedung dan di luar gedung atau masyarakat. Peluang tersebut harus dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga upaya promosi kesehatan dapat terlaksana dengan baik