5 0 898 KB
HALAMAN PENGESAHAN PRAKTIKUM SEISMIK REFRAKSI IDENTIFIKASI KEADAAN LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN WILAYAH CATURTUNGGAL MENGGUNAKAN METODE PLUS MINUS
Disusun sebagai syarat mengikuti acara Praktikum Seismik Refraksi selanjutnya, tahun ajaran 2019/2020, Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Disusun Oleh :
AHSANUL HAKIM 111.180.101
Yogyakarta, 17 Februari 2020 ACC
(_______________________)
LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2020
PAPER PRAKTIKUM SEISMIK REFRAKSI IDENTIFIKASI KEADAAN LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN WILAYAH CATURTUNGGAL MENGGUNAKAN METODE PLUS MINUS Ahsanul Hakim 111.180.101 Jurusan Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Jalan SWK 104 (Lingkar Utara) Condongcatur Yogyakarta [email protected]
ABSTRAK Pada kondisi bawah permukaan ketebalan dan jenis litologi tidak dapat diketahui. Untuk mengetahui litologi bawah permukaan diperlukan metode tertentu yang membutuhkan teori dan parameter fisika serta dapat mencerminkan kondisi daerah survei meskipun masih dalam suatu pendekatan. Terdapat berbagai macam survei geofisika yang dapat digunakan sebagai pendekatan untuk penentuan litologi salah satunya metode seismik refraksi. Dalam pembuatan paper ini digunakan metode seismik refraksi Plus Minus. Metode Plus Minus merupakan turunan dari metode delay time yang menggunakan asumsi bahwa bidang batas lapisan adalah lurus dan Kemiringan refraktor < 10º. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui litologi bawah permukaan wilayah Caturtunggal. Data lapangan yang telah diperoleh diolah menggunakan software Microsoft Excel untuk mendapatkan kedalaman serta kecepatan gelombang. Dari hasil pengolahan data didapatkan kecepatan gelombang dan diinterpretasikan dengan metode CDM satu lapisan didapatkan litologi weathered layered dan clay dengan kecepatan yaitu 376,8 m/s dan 1177,5 m/s serta kedalaman 5,6 m; b Kata kunci : Lapangan X, Litologi, Metode Delay Time, Metode Plus Minus, Seismik Refraksi
1. PENDAHULUAN
Pada kondisi bawah permukaan,
Dalam pengolahan data seismik
litologi dan ketebalan lapisan tidak
refraksi
dapat
pengolahan, salah satunya merupakan
diketahui.
litologi
bawah
Untuk mengetahui permukaan
memiliki
beragam
cara
wilayah
Metode Delay Time. Terdapat empat
Caturtunggal diperlukan metode tertentu
jenis Metode Delay Time yaitu Metode
yang
serta
ABC, Metode Plus Minus, Metode
dapat
GRM, dan Metode Hagiwara.
membutuhkan
parameter
fisika
teori yang
mencerminkan kondisi daerah survei meskipun
masih
dalam
suatu
pendekatan.
Metode
geofisika
sendiri
Minus
(Hagedoorn,1959) merupakan turunan dari
Metode
Plus
metode
delay
time
yang
menggunakan asumsi bahwa bidang
digunakan karena survey geologi bawah
batas
permukaan belum memberikan data
Kemiringan refraktor < 10º. Metode ini
yang cukup mengenai kondisi geologi
menggunakan dua jenis analisis, yaitu
pada daerah lapangan X.
Analisis
Metode seismik refraksi adalah metode
geofisika
eksplorasi
yang
didasarkan pada pengukuran respon direfraksikan
sepanjang
Plus
adalah
Time
lurus
untuk
dan
analisa
kedalaman dan Analisa Minus Time untuk determinasi kecepatan 1.1. Rumusan Masalah
gelombang seismik di dalam tanah dan kemudian
lapisan
Berdasarkan latar belakang yang sudah
diuraikan,
daerah
penelitian
perbedaan lapisan tanah atau batas-batas
lapangan X memiliki permasalahan
batuan.
bagaimana mengetahui litologi bawah
Metode
ini
memanfaatkan
perambatan gelombang seismik pada bawah permukaan dan memiliki salah satu sifat gelombang yaitu bahwa gelombang dapat dibiaskan.
seismik
memberikan
refraksi
gambaran
1.2. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini untuk
Penyelidikan dengan menggunakan metode
permukaannya.
bertujuan
mengetahui
litologi
bawah
permukaan daerah penelitian lapangan X.
mengenai
litologi bawah permukaan secara fisika dan dikaitkan dengan data geologi dari
2. DASAR TEORI
permukaan
2.1. Seismik Refraksi Metode seismik merupakan salah satu metode yang sangat penting dan
banyak
dipakai
di
dalam
teknik
permukaan dan sebagian diteruskan
geofisika. Hal ini disebabkan metode
merambat
seismik mempunyai ketepatan serta
permukaan.Penjalaran gelombang
resolusi
dalam
seismik mengikuti Hukum Snellius
memodelkan struktur geologi di bawah
yang dikembangkan dari Prinsip
permukaan bumi. Dalam menentukan
Huygens, menyatakan bahwa sudut
struktur
seismik
pantul dan sudut bias merupakan
dikategorikan kedalam dua bagian yang
fungsi dari sudut datang dan
besar yaitu seismik bias dangkal (head
kecepatan gelombang. Gelombang
wave or refrected seismic) dan seismik
P yang datang akan mengenai
refleksi (reflected seismic). Seismik
permukaan bidang batas antara dua
refraksi
medium
yang
tinggi
geologi,
metode
efektif
penentuan
di
digunakan
struktur
untuk
geologi
yang
dangkal sedangkan seismik refleksi
dibawah
berbeda
akan
menimbulkan gelombang refraksi dan refleksi (Hutabarat, 2009)
untuk struktur geologi yang dalam. Metode seismik refraksi merupakan metode
yang
memanfaatkan
waktu
tempuh dari gelombang yang telah terbiaskan untuk menuju pada suatu penerima gelombang (geophone). 2.2. Hukum Dasar
Gambar 1. Pemantulan dan
Mekanisme penjalaran gelombang seismik
didasarkan
pada
hukum
Snellius, Prinsip Huygens dan Prinsip Fermat. Penjelasan dari hukum Snellius, Prinsip Huygens dan Prinsip Fermat dijelaskan sebagai berikut : gelombang
impedansi akustik yang berbeda dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, maka gelombang akan Gelombang
Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang baru. Posisi dari muka
seismik
melalui lapisan batuan dengan
terbagi.
2. Prinsip Huygens
gelombang merupakan sumber bagi
1. Hukum Snellius Ketika
Pembiasan Gelombang
tersebut
sebagian terefleksikan kembali ke
gelombang dalam dapat seketika ditemukan
dengan
membentuk
garis singgung permukaan untuk semua wavelet sekunder. Prinsip Huygens mengungkapkan sebuah mekanisme dimana sebuah pulsa seismik akan kehilangan energi
seiring
dengan
bertambahnya
kedalaman (Asparini, 2011).
2. Kecepatan gelombang bertambah seiring bertambahnya kedalaman. 3. Panjang gelombang seismik harus tidak lebih dari seperempat tebal tebal lapisan. 4. Perambatan
gelombang
seismik
diasumsikan sebagai sinar dan mematuhi
hukum-hukum
pembiasan cahaya. Gambar 2. Prinsip Huygen (Asparini, 2011)
5. Pada
bidang
gelombang
batas
lapisan,
merambat
dengan
kecepatan lapisan dibawahnya. Dalam metode seismik refraksi
3. Prinsip Fermat Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat
waktu
penjalarannya.
Dengan demikian jika gelombang melewati sebuah medium yang memiliki
variasi
dibagi lagi menjadi 2 metode yaitu Metode T-X dan Metode Delay Time. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Metode T-X 2.4. Metode Delay Time
kecepatan
Metode delay time digunakan
gelombang
seismik,
maka
pada bidang batas lapisan dangkal
gelombang
tersebut
akan
dengan kontras kecepatan yang besar
zona-zona
(untuk mencari ketebalan lapisan lapuk).
kecepatan tinggi dan menghindari
Disebut waktu tunda karena terdapat
zona-zona
perbedaan waktu yang diperlukan untuk
cenderung
melalui kecepatan
rendah
(Jamady, 2011)
perambatan pulsa gelombang ke arah
2.3. Asumsi-Asumsi Dasar
atas (up-ward) atau ke arah bawah
Terdapat juga asumsi-asumsi yang
(down-ward) yang melalui lapisan atas
digunakan
seismik
terhadap waktu yang digunakan untuk
refraksi ini yaitu menurut Sismanto
merambat di permukaan lapisan kedua
(1999) antara lain :
(pembias) sepanjang proyeksi lintasan
1. Bumi
dalam
dianggap
metode
sebagai
benda
normal tersebut pada bidang batas.
berlapis yang pada tiap lapisannya
Metode Delay Time digunakan dengan
dapat
gelombang
prinsip memanfaatkan waktu tunda
seismik dengan kecepatan yang
perambatan gelombang untuk mencapai
berbeda.
receiver seperti pada Gambar 3.
merambarkan
Metode Plus Minus (Hagedoorn, 1959) merupakan turunan dari metode delay time yang menggunakan asumsi bahwa Bidang batas lapisan C-F adalah lurus dan Kemiringan refraktor < 10º. Metode ini menggunakan dua jenis analisis, yaitu Analisis Plus Time untuk Gambar 3. Ilustrasi Metode Delay Time pada Single Shot
Time
Metode ini memanfaatkan waktu tunda yang menjalar dari sumber ke lapisan kecepatan (V1) lalu bidangbidang batas bias (V2) menuju ke penerima
gelombang
pada
analisa kedalaman dan Analisa Minus
lapisan
kecepatan (V1). Metode Delay Time
untuk determinasi
kecepatan.
Metode ini dapat digunakan untuk kasus yang lebih kompleks seperti bidang batas lapisan yang tidak rata, mencari tebal lapisan-lapisan lapuk, dan untuk menghitung static correction pada data seismic refleksi.
metode
Dasar dari metode Plus Minus
Plusminus, metode GRM, dan metode
terletak pada timbal balik tempuh, yaitu
Hagiwara.
tempuh dari gelombang seismik antara
meliputi
metode
ABC,
dua titik di satu arah adalah sama 2.5. Metode Plus Minus
dengan
tempuh
dalam
arah
yang
berlawanan. Analisis Plus Time (T+) untuk menganalisa kedalaman (depth) seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Ilustrasi Dua Lapisan Metode Plus Minus untuk analisa Plus Minus.
Plus Time adalah jumlah waktu rambatan gelombang dari geophone pada sumber dan forward dan geophone dari sumber reverse dikurangi dengan travel time antara sumber keduanya. Sedangkan
Minus
pengurangan
Time
waktu
adalah
T+ D = TCD - TCE + TFD – TEF Kemudian disederhanakan lagi menjadi, T+ D = 2[Z1 D cos(θc)] / V1 Maka didapatkan kedalaman di titik D, Z1 D = [(T+ D)*(V1)] / 2 (cos(θc)) Sedangkan,
untuk
mencari
rambatan
kecepatan V1 di dapat dari inverse slope
gelombang dari geophone pada sumber
gelombang arrival lapisan pertama (Sf
forward dan geophone dari sumber
ke Xf atau Sr ke Xr)
reverse lalu dikurangi dengan travel time antara sumber keduanya yang terlihat pada Gambar 5.
2.5.2. Analisa Minus Time (T-) Minus-Time
dapat
dirumuskan
dengan, T- D = TAD - THD - TAH V2 dapat dicari dengan analisa geophone D dan D’ dipisahkan oleh jarak ∆X, maka : Gambar 5. Analisa Minus Time untuk Mencari Informasi Kecepatan V2 -
Analisa Minus Time (T ) yang digunakan untuk determinasi kecepatan gelombang.
Kemudian, kurangkan T-D dengan T-D’, maka : T- D - T- D’ = TAD’ - TAD + THD – THD’ dimana,
2.5.1. Analisa Plus Time (T+) Plus-Time
T- D’ = TAD’ - THD’ - TAH
dapat
dirumuskan
dengan, T+ D = TAD + THD - TAH Sehingga
disederhamakan
menjadi,
TAD’ - TAD dan THD – THD’ = ∆X/V2. Artinya,
kecepatan
Penelitian dilakukan di wilayah Condongcatur, Sleman, D. I. Yogyakarta.
sama
dengan dua kali inverse slope-nya di dalam window analisa Plus-Minus Time, sehingga : T- D’ – T- D = ∆T-D = 2 (∆X) / V2
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian
V2
3.2. Diagram Alir
3.
Data Seismik Refraksi Pengambilan data dilakukan secara kolektif
sesuai
lapisan
yang
diinginkan, data yang di ambil berupa jarak geophone dan waktu tiba refraksi 4.
Pengolahan Data Menentukan titik refraktor pada tabel
dengan
mengidentifikasi
adanya perubahan secara drastis pada
data
time
Kemudian
antar
jarak.
mengolah
data
gelombang seismik dengan metode Plus
gambar
di
atas,
pengambilan data diawali dengan : Pada
pengolahan
data
Menghitung
data
gelombang seismik menggunakan
Gambar 6. Diagram Alir
Berdasarkan
Minus.
Microsoft
Excel,
membuat
peta
dan
untuk
menggunakan
Surfer.
akuisisi
dilapangan, berikut pembahasannya :
5.
Pembahasan Setelah
melakukan
pengolahan
data, mendapatkan Grafik T-X,
1. Mulai Dalam melakukan pengolahan studi
Peta Kecepatan (V1 dan V2), Peta
pustaka
Perbandingan
digunakan
agar
dapat
Kecepatan,
mengetahui langkah-langkah apa
Kedalaman,
dan
yang
permukaan.
Setelah
akan
dilakukan
dalam
profil
Peta bawah
didapatkan
metode
data, grafik, peta, dan profil bawah
CDM serta interpretasi yang akan
permukaan dilakukan pembahasan
dilakukan
berupa interpretasi lapisan batuan
pengolahan
data
excel
2. Melakukan Tinjauan Pustaka Melakukan
tinjauan
pustaka
dengan cara mencari jurnal, paper, dan/atau
buku-buku
mengenai
di
bawah
permukaan
dengan
melihat kecepatan batuan untuk menginterpretasi lapisan. 6. Kesimpulan
Seismik Refraksi, terutama yang
Pembuatan kesimpulan dilakukan
berkaitan dengan Metode Plus
setelah
Minus.
memahami
interpretasi
yang telah dilakukan dari berbagai data yang telah diolah. 7.
Selesai Setelah itu dilakukan pembuatan laporan yang berisi pembahasan tiap
lapisan,
profil
bawah
permukaan, dan kesimpulan acara
seismik
refraksi
dari
metode
Delay Time Plus Minus. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. CDM Satu Lapisan Tabel 1. Metode Critical Distance Satu Lapisan
f(x) = 0
Grafik T-X Metode CDM Satu Lapisan
100 90
gelombang langsung f(x) = 1.7 x + 1.45
80
Linear (gelombang langsung)
Time (s)
70 60
Linear (gelombang langsung)
50
gelombang refraksi
40
Linear (gelombang refraksi)
30
Linear (gelombang refraksi)
20 10 0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
Offset (m) Gambar 7. Grafik T-X Metode CDM Satu Lapisan
Grafik diatas merupakan grafik T-X
m/s
merupakan
clay.
Kemudian
adalah time (s), dengan panjang lintasan
perhitungan tersebut diolah dengan rumus
80 m dan interval offset 5 m. Titik
yang telah ditentukan maka digunakan
refraktor berada pada offset 15 m dengan
untuk memporoleh kedalaman lapisan (z)
waktu 39s. Kemudian berdasaran data
pada satu lapisan yaitu sebesar 5,6 meter
Perhitungan
dilakukan
menggunakan
Microsoft Excel, dari data yang diperoleh hitungan
terlebih
dahulu
kecepatan
pertama (V1) dan diperoleh hasil sebesar 376,8 m/s dan menurut Burger (1992), lapisan ini merupakan lapisan weathered layer, kemudian menghitung kecepatan kedua (V2) diperoleh hasil sebesar 1177,5
hasil
lapisan
dengan x merupakan offset (m) dan y
tersebut didapat nilai Xc yaitu 15,605 ms.
dari
jenis
perhitungan-
Gambar 8. Profil Bawah Permukaan Satu Lapisan
Dari data yang di dapat dan setelah
kecepatan gelombang yang melewati
dilakukan pengolahan data menggunakan
lapisan tersebut menurut Burger (1992),
Microsoft Excel maka akan didapati gamb
didapatkan V1 adalah 376,8 m/s maka
aran lapisan bawah permukaan sesuai den
lapisan
gan gambar 8. Untuk menentukan litologi
layered. Kemudian didapat V2 1177,5
nya dapat dilihat dengan kecepatan gelom
m/s maka lapisan tersebut adalah lapisan
bang refraksi atau kecepatan gelombang s
clay.
aat di lapisan tersebut. Berdasarkan
tersebut
adalah
weathered
5. KESIMPULAN DAN SARAN
reverse didapatkan nilai rata-rata
5.1. Kesimpulan
dengan V1 rata-rata 452,8 m/s dan
Dari data yang telah diolah dan
V2 rata-rata 1444 m/s. Berdasarkan
pembahasan yang telah dipaparkan maka
kecepatan tersebut terdapat 2 lapisan
dapat disimpulkan sebagai berikut :
miring
dengan
V1
merupakan
lapisan weathered soil dan V2
Metode Critical Distance pada satu
didapatkan lapisan clay.
lapis diperoleh data V1 sebesar 376,8 m/s
yang
merupakan
lapisan
weathered layered, kecepatan kedua V2 diperoleh hasil sebesar 1177,5
Penulis menyarankan beberapa
m/s merupakan lapisan clay dan
hal terkait dengan proses pembelajaran
didapatkan kedalaman lapisan (Z)
dan pengerjaan laporan diatas antara lain :
pada satu lapisan yaitu sebesar 5,6
meter.
5.2. Saran
Penulis
menyarankan
pengembangan
Metode
Critical
Distance
lapisan
banyak
didapatkan
pada
Geofisika
untuk
Laboratorium
Eksplorasi
Metode
V1
Seismik Refraksi untuk memberikan
dengan nilai 740,74 m/s merupakan
berbagai sumber literatur yang dapat
lapisan
memudahkan
yang
berupa
weathered
dalam
pengerjaan
layered, V2 diperoleh nilai kecepatan
laporan dan tugas-tugas lain yang
sebesar 1441,2 m/s dan merupakan
berkaitan dengan Metode Seismik
jenis
Refraksi
lapisan
yang
clay,
dan
kecepatan V3 diperoleh nilai sebesar 2118,6 m/s merupakan lapisan clay. Lapisan clay berada pada kedalaman
2,7 meter, sedangkan lapisan kedua
DAFTAR PUSTAKA
berada pada kedalaman 16,7 meter.
Ningsih, Nunung Isnaini Dwi. 2018. Uji
Metode
Critical
Distance
pada
Kinerja Handyviewer MC-SEIS 3
lapisan miring diperoleh nilai V1
Channel Untuk Pendeteksian Lapisan
pada gelombang forward adalah
dibawah Permukaan. Integrated Lab
543,4 m/s dan V2 didapat nilai
Journal. Vol. 06, No. 02, 55-64.
sebesar 1482,7 m/s. Pada gelombang reverse diperoleh V1 362,3 m/s dan V2 sebesar 1405,3 m/s. Data V1 dan V2 pada gelombang forward dan
Jakosky, Jay John. 1940. Exploration Geophysics.
Los
Publishing Company.
Angeles:
Trija
Larasati, Sava Sintya, dkk. 2018. Analisis Potensi Tanah Longsor Menggunakan Metode
Seismik
Refraksi
Critical
Distance Method dan Delay Time Plus Minus Pada Daerah Kebun Karet, Kecamatan Imogiri, Bantul, D. I. Yogyakarta. Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung: Penerbit ITB. Susilawati. (Dasar
2004. Teori
Seismik &
Akuisisi
Refraksi Data).
Sumatera Utara: USU digital library