Paper Studi Kasus CITIBANK [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Paper Studi Kasus CITIBANK Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata kuliah Management Control System yang diampu oleh : Faris Kasenda D5977



Disusun Oleh : Gabriella Advena Tiara Marani



2101683762



Jessica Petricia



2101647630



UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA 2018



1. SEJARAH CITIBANK Citibank adalah divisi konsumen dan perusahaan bank dari jasa finansial raksasa Citigroup, perusahaan terbesar jenisnya di dunia. Citibank didirikan pada 1812 sebagai Bank Kota New York. Pada 1894 di menjadi bank terbesar di Amerika Serikat. Pada 1902 dia mulai mengadakan perluasan ke seluruh dunia dan menjadi bank pertama di AS yang memiliki departemen luar negeri. Pada 1930 dia menjadi bank terbesar di dunia dengan lebih dari 100 cabang di 23 negara. Dia mengubah namanya menjadi The First National City Bank of New York pada 1955, dan kemudian menjadi First National City Bank pada 1962 dan menjadi Citibank pada 1976. Citibank adalah bank AS pertama yang memperkenalkan ATM di 1970-an, dalam rangka pengurangan "teller" manusia dan memberikan akses akun 24-jam. Citibank beroperasi di lebih dari 50 negara di dunia. Lebih dari setengah dari 1.400 kantornya berada di AS, kebanyakan di New York, New York, Chicago, Illinois, Miami, Florida, dan Washington, DC, dan juga di California. Bank ini juga menawarkan produk asuransi dan investasi. Mereka menawarkan pelayanan online dan merupakan salah satu yang paling sukses, dengan sekitar 15 juta pengguna.



2. KASUS CITIBANK Pada November 1983, Mehli Mistri, Country Manager Citibank untuk Indonesia, dihadapkan dengansituasi yang sulit. Dia baru saja menerima sebuah memorandum dari atasan langsungnya, David Gibson, kepala divisi untuk Asia Tenggara, memberitahukan bahwa selama review mereka hanya-selesai dari anggaran operasional, manajer Citibank di perusahaan telah mengangkat divisi SE-Asia 1984 setelah pajak tujuan keuntungan dengan $4juta. Mr Gibson, pada gilirannya, telah memutuskan bahwa pangsa Indonesia untuk tujuan peningkatan ini harus antara $500.000 - $1.000.000. Mr Mistri khawatir karena ia tahu bahwa anggaran yang telah disampaikan sudah sangat agresif, itu termasuk beberapa pertumbuhan pendapatan dan hanya sedikit penurunan keuntungan, meskipun prospek jangka pendek bagi perekonomian Indonesia, yang sangat bergantung pada pendapatan minyak, sangat pesimis. Mr. Mistri menyadari bahwa ia memiliki harapan yang realistis menghasilkan keuntungan pada tahun 1984 yang lebih tinggi daripada yang sudah termasuk dalam anggaran, ia mungkin akan harus mengambil satu atau lebih tindakan yang ia ingin hindari. Namun, Citibank adalah bank asing terbesar yang beroperasi di Indonesia, dan gagal untuk berpartisipasi dalam pinjaman ini bisa memiliki dampak yang signifikan dalam hal hubungan dengan pemerintah dan pelanggan utama di Indonesia dan di tempat lain. Kemungkinan lain adalah untuk meningkatkan jumlah total uang yang dipinjamkan di Indonesia, dengan semua peningkatan akan perusahaan komersial. Tapi dengan kondisi yang memburuk di perekonomian Indonesia, Mr. Mistri tahu bahwa itu mungkin bukan waktu yang baik untuk Citibank untuk meningkatkan eksposur. Juga, pemerintah tidak ingin peningkatan yang signifikan dalam pinjaman luar negeri tersebut untuk sektor swasta saat



ini karena dampaknya yang rekening pembayaran dan jasa.



merugikan



mereka



pada



keseimbangan



negara



dari



Disamping itu, Mistri juga dihadapkan dengan masalah tingkat pergantain staff yang cukup tinggi.. Hal ini merupakan masalah besar bagi Citibank karena Citibank telah membekali orang-orangnya dengan pelatihan yang mungkin diakui sebagai yang terbaik di Indonesia dan lembaga keuangan local telah memikat banyak orang Citibank untuk keluar dengan penawaran yang lebih baik. Banyaknya karyawan yang mengundurkan diri kemungkinan memiliki pandangan bahwa gaji pokok yang diberikan oleh pihak Bank tidak dapat bersaing dan mereka memiliki keinginan untuk mendapatkan gaji yang lebih tinggi. Di tahun 1983, merupakan tahun yang paling sulit dalam hal pergantian staff karena keluarnya kepala staf dan dua karyawan senior.



3. SOLUSI KASUS CITIBANK Dalam menghadapi kasus keraguan akan tidak tercapainya tujuan Citibank yaitu menjadikan Indonesia sebagai pangsa untuk meingkatkan pendapatan Citibank sekitar $500.000 - $1.000.000 adalah dengan menghilangkan atau mengurangi partisipasi Citibank dalam pinjaman kepada pemerintah prime atau perusahaan swasta, sebagai pinjaman ini tersedia pengembalian jauh lebih rendah daripada yang diperoleh pada sisa portofolio karena pada saat itu keuangan Indonesia dinilai mengalami penurunan dan hanya bergantung pada pendapatan minyak. Namun jika hal ini dilakukan, dapat mengakibatkan renggangnya hubungan antara Citibank dengan pelanggan utama yang berada di Indonesia. Akhirnya karena dilakukannya refleksi atas ketidakpastian yang cepat berubah dalam perekonomian dan masalah personel, Mistri memutuskan untuk beroperasi dengan batas sovereign risk yang dinilai terlalu memaksakan diri. Sovereign Risk itu sendiri adalah kekhawatiran yang merusak kemampuan bank untuk merebut kembali modal yang diivestasikan di negara-negara asing. Proses peninjauan ulang Sovereign Risk dimulai pada pertengahan tahun dengan pengelola negara mengusulkan batas resiko Megara. Proses penetapan batas resiko kedaulatan dibagi menjadi 2: a) Dibahas dengan manajer divisi dan kelompok b) Disetujui oleh spesialis internasional senior Untuk permasalahan banyaknya karyawan Citibank yang mengundurkan diri, Citibank bisa menaikkan tingkat kompensasi atau gaji pokok tiap karyawannya.