Paradigma Estetika Pada Karya Arsitek Frank Gehry [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PARADIGMA ESTETIKA PADA KARYA ARSITEK FRANK GEHRY (FRED AND GINGER)



Disusun Oleh : Nindita Hirawati (18.84.0139) Amanda Alifia Nayla (18.84.0126) Dhea Millenia .A (18.84.0129) Fachdion Andien .M (18.84.0131) Gerry Sahetapy (18.84.0152)



PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA Jl. Ring Road Utara, Condongcatur, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, Indonesia.



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Perkembangan



perancangan



arsitektur



sejak



era



pra-klasik



dan



sesudahnya



memperlihatkan adanya pergeseran dalam essensi paradigmanya yang dapat digunakan sebagai sumber bertema dan berteori dalam arsitektur.Pada era peradaban kuno (ancient world) konsep arsitekturnya mendasar-kan inspirasinya dari alam semesta yang berkaiatan dengan nilai-nilai kosmos dan mitos.Pada era kebesaran arsitektur Klasik Eropa (Yunani – Romawi– Renaissance) paradigma arsitekturnya sangat dititik beratkan pada estetika bangunan. Proporsi, simetri,geometri dan ornamentasi merupakan sasaran essensial dalam konsepnya, sedangkan aspekstruktur dan fungsi berperan minor.Dengan munculnya gerakan arsitektur modern yang melawan kemapanan arsitekturklasik eropa yang doktriner, konsep arsitekturnya bergeser



lagi



perancangannya



dalam pada



paradigmanya.Perancangan paradigm



Rasionalisme



modern dimana



mendasarkan



pemikiran



pertimbangan-pertimbangan



perancangannya berdasarkan pada logikadan rasio, menggunakan teknologi baru dan aspekaspek struktur serta fungsi menjadidominan. Sementara estetika mendapat interpretasi baru dengan mengutamakan ekspresisistem bangunan, struktur dan fungsi. Penyelesaian façade dengan garis-garis linier dan bentuk kotak. Assosiasi dengan konteks terabaikan dan eksesnya melahirkan konsep bentukyang universal.Pada pertengahan tahun 1960-an paradigma arsitektur modern ini mulaidipertanyakan dan ditantang dengan munculnya buku Complexity and Contradiction inArchitecture dari Robert Venturi (19--). Gerakan perbaharuan ini menamakan dirinya sebagai post-modernisme (istilah dari Charles Jenck dalam bukunya The Language of Post-Modenism, 1979). Gerakan Post-Modernisme ini menentang azas-azas yang bersifat tunggal atau „universalism‟ dan „uniformity‟. Kalau gerakan Modern menolak sejarah arsitektur Eropa, kaum post-modernism justru mau merangkul sejarah. Pelbagai teori bermunculan, paradigma-paradigma teoritik menjadi penentu post modernisme, termasuk teori-teori dari luar displin arsitektur. Dengandemikian suatu era baru dalam perjalanan sejarah arsitektur modern telah lahir. Beberapa contoh paradigma yang tersebut diatas merupakan beberapa diantara paradigma-paradigma yang



dianggap gayut dalam perjalan teori arsitektur. Sedangkan masih banyak lagi paradigmaparadigma di dalam belahan bumi yang tidak disebut, baik di Timur maupun di Barat yang berperan sebagai acuan atau inspirasi dalam berkonsep dan berteori. Makalah kali ini akan mengkaji paradigma estetika pada karya Frank O’ Gehry yang bernama “Fred and Ginger”. Paradigma estetika tersebut meliputi keseimbangan dan keselarasan yang terdiri dari proporsi, komposisi, perspektif, geometri, dan fungsi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian paradigma estetika dalam arsitektur? 2. Bagaimana paradigma estetika dalam karya Frank O’ Gehry yang bernama Fred and Ginger? 1.3 Tujuan Dapat menganalisis paradigma estetika dalam karya Frank O’ Gehry yang bernama Fred and Ginger 1.4 Manfaat Dapat mengetahui paradigma estetika dalam karya Frank O’ Gehry yang bernama Fred and Ginger.



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Paradigma Estetika Dalam Arsitektur Paradigma estetika adalah paradigma keindahan yang biasanya berdasarkan pada keseimbangan dan keselarasan di antara elemen-elemen pembentuk arsitektur. Sebagai pengaya, berikut diuraikan beberapa langgam yang berkembang sebagai akibat dari penggunaan paradigma estetika dan teori-teori yang berkembang pada masa-masa klasik. Yunani Pada masa Yunani Kuno karya -karya arsitektur yang dikenal dengan langgam Klasik, terdiri dari balok-balok dan kolom-kolom batu. Ekspresinya tampak pada derertan tiang seperti pada Basilika St. Petrus di Roma, kuil Parthenon dan bangunan lainnya di Arcopolis dekat Athena. Sebagai tiang penyangga terdapat tiga jenis kolom yang cukup berperan dalam perwujudan bangunan arsitektur Yunani dengan istilah Dorik Ionik dan Korintian. Kolom Dorik mempunyai tampilan yang terkesan jantan kokoh dan kaku, sedangkan Ionik dan Korintian lebih terkesan feminin, luwes, ornamental dengan dimensi yang lebih langsing. Tetapi secara keseluruhan, paradigma Estetika dalam arsitekturnya lebih essensial, yang sarat oleh kaidah-kaidah dan norma-norma “The Graet Thoery of Beauty” dan “Golden Section”. Romawi Munculnya Kekaisaran Romawi di Italia mempunyai dampak terhadap nilai-nilai budaya dan karya-karya arsitektur di daerah dan wilayah kekuasaannya. Gaya atau langgam Arsitektur Romantis, mempunyai ciri yang berbeda dengan langgam arsitektur Yunani Kuno, ditandai dengan bentuk-bentuk lengkung busur lingkaran pada struktur bagian atas bangunan, dan secara keseluruhan terkesan tidak sehalus arsitektur langgam Yunani Kuno.



Sejalan dengan meluasnya daerah kekuasaan Romawi pada masa kejayaan Kaisar Constantin ke daerah Timur, Konstantinopel di Turki menrupakan pusat wilayah kekuasaanya di daerah Timur, dan di wilayah tersebut berkembang budaya Romawi dengan



berbagai



aspeknya



termasuk



arsitektur



sebagai



unsur



budaya



yang



berasimilasi dengan budaya yang memunculkan corak Bizantium. Paradigma Estetika dalam arsitektur Romantis masih sangat mendominasi.



Gothic Tahap perkembangan arsitektur berikutnya setelah era Romawi dalam arsitektur Kristen tertanam dalam kathedral Gothic. Ciri yang sangat menonjol dari arsitektur Gothic tercermin pada struktur lengkung bersudut pada puncak sebagai upaya untuk mendapatkan proporsi antara ketinggian dengan bentang yang dikehendaki. Dalam arsitektur Gothic meskipun struktur sudah merupakan pertimbangan dalam perancangan khususnya pada struktur atas bangunan, tetapi dalam penyelesaian arsitekturnya, paradigma estetika justru sangat dominan, dimana struktur lengkung runcing dikamuflir dengan ornamen-ornamen vertikal menjulang tinggi. Ide yang diekspresikan dalam bangunan ini merupakan jiwa, roh absolut, bilik dalam Tuhan. Untuk pertama kalinya dalam teori Estetika, ruang dalam yang sekarang terlingkung dalam suatu batas arsitektural, dipahami diidentifikasikan sebagai isi yang diperlukan (Ven, 1974). Renaisance Langgam



Renaisance



dalam



arsitektur



muncul



pada



era



Renaisance



(pembaharuan) yang diawali setelah revolusi humanis, dengan landasan berpikir bahwa manusia mempunyai kedudukan sejajar. Sejalan dengan pola pikir pada masa Renaisance sebagaimana dikemukakan diatas, konsep arsitekturnya mengacu kepada prinsip-prinsip garis horizontal, dengan menanggalkan vertikalisme yang merupakan konsep arsitektur Gothic. Kendati dalam era Renaisance ada pergeseran pola pikir dalam konsep arsitekturnya namun paradigma Estetika tetap mendominasi perwujudannya. Façade



bangunan penuh dengan ornamen-ornamen non fungsional bila ditinjau dari fungsi bangunannya, dan ornamen tersebut semata-mata dimaksudkan sebagai pendukung paradigma Estetika. Langgam Baroc dalam arsitektur merupakan penonjolan kedudukan paradigma Estetika dari konsep-konsep dalam langgam sebelumnya. Tampilan bangunan menjadi sangat dekoratif yang penuh dengan ornamen-ornamen non fungsional, sedangkan gaya Rococco merupakan perwujudan arsitektur bangunan ornamentalis yang berlebihan.



2.2 Bagaimana Paradigma Estetika dalam Karya Frank O’ Gehry yang Bernama Fred and Ginger. a. Proporsi Hubungan antara bagian-bagian suatu bangunan atau antara bagian bangunan dengan bangunan secara keseluruhan. Tinggi, lebar, lekukan pada bangunan tersebut merupakan proporsi selaras dan seimbang dari segi bentuk. Hal itu sesuai dengan tujuan sang arsitek menggambarkan sepasang penari yang sedang menari. Si penari adalah penari yang terkenal di Broadway pada tahun 1930-an. Di ketinggian bangunan, jendela memainkan peran penting. Bangunan-bangunan di sekitarnya adalah lima tingkat dan sementara garis ketinggian dipertahankan dengan Nationale-Nederlanden, ia memiliki tujuh lantai.



b. Geometri Bentuk geometri muncul untuk memperkuat kesan ruang dan menciptakan suatu keteraturan di dalamnya. Perwujudan bentuk geometri sering dipakai dalam pengolahan ruang-ruang dan bentuk yang ditampilkan.



Bentukan ruangnya adalah semi abstrak. Namun, tetap seimbang dan selaras. Menciptakan kesan ruang yang memiliki luasan dan bentuk yang sesuai dengan fungsinya. Bentuk dasarnya dari bentukan figurative yang di transformasikan ke semi abstrak menjadi bentukan bangunan namun iramanya sesuai dengan konsep sepasang penari yang sedang menari.



c. Komposisi Tata susunan beberapa macam bentuk yang terjalin dalam satu kesatuan, sehingga terwujud bentuk baru yang sesuai dengan kondisi tertentu. Komposisi terjadi karena bentuk alamiah yang begitu kompleks.



Bangunan ini presisi tetapi asimetris. Dibuktikan dengan bentukan yang tidak sama setiap sisinya namun memiliki kesan yang seimbang.



d. Fungsi Fungsi menunjukan kearah mana bentuk harus di tentukan. Fungsi dari bangunan Fred and Ginger ini adalah untuk menjadi point of interest dari kota tersebut. Selain itu, untuk mempopulerkan kembali kepada orang-orang tentang filosofi bangunan ini dibentuk yaitu penari yang terkenal pada tahun 1930-an.



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Paradigma estetika dalam arsitektur pada karya Frank O’ Gehry yang bernama Fred and Ginger memenuhi unsur-unsur penilaian obyektif dan subyektif. Penilaian obyektif diantaranya adalah keselrasan proporsi baik proposri bangunan dengan lingkungan sekitarnya maupun bentuk bangunan iu sendiri. Komposisi asimetris yang memiliki kesan tetapi presisi. Geometris yang terwujud dari bentukan yang figurative yang di transformasikan ke semi abstrak menjadi bentukan bangunan namun iramanya sesuai dengan konsep sepasang penari yang sedang menari. Dan fungsi estetika adalah mengingatkan kepada masyarakat ada filosofi yang ditawarkan oleh arsiteknya.



DAFTAR PUSTAKA https://www.academia.edu/39161863/Gehrys_NationaleNederlanden_Office_Building_Dancing_House_Fred_and_Ginger_ https://www.academia.edu/15053821/Geometri_dalam_arsitektur https://www.google.com/maps/@50.0757425,14.4135688,3a,60y,105.65h,101.28t/data=!3m6!1e1!3m 4!1sIOVS-BDPJf-sevFpLr4scA!2e0!7i13312!8i6656 https://www.academia.edu/8395756/paradigma_dalam_berteori_arsitektur http://wilsonlearch1390-2009.blogspot.com/2009/10/further-research.html