Pb5003 Praktikum3 22616016 Reza Syahputra Mulyana [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PB5003 PRAKTIKUM



EKSPLORASI GEOLOGI GEOTHERMAL TUGAS 3



Nama : Reza Syahputra Mulyana NIM : 22616016



PROGRAM STUDI PASCASARJANA TEKNIK PANAS BUMI FAKULTAS TEKNOLOGI PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2016



Geologi Regional Tangkuban Parahu Fisiografi Van Bemmelen (1949) membagi fisiografi Jawa Barat menjadi empat zona (Gambar 1), yaitu zona pegunungan selatan Jawa Barat (Southern Mountain), Zona Bandung (Central Depression Zone of Java), Zona Bogor (Bogor Antiklinorium), dan dataran alluvial utara Jawa Barat (Alluvial Plains of Northern Java). Tangkuban parahu termasuk dalam zona gunugapi kuarer yang dibatasi oleh zona antilkinorium Bogor dan Zona depresi. Secara umum, zona ini terdiri dari gunungapi muda dan endapan vulkanik yang berumur kuarter.



Gambar 1. Fisiografi Jawa Barat



Geomorfologi Gunung Tangkuban Perahu memiliki bentuk kerucut dengan sisi-sisi yang terjal. Puncaknya berbentuk cekung seperti panci. Kawah-kawah Gunung Tangkuban Perahu juga mengeluarkan material-material berupa lava dan sulfur. Pada kawah yang sudah mati, tersingkap batuan yang beraliterasi hidrotermal yang membentuk mineral sulfida. Kegiatan vulkanisme



Gunung



Tangkuban Perahu telah membentuk morfologi berupa depresi vulkanik di sekitarnya. Depresi vulkanik adalah bentuk morfologi berupa cekungan hasil dari kegiatan vulkanisme. Depresi vulkanik dapat berupa danau vulkanik, kawah dan kaldera. Dalam hal ini, aktivitas vulkanisme Gunung Tangkuban Perahu telah membentuk banyak kawah yang sampai sekarang masih terus mengeluarkan material vulkanik berupa lava dalam jumlah kecil dan uap sulfur. Kawah-kawah



terbentuk sebagai akibat dari pusat erupsi yang berpindah dari arah timur ke barat. Kawah-kawah tersebut adalah Kawas Ratu, Kawah Domas, dan Kawah Upas.



Gambar 2. Peta Geologi daerah Tangkuban Perahu



Geologi Struktur Sesar Lembang adalah sebuah sesar terbesar di daerah ini, yang melintang darti barat ke timur. Sesar ini terletak atau melalui Lembang dari mana nama sesar ini berasal yang kira-kira 10 km sebelah utara Bandung. Ini adalah sebuah sesar aktif dengan gawir sesar sangat jelas yang menghadap ke utara. Sesar ini yang panjang seluruhnya kira-kira 22 km dapat diamati sebagai suatu garis lurus dari G. Palasari di timur ke barat dekat Cisarua. Penyelidikan-penyelidikan terdahulu telah menghubungkan bahwa sesar Lembang yang dominannya adalah sesar normal terjadi setelah letusan besar G. Sunda yang berlangsung pada zaman Kuarter Tua. Stratigrafi dan Volkanostratigrafi Tangkuban Perahu Aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Perahu terdiri dari 3 episode antara lain Volkanik PraSunda, Volkanik Sunda, dan Volkanik Tangkuban Perahu. Episode pertama terususun oleh batuan beku andesit (1.1 Ma) yang secara tidak selaras berada diatas formasi batuan sedimen. Episode kedua merupakan hasil erupsi gunung Sunda (0.56 – 0.180 Ma). Periode kedua ini tersusun dari batuan beku andesit gunung Sunda (0.56 – 0.205 Ma) dan endapan besar Piroklastik Sunda (0.205



– 0.18 Ma) yang berasosiasi dengan pembentukan kaldera. Episode ketiga erupsi terususun atas andesit dan piroklastik (0.062 – 0.022 Ma) Pra-Sunda Endapan pra-sunda tersebar pada bagian timur hingga timur laut dari kompleks. Aktivitas volkanik yang membentuk endapan ini kurang diketahui namun diduga berumur kuarter bawah. Bagian utara-barat unit terususun atas lava dan piroklastik yang menunjukkan adanya pelapukan mengulit bawang, yang terkadang menunjukkan blok-blok dengan warna kekuningan. Secara petrografi batuan endapan ini menunjukkan warna abu-abu dengan tekstur porfiritik yang mengandung mineral plagioklas, klinopiroksen, ortopiroksen, dan fenokris hornblend terlihat sebagai mineral berbutir halus. Selain mineral tersebut, terdapat pula gelas vulkanik yang berperan sebagai masa dasar. Lava andesitik ini diduga sebagai batuan tertua tangkuban perahu yang secara tidak selaras menindih batuan sedimen tersier di bawahnya. Batuan diduga berasal dari aktivitas volkanik pada plistosen awal.



Gambar 3. Evolusi Vulkanisme Pra-Sunda (A), Evolusi Vulkanisme Sunda (B) (Surmayadi, 2011).



Periode Kedua Aktivitas vulkanik yang terjadi selama periode kedua dikenal dengan dengan Gunungapi Sunda Besar yang disebut sebagai kaldera sunda yang ada di masa lampau. Gunung Sunda terdiri dari tiga tubuh gunungapi antara lain: Sunda, Burangrang, dan Tangkuban Perahu. Ketiga tubuh gunungapi tersebut terbentuk diatas batuan dasar sedimen berumur neogen. Gunung Sunda terbagi menjadi Sunda Andesit (QSi) dan Sunda Piroklastik (QSp). Sunda Andesit tersingkap pada Gunung Sunda dan Gunung kukusan pada bagian baratdaya. Secara umum endapan menunjukkan struktur masif, permukaan blocky, dan kekar kolom, dimana sebagian besar sudah terlapukkan. Secara petrografi endapan tersusun oleh batuan basaltic dan andesitik yang berwarna abu-abu gelap, tektur porfiritik, mengandung plagioklas, piroksen, dan fenokris olivine yang tertanam dalam masadasar gelas vulkanik dan mineral berbutir halus. Umur endapan andesit sunda berdasarkan penanggalan K-Ar adalah 0.560 – 0.205 Ma (Sunardi dan Kimura, 1998). Gunung Burangrang (Qbv) yang tersebar pada bagian baratdaya Gunung tangkuban perahu merepresetasikan morfologi kerucut dengan punggungan memanjang pada lereng sebelah barat, sementara kaldera sunda terpotong pada bagian timurnya. Batuan andesit piroksen mengandung fenokris hornblen dalam jumlah sedikit. Batuan tersebut kemungkinan merupakan bagian dari endapan andesit sunda. Piroklastik sunda mencakup area seluas 200 km2 dengan ketebalan bervariasi antara 8 – 180 meter dan tersingkap baik di lembahan dan tambang. Endapan ini mengandung 20% material juvenile seperti pumis, scoria, dan obsidian. 80% material sisanya berupa fragmen litik dari batuan samping. Klastika basaltic andesit – andesit juvenile berupa skoria vesikuler, pumis abu-abu dan obsidian dengan komposisi berkisar antara 53 – 63% SiO2 (Hadisantono, 1998). Material litik memiliki diameter 5 cm, sedangkan klastika pumis berdiameter antara 10 – 25 cm . Periode Ketiga Aktifitas volkanik pada periode ketiga ini diindikasikan oleh aktivitas volkanik gunung Tangkuban Perahu. Gunung Tangkuban Perahu terletak pada sisi kaldera sunda bagian utara. Gunung ini memiliki tiga kawah besar, antara lain: Kawah Ratu, Kawah Upas, dan Kawah Baru yang memproduksi lava, material piroklastik, dan topografi stratovolkano yang terawetkan dengan baik.



1. Andesit (QT1) Lava andesit tangkuban perahu tersingkap dengan baik di sekitar area puncak, lereng, sungai, dan lembah Sagalaherang, Cibereum, dan Kasomalang di timurlaut, dan Cisarua pada bagian selatan Tangkuban Perahu. Endapan lava diselingi dengan piroklastik (QTp). Secara litologi mereka merepresentasikan blok-blok lava. Analisis petrografi menunjukkan lava andesitik dan basaltic tersusun atas plagioklas, piroksen, dan sedikit olivine yang tertanam dalam masadasar mineral berbutir halus. 2. Piroklastik (QTp) Piroklastik tangkuban perahu terdiri dari piroklastik jatuhan dan aliran. Piroklastik jatuhan tersusun atas pumis, skoria, pasir, dan fragmen litik andesit atau basaltic berukuran lapilli – kerikil. Endapan ini menunjukkan perlapisan yang baik, gradasi normal, mengalami pelapukan dengan warna coklat kekuningan. Ketebalan bervariasi dari laminasi tipis hingga lapisan tebal 50 cm. Endapan ini terdistribusi di seputar puncak gunung tangkuban perahu dan mencapai sisi kaldera gunung Sunda. 1.1. Rencana Pengembangan Panasbumi Jawa Barat Sebaran potensi panasbumi Indonesia terbesar berada di Jawa Barat yaitu sekitar 21,7% tersebar di 11 kabupaten (Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat, 2006). Hingga saat ini, pembangkit listrik tenaga panasbumi (PLTP) yang sudah terinstal di Jawa Barat ada 4 yaitu PLTP Kamojang (140MW), PLTP Awi Bengkok Gunung Salak (6x55MW), Darajat (145MW) dan PLTP Wayang Windu (110MW). Optimalisasi pemanfaatan potensi panasbumi -



Mendukung peningkatan percepatan kapasitas pembangkit listrik sesuai kontrak



-



Melakukan strategi optimalisasi pemanfaatan lapangan eksisting melalui: o Direct use o Mendorong pengembangan PLTP skala kecil



Pengembangan potensi panasbumi a. Strategi pengembangan i. Kemudahan perizinan ii. Dukungan infrastruktur iii. Dukungan data dan informasi



b. Fasilitas pendukung i. Inventarisasi, survey pendahuluan ii. Promosi investasi dan pengembangan panasbumi iii. Penentuan kawasan pengelolaan iv. Penelitian teknologi pengembangan pemanfaatan 1.2. Pengembangan Potensi Lapangan Tangkuban Perahu Salah satu potensi lapangan yang sedang dikembangkan di Jawa Barat adalah Lapangan Tangkuban Perahu di Kabupaten Bandung. Potensi lapangan Tangkuban Perahu adalah 100MW (hipotetik) dan 90MW (terduga). Status lapangan Tangkuban Perahu adalah Pendahuluan Rinci dan studi implementasi pemanfaatan direct use untuk kebutuhan agroindustri. 1.2.1. Survey Pendahuluan Survey pendahuluan pengembangan potensi lapangan panasbumi Tangkuban Perahu ditunjukkan pada tabel dibawah ini.



Kategori Lokasi Proyeksi pasokan listrik Tahapan eksplorasi Manifestasi permukaan



Potensi panasbumi Prediksi potensi listrik Sistem panasbumi



Tangkuban Perahu Diantara Kota Bandung-Subang Terkoneksi jaringan listrik Jawa-Bali Identifikasi Kawah, solfatar, fumarol, tanah beruap panas, sinter silika, alterasi hidrotermal 172oC 190MW (hipotetik 100MW, terduga 90MW) 2x30MW (kaldera sunda) Aktivitas vulkanik aktif pada endapan vulkanik quarter



Tabel 1. Tahapan pendahuluan pengembangan Lapangan Tangkuban Perahu



1.2.2. Proyeksi Pengembangan Lapangan Panasbumi Tangkuban Perahu Kemampuan pembangkit energi listrik di Jawa Barat belum cukup untuk memenuhi konsumsi energi di Jawa Barat sehingga harus mentransfer energi dari sistem interkoneksi Jamali (Jawa-Madura-Bali). Proyeksi pengembangan PLTP lapangan Tangkuban Perahu diharapkan mampu menyumbang pasokan listrik 150MW serta mendukung rencana strategis kementrian ESDM dari sektor energi panasbumi. Pengembangan lapangan ini juga diharapkan berimbas pada tarif dasar listrik regional Jawa Barat.



Kebutuhan Energi Jawa Barat Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk paling banyak di Indonesia, yaitu sebesar 46.709.569 jiwa (BPS Jawa Barat, 2015) dengan tingkat pertumbuhan 1,7% per tahun dan diperkirakan akan mencapai 54 juta jiwa pada tahun 2029. Dengan jumlah penduduk yang sangat besar tersebut sudah sangat pasti mempengaruhi terhadap jumalh permintaan dan kebutuhan energi di wilayah Provinsi Jawa Barat. Dari data Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 diketahui bahwa jumlah kebutuhan energi untuk rumah tangga Provinsi Jawa Barat adalah 12.469.059 dengan rasio elektrifikasi sebesar 92,14% dengan tingkat pertumbuhan 5,6%.



Gambar 4. Kondisi Kelistrikan Provinsi Jawa Barat (RUPTL PLN Jabar)



Jawa Barat memiliki potensi panas bumi terbesar dan yang baru dimanfaatkan hanya sebesar 17,6% dari potensi sebesar 6.101 MW. Cadangan energi sebesar ini akan disalurkan juga untuk memenuhi kebetuhan energi di wilayah Jawa-Madura-Bali. Undang Undang nomor 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk dapat mengelola sumber energi panas bumi di daerahnya masing-masing. Ketersediaan bahan bakar fosil yang kian menipis memaksa pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi energi terbarukan sebagai energi alternatif. Potensi wilayah Tangkuban Perahu secara terduga adalah 190 MW. Dengan potensi tersebut sudah menyumbang sebesar 1,5% kebutuhan listrik wilayah Jawa Barat.



Infrastruktur Tangkuban Perahu Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Tangkuban Perahu memiliki luas 49.440,00 Ha, berada di perbatasan Kabupaten Subang dan Kabupaten Bandung. Kondisi infrastruktur menuju area Tangkuban Perahu terbilang sangat baik, terdapat jalan provinsi yang melintasi kawasan gunung Tangkuban Perahu yang memiliki kualitas jalan yang dibilang sangat baik, juga terdapat banyak penerangan jalan yang membantu ketika dalam keadaan gelap. Seperti pada Gambar 5 dibawah menunjukkan foto keadaan jalan ke pintu masuk area wisata gunung Tangkuban Perahu.



Gambar 5. Kondisi Infrastruktur menuju area Tangkuban Perahu



Dari aspek transportasi, daerah Tangkuban Perahu sangat mudah diakses melalui jalan darat, bahkan dengan angkutan umum. WKP Tangkuban Perahu dilalui jalan provinsi seperti Jalan Raya Cagak – Subang, Jalan Palasari Dua – Babakan Gunung dan Jalan Tangkuban Perahu.



Map data ©2016 Google



Gambar 6. Area WKP Gunung Tangkuban Perahu



5 km



Pustaka Bronto, Sutikno, 2006, Fasies Gunung Api dan Aplikasinya, Jurnal Geologi Indonesia, Vol.1 No. 2:59-71, Pusat Survei Geologi, Bandung. Bronto, Sutikno, dan Hartono, U, 2007, Potensi sumber daya geologi di daerah Cekungan Bandung dan sekitarnya, jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1. No.1:9-18, Pusat Survei Geologi, Bandung. Gunadi, Apriliani, D.S., 2009, Analisis Hubungan Antara Penggunaan Lahan Dan Bentuk Lahan Di Wilayah Bandung Utara Dan Kajian Resiko Bencana Alam Vulkanik, Tugas Akhir, Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Surmayadi, Mamay. Et.al, 2011, Dinamika Vulkanisme Gunungapi Tangkuban Parahu Jawa Barat, Makasar: The 26th HAGI Convention and 40th IAGI Annual Convention Exibition.