PBL Ketbel Skenario 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKENARIO 1 MENGUASAI ILMU MELALUI TUTORIAL KETERAMPILAN BELAJAR



Oleh : FAUZAN MAHFUZH MASHUDI (N10118148)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO 2019



SKENARIO 1: MENGUASAI ILMU MELALUI TUTORIAL Anton seorang mahasiswa baru di Program Studi Kedokteran Universitas Negeri yang membahas tentang Problem Based Learning (PBL), Salah satu keterampilan belajar (Learning Skills) yang diajarkan adalah tutorial.  Anton mendapat keterampilan cara tutorial dengan seven jumps dan menjelaskan tentang peran leader, scriber, active parcitipants, dan tutor dalam tutorial yang efektif. Anton dan grupnya pada minggu pertama tutorial membahas masalah tentang pembentukan medical terminologi, mengeluarkan istilah cardiomegali, electrocardiogram, endocarditis setelah elaborasi dan  kolaborasi hasil belajar mandiri, tutor mengumpulkan umpan constructive feedback and critical reflection tentang empat prinsip PBL yaitu contextual, constructive, collaborativ, and self directed learning yang telah dipelajari oleh grupnya Anton.



1.



Arti dan pelaksanaan 4 prinsip PBL? Jawab: PBL didasarkan oleh empat teori dasar, yaitu pembelajaran konstruktif, mandiri, kolaboratif, dan kontekstual. Pembelajaran konstruktif merupakan suatu teori belajar yang menjelaskan bahwa mahasiswa harus membangun pengetahuannya sendiri. Pembelajaran mandiri menjelaskan bahwa proses belajar terjadi atas keinginan mahasiswa itu sendiri. Pembelajaran kolaboratif menjelaskan bahwa suatu proses pembelajaran harus mampu memfasilitasi terjadinya interaksi antarmahasiswa agar terjadi proses pertukaran informasi. Pembelajaran kontekstual menjelaskan bahwa suatu proses pembelajaran harus mampu menggambarkan situasi dan kondisi lingkungan, tempat pengetahuan tersebut digunakan. Sumber: Dibyasakti, B, Rahayu, G & Suhoyo, Y "Tingkat pelaksanaan Poblem Based Learning di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada berdasarkan pembelajaran Konstruktif, mandiri kolaboratif dan kontekstual", The Indonesian Jurnal of Medical Education, Vol.2 no 1, hh 44.



2.



Cara penerapan PBL di fakultas kedokteran? Jawab: Suatu institusi pendidikan yang menerapkan PBL, harus dapat mengukur tingkat keberhasilan dari pelaksanaan PBL di institusi tersebut dilihat dari tidak jadi teori dasarnya. Dolman et al1 yang melakukan analisis terhadap penelitian-penelitian terkait PBL juga menyampaikan bahwa diperlukan penelitian mengenai PBL ditinjau dari ke-empat teori dasarnya. Sehingga merupakan hal yang penting untuk mengetahui cara mengukur tingkat pelaksanaan ke-empat teori tersebut. Pembelajaran berbasis masalah atau dikenal dengan problem based learning (PBL) merupakan salah satu metode pembelajaran yang bersifat SCL. Kegiatan PBL tersebut dijabarkan melalui kelompok diskusi tutorial yang akan difasilitasi oleh tutor sebagai fasilitator jalannya diskusi. Sumber: Demak, I, Sari, P & Tanra, A 2019 “Tutor’s ability in implementation problem-based learning in a medical faculty”, The Indonesian Jurnal of Medical Education, Vol.8 no 2, hh 62.



3.



Bagian dan cara penerapan 7 jumps? Jawab: Metode tujuh langkah (seven jump) yang terbagi menjadi 2 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, mahasiswa akan melakukan diskusi tutorial yang merupakan langkah 1-5 meliputi: 1) Mengidentifikasi dan mengklarifikasi istilah-istilah yang belum diketahui dalam skenario;



2) Menetapkan masalah yang perlu didiskusikan; 3) Mendiskusikan masalah yang diketahui menggunakan prior knowledge; 4) Melakukan review terhadap hasil yang telah ditetapkan pada langkah 2 dan 3 5) Membuat formula tujuan belajar serta tambahan tujuan pembelajaran yang belum tercapai oleh tutor. Pada pertemuan kedua dilakukan dua langkah terakhir, yaitu 6) Mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan masing-masing tujuan pembelajaran, yang telah dilakukan sebelumnya secara mandiri; 7) Melaporkan dan mendiskusikan temuan informasi Sumber: Demak, I, Sari, P & Tanra, A 2019 “Tutor’s ability in implementation problem-based learning in a medical faculty”, The Indonesian Jurnal of Medical Education, Vol.8 no 2, hh 62. 4.



Bagian dalam PBL dan cara penerapannya Jawab: Pada umumnya, terdapat empat langkah yang perlu dilakukan mahasiswa dalam PBL yaitu: (a) Menerima masalah yang relevan dengan salah satu/beberapa kompetensi yang dituntut matakuliah, dari dosennya; (b) Melakukan pencarian data dan informasi yang relevan untuk memecahkan masalah; (c) Menata data dan mengaitkan data dengan masalah; dan (d) Menganalis strategi pemecahan masalah PBL adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Sumber: Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah Alternatif Penyusunan Kurikulum), Sub Direktorat KPS (Kurikulum dan Program Studi), Direktorat Akademik, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta, 2009



5.



Tujuan dan manfaat dari pembuatan LO Jawab: Learning Objectives (LO) / Tujuan pembelajaran adalah komponen yang diperlukan dalam perencanaan semua kurikulum pendidikan kedokteran. Pada tingkat sarjana, Komite Penghubung Pendidikan Kedokteran (LCME) mensyaratkan bahwa “fakultas sekolah kedokteran menentukan tujuan program pendidikan kedokterannya dalam istilah berbasis hasil yang memungkinkan penilaian kemajuan mahasiswa kedokteran dalam mengembangkan kompetensi yang profesi dan harapan masyarakat akan seorang dokter. ” Pada tingkat pendidikan kedokteran pascasarjana, salah satu persyaratan program umum dari Dewan Akreditasi Pendidikan Kedokteran Pascasarjana (ACGME) menyatakan bahwa setiap program harus mendistribusikan sasaran dan sasaran berbasis



kompetensi untuk setiap penugasan di setiap tugas di setiap tingkat pendidikan. Bahkan untuk pendidikan kedokteran berkelanjutan (CME), baik American Medical Association (AMA) dan Dewan Akreditasi untuk Pendidikan Medis Berkelanjutan (ACCME) mensyaratkan bahwa kegiatan Comitte Medical Education memiliki tujuan pembelajaran untuk memenuhi syarat untuk kredit kategori 1 Akibatnya, menulis tujuan pembelajaran yang efektif adalah keterampilan inti yang harus dikuasai oleh setiap ahli. Sumber: Chatterjee, D & Corral, J 2017 "How to Write Well-Defined Learning Objectives", The Journal of Education in Perioperative Medicine, Vol.19 no. 4. 6.



Latar belakang terbentuk PBL? Jawab: Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) merupakan bagian dari standar pendidikan profesi dokter Indonesia yang disahkan oleh Konsul Kedokteran Indonesia. Setiap perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesi dokter, dalam mengembangkan kurikulum harus menerapkan standar kompeteni tersebut. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah Problem Based Learning (PBL). Pendekatan kompetensi ini dilakukan bukan oleh karena lulusan dokter terdahulu tidak memiliki kompetensi, melainkan karena besarnya kompetisi di era global. Tantangan kompetisi kemudian dijawab oleh Konsil Kedokteran Indonesia melalui kurikulum inti pendidikan dokter Indonesia (KIPDI) III yaitu berupa sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang dapat menghantarkan peserta didik untuk mencapai kompetensi utama, kompetensi pendukung dan kompetensi lain yang bersifat khusus.Profesi dokter yang dimaksud dokter yang kompeten adalah dokter yang dapat melaksakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi.Pembelajaran berbasis masalah atau dikenal dengan problem based learning (PBL) merupakan salah satu metode pembelajaran yang bersifat SCL.



Sumber: Demak, I, Sari, P & Tanra, A 2019 “Tutor’s ability in implementation problem-based learning in a medical faculty”, The Indonesian Jurnal of Medical Education, Vol.8 no 2, hh 62 7.



Pembelajaran mandiri yang baik dalam PBL? Jawab: Self Assesment merupakan asesmen yang paling efektif untuk menilai peserta didik dalam kegiatan diskusi PBL jika dilaksanakan dengan baik dan benar karena menerapkan prinsip pembelajaran dewasa yang sesuai dengan prinsip metode PBL. Ketrampilan SA peserta didik kedokteran dapat ditingkatkan dengan memperkenalkan SA sejak dini dalam kegiatan diskusi PBL. Ketrampilan SA ini melatih peserta didik untuk melakukan evaluasi diri secara



berkesinambungan sehingga kelak mereka menjadi profesional kesehatan yang mampu menentukan program CPD mereka sendiri. Prinsip dasar penyusunan instrumen SA adalah mempertimbangkan feasibilitas, keakuratan, ketepatan, efektifitas, dan konteks pelaksanaan. Pelaksanaan SA sebaiknya dilakukan pada konteks netral. SA dalam kegiatan diskusi PBL sebaiknya dijadikan sebagai evaluasi formatif peserta didik. Asesmen formatif SA menstimulasi peserta didik untuk melakukan evaluasi diri dengan benar dan baik tanpa adanya tekanan. Sumber: Feri, R, Simadibrata, M, & Jusuf, A 2015 "Self-Assessment dalam Kegiatan Diskusi Problem-Based Learning Fakultas Kedokteran", The Indonesian Jurnal of Medical Education, Vol.4 no 3, hh 127. 8.



Bagaimana cara tutor memimpin konstruktif feedback dan critical reflection? Jawab: Dalam tugasnya sebagai fasilitator, tutor juga bertugas memberi feedback. Feedback dalam tutorial menjadi sebuah bentuk asesmen formatif terhadap performa mahasiswa.Hal-hal yang dapat menjadi perhatian tutor dalam pemberian feedback dalam tutorial adalah kemampuan problem-solving, kemampuan selfdirected learning, kontribusi terhadap kerja tim, kemampuan berkomunikasi, komitmen dan pengetahuan medis. Tutor harus memperhatikan aspek struktrual feedback.Dalam hal waktu pemberian feedback, feedback dapat saja diberikan secara formal (dalam sebuah sesi) ataupun informal (langsung diberikan).Terlepas dari adanya sesi atau tidak, feedback harus diantisipasi mahasiswa dengan memberitahu mahasiswa bahwa tutor akan memberi feedback. Mahasiswa yang mengharapkan feedback akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran dan emosi mahasiswa.Feedback juga sebaiknya mendetail dan spesifik dan dengan kadar yang dapat diterima mahasiswa, Selain aspek stuktural feedback, tutor juga harus memperhatikan aspek sosio-afektif. Tutor harus mampu memunculkan rasa keyakinan serta memunculkan komitmen serta kepercayaan diri mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dan kedekatan adalah kunci utama. Tutor jangan memunculkan rasa ketakutan-ketakutan dan memberikan pengalaman tidak mengenakkan karena dapat mempengaruhi penerimaan feedback oleh mahasiswa. Sumber: Darungan, T, Rahayu, G, & Claramita, M 2016"Evaluasi pemberian feedback di tutorial Problem-Based Learning di fakultas kedokteran",The Indonesian Jurnal of Medical Education, Vol. 5 no 2, hh 77.



9.



Keefektifan penerapan PBL? Jawab: PBL efektif: (1) merangsang pemikiran, menganalisis dan penalaran, ( 2) merangsang belajar mandiri, ( 3) mengarah ke mempelajari isi



dimaksudkan, ( 4) meningkatkan kepentingan materi pelajaran, ( 5) relevansi dengan profesi masa depan dengan konteks yang realistis dan ( 6) sesuai dengan tingkat pengetahuan sebelumnya.



Sumber: Shitarukmi, S, Projosasmito, S, & Roebertsen, H 2017"Efektivitas PBL masalah dari siswa dan perspektif tuor",The Indonesian Jurnal of Medical Education, Vol. 6 no 1, hh 33. 10.



Dampak positif dan negatif dalam pembuatan LO dan Jelaskan? Jawab: Dampak positif :  Tujuan pembelajaran adalah dasar untuk penyelarasan pembelajaran. Penyelarasan instruksional berarti bahwa tujuan pembelajaran, alat penilaian, dan metode pembelajaran saling mendukung hasil pendidikan yang sama. Tujuan pembelajaran yang terdefinisi dengan baik menguraikan hasil yang diinginkan untuk peserta didik, yang akan membantu menentukan metode pembelajaran. Sebagai contoh, jika kita ingin peserta didik mendemonstrasikan prosedur intubasi yang benar pada orang dewasa normal 100% dari waktu, kita memerlukan metode pengajaran untuk melibatkan semacam pengalaman langsung sehingga peserta didik dapat menunjukkan keterampilan mereka. Sebaliknya, jika guru memberi ceramah tentang intubasi yang benar tanpa kesempatan bagi peserta didik untuk menyelesaikan keterampilan langsung, kegiatan pembelajaran tidak selaras dengan tujuan pembelajaran yang dinyatakan. Tujuan pembelajaran juga berkontribusi untuk membentuk harapan, mempersiapkan peserta didik untuk kegiatan pendidikan dan standar yang dengannya kinerja mereka akan diukur; tujuan juga menentukan tanggung jawab fakultas dan pelajar menuju pencapaian hasil pembelajaran yang diinginkan. Tujuan pembelajaran juga dapat memandu pengajaran, dengan mendefinisikan dan membatasi konten atau kegiatan.



Sumber: Chatterjee, D & Corral, J 2017 "How to Write Well-Defined Learning Objectives", The Journal of Education in Perioperative Medicine, Vol.19 no. 4. 11.



Cara pembuatan LO? Jawab: Learning Objectives (LO) atau Tujuan pembelajaran adalah deskripsi tentang apa yang harus dapat dilakukan peserta setelah menyelesaikan kegiatan pendidikan. Tujuan pembelajaran yang ditulis dengan baik menguraikan



pengetahuan, keterampilan dan / atau sikap yang akan diperoleh peserta didik dari kegiatan pendidikan dan melakukannya dengan cara yang terukur. Tujuan pembelajaran yang efektif harus mencakup 5 elemen berikut: siapa, yang akan melakukan, seberapa banyak atau seberapa baik, dari apa, kapan. Metode SMART Mnemonik — Spesifik (specific), Terukur(Measurable), Dapat Dicapai(Achievable), Relevan(Relevant), dan Berikat Waktu(Time-Bound) dapat digunakan untuk menggambarkan elemen-elemen tujuan pembelajaran yang ditulis dengan baik



Sumber: Chatterjee, D, & Corral, J 2017 "How to Write Well-Defined Learning Objectives", The Journal of Education in Perioperative Medicine, Vol.19 no. 4. 12.



Cara mencari literatur dan refrensi yang baik? Jawab: Literature merupakan analisa kritis dari penelitian yang sedang dilakukan terhadap topik khusus atau berupa pertanyaan terhadap suatu bagian dari keilmuan. Literature membantu kita dalam menysusun kerangka berfikir yang sesuai dengan teori, temuan, maupun hasil penelitian sebelumnya dalam menyelesaikan rumusan masalah pada penelitian yang kita buat. Menurut Hasibuan Literatur berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian. Uraian dalam literatur diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas tentang pemecahan masalah yang sudah diuraikan dalam sebelumnya pada perumusan masalah. Literatur berisi ulasan, rangkuman, dan pemikiran penulis tentang beberapa sumber pustaka (dapat berupa artikel, buku, slide, informasi dari internet, dan lain-lain) tentang topik yang dibahas, dan biasanya ditempatkan pada bab awal. Hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain dapat juga dimasukkan sebagai pembanding dari hasil penelitian yang akan dicobakan disini. Semua pernyataan dan/atau hasil penelitian yang bukan berasal dari penulis harus



disebutkan sumbernya, dan tatacara mengacu sumber pustaka mengikuti kaidah yang ditetapkan. Suatu literatur yang baik haruslah bersifat relevan, mutakhir (tiga tahun terakhir), dan memadai. Sumber: Hasibuan, Zainal A. Metodologi Penelitian Pada Bidang Ilmu Komputer:Konsep, Teknik, Dan Aplikasi. Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. 13.



Peran tutor dalam tutorial? Jawab: Tutor tidak hanya berperan sebagai fasilitator tetapi juga diharapkan dapat menyiapkan perangkat berpikir mahasiswa, menekankan belajar kooperatif, memfasilitasi pembelajaran kelompok kecil, pengendali proses tutorial, pengamat perilaku kelompok, serta dapat memberikan pemecahan masalah yang dihadapi kelompok. Disisi lain apabila tutor tidak dapat menerapkan PBL dengan baik, proses pembelajaran berupa student based yang mana tutor sebagai fasilitator bisa saja mendominasi kegiatan tutorial.6 Sudah tentu hal tersebut bertentangan dengan sistem SCL dan kembali kepada sistem teacher center learning (TCL) yang mana pada sistem pendidikan kedokteran telah mendapatkan porsi sendiri berupa lecture atau kuliah pakar. Tutor yang efektif adalah tutor yang dapat mendorong mahasiswa dan menciptakan lingkungan yang menjadi lebih aktif, mampu mengatur waktu dan proses, memberi pertanyaan dengan efektif, mengelola dinamika kelompok, dan mampu memberikan umpan balik yang membangun. Sumber: Demak, I, Sari, P & Tanra, A 2019 “Tutor’s ability in implementation problem-based learning in a medical faculty”, The Indonesian Jurnal of Medical Education, Vol.8 no 2, hh 62 & 66.