PDF Studio 1-3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat mengakibatkan kebutuhan akan



sarana dan prasarana semakin meningkat, sehingga berimplikasi pula pada kebutuhan akan ruang yang semakin tinggi. Pertumbuhan penduduk yang pesat harus dibarengi dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai juga. Apabila penyediaan sarana dan prasarana rendah sementara jumlah penduduk di suatu wilayah terus bertambah maka kegiatan yang dilakukan masyarakat tidak optimal dan akan mengakibatkan kurangnya kebutuhan utama yang menunjang kegiatan masyarakat. Seperti halnya kebutuhan akan prasarana air bersih, sanitasi dan tempat pembuangan sampah. Air bersih merupakan sumber utama kegiatan sehari hari seperti untuk memasak, mandi, mencuci dan aktivitas harian lainnya. Sanitasi juga merupakan aspek penunjang utama dalam kegiatan masyarakat, contohnya kegiatan Buang Air Kecil dan Buang Air Besar harus ditempat yang bersih agar terhindar dari penyakit. Permasalahan sampah juga harus diperhatikan karena pembuangan sampah tidak boleh dekat dengan permukiman warga agar terhindar dari sumber penyakit dan bau yang tidak sedap. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/Menkes/Sk/XI/2002, bahwa air bersih merupakan air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Kebutuhan akan air merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi dilihat dari segi kebutuhan fisik manusia. Salah satu permasalahan air bersih di Indonesia adalah kurangnya ketersediaan air bersih atau dapat dikatakan krisis air bersih. Krisis air bersih ini disebabkan oleh pencemaran air serta kekeringan, sehingga terjadinya kekurangan pasokan air bersih yang ada di Indonesia. Untuk mengatasi dan meminimalisir krisis air bersih yang disebabkan oleh pencemaran air serta kekeringan, perlu pula mempertimbangkan pengolahan sarana sanitasi. Menurut World Health Organization, sanitasi dapat didefinisikan sebagai upaya dalam penyediaan sarana dan pelayanan untuk pembuangan limbah 1 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



yang berasal dari manusia, semisal urine dan feses. Selain itu, sanitasi juga bisa merujuk pada pemeliharaan kondisi yang bersih, pengelolaan sampah, dan pengolahan limbah cair. Hingga kini, masalah sanitasi di Indonesia masih menjadi perkara pelik yang berdampak besar terhadap kesehatan masyarakat serta keseimbangan



lingkungan.



Permasalahan



yang



terjadi



yakni



kurangnya



pembangunan sarana sanitasi yang layak masih relatif rendah dan tak sebanding dengan jumlah penduduk. Permasalahan prasarana lainnya yang juga perlu untuk dikaji adalah sampah. Menurut UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan. Permasalahan sampah yang sampai saat ini terjadi di Indonesia yaitu semakin banyaknya limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, kurangnya tempat sebagai pembuangan sampah, sampah sebagai tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencem



-



Permasalahan-permasalahan tersebut sering ditemui di kota-kota besar di Indonesia, yang mengalami pertumbuhan penduduk yang sangat pesat seperti di Kota Pekanbaru. Permasalahan akan prasarana lebih menjadi perhatian penting untuk saat ini khususnya pada aspek air bersih, sanitasi dan sampah. Dapat dilihat bahwa untuk permasalahan sampah di Kota Pekanbaru yang sering ditemui yakni banyaknya sampah yang menumpuk di pinggir jalan dan berserakan sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap ketika melewatinya. Hal ini merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini belum terselesaikan. Dalam penyediaan air bersih di Kota Pekanbaru juga masih mengalami kendala yakni air yang di suplai oleh PDAM Tirta Siak Pekanbaru, mengalir keruh kekuningan, sehingga masyarakat harus setiap hari membersihkan wadah penampungan PDAM. Selain permasalahan sampah dan air bersih, permasalahan sanitasi juga perlu untuk dikaji. Masalah sanitasi di Kota Pekanbaru yaitu perencanaan sanitasi masih



2 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



relatif parsial dan bersifat sektoral, kurang terintegrasi antar subsektor air limbah, persampahan, dan drainase. Secara spesifik permasalahan-permasalahan diatas juga terjadi pada salah satu kelurahan di Kota Pekanbaru yaitu Tangkerang Labuai. Kelurahan ini masih memiliki masalah terkait akan air bersih, sanitasi dan sampah yang juga perlu untuk dikaji lagi sehingga permasalahan-permasalahan tersebut dapat dicari penanggulangannya. Dalam aspek penyediaan air bersih di Kelurahan Tangkerang Labuai masih dapat dikatakan belum sesuai dengan ketentuan penyediaan air bersih yang baik. Permasalahan air bersih yang ada di Kelurahan Tangkerang Labuai yakni kurangnya ketersediaan air bersih yang sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan dalam berbagai Rumah Makan yang berada di sekitaran Kelurahan Tangkerang Labuai, sehingga mengkhawatirkan akan menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh air yang tidak sesuai ketentuan untuk diminum. Tidak hanya permasalahan air bersih tetapi juga permasalahan sanitasi dan sampah yang ada di Kelurahan Tangkerang Labuai juga perlu dikaji lagi, karena masih banyak sanitasi yang tidak tersedia maupun yang tersedia tetapi masih kotor di beberapa tempat makan di kawasan ini serta tempat pembuangan sampah yang juga masih disembarangan tempat misalnya dipinggir jalan. Untuk itu dalam penelitian ini, penulis akan mengidentifikasi kondisi dan permasalahan air bersih, sanitasi dan sampah yang ada di Kelurahan Tangkerang Labuai. Dengan demikian perlu adanya penanggulangan khusus yang lebih mendalam terkait penyelesaian permasalahan air bersih, sampah dan sanitasi yang akan dikaji secara akademik dalam penyelesaian permasalahan tersebut. Studi di wilayah Tangkerang Labuai ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam melakukan penelitian tentang air bersih, sanitasi dan sampah dimasa yang akan datang, juga diharapkan dapat memberikan solusi pengembangan prasarana air bersih, sanitasi dan sampah sesuai dengan standar baku mutu untuk konstribusi terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kelurahan Tangkerang Labuai.



3 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



Oleh sebab itu pada Studio Permukiman Kota ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Air Bersih, Sanitasi dan Sampah di Kelurahan Tangkerang Labuai’ 1.2



Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dibahas di studio permukiman kota di



Kelurahan Tangkerang Labuai yaitu: 1. Bagaimana kondisi dan karakteristik Air bersih, Sanitasi dan Sampah di Kelurahan Tangkerang Labuai? 2. Bagaimana hasil analisis yang dilakukan terhadap kondisi, potensi beserta permasalahan Air bersih, Sanitasi dan Sampah di Kelurahan Tangkerang Labuai? 3. Bagaimana arahan pengembangan yang disusun berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap kondisi Air bersih, Sanitasi dan Sampah di Kelurahan Tangkerang Labuai? 1.3



Tujuan dan Sasaran Tujuan studio permukiman kota mengenai kondisi Prasarana (air bersih,



sanitasi dan sampah) di kelurahan Tangkerang Labuai ialah untuk merumuskan arahan dan strategi pengembangan prasarana (air bersih, sanitasi dan sampah) sesuai dengan standar baku mutu prasarana tersebut sehingga dapat memberikan konstribusi terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kelurahan Tangkerang Labuai. Adapun sasaran terhadap drainase di wilayah Kelurahan Tangkerang Labui yaitu : 1. Mengidentifikasi karateristik dan kondisi yang terdapat setiap sektor Air bersih, Sanitasi dan Sampah di wilayah Kelurahan Tangkerang Labuai. 2. Menganalisis potensi, permasalahan serta menentukan kebutuhan setiap sektor Air bersih, Sanitasi dan Sampah di wilayah Kelurahan Tangkerang Labuai.



4 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



3. Menyusun arahan dan rencana pengembangan Air bersih, Sanitasi dan Sampah di kelurahan Tangkerang Labuai. 1.4



Ruang Lingkup Kajian Ruang lingkup kajian materi pada laporan hasil survei studio permukiman



kota terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. 1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Dalam melakukan survey ini kami mengambil wilayah di Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru. Batas Administrasi di Kelurahan Tangkerang Labuai di Kota Pekanbaru sebagai berikut : 



Utara



: Berbatasan dengan Jalan Harapan Raya Kelurahan Tangkerang Utara.







Selatan



: Berbatasan dengan Jl. Datuk Setia Maharaja



Kelurahan Simpang Tiga. 



Barat



: Berbatasan dengan Jl. Lumba-lumba, Jl. Tanjung,



Jl. Mawar, dan Jl. Punai Kelurahan Tangkerang Selatan. 



Timur



:



Berbatasan dengan Sungai Sail Kelurahan



Tangkerang Timur. 1.4.2 Ruang Lingkup Waktu Pada studio perencanaan permukiman penduduk sektor air bersih, sanitasi dan sampah dilakukan di Kelurahan Tangkerang Labuai dimulai pada bulan Februari sampai Mei 2019. 1.4.3 Ruang Lingkup Materi Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru, kami akan melakukan survey mengenai sektor air bersih, sanitasi dan sampah yaitu karakteristik air bersih, sanitasi dan sampah serta potensi dan masalah yang timbul mengenai air bersih, sanitasi dan



5 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



sampah. Adapun materi yang dibahas dalam studi ini adalah Air bersih, Sanitasi dan Sampah. 1.5



Sistematikan Penelitian Adapun sistematika penulisan laporan penelitian adalah: Bab 1 Pendahuluan Meliputi latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. Bab ini menjelaskan secara rinci mengenai alasan yang mendasari pengambila wilayah studi di Kelurahan Tangkerang Labuai. Bab 2 Tinjauan Pustaka Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang akan menjadi panduan kami



dalam



melengkapi



pembahasan



survei



yang



akan



dilaksanakan. Teori-teori tersebut berisi tentang sub Air Bersih (Defenisi air bersih, Sumber air bersih, Sarana air bersih, Ketentuan penyediaan air bersih menurut SNI), sub Sanitasi (Defenisi sanitasi, Jenis-jenis sanitasi, Fasilitas Dasar sanitasi, Ketentuan penyediaan sanitasi menurut SNI) dan sub Sampah (Defenisi sampah, Sumber dan Jenis sampah, Komposisi sampah, Ketentuan penyediaan fasilitas sampah menurut SNI, Faktor yang mempengaruhi Kualitas dan Kuantitas sampah, Hubungan sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan, Pengolahan sampah)



yang ada di lingkungan



Tangkerang Labuai. Bab 3 Metodologi Penelitian Pada bab ini berisi bagaimana teknis pengumpulan data survey sekunder maupun primer dan metode analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini di Kelurahan Tangkerang Labuai. Adapun teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan beberapa metode meliputi observasi dan wawancara. Sedangkan Pengumpulan data sekunder ini dilakukan dengan cara mencari studi literature dan data yang dibutuhkan kepada instansi-instansi terkait. Adapun Metode Analisis Data yang tediri dari: Analisis



6 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



Deskripsi, Analisis Kuantitatif, Analisis Kuantitatif, Analisis Evaluatif. Bab 4 Gambaran Umum Pada bab ini berisi tentang gambaran umum wilayah Kelurahan Tangkerang Labuai, kondisi eksisiting Kelurahan Tangkerang Labuai pada sektor air bersih, sanitasi dan sampah dan juga berisi tentang informasi-informasi umum yang ada di wilayah survei di Kelurahan Tangkerang Labuai. Bab 5 Fakta dan Analisis Pada bab ini berisi tentang hasil analisis dalam pembahasan terhadap hasil dari survey sektor air bersih, sanitasi dan sampah dapat mendekriptifkan bagaimana fakta analisis-analisis dari kondisi eksiting air bersih, drainase dan sampah yang berada di Lingkungan Tangkerang Labuai. Dalam bab ini juga memberikan penjelasan dan interpretasi atas hasil penelitian yang telah di analisis guna menjawab pertanyaan penelitiannya. Pada dasarnya pembahasan fakta dan analisis ini merupakan pemikiran yang original peneliti yang dilakukan dengan mengkaitkan antara penelitian dengan teori-teori (hasil penelitian terdahulu) yang digunakan. Dalam hasil pembahasan ini manjelasakan bagaimana hasil dari survey sector air bersih, sanitasi dan sampah yang berada di Lingkungan Tangkerang Labuai. Bab 6 Arahan Pengebangan Air bersih, Sanitasi dan Sampah Pada bab ini berisi tentang manajemen arahan pengembangan air bersih, drainase dan sampah



di kelurahan ini dengan sebuah



patokan untuk mempermudah agar tercapainya sebuah tujuan, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu sehingga dapat mengarahan



perencanaan



dan



pengembangan



prasarana



di



Kelurahan Tangkerang Labuai.



7 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Air Bersih Pada Sub-bab ini, akan membahas tentang Definisi Air Bersih, Sumber Air



Bersih, Sarana Air Bersih, Syarat dan Ketentuan Penyediaan Air Bersih Lingkungan Perumahan di Perkotaan. 2.1.1 Definisi Air Bersih Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia, baik dalam pertanian, kehidupan rumah tangga, hingga perkantoran. Untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat, maka telah diadakan sistem penyediaan air bersih terutama di daerah perkotaan maupun pedesaan. Laju pertumbuhan penduduk sangat berpengaruh dalam perencanaan air bersih. Semakin banyak penduduk semakin besar pula pemanfaatan air yang diperlukan. Menurut Permenkes RI No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990, Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang, dan air pemandian umum. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.



8 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



2.1.2 Sumber Air Bersih Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut antara lain: a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun c. Tidak berasa dan tidak berbau d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI. Air dikatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahanbahan kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri (Chandra, 2007). Air yang berada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu: 1. Sungai Rata-rata lebih dari 40.000 kilometer kubik air segar diperoleh dari sungai-sungai di dunia. Ketersediaan ini (sepadan dengan lebih dari 7.000 meter kubik untuk setiap orang) sepintas terlihat cukup untuk menjamin persediaan yang cukup bagi setiap penduduk, tetapi kenyataannya air tersebut seringkali tersedia di tempat-tempat yang tidak tepat. Sebagai contoh air bersih di lembah sungai Amazon walupun ketersediaannya cukup, lokasinya membuat sumber air ini tidak ekonomis untuk mengekspor air ke tempat-tempat yang memerlukan. 2. Curah hujan Dalam pemanfaatan hujan sebagai sumber dari air bersih, individu perorangan/berkelompok/pemerintah biasanya membangun bendungan dan tandon air yang mahal untuk menyimpan air bersih di saat bulan-bulan musim kering dan untuk menekan kerusakan musibah banjir. 3. Air permukaan Air permukaan adalah air yang berada di permukaan bumi yang berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi tetapi berada di 9 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



permukaan tanah. Kualitas air ini biasanya tergantung daerah sekitarnya dimana air itu berada. Air permukaan kurang baik untuk langsung dikonsumsi oleh manusia, oleh karena itu perlu adanya pengolahan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan, air ini terdiri dari: air sungai, telaga, danau, rawa dan sebagainya. 4. Air bawah tanah. Adalah air yang berasal dari hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudia mengalami penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi alamiah. Yang termasuk sumber air jenis ini terdiri dari air sumur dangkal, sumur dalam dan mata air. 2.1.3 Sarana Air Bersih Sarana air bersih dalam hal ini terbagi menjadi 2, yaitu Sumur dan Air Pipa yang juga terbagi menjadi beberapa bagian lagi, seperti berikut: 2.1.3.1 Sumur Sumur terbagi lagi menjadi dua yaitu Sumur Gali dan Sumur Bor yang mempunyai ketentuan sebagai berikut: 1. Sumur Gali Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman



7-10



meter



dari



permukaan



tanah.



Sumur



gali



menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan 10 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



air di dalam sumur. Pada segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter



dari sumber



pencemar,



lantai sumur



sekurang-kurang



berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air, saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10 meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat. Sumur gali sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Entjang, 2000). 1). Jarak Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepagepit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah, lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir dan jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya (Chandra, 2007). 2). Dinding Sumur Gali Kriteria yang harus diperhatikan dalam membuat dinding sumur gali adalah: a. Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat dari tembok yang kedap air (di semen). Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan



air/pencemaran



oleh



bakteri



dengan



karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari 11 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur (Entjang, 2000). b. Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus dibuat dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan yang telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri pada umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut. Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah (Azwar, 1995). c. Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. Dalam keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar dari pipa beton. (Machfoedz, 2004). d. Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau (Entjang, 2000). 3). Bibir Sumur Gali Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain : a. Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan (Entjang, 2000). b. Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah banjir (Machfoedz, 2004). 12 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



c. Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur (Chandra, 2007). 4). Lantai Sumur Gali Ada beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain : a. Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ±1,5m lebarnya dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000). b. Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-kira 1,5m, agar air permukaan tidak masuk (Azwar, 1995). c. Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan tanah (Machfoedz, 2004). 5). Saluran Pembuangan Air Limbah Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: a. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air dalam tanah 3 meter/hari. b. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertical sedalam 3 meter. c. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sejauh 1 meter. d. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan maupun sedang tidak digunakan. e. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur. Menurut Entjang (2000), saluran pembuangan air limbah dari sekitar sumur dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10m. Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya 13 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur diambil dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup. 2. Sumur Bor Dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum. Air tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin. 2.1.3.2 Air Pipa Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat selain air sumur gali adalah air pipa atau air kran. Air bersih yang bersumber dari air kran di salurkan melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Namun, setiap PDAM di setiap daerah belum tentu memiliki kualitas dan kuantitasnya sama dengan daerah lainnya.



Sarana



perpipaan



adalah



bangunan



beserta



peralatan



dan



perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan membagikan air minum untuk masyarakat melalui jaringan perpipaan/distribusi. Air yang dimanfaatkan adalah air tanah atau air permukaan dengan atau tanpa diolah. Ada beberapa cara pendistribusian air perpipaan meliputi: 1. Sambungan rumah, air disalurkan sampai rumah melalui jaringan perpipaan sehingga masyarakat tidak perlu lagi pergi dari rumah untuk mengambil air. 2. Kran umum, air hanya disalurkan sampai target tertentu dan masyarakat dapat mengambil air dari tempat tersebut melalui kran. 3. Hidran umum adalah kran umum yang dilengkapi dengan tangki air karena penyaluran air kurang dari 24 jam dalam sehari atau karena tekanannya rendah.



14 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



4. Terminal air, pada dasarnya sama dengan hidran umum, tetapi ditujukan untuk daerah yang belum terjangkau jaringan distribusi air minum (jaraknya relatif jauh), sehingga air bersih secara berkala dikirim dengan tangki dan ditampung dalam terminal-terminal air. 2.1.4 Sistem Distribusi dan Sistem Penyaluran Air Bersih Dalam cangkupan air bersih juga terdapat sistem distribusi air bersih yang merupakan cara bagimana penyaluran air bersih kemasyarakat dan apa saja sistem yang digunakan dalam pendistribusian air bersih ini. Selain pendistribusian Air Bersih juga terdapat Sistem Penyaluran Air Bersih yang berisi bagaimana sistem penyaluran yang digunakan di masyarakat. 2.1.4.1 Sistem Distribusi Air Bersih Menurut Damanhuri, E., (1989) sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan, dan reservoir distribution. Sistem distribusi air minum terdiri atas perpipaan, katup-katup, dan pompa yang membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju pemukiman, perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air. Juga termasuk dalam sistem ini adalah fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoir distribution), yang digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter air untuk menentukan banyak air yang digunakan, dan keran kebakaran. Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan. Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air bersih kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor yang didambakan oleh para pelanggan adalah ketersedian air setiap waktu. Suplai air melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem menurut Kamala, K. R., (1999), adalah sebagai berikut: 15 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



a. Continuous system Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun. Sedang kerugiannya pemakaian air akan cenderung akan lebih boros dan bila terjadi sedikit kebocoran saja, maka jumlah air yang hilang akan sangat besar jumlahnya. b. Intermitten system Dalam sistem ini air bersih disuplai 2-4 jam pada pagi hari dan 2-4 jam pada sore hari. Kerugiannya adalah pelanggan air tidak bisa setiap saat mendapatkan air dan perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air untuk fire fighter (pemadam kebakaran) akan sulit didapat. Dimensi pipa yang digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam beberapa jam saja. Sedang keuntungannya adalah pemborosan air dapat dihindari dan juga sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air yang terbatas. 2.1.4.2 Sistem Pengaliran Air Bersih Pendistribusian air minum kepada konsumen dengan kuantitas, kualitas dan tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang baik, reservoir, pompa dan dan peralatan yang lain. Metode dari pendistribusian air tergantung pada kondisi topografi dari sumber air dan posisi para konsumen berada. Menurut Howard, S.P., et.al (1985) sistem pengaliran yang dipakai adalah sebagai berikut: a. Cara Gravitasi Cara pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi. b. Cara Pemompaan



16 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribution ke konsumen. Sistem ini digunakan jika elevasi antara sumber air atau instalasi pengolahan dan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup. c. Cara Gabungan Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat,misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribution. Karena reservoir distribution digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata. 2.1.5 Syarat dan Ketentuan Penyediaan Air Bersih Lingkungan Perumahan di Perkotaan Pemakaian air rata-rata liter/orang/hari berbeda di suatu negara dengan negara lainnya, kota dengan kota lainnya, desa dengan desa lainnya. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Besar Kecilnya Daerah Pemakaian air di kota-kota besar cenderung lebih besar dibandingkan dengan kota-kota sedang atau kota-kota kecil karena penggunaan air perkapita pada kelompok masyarakat cenderung lebih tinggi di kotakota besar. Secara umum perbedaan tersebut dapat diakibatkan oleh besarnya pemakaian air oleh industri, lebih banyaknya taman-taman serta pemakaian air untuk kegiatan lainnya. 2. Tingkat Kehidupan Penduduk Kebutuhan air bersih oleh masyarakat dipengaruhi oleh taraf hidup atau tingkat kemakmuran dari masyarakat tersebut. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat yang terdapat pada suatu daerah, maka kebutuhan akan air bersih semakin besar pula.



17 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



3. Harga Air Pada umumnya masyarakat ingin menggunakan air sesuai dengan kebutuhannya,



akan



tetapi



kemampuan



setiap



orang



untuk



berlangganan air berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu tinggi rendahnya harga air pada suatu daerah tertentu akan mempengaruhi tingkat pemakaian air pada daerah tersebut. 4. Iklim Faktor iklim juga sangat berpangaruh terhadap tingkat pemakaian air dalam suatu daerah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian air antara lain temperatur, curah hujan, dan kelembaban. Secara umum, di daerah yang beriklim panas dan kering, penggunaan air akan cenderung lebih besar apabila dibandingkan dengan daerah yang beriklim sedang dan lembab. Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi menurut SNI 03-1733-2004 mengenai Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan adalah: a) Penyediaan kebutuhan air bersih 1.



Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.



2.



Apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan halaman.



b) Penyediaan jaringan air bersih 1.



Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah.



2.



Pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass.



3.



Pipa



yang



dipasang



di



atas



tanah



tanpa



perlindungan



menggunakan GIP. c) Penyediaan kran umum 1.



Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa 18



PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



2.



Radius pelayanan maksimum 100 meter



3.



Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari



4.



Ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-23991991 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.



d) Penyediaan hidran kebakaran 1.



Untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter



2.



Untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter



3.



Jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter



4.



Apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran



5.



Perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989 tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.



2.1.5.1 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Proyeksi kebutuhan air bersih dapat ditentukan dengan memperhatikan pertumbuhan penduduk untuk diproyeksikan terhadap kebutuhan air bersih sampai dengan lima puluh tahun mendatang atau tergantung dari proyeksi yang dikehendaki. Adapun yang berkaitan dengan proyeksi kebutuhan tersebut adalah: a. Angka pertumbuhan penduduk Dihitung dengan prosentase memakai rumus: Angka pertumbuhan (%) =







( ) ∑ ∑



( (



)



)



b. Proyeksi Jumlah Penduduk Dari angka pertumbuhan penduduk di atas dalam proses digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk sampai dengan lima puluh tahun mendatang. Meskipun pada kenyataannya tidak selalu tepat, tetapi perkiraan ini dapat dijadikan sebagai dasar perhitungan volume kebutuhan air di masa mendatang. Ada beberapa metode yang digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk salah satunya yaitu Metode geometrical increase. Pn = Po ( 1 + r )n Dimana : 19 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa) Po = jumlah penduduk pada awal tahun (jiwa) R = prosentase pertumbuhan geometrical penduduk tiap tahun (%) N = periode waktu yang di tinjau (tahun) Berikut adalah beberapa rumus menghitung kebutuhan air: 1. Rumus perhitungan kebutuhan air rata-rata harian Banyaknya air yang dibutuhkan selama satu tahun dibagi dengan banyaknya hari dalam satu bulan (365 hari). Rumus yang digunakan sebagai berikut: Qrh = ∑Q 365 Dimana: Qrh



= kebutuhan air rata-rata harian (L/hari)



Qn



= kebutuhan air selama satu tahun (L/tahun)



Besarnya kebutuhan air rata-rata harian ini digunakan untuk perencanaan pada pembangunan instalasi pengolahan air minum. Kebutuhan air rata-rata mencakup kebutuhan air domestic dan kebocoran. Total kebutuhan air non domestik direncanakan sebesar 20 % dari kebutuhan domestik. Kebocoran diperkirakan sebesar 20% dari total kebutuhan domestik dan non domestik. Sehingga: Qrh = Q total + Q kebocoran 2. Rumus perhitungan kebutuhan air harian maksimum Banyaknya air yang dibutuhkan terbesar pada hari tertentu selama satu tahun. Rumus yang digunakan: Qhm = fhm x Qrh Dimana: fhm > 1 atau 115% < fhm < 120% fhm = faktor harian maksimum Qhm = kebutuhan air harian maksimum (L/hari) 20 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



Qrh



= kebutuhan air rata-rata harian (L/hari)



3. Rumus perhitungan kebutuhan air jam maksimum Banyaknya air yang dibutuhkan tersebar pada jam tertentu pada kondisi kebutuhan hari maksimum. Rumus yang digunakan:



Qjm = fjm x Qhm Dimana: Qjm = kebutuhan air jam maksimum (L/jam) fjm



= faktor jam maksimum (1,5-2)



Qhm = kebutuhan air harian maksimum (L/hari) Besarnya kebutuhan air jam maksimum ini digunakan untuk menentukan dimensi pipa induk distribusi. 4. Rumus perhitungan kebutuhan air total Diperoleh dari: Q total = Qjm = Qpmk 5. Debit air Debit air adalah volume air persatuan waktu. Perhitungan debit air diperlukan untuk



mengetahui



kemampuan



sumber



air



dalam



menghasilkan air bersih untuk suatu wilayah. Informasi mengenai kemampuan sumber air dapat dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan air pada wilayah tersebut. Sesuai pengertiannya, debit air dapat dihitung dengan rumus: Q=v



t Dimana: Q = debit air (m3/s) V = volume air (m3) T = selang waktu (s)



21 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



2.2



Sanitasi Pada Sub-bab ini, akan membahas tentang Definisi Sanitasi, Jenis-Jenis



Sanitasi Berdasarkan Wujudnya, Fasilitas Dasar Sanitasi, Pengolahan Air Limbah, dan Prinsip Kerja Sistem Air Limbah Skala Permukiman. 2.2.1 Definisi Sanitasi Sanitasi dalam bahasa Inggris berasal dari kata sanitation yang diartikan sebagai penjagaan kesehatan. Ehler dan Steel mengemukakan bahwa sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat menjadi mata rantai penularan penyakit. Sedangkan menurut Azawar mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan teknik terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu usaha yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup. Dari beberapa pengertian sanitasi di atas dapat diambil pengertian sanitasi adalah



suatu



usaha



pencegahan



penyakit



dengan



melenyapkan



atau



mengendalikan faktor-faktor risiko lingkungan yang merupakan mata rantai penularan penyakit. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 965/MENKES/SK/XI/1992, pengertian sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sanitasi yaitu usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik dibidang ksehatan, terutama kesehatan masayarakat. Sehingga sanitasi lingkungan berarti cara menyehatkan lingkungan hidup terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara. Jadi dari pengertian di atas bisa disimpukan bahwa sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usahausaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Sedangkan hygiene adalah bagaimana cara orang memelihara dan juga melindungi diri agar tetap sehat. Sanitasi



22 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Sanitasi lingkungan mengutamakan pencegahan terhadap faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit akan dapat dihindari. Usaha sanitasi dapat berarti pula suatu usaha untuk menurunkan jumlah bibit penyakit yang terdapat di lingkungan sehingga derajat kesehatan manusia terpelihara dengan sempurna. Sanitasi lingkungan juga merupakan salah satu usaha untuk mencapai lingkungan sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik khususnya hal-hal yang mempunyai dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. 2.2.2 Jenis-Jenis Sanitasi Menurut Reksosubroto yang dikutip oleh Eka Irdianty, sanitasi di tempattempat umum dapat dikelompokan menjadi beberapa, yaitu : a. Sanitasi restoran Menurut Reksosubroto yang di kutip oleh Eka Irdianty mengatakan, dalam menjalankan fungsinya, restoran juga perlu adanya pengawasan dalam sanitasi. Dalam sanitasi restoran, pengawasan ini dititik beratkan pada sanitasi makanan, kebersihan peralatan makan dan minum, serta kebersihan pegawai-pegawai restoran tersebut. b. Sanitasi hotel Sanitasi pada hotel menitik beratkan pada : 1. Room sanitation 2. Food sanitation 3. Insect and rodent control c. Sanitasi pasar Pasar mempunyai peranan yang paling penting dalam hal penularan penyakit kepada manusia. Pasar yang kurang memperhatikan kebersihannya dapat menularkan berbagai penyakit dan dapat



23 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



merupakan



sumber



perkembangbiakan



vektor-vektor



penyakit.



Penyakit yang paling sering ditularkan dipasar antara lain melalui : 1. Dropet infection (TBC, Influenza) 2. Direct contact (penyakit kulit) 3. Indirect contact (melalui makanan, minuman, alat-alat warung makan) 2.2.2.1 Jenis Limbah Sanitasi Berdasarkan Wujudnya Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapatberdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Limbah terbagi menjadi 4 yaitu: a. Limbah Cair Sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP82 th 2001). Jenis-jenis limbah dapat digolongkan berdasarkan sifat fisika dan sifat agregat. Jenis limbah cair yaitu: -



Grey water merupakan air limbah domestik yang berasal dari dapur (tempat cuci piring), air bekas cuci pakaian (air dari saluran pembuangan mesin cuci misalnya), dan air mandi (bukan dari toilet).



-



Black water adalah istilah yang digunakan untuk air limbah yang mengandung kotoran manusia. Kelompok air limbah ini harus diolah terlebih dahulu karena mengandung bakteri patogen. Black water dikenal juga dengan istilah sewage. Black water biasanya disalurkan ke septictank atau langsung disalurkan ke sewage system untuk kemudian diolah di dalam instalasi pengolahan air limbah domestik.



24 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



b. Limbah Padat Berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga. , limbah pada kegiatan perdaganan, perkanoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Contoh limbah padat : kertas, kayu, kain, karet/kulit, plastic, metal, gelas/kaca, organic,bakteri, kulit telur, dan lainnya. c. Libah Gas dan Partikel Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh beberapa partikel zat ( limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon, karbon dioksida, dan timah. d. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Kriteria yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah B3 terbagi atas dua macam yaitu yang spesifik dan yang tidak spesifik. Perbedaan pokok antara limbah B3 spesifik dan tidak spesifik terletak pada cara penggolongan yaitu pada limbah spesifik digolongkan kedalam jenis industri, sumber pencemaran, asal limbah, dan pencemaran utama sedangkan pada limbah tidak spesifik penggolongannya atas dasar kategori dan bahan pencemar. 2.2.3 Fasilitas Dasar Sanitasi Sanitasi pada umumnya terdiri dari beberapa fasilitas, yaitu air bersih, jamban sehat, saluran pembuangan air limbah, dan tempat pembuangan sampah: a. Jamban Menurut Departemen Kesehatan RI yang dikutip oleh Irdianty, persyaratan kesehatan sarana pembuangan kotoran manusia adalah sebagai berikut : 1. Tidak mencemari tanah permukaan 2. Bebas dari serangga 3. Tidak menimbulkan bau dan nyaman untuk digunakanAman digunakan oleh pemakai



25 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



4. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakai 5. Terdapat tempat sampah b. Air bersih Menurut Deparetemen Kesehatan RI yang dikutip oleh Irdianty, dalam pemenuhan air bersih terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan tersebut, yaitu : 1. Mengambil air dari sumber air bersih 2. Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup, serta menggunakan gayung untuk mengambil air dari container. 3. Memelihara dan menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak, an sumber pencemar. Jarak sumber air bersih dari sumber pengotoran sebaiknya lebih dari 10 meter. c. Saluran pembuangan air limbah Menurut



Departemen



Kesehatan



yang



dikutip



oleh



Irdianty,



persyaratan kesehatan sarana pembuangan air limbah (SPAL) adalah sebagai berikut : 1. Tidak mencemari air tanah dan air 2. Tidak menimbulkan sarang nyamuk dan jalan tikus 3. Tidak menimbulkan kecelakaan 4. Tidak menimbulkan bau dan gangguan pemandangan Berikut rumus debit air limbah rata-rata Qr = (60-85%) x Qair dengan : Qr = debit air limbah rata-rata (liter/detik) Qair bersih = debit pemakaian air bersih (liter/detik) Sedangkan



menurut



SNI



03-1733-2004



mengenai



Tata



Cara



Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan bahwa lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah yang memenuhi ketentuan perencanaan plambing yang berlaku. 26 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



Apabila kemungkinan membuat tangki septik tidak ada, maka lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah lingkungan atau harus dapat



disambung pada sistem



pembuangan air limbah kota atau dengan cara pengolahan lain. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat bidang resapan pada setiap rumah, maka harus dibuat bidang resapan bersama yang dapat melayani beberapa rumah. d. Tempat pembuangan sampah Sampah dapat didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan sekitarnya. Selain fasilitas sanitasi pada umumnya, di tempat pelelangan ikan juga mempunyai fasilitas dasar sanitasi yang harus diperhatikan, agar tidak memberikan cemaran pada ikan. Fasilitas-fasilitas tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 52A/KEPMEN-KP/2013 BAB II Huruf C, tempat pelelangan ikan harus memenuhi persyaratan : 1. Saluran pembuangan air 2. Saluran pembuangan limbah cair 3. Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan bahan pencuci tangan dan pengering sekali pakai 4. Toilet 5. Fasilitas pasokan air bersih atau air laut bersih 6. Penampungan pengelolaan limbah 2.2.4 Pengolahan Air Limbah Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup dari pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaraan air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air limbah perlu dibuang. Menurut Notoadmojo (2003) beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut:



27 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



1. Pengeceran (dilution) Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya: bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya yang selanjutnya dapat menimbulkan banjir. 2. Kolam Oksidasi (Oxidation ponds) Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah



pemukiman,



dan



didaerah



yang



terbuka,



sehingga



memungkinkan memungkinkan sirkulasi angin dengan baik. 3. Irigasi Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainya dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.



28 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



2.2.5 Prinsip Kerja Sistem Air Limbah Skala Permukiman Sarana air limbah skala permukiman dapat menampung air limbah yang berasal dari kamar mandi, tempat cuci, dan dapur. Air limbah tersebut dialirkan melalui pipa ke bak kontrol, dari bak kontrol air limbah dialirkan melalui pipa ke dalam instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Bak kontrol sangat penting dalam sistem sanitasi perpipaan. Bak kontrol berfungsi sebagai tempat memantau kondisi aliran air limbah dalam perpipaan. Sampah yang terbawa dari dalam rumah tertahan di dalamnya dan dapat diangkat supaya tidak masuk ke dalam sistem perpipaan yang dapat menyumbat aliran. Air limbah yang ditampung dalam IPAL selama beberapa hari, akan mengalami penguraian secara biologis, sehingga kualitas air buangannya (effluent) sudah memenuhi standar yang aman dibuang ke saluran drainase atau badan air terdekat. 2.3



Persampahan Pada Sub-bab ini, akan membahas tentang Definisi Sampah, Jenis Sampah,



Timbulan Sampah, Komposisi Sampah, Pewadahan Sampah, Syarat dan Ketentuan Persampahan, Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah, Hubungan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan, serta Pengelolaan Sampah. 2.3.1 Definisi Sampah Secara umum masyarakat mengenal sampah sebagai sesuatu benda yang dihasilkan dari berbagai benda yang telah digunakan dan tidak diperlukan lagi oleh manusia. Pengertian sampah secara khusus dikemukakan oleh Azwar A. (1979 : 54)



l



“Sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau



sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis karena (human l



waste) l



”S



Moc



M ( 1987 : 55)



“Sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau



sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan ” 29 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat. Juli Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Azwar (1990) mengatakan yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya. Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. Berdasarkan rumusan pengertian dan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah semua jenis benda atau barang bangunan/kotoran manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan atau yang berasal dari aktivitas kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang dapat menimbulkan dan atau mengakibatkan pengotoran terhadap air, tanah dan udara sehingga dapat menimbulkan pengrusakan lingkungan hidup manusia. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut : 1.



Adanya sesuatu benda atau bahan padat



2.



Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia



3.



Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003)



30 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



2.3.2 Jenis dan Karakteristik Sampah Karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah yang meliputi sifat-sifat fisis, kimiawi dan biologisnya. Komponen sampah biasanya berbentuk padat, namun juga ada yang berbentuk cairan yang lebih mudah untuk diidentifikasi, namun kebanyakan sampah adalah heterogen yang biasanya terdiri dari berbagai macam campuran. 2.3.2.1 Jenis Sampah Berdasarkan Sumbernya Berdasarkan sumbernya, terdapat beberapa jenis sampah, yaitu: 1. Sampah Domestik Sesuai dengan asal katanya, sampah jenis ini berasal dari sampah perumahan maupun sampah permukiman, baik di daerah perkotaan maupun daerah perdesaan. Sampah domestik biasanya lebih banyak terdiri dari sampah anorganik apabila letaknya di daerah permukiman perkotaan, sedangkan apabila berada di perdesaan, sampahnya lebih berupa bahan bahan organik hasil sisa-sisa dari produk pertanian, sedangkan sampah anorganiknya lebih sedikit karena tidak adanya industry di desa yang dapat membuat barang barang yang berpotensi menjadi sampah anorganik. Umumnya sampah anorganik di perdesaan adalah bahan-bahan biasa yang sudah tidak terpakai lagi, misalnya bahan pembungkus, macam-macam kertas, kain bekas dan lain-lain. 2. Sampah Komersil Sampah komersil adalah sampah yang dihasilkan dari lingkungan kegiatan perdagangan, seperti tok, warung, restoran dan pasar atau toko-toko yang lebih besar. Keragaman sampahnya sangat tinggi, dan dapat terbagi menjadi sampah organik, maupun sampah anorganik. 3. Sampah Industri Sampah industri adalah sampah yang berasal dari kegiatan perindustrian, jenis dan jumlah sampahnya sangat tergantung dari jumlah bahan dan pemrosesan yang dilakukan oleh suatu perusahaan industri yang menghasilkan sampah. Biasanya perusahaan industri membuang limbah atau sampahnya di daerah sekitar perusahaannya



31 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



sendiri, tanpa melalui pemrosesan lebih lanjut sehingga limbah yang dibuang membawa dampak yang buruk bagi lingkungan sekitarnya. 4. Sampah Alami Dan Jenis Sampah Lainnya Sampah alami adalah sampah hasil sisa dari aktivitas tumbuhan maupun hewan, yang dapat berupa sisa-sisa dedaunan, sisa makanan baik makanan manusia maupun makanan hewan ataupun sampah yang dihasilkan oleh bencana alam seperti kebakaran hutan, ataupun bencana alam yang lainnya. 2.3.2.2 Jenis Sampah Menurut Sifat Fisik dan Kimia Berdasarkan sifat fisik dan kimianya, terdapat beberapa jenis sampah, yaitu: 1. Sampah organik Sampah organik adalah sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun dari makhluk hidup yang telah mati, baik itu tumbuhan maupun hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, atau kegiatan makhluk hidup. Sampah ini sangat mudah diuraikan dengan proses alami, seperti penguraian sampah oleh mikroba. 2. Sampah anorganik Sampah anorganik berasal dari sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Banyak dari sampah anorganik merupakan bahan yang tak dapat ditemukan di alam, seperti aluminium ataupun plastik.Bahan tersebut merupakan hasil dari bahan alam yang telah diolah dalam industri.Sebagian zat organik seperti aluminium dan plastik tersebut tidak dapat diuraikan oleh alam, sebagian lainnya masih dapat diuraikan oleh alam, namun membutuhkan waktu yang sangat lama. 3. Sampah Khusus (B3) Sampah khusus adalah sampah yang memerlukan penanganan khusus



dalam



pengelolaannya



karena



dikhawatirkan



akan



menimbulkan bahaya bagi lingkungan yang telah dicemarinya.



32 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



Misalnya sampah dari limbah pabrik kimia, limbah rumah sakit yang mungkin memiliki zat berbahaya bagi alam. 2.3.3 Timbulan Sampah Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu (Departemen PU, 2004). Timbulan sampah sangat diperlukan untuk menentukan dan mendesain peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, fasilitas recovery material, dan fasilitas Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) sampah. Timbulan sampah biasanya dinyatakan dalam (Damanhuri, 2004) : 



Satuan berat: kilogram/orang/hari (kg/o/h), kilogram/meter-persegi bangunan/hari (kg/m2/h) atau kilogram/tempat tidur/hari (kg/bed/h).







Satuan



volume:



liter/orang/hari



(l/o/h),



liter/meter-persegi



bangunan/hari (l/m2/h) atau liter/tempat tidur/hari (kg/bed/h). Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun di masa mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian sistem pengelolaan persampahan. Prakiraan rerata timbulan sampah merupakan langkah awal yang biasa dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Satuan timbulan sampah biasanya dinyatakan sebagai satuan skala kuantitas per orang atau per unit bangunan dan sebagainya. Rata-rata timbulan sampah tidak akan sama antara satu daerah dengan daerah lainnya, atau suatu negara dengan negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain (Damanhuri, 2004): 1.



Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya



2.



Tingkat hidup



3.



Perbedaan musim



4.



Cara hidup dan mobilitas penduduk



5.



Iklim



6.



Cara penanganan makanannya.



Berikut besaran timbulan sampah menurut SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Kota Sedang Di Indonesia berdasarkan komponen sumber dan klasifikasi kota.



33 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



Table 2.1 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen - Komponen Sumber Sampah Komponen Sumber Sampah



No 1 2 3



Rumah Permanen Rumah semi permanen Rumah non permanen



4



Kantor



5



Toko/ruko



6 7 8 9 10



Sekolah Jalan Rteri Sekunder Jalan Kolektor Sekunder Jalan Lokal Pasar



Satuan Per orang/hari Per orang/hari Per orang/hari Per pegawai/hari Per petugas/hari Per murid/hari Per meter/hari Per meter/hari Per meter/hari Per meter2/hari



Volume (liter)



Berat (kg)



2,25-2,50 2,00-2,25 1,75-2,00



0,350-0,400 0,300-0,350 0,250-0,300



0,50-0,75



0,025-0,100



2,50-3,00



0,150-0,350



0,10-0,15 0,10-0,15 0,10-0,15 0,05-0,10 0,20-0,60



0.010-0,020 0,020-0,100 0,010-0,005 0,005-0,025 0,1-0,3



Sumber: SNI 19-3983-1995 mengenai Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang di Indonesia



Tabel 2.2 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota Satuan No 1 2 3



Klasifikasi kota Kota Besar Kota Sedang Kota Kecil



Volume (L/orang/hari) 3,25-3,5 2,75-3,25 2,5-2,75



Berat (KC/orang/hari) 0,80-0,90 0,70-0,80 0,625-0,70



Sumber: SNI 19-3983-1995 mengenai Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang di Indonesia



Estimasi timbulan sampah, rumus menghitung volume sampah : VS =



P0 x v



Keterangan: VS = Volume timbulan sampah P0



=



Jumlah penduduk



v



= rata2 volume sampah (2,97 liter/orang/hari)



2.3.4 Komposisi Sampah Komposisi atau susunan bahan-bahan sampah merupakan hal yang perlu diketahui, hal ini penting kegunaannya untuk pemilahan sampah serta pemilihan alat atau sarana yang diperlukan untuk pengelolaan sampah.



34 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



Tabel 2.3 Komposisi Sampah di Setiap Kota atau Negara No



Komposisi Sampah



Persentase



1



Kertas dan Karton



± 35 %



2



Logam



±7%



3



Gelas



±5%



4



Sampah Halaman dan Dapur



± 37 %



5



Kayu



±3%



6



Plastik, Karet, dan Kulit



±7%



7



Lain-lain



±6%



Sumber: Achmadi (2004)



2.3.5 Pewadahan Sampah Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Tujuan utama dari pewadahan adalah : 1. Untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga mengganggu lingkungan dari kesehatan, kebersihan dan estetika. 2. Memudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan petugas pengumpulan sampah, baik petugas kota maupun dari lingkungan setempat. Adapun syarat-syarat tempat sampah yang dianjurkan adalah: 1. Konstruksinya kuat, tidak mudah bocor, penting untuk mencegah berserakannya sampah. 2. Tempat sampah mempunyai tutup, tetapi dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta bersih. Sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotorkan tangan. 3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu orang. Tata cara dalam pelaksanaan pewadahan sampah menurut SK SNI T-131990-F dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: 35 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



1. Pewadahan individual adalah cara penampungan sampah sementar di masing-masing sumbernya. 2. Pewadahan komunal adalah cara penampungan sampah sementara secara bersama-sama pada suatu tempat. Tabel 2.4 Pola Dan Karakteristik Pewadahan Sampah No.



Pola Pewadahan/ Karateristik



1



Bentuk/jenis



2



Sifat



3



Bahan



4



Volume



5



Pengadahan



Individual



Komunal



Kotak, Silinder, Tong Kantong, Kontainer Ringan, Mudah dikosongkan dan mudah dipindahkan Logam, plastik, fiberglass, kayu, bambu, rotan, kertas Permukiman dan toko kecil: 10-40 Lt Kantor, toko besar, hotel, rumah makan: 100-500 Lt Pribadi, Instansi, Pengelola



Kotak, Silinder, Tong, Kontainer Ringan, Mudah dikosongkan dan dipindahkan Logam, plastik, fiberglass, kayu, bambu, rotan, kertas Permukiman dan Pasar: 100-1000 Lt Jalan dan Taman: 30-40 Lt Instansi, Pengelola



Sumber : SNI 19-2454-2002 mengenai Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan Pengumpulan Sampah



2.3.5.1 Sarana Pewadahan Sampah Alat pewadahan yang disarankan untuk digunakan adalah tipe tidak tertanam (dapat diangkat) untuk memudahkan operasi pengumpulan. Jenis wadah yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan pengadaannya dapat berupa: a. Tong sampah ( plastik, fiberglass, kayu, logam, bambu).



Gambar 2.1 Tempat Sampah Berbahan Plasstik



36 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



b. Kantong plastik.



Gambar 1.2 Sampah Kantong Plastik Ukuran wadah minimal dapat mewadahi timbulnya sampah selama 2 hari pada tiap tempat timbulan sampah (untuk pemukiman 40 liter, sedangkan untuk komunal 180 liter-1,8 m3). 2.3.6 Syarat dan Ketentuan Persampahan Berikut kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi menurut SNI 03-17332004 mengenai Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan dan SNI 03-3242-1994. Distribusi dimulai pada lingkup terkecil RW, Kelurahan, Kecamatan hingga lingkup Kota. Tabel 2.5 Kebutuhan prasarana persampahan Prasarana Lingkup Prasarana Rumah (5 jiwa)



Keterangan



Sarana pelengkap



Status



Dimensi



Tong sampah



Pribadi



2 m3



Gerobak sampah RW (2500 jiwa)



TPS Bak sampah kecil



6 m3



Jarak bebas TPS dengan lingkungan



Gerobak mengangkut 3x seminggu



37 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



2 m3



Gerobak sampah



Kelurahan (30.000 jiwa)



hunian minimal 30m



TPS 12 m3



Bak sampah besar Mobil sampah



Kecamatan (120.000 jiwa)



-



TPS/TPA local



Bak sampah besar



Mobil mengangkut 3x seminggu



25 m3



Bak sampah akhir Kota (> 480.000 jiwa)



Gerobak mengangkut 3x seminggu



TPA



Tempat daur ulang sampah



-



Sumber: SNI 03-1733-2004 mengenai Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan



a.



Menghitung Jumlah Rumah Mewah A=



b.



x Jumlah Jiwa di Lingkungan



Menghitung Jumlah Rumah Sedang B=



c.



x Jumlah jiwa di Lingkungan



Menghitung Jumlah Rumah Sederhana C=



d.



x Jumlah jiwa di lingkungan



Menghitung Jumlah Wadah Sampah Komunal = -



(



)



Menghitung jumlah Alat Pengomposan Individual 60 L = Jumlah Rumah Mewah



-



Menghitung Jumlah Alat Pengomposan Komunal 1000 L



-



Menghitung Jumlah Alat Pengumpul (gerobak/becak sampah/motor sampah/mobil bak) kapasitas 1 m3 di perumahan



=



(



(



) (



)



dengan : A = Jumlah Rumah Mewah 38 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



B = Jumlah Rumah Sedang C = Jumlah Rumah Sederhana D = Jumlah Jiwa di Rumah susu Jj = jumlah jiwa per rumah Ts = Timbulan sampah (L/orang atau unit/hari) = (Kota Besar = 3 L/org/hari ; Kota Kecil = 2,5 L/org/hari) Pa = Persentase sampah anorganik Kk = Kapasitas Alat Pengumpul Fp = Faktor pemadatan alat = 1,2 Rk = Ritasi alat pengumpul JP = Jumlah Penduduk Kp = Kapasitas pelayanan 2.3.7 Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah Menurut Slamet (2004) sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain : a. Jumlah Penduduk Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk. b. Keadaan sosial ekonomi Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan ini pun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan, transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.



39 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



c. Kemajuan Teknologi Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula. d. Tingkat pendidikan Menurut Hermawan (2005) Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan mempunyai peranan penting karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya limbah rumah tangga terhadap lingkungan, terutama bahaya pencemaran terhadap kesehatan manusia dan dengan pendidikan dapat ditanamkan berpikir kritis, kreatif dan rasional. Semakin tinggi tingkat pendidikan selayaknya semakin tinggi kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sampah. 2.3.8 Hubungan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan Menurut Budiman (2006) pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan juga ada yang negatif. Pengaruh positif dari pengelolaan sampah ini terhadap masyarakat dan lingkungan, antara lain : a.



Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawarawa dan dataran Rendah



b.



Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk



c.



Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah terhadap ternak



d.



Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat



e.



Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah



f.



Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat



40 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



g.



Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat



h.



Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu Negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain.



Sedangkan pengaruh negatif dari sampah terhadap kesehatan, lingkungan maupun sosial ekonomi dan budaya masyarakat, antara lain : a. Pengaruh terhadap kesehatan -



Pengolahan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan sektor penyakit seperti lalat atau tikus.



-



Insidensi penyakit Demam Berdarah (dengue) akan meningkat karena vector penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng maupun ban bekas yang berisi air hujan.



-



Terjadinya



kecelakaan



akibat



pembuangan



sampah



secara



sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca dan sebagainya. -



Gangguan psikosomatis, misalnya sesak nafas, insomnia, stress dan lain-lain.



b. Pengaruh terhadap lingkungan - Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata. - Proses



pembusukan



sampah



oleh



mikroorganisme



akan



menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk - Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran yang lebih luas. - Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal. - Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal.



41 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



- Air



banjir



dapat



mengakibatkan



kerusakan



pada



fasilitas



masyarakat seperti jalan, jembatan dan saluran air. c. Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat - Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial budaya masyarakat setempat. - Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut. - Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak pengelola (misalnya kasus TPA Bantar Gebang, Bekasi). - Angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja dan produktifitas masyarakat menurun. - Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang. - Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat setempat. - Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis. - Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat. - menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa. 2.3.9 Pengelolaan Sampah Menurut Reksosoebroto (1985) dalam Efrianof (2001) pengelolaan sampah sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan sehat, dengan demikian sampah harus dikelola dengan sebaik-baiknya sedemikian rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat



42 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya. Techobanoglous (1977) dalam Maulana (1998) mengatakan pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan,



penyimpanan



(sementara),



pengumpulan,



pemindahan



dan



pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat. Menurut Cunningham (2004) tahap pengelolaan sampah modern terdiri dari 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebelum akhirnya dimusnahkan atau dihancurkan. Produk



Digunakan



Dibuang



Sampah



Pengelolaan tahap akhir :



Pengelolaan tahap awal :



- Sanitary landfill (penimbunan berlapis)



- Reduce (mengurangi)



- Incenaration (pembakaran)



- Reuse (menggunakan kembali)



- Open dumping



- Recycle (mendaur ulang)



Sumber : Cunningham, 2004



43 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1



Lokasi Penelitian Penelitian ini secara umum dilaksanakan di dalam Kota Pekanbaru, dengan



mengambil lokasi penelitian di Kecamatan Bukit Raya tepatnya di Kelurahan Tangkerang Labuai. Kelurahan Tangkerang Labuai terdiri dari 12 RW dan 47 RT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : a.



Sebelah Utara berbatas dengan Jalan Harapan raya Kelurahan Tangkerang Utara.



b.



Sebelah Selatan berbatas dengan Jl. Datuk Setia Maharaja Kelurahan Simpang Tiga.



c.



Sebelah Barat berbatas dengan Jl. Lumba-lumba, Jl. Tanjung, Jl. Mawar, dan Jl. Punai Kelurahan Tangkerang Selatan.



d.



Sebelah Timur berbatas dengan Sungai Sail Kelurahan Tangkerang Timur.



3.2



Alat dan Bahan Penelitian Dalam proses pelaksanaan dan penyelesaian penelitian ini digunakan



beberapa bahan dan alat penelitian yang merupakan langkah awal dari kegiatan penelitian ini, diantaranya: 1.



Jurnal dan buku sebagai acuan



yang berhubungan dengan tema



penelitian sebagai literatur penelitian. 2.



Alat tulis, yang digunakan untuk mencatat dan menulis data yang diperoleh.



3.



Peta, digunakan untuk memudahkan dalam mengetahui kondisi lokasi penelitian.



3.3



4.



Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan data hasil pengamatan.



5.



Laptop dan printer, untuk mengolah dan mencetak data.



Variabel Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei deskriptif, dengan



menggambarkan sarana air bersih, sanitasi dan persampahan. Penelitian ini dapat dilaksanakan berdasarkan kondisi eksisting di tempat yang telah ditatapkan 44 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



sebagai area studi yang kemudian akan di survei dan dianalisis terhadap standarstandar yang berlaku. Setelah melalui proses itu, dilanjutkan oleh merancang perencanaan yang dapat diterapkan di daerah tersebut sesuai dengan peruntukkan dan juga kebutuhannya. Pendeskripsian objek yang dilakukan dapat berupa pendeskripsian terhadap air bersih, sanitasi dan persampahan di kelurahan area studi. Tabel 1 (3.3) Variabel Data berdasarkan Sektor Air Bersih, Sanitasi dan Persampahan Sektor



Variabel Data Jumlah Kebutuhan Air Bersih



Air Bersih



Sumber Air Bersih Kualitas Air Bersih Sistem Jaringan Air Bersih Kelas Baku Mutu Air Upaya dalam Mendapatkan Air Bersih Sistem Distribusi Air Bersih Hidran Kebakaran Beban Timbulan Sampah



Sampah



Sanitasi



3.4



Kondisi Dan Bentuk Perwadahan Sampah Jumlah Dan Jenis Perwadahan Sistem Pengumpulan Sampah Sistem Pengangkutan Sampah Sistem Persampahan Rumah Tangga Jumlah Prasarana Sanitasi Kepemilikan Prasarana Sanitasi Sistem Pembuangan Sanitasi



Teknik Pengumpulan Data



3.4.1 Data Primer Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari sumber data di lapangan tanpa adanya perantara. Data primer dapat berupa data-data yang bersifat kuantitatif juga kualitatif seperti opini dari seseroang maupun dari suatu kelompok, hasil dari pandangan terhadap suatu benda secara fisik, hasil perhitungan dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer dalam 45 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



penelitian ini adalah survei, wawancara dan observasi. Data primer yang dimaksud berupa data kependudukan yang diperoleh dari hasil wawancara, sertab data persampahan, prasarana sanitasi dan air bersih yang diperoleh dari survei ke lapangan, observasi dan wawancara dengan warga setempat. 3.4.2 Data Sekunder Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder umumnya berupa bukti, laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan maupun tidak. Data sekunder yang diperlukan seperti data air bersih yang diperoleh dari arsip PDAM, data kependudukan yang dapat diambil dari BPS Kota Pekanbaru, serta data peta wilayah kelurahan yang diperoleh dari kantor lurah. Pengumpulan data sekunder ini dilakukan dengan cara mencari studi literatur dan dengan meminta data kepada instansi-instansi terkait. Sumber data sekunder : 1.



Sumber data yang dipublikasikan (Published source). Contohnya publikasi data BPS, publikasi hasil penelitian, dsb.



2.



Sumber data yang tidak dipublikasikan (Unpublished source). Contohnya arsip milik kelurahan tersebut.



3.5



Metode Analisis Data



3.5.1 Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif adalah analisis yang digunakan sebagai acuan dalam mencari data atau informasi tentang berbagai kondisi eksisting yang ada di wilayah penelitian, metode ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung baik karakteristik, potensi dan masalah yang ada. Analisis deskriptif ini berfungsi untuk memberi gambaran secara umum data atau informasi yang diperoleh. Analisis deskriptif berfungsi untuk memberi gambaran secara umum dari data dan informasi yang diperoleh. Tujuan dari analisis ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara faktual, sistematis, dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat serta hubungan antar kegiatan yang diteliti dan dianalisis. Analisis terbagi menjadi dua yaitu analisis deskriptif kuantitatif dan analisis kualitatif. 46 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



Analisis deskriptif kuantitatif merupakan penelitian yang bertujuan menjelaskan fenomena yang ada dengan menggunakan angka-angka untuk mencadarkan karakteristik suatu subjek (menilai sifat kondisi yang tampak). Sedangkan analisis deskriptif kualitatif bertujuan untuk menafsirkan dan menguraikan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, hubungan antar variabel yang timbul, perbedaan antar fakta yang ada serta pengaruhnya terhadap suatu kondisi dari hasil wawancara dengan warga setempat. 3.5.2 Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang bersifat objektif dan ilmiah di mana data yang di peroleh berupa angkaatau nilai atau berupa pernyataan yang di nilai, dan dianalisis dengan metode analisis statistik. Penelitian kuantitatif biasanya di gunakan untuk membuktikan dan menolak terhadap suatu teori. Analisis data kuantitatif bertujuan untuk mempermudah dalam memahami apa yang terdapat di balik semua data tersebut, kemudian mengelompokan dan meringkasnya sehingga menjadi sesuatu yang mudah dimengerti. Data kuantitatif pada penelitian ini adalah: 1.



Kependudukan (jumlah penduduk, pertambahan dan perkembangan penduduk) bersumber dari arsip Kelurahan Tangkerang Labuai dan data BPS Kota Pekanbaru.



2.



Data sanitasi dan persampahan yang diperoleh dari arsip PDAM Kota Pekanbaru.



3.



Data air bersih yang diperoleh dari survei lapangan dan juga dengan bantuan arsip PDAM kota Pekanbaru.



3.5.3 Analisis Preskriptif Analisis preskriptif dilakukan dengan mencari beberapa saran guna memecahkan masalah yang ada di wilayah studi. 3.5.4 Analisis Evaluatif Analisis ini dilakukan dengan membandingkan setiap data mengenai kondisi yang ada di lapangan tiap-tiap sektor dengan kondisi yang terdapat pada studi literatur.



47 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



3.5.5 Analisis Kualitatif Analisis kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Analisis kualitatif mengkaji masalah secara tahap pertahap. Tujuan utama penelitian kualitatif yaitu untuk memahami gejala sosial dengan lebih terfokus pada gambaran yang lengkap tentang gejala yang dikaji tersebut, daripada memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait satu sama lain. Data kualitatif pada penelitian diantaranya adalah: 1.



Data kondisi air bersih diperoleh melalui survei lapangan.



2.



Data aliran pipa yang diperoleh dari PDAM .



3.



Batas dan ruang lingkup wilayah yang diperoleh melalui data BPS.



48 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



3.6



Desain Survei Persampahan



No.



Sasaran



1.



Untuk mengindentifikasi kondisi dan karakteristik persampahan di Kelurahan Tangkerang Labuai



Variabel  Sumber sampah



 Jenis sampah menurut sifat fisik dan kimia



 Perwadahan sampah



Sub Variabel    



Domestik Komersil Industri Alami



Jenis Persampahan:  Organik (sampah halaman & dapur, kayu)  Anorganik (plastk, karet, karton, gelas)  B3 (limbah, logam, dsb) Jenis Perwadahan:  Permanen  Semi permanen  Non permanen



PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



Data yang dibutuhkan  Data sumber persampahan di Kelurahan Tangkerng Labuai  Data jenis persampahan  Jumlah penduduk per RW  Data jenis persampahan  Jumlah penduduk per RW



 Jumlah tempat sampah  Data persebaran tempat sampah berdasarkan jenis  Data kebututhan perwadahan sampah



Sumber Data  Observasi lapangan  Data dari kelurahan atau RW  Arsip dinas kebersihan  Observasi wawancara



Metode Pengambilan Data 1. Survei Primer  Observasi lapangan untuk melihat sumber persampahan, jenis persampahan, perwadahan sampah dan karakteristik sampah  Observasi lapangan melalui wawancara dengan warga setempat 2. Survei sekunder  Pengambilan data kependudukan dari kantor lurah dan RW  Pengambilan data dari dinas kebersihan



Metode Analisis 1. Analisis Deskriptif  Kondisi tempat penampungan sampah  Sumber persampahan  Jenis dari persampahan yang dihasilkan



Alat  Peta  Kamera  Alat tulis



Output Teridentifikasinya sumber persamapahan, jenis sampah, perwadahan sampah, serta karakteristik persampahan di Kelurahan Tangkerang Labuai



2. Analisis Evaluatif  Perbandingan jumlah penduduk dengan tempat penampungan sampah yang ada  Perbandingan penduduk dengan sampah yang dihasilkan 3.Analisis Kuantitatif  Menghitung kebutuhan perwadahan sampah



49



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



No.



Sasaran



Variabel



Sub Variabel



2.



Untuk menganalisis atau mengidentifikasi potensi dan masalah serta kebutuhan persampahan di Kelurahan Tangkerang Labuai



 Sistem pengangkutan sampah



 Jumlah anggkutan sampah  Jumlah team kebersihan  Pengangkutan dari pemerintahan  Pengangkutan kontrak



 Sistem pengumpulan sampah



 TPS dan TPA di kelurahan Tangkerang Labuai  Perwadahan individual  Perwadahan komunal  Kualitas media penampungan sampah



Data yang dibutuhkan  Data jumlah angkutan sampah per RW  Data jumlah team kebersihan perbRW  Sumber sistem pengangkuta n sampah  Baku mutu standar sistem pengangkuta n  Data lokasi TPS dan TPA  Data perwadahan sampah  Baku mutu standar perwadahan  Data hasil persampahan



Sumber Data  Data dari dinas kebersihan  Data observasi lapangan  Data observasi wawancara  Data dari kelurahan atau RW



Metode Pengambilan Data 1. Survei Sekunder  Pengambilan data lokasi TPS dan TPA resmi  Jumlah angkutan sampah dan jumlah team kebersihan  Komposisi persampahan 2. Survei Primer  Observasi lapangan untuk melihat sistem pengangkutan dan pengumpulan sampah  Observasi wawancara terkait pengelolaan sampah dan pemanfaatannya  Observasi keberadaan TPS dan TPA resmi dan liar



Metode Analisis 1. Analisis Deskriptif  Kondisi media pengumpulan sampah dari individu hingga ke TPS  Kondisi pengangkatan sampah ke TPS



Alat  Kamera  Alat tulis



Output Teridentifikasinya potensi dan masalah serta kebutuhan terkait persampahan yang ada di Kelurahan Tangkerang Labuai



2. Analisis Evaluatif  Menganalisis hasil perhitungan mengenai potensi dan masalah persampahan  Perbandingan jumlah penduduk dengan ketersediaan TPS dan TPA  Perbandingan jumlah penduduk dengan sampah yang dihasilkan 3.Analisis Kuantitatif  Menghitung besaran sampah yang dihasilkan  Menghitung



PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



50



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



No.



Sasaran



Variabel



Sub Variabel



Data yang dibutuhkan



 Timbulan sampah



 Volume sampah  Besaran timbulan sampah  Komposisi sampah  Manajemen pengolaan sampah



 Proyeksi persebaran TPS liar



 Sumber TPS liar  Lokasi TPS liar  Jumlah dan Kondisi TPS liar  Manajemen pengelolaan persampahan  Reduce  Reuse  Recycle



 Keberadaan lokasi TPS liar  Data jumlah TPS resmi di area studi  Data pengelolaan persampahan



 Sebagai timbunan lahan  Pupuk  Makanan ternak



 Data jumlah penduduk per RW  Data pengelolaan sampah



 Pengelolaan persampahan



 Pemanfaatan sampah



PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



 Standar komposisi persampahan  Sistem pengelolaan sampah  Data jumlah penduduk per RW



Sumber Data



Metode Pengambilan Data



Metode Analisis



Alat



Output



kebutuhan perwadahan sampah



 Data jenis sampah  Data komposisi sampah  Data jumlah penduduk per RW



51



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



No.



Sasaran



3.



Merumuskan arahan pengembangan persampahan di kelurahan Tangkerang Labuai



Variabel  Pengelolaan sampah



 Persebaran TPS liar



Sub Variabel  Reduce  Reuse  Recycle



 Sumber TPS liar  Lokasi TPS liar  Jumlah dan Kondisi TPS liar  Manajemen pengelolaan persampahan



PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



Data yang dibutuhkan  Data jenis sampah  Data komposisi sampah  Data jumlah penduduk per RW



 Keberadaan lokasi TPS liar  Data jumlah TPS resmi di area studi  Data pengelolaan persampaha n  Data sarana dan prasarana sampah  Data persebaran perwadahan sampah



Sumber Data  Observasi Lapangan  Observasi wawancara  Data dari dinas kebersihan  Data dari lurah atau RW



Metode Pengambilan Data 1. Survei Primer  Observasi lapangan untuk melihat fakta yang ada  Observasi melalui wawancara terkait pengelolaan sampah



2. Survei Sekunder  Pangambilan data TPS resmi dari dinas kebersihan  Hasil identifikasi dan analisis data persampahan



Metode Analisis 1. Analisis Perspektif  Merencanakan sistem pengelolaan sampah yang baik, yang nantinya akan menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai produksi sebagai suatu alat pengembangan perekonomian  Merencanakan persebaran perwadahan dan TPS sampah yang sesuai standar ketentuannya dalam 20 tahun mendatang dengan membuat arahan pengembangan sistem persamapahan di area studi.



Alat    



Alat tulis Kamera Peta Hasil perhitungan



Output Penentuan arahan pengembangan sektor persampahan di Kelurahan Tangkerang Labuai



52



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



3.7



Desain Survei Sanitasi



No.



Sasaran



Variabel



1.



Untuk mengidentifikasi karakteristik sektor sanitasi di Kelurahan Tangkerang Labuai



 Jenis sanitasi



 Jenis limbah sanitasi



Sub Variabel



Data yang dibutuhkan



Sumber Data



 Sanitasi restoran  Sanitasi hotel  Sanitasi pasar  Grey water  Black water



 Jumlah jenis sanitasi  Jenis limbah yang dihasilkan  Saluran pembuangan air limbah  Manajemen pengelolaan air limbah  Pembuangan grey water (selokan,sungai,IPA L)  Saluran proses sanitasi limbah  Jumlah penduduk



 Observasi lapangan  Observasi wawancar a  Data dari dinas kebersihan  Data dari kelurahan atau RW



 Fasilitas dasar sanitasi  Pengelolaan air limbah



 Jamban  Air bersih  Saluran pembuanga n air limbah  Tempat pembuanga n sampah  Pengeceran  Kolam oksidasi  Irigasi



 Pengelolaan air limbah



 Pengeceran  Kolam oksidasi  Irigasi



PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



Metode Pengambilan Data 1. Survei Primer  Observasi wawancara terkait pembuangan limbah  Observasi lapangan melalui wawancara terkait pengelolaan limbah  Observasi lapangan untuk melihat kondisi saluran pembuangan air limbah



Metode Analisis



Alat



Output



1. Analisis Kuantitatif  Menghitung jenis sanitasi dan saluran pembuangan limbah grey water 2. Analisis Deskriptif  Kondisi saluran pembuangan air limbah  Kondisi pengelolaan limbah



 Kamera  Alat tulis



Teridentifikasinya karakteristik sektor sanitasi di Kelurahan Tangkerang Labuai



2. Survei Sekunder  Pengambilan data dari lurah dan dinas terkait



53



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



No.



Sasaran



Variabel



2.



Mengidentifikasi potensi dan masalah serta kebutuhan sektor sanitasi di Keluarah Tangkerang Labuai



 Sistem pengelolaan limbah black water dan grey water  Kepemilikan prasarana sanitasi



Sub Variabel



Data yang dibutuhkan



Sumber Data



 Volume limbahyang dihasilkan per RW  Saluran pembuanga n air limbah  Manajemen pengelolaan limbah  Bangunan yang memiliki MCK dengan septictank dan yang tidak dengan  septictank  Bangunan yang memiliki septictank dan pembuanga n grey water 



 Data pengelolaan limbah cair  Baku mutu standar sektor sanitasi  Data jumlah kepemilikan prasarana sanitasi  Jumlah penduduk per RW  Jumlah MCK per RW  Jumlah MCK dengan septictank dan yang tidak dengan septictank  Jumlah kepemilikan tangki septictank (komunal, pribadi)  Pembuangan grey water (selokan,sungai,IPA L)  Saluran proses sanitasi limbah cair tiap-tiap sarana



 Observasi lapangan  Observasi wawancar a  Data dari lurah atau RW



PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



Metode Pengambilan Data 1. Survei Primer



1. Analisis Kuantitatif



 Observasi lapangan untuk mengetahui berapa banyak jumlah kepemilikan prasarana sanitasi per RW  Observasi lapangan dan wawancara terkait sistem pengelolaan limbah black water dan grey water  Observasi melalui  wawancara terkait timbunan limbah 2. Survei Sekunder  Pengambilan data lurah atau RW  Pengambilan data dinas terkait



Metode Analisis







Menghitung kepemilikan prasarana sanitasi



Alat    



Peta Kamera Alat tulis Rumusan hasil perhitung an



Output Teridentifikasinya potensi dan masalah serta kebutuhan sektor sanitasi di Kelurahan Tangkerang Labuai



1. Analisis Evaluatif 



Menganalisis hasil perhitungan mengenai potensi dan masalah sanitasi



dari dari



54



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



No.



Sasaran



Variabel



Sub Variabel



Data yang dibutuhkan



Sumber Data



 Data pengelolaan limbah  Data sarana dan prasarana sanitasi  Data persebaran pipa saluran limbah



 Observasi lapangan  Data dari lurah atau RW



Metode Pengambilan Data



Metode Analisis



Alat



Output



 Bangunan yang memiliki MCK dengan septictank dan yang tidak dengan  septictank  Bangunan yang memiliki septictank dan pembuanga n grey water



3.



Merumuskan arahan pengembangan sektor sanitasi di Kelurahan Tangkerang Labuai



 Proyeksi persebaran saluran pembuangan limbah black water dan grey water



 Sumber limbah cair  Manajemen pengelolaan limbah cair  Saluran limbah  Sarana dan prasarana yang dibangun sebagai penunjang ketersediaan sanitasi



PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



1. Survei Primer  Observasi lapngan untuk melihat fakta yang ada  Observasi melalui wawancara 2. Survei Sekunder  Hasil identifikasi dan analisis data air bersih



1. Analisis Perspektif Merencanakan persebaran saluran pembuangan sektor sanitasi sesuai dengan karakteristik yang ada dalam 20 tahun mendatang dengan membuat re ncana arahan pengembangan sanitasi di kelurahan Tangkerang Labuai



   



Peta Kamera Alat tulis Rumusan hasil perhitung an dan analisis



Penentuan arahan pengembangan sektor sanitasi di Kelurahan Tangkerang Labuai



55



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



3.8



Desain Survei Air Bersih



No.



Sasaran



1.



Mengidentifikasi karakteristik air bersih di Kelurahan Tangkerang Labuai



Variabel  Sumber air bersih



 Sarana air bersih



2.



Menganalisis dan mengidentifikasi potensi dan masalah serta kebutuhan air bersih di Kelurahan Tangkerang Labuai



Sub Variabel



Data yang dibutuhkan



Sumber Data



 Sungai  Curah hujan  Air permukaa n  Air bawah tanah  Sumur  Air pipa



 Data sumber air bersih  Data sarana penunjang air bersih  Data kebutuhan air bersih  Data keberadaan pipa air bersih  Data kependudukan  Data jumlah rumah  Data ketersediaan air bersih (saat musim kemarau)



 Observasi lapangan  Observasi wawancar a  Data dari BPS kota Pekanbaru  Data dari kelurahan atau RW  Data arsip PDAM



 Sstem distribusi air bersih



 Continuo us system  Intermitte n system



 Sistem pengaliran air bersih



 Gravitasi  Pemompa an  Gabunga n



 Kualitas air bersih



 Air minum  Tidak keruh, bewarna  Keruh, berwarna  Tidak keruh, tidak berwarna



PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



 Data kebutuhan air bersih  Data aumber air bersih  Data pengelolaan air bersih  Baku mutu standar kualitas air bersih untuk konsumsi dan kebutuhan seharihari



 Data dari observasi lapangan  Obsevasi wawancar a  Data dari arsip PDAM kota pekanbaru



Metode Pengambilan Data



Metode Analisis



1. Survei Primer 1. Analisis Evaluatif  Observasi lapangan  Perbandingan data mengenai karakteristik kondisi lapangan prasarana air bersih mengenai sarana dan prasarana dengan  Wawancara secara kondisi yang bebas terpimpin kepada terdapat pada studi masyarakat literature  Perbandingan jumlah 2. Survei Sekunder penduduk dengan standar yang ada  Pengambilan data dari lurah atau RW 2. Analisis Kuantitatif  Pengambilan data dari BPS Kota  Menghitung jumlah Pekanbaru kebutuhan air bersih  Pengambilan data dari dinas-dinas 3. Analisis Deskriptif terkait



1. Survei Primer  Observasi lapangan untuk melihat potensi dan masalah terkai air bersih  Observasi lapangan mengenai kualitas air bersih  Observasi wawancara terkait potensi dan



 Kondisi sumber air bersih  Kondisi sarana air bersih  Kondisi sistem pengaliran air 1. Analisis Evaluatif  Menganalisis hasil perhitungan mengenai potensi dan masalah air bersih 2. Analisis Kualitatif  Data kondisi air bersih yang diperoleh dari



Alat



Output



 Kamera  Alat tulis  Peta



Teridentifikasinya karakteristik prasarana air bersih di Kelurahan Tangkerang Labuai



   



Teridentifikasinya potensi dan masalah serta kebutuhan air bersih di Kelurahan Tangkerang Labuai



Kamera Alat tulis Peta Rumusan yang digunakan untuk perhitunga n



56



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



No.



Sasaran



Variabel



 Kebutuhan air bersih



3.



Merumuskan arahan pengembangan air bersih di Kelurahan Tangkerang Labuai



 High solution



Sub Variabel



Data yang dibutuhkan



 Keruh, tidak berwarna  Penyedia an kebutuha n air bersih  Penyedia an jaringan air bersih  Penyedia an kran umum  Penyedia an hidran kebakara kan



 Data jumlah penduduk



 Pembuata n pipa PDAM secara menyelur uh yang nantinya akan disalurka n ke setiap rumah



 Data kepemilikan sumur  Data sarana penunjang air bersih  Data persebaran pipa air bersih  Data pengelolaan air bersih  Data jumlah penduduk



PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



Sumber Data



Metode Pengambilan Data



 Data dari lurah atau RW



masalah air bersih 2. Survei Sekunder



Metode Analisis



Alat



Output



arsip PDAM  Kualitas air bersid di area studi



 Pengambilan data arsip PDAM  Pengambilan data dari lurah atau RW



 Observasi lapangan  Observasi wawancar a  Data arsip PDAM  Data dari lurah atau RW



1. Survei Primer  Observasi lapangan untuk melihat fakta yang ada 2. Survei Sekunder  Pengambilan data arsip PDAM  Hasil identifikasi dan analisis data air bersih  Pengambilan data dari lurah atau RW



1. Analisis Perspektif  Merencanakan persebaran air bersih mengunakan pipa PDAM yang akan disalurkan ke tiaptiap rumah dalam 20 tahun mendatang dengan membuat rencana arahan pengembangan air bersih di kelurahan Tangkerang Labuai



   



Kamera Peta Alat tulis Hasil perhitunga n berdasark an fakta analisis



Penentuan arahan pengembangan air bersih di Kelurahan Tangkerang Labuai



57



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



3.9



Kerangka Berpikir 3.7



Latar Belakang



Rumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi dan karakteristik Air bersih, Sanitasi dan Sampah di Kelurahan



Dengan meningkatnya kegiatan pembangunan menyebabkan meningkatnya pula kegiatan penduduk disegala bidang yang pada akhirnya meningkatkan tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap prasarana air bersih, pengelolaan persampahan dan sanitasi.



Tangkerang Labuai? 2. Bagaimana hasil analisis yang dilakukan terhadap kondisi, potensi beserta permasalahan



Drainase di Kelurahan Tangkerang Labuai? 3. Bagaimana arahan pengembangan yang disusun berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap kondisi air bersih, sanitasi dan sampah di Kelurahan Tangkerang Labuai?



Metode



Bagaiman kondisi prasarana air bersih, persampahan dan sanitasi di Kelurahan Tangkerang Labuai?



Dilakukan dengan melakukan survei primer dan sekunder, serta analisis deskriptif, kuantitatif, evaluative dan kualitatif.



Maka dari itu, teridentifikasinya kondisi dan karakteristik dari prasarana air bersih, persampahan dan sanitasi sebagai berikut:



Arahan pengembangan di tiap sektor ( sektor persampahan, sanitasi dan aiar bersih)



PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Jumlah Kebutuhan Air Bersih Sumber Air Bersih Kualitas Air Bersih Sistem Jaringan Air Bersih Upaya dalam Mendapatkan Air Bersih Beban Timbulan Sampah Kondisi Dan Bentuk Perwadahan Sampah



8. Jumlah Dan Jenis Perwadahan 9. Sistem Pengumpulan Sampah 10. Sistem Pengangkutan Sampah 11. Sistem Persampahan Rumah Tangga 12. Jumlah Prasarana Sanitasi 13. Kepemilikan Prasarana Sanitasi 14. Sistem Pembuangan Sampah



58



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



4.0



Time Schedule Uraian Pekerjaan



1. Tahap Persiapan



Februari 1



2



3



Maret 4



1



2



April 3



4



1



2



Mei 3



4



1



2



3



4



a. Persiapan Laporan b. Laporan Pendahuluan  BAB I  BAB II  BAB III c. Persiapan Surat Survei 2. Survei Lapangan a. Survei b. Pelaporan c. Perbaikan 3. Laporan Antara (Fakta dan Analisis) 4. Laporan Rencana a. Penyempurnaan Laporan Rencana



PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



59



LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2019 KECAMATAN BUKIT RAYA KELURAHAN TANGKERANG LABUAI



b. Penyususnan dan Penggabungan Laporan Antara



Tahap Persiapan



PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU



Survey Lapangan



Pengerjaan dan Asistensi



Final / ACC



Presentasi



60