PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU



http://repositori.usu.ac.id



Departemen Ortodontik



Tesis Magister



2018



Pengaruh Penggunaan Braket Standar Edgewise dan Preadjusted Roth terhadap Hasil Perawatan Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan ditinjau dari Grading System Abo Andryani, Suli Universitas Sumatera Utara http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6393 Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara



PENGARUH PENGGUNAAN BRAKET STANDAR EDGEWISE DAN PREADJUSTED ROTH TERHADAP HASIL PERAWATAN MALOKLUSI KLAS I TANPA PENCABUTAN DITINJAU DARI GRADING SYSTEM ABO



TESIS



SULI ANDRYANI 147160005



PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONTI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



PENGARUH PENGGUNAAN BRAKET STANDAR EDGEWISE DAN PREADJUSTED ROTH TERHADAP HASIL PERAWATAN MALOKLUSI KLAS I TANPA PENCABUTAN DITINJAU DARI GRADING SYSTEM ABO



TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Spesialis Ortodonti (Sp.Ort) Dalam Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti Pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara



Oleh



SULI ANDRYANI 147160005



PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONTI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Telah diuji Pada tanggal : 06 Juli 2018



PANITIA PENGUJI TESIS Anggota



: -



Nurhayati Harahap,drg.,Sp.Ort(K) Erna Sulistyawati,drg.,Sp.Ort(K)



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



PERNYATAAN



PENGARUH PENGGUNAAN BRAKET STANDAR EDGEWISE DAN PREADJUSTED ROTH TERHADAP HASIL PERAWATAN MALOKLUSI KLAS I TANPA PENCABUTAN DITINJAU DARI GRADING SYSTEM ABO



TESIS



Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.



Medan, Juli 2018



Suli Andryani



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



ABSTRAK



Latar belakang: Terdapat berbagai jenis braket yang tersedia di pasaran. Standar Edgewise dan preadjusted Roth merupakan dua jenis braket yang umum digunakan untuk perawatan ortodonti. Evaluasi hasil perawatan ortodonti sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas perawatan. Grading system dari American Board of Orthodontics (ABO) merupakan salah satu indeks evaluasi hasil perawatan yang paling detail dan dapat diandalkan. Tujuan: Untuk menentukan pengaruh penggunaan jenis braket yang berbeda terhadap hasil perawatan ortodonti yang ditinjau dari pengukuran Grading system ABO. Metode:Sebanyak 64 sampel model studi dan radiografi panoramik setelah perawatan yang dirawat dengan braket standar Edgewise dan preadjusted Roth digunakan pada penelitian ini. Kriteria inklusi meliputi sampel pasien dengan maloklusi Klas I tanpa pencabutan, tanpa riwayat trauma dental, jumlah gigi normal, dan tanpa gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Seluruh sampel dievaluasi menggunakan 8 parameter Grading system ABO dan dianalisa secara statistik dengan uji Mann-Whitney dan Chi-Square. Hasil: Skor total untuk braket standar Edgewise adalah 19.00+12.00, sedangkan untuk braket preadjusted Roth adalah 15.00+7.00. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan secara statistik pada skor total dua jenis braket (p=0.149). Berdasarkan penilaian pada 8 parameter Grading System ABO antara dua jenis braket juga tidak ditemukan perbedaan signifikan (p>0.05). Skor tertinggi pada penelitian ini terdapat pada parameter inklinasi bukolingual dan skor terendah pada parameter kontak interproksimal. Kesimpulan: Penggunaan braket standar Edgewise maupun preadjusted Roth tidak berpengaruh pada keseluruhan hasil perawatan berdasarkan Grading System ABO.



Kata kunci:braket, grading system ABO, ortodonti.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



ABSTRACT



Background: There are several types of brackets available in the market. Standard Edgewise and preadjusted Roth are two common types of brackets used for orthodontic treatment. Evaluation of orthodontic treatment outcomes is necessary for the sake of improving treatment quality. Grading System by American Board of Orthodontics (ABO) is one of the most detailed and reliable indices to evaluate orthodontic treatment outcomes. Objective: To determine the influence of using different types of brackets on treatment outcomes by using ABO Grading System measurement. Methods:Sixty-four posttreatment cast models and panoramic radiographs samples treated with standard Edgewise and preadjusted Roth brackets were collected for the purpose of this research. Inclusion criteria were samples of patients with non-extraction Class I malocclusion, no history of dental trauma, normal number of teeth, and without growth and development disturbances. All samples were evaluated using 8 parameters of ABO Grading system and statistically analyzed using Mann-Whitney and Chi-Square test. Results: The total score was 19.00+12.00 for standard Edgewise bracket, and 15.00+7.00 for preadjusted Roth bracket with no statistically significant differences in the total score among two types of brackets (p=0.149). There were also no significant differences for the 8 parameters of ABO Grading system among those brackets (p>0.05). The highest score was found for buccolingual inclination parameter, and the lowest score was for interproximal contacts. Conclusions: The use of either standard Edgewise or preadjusted Roth brackets have no influence on overall treatment outcomes according to ABO Grading System. Keywords:ABO grading system, brackets,orthodontics.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Ortodonti di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan tesis ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis di Departemen Ortodonti FKG USU. 2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort(K), selaku Ketua Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan tim penguji yang telah menyediakan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti. 3. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini dan selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



4. Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort(K) selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti yang membantu saya selama mengikuti pendidikan Program Pendidikan Spesialis Ortodonti. 5. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort(K) selaku pembimbing utama tesis saya, saya mengucapkan terima kasih atas petunjuk, perhatian, waktu dan bimbingan yang telah diberikan selama penulisan tesis ini dan selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti. 6. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort(K) selaku pembimbing anggota, yang telah membimbing, mengarahkan dan memberi semangat saya dalam penulisan tesis ini. 7. Amalia Oeripto, drg., Ms.,Sp.Ort(K) selaku staf pengajar yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan perhatian selama mengikuti pendidikan di Program Pendidikan Spesialis Ortodonti FKG USU. 8. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K) selaku dosen penguji tesis yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan perhatian selama mengikuti pendidikan di Program Pendidikan Spesialis Ortodonti FKG USU. 9. Darmayanti Siregar, drg.,M.KM selaku konsultan statistik, atas saran dan bimbingannya dalam analisis statistik hasil penelitian 10. Seluruh pegawai di Departemen Ortodonsia, kak Lany, Mitha, Siti, kak Emi, dan bang Tulus atas bantuannya selama menjalani Program Pendidikan Spesialis Ortodonti.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



11. Ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta yang telah membesarkan, memberi kasih sayang, doa, dukungan dan semangat. 12. Kakak-kakak tercinta Elisa, Isabel, Diana yang terus memberikan dukungan, perhatian dan semangat selama pendidikan di FKG USU, juga kepada drg.Chihargo atas dukungan yang diberikan. 13. Teman- teman angkatan XI yaitu Ci Kasma,Kak Inung, Ko Yufridika, Kak Dhita yang selalu memberikan dukungan dan semangat, dan kebersamaan dalam suka duka yang telah kita lewati selama menjalani Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti. 14. Kakak, abang senior, teman-teman, dan adik-adik yunior yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat kepada penulis selama menjalani pendidikan Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar- besarnya. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi khususnya dalam bidang Ortodonti. Medan,



Juli 2018



Penulis



Suli Andryani



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



DAFTAR ISI



Halaman ABSTRAK………………………………………………………………………



i



ABSTRACT……………………………………………………………………..



ii



KATA PENGANTAR…………………………………………………………..



iii



RIWAYAT HIDUP……………………………………………………………..



vi



DAFTAR ISI…………………………………………………………………….



vii



DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….



x



DAFTAR TABEL………………………………………………………………



xiii



DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...



xiv



BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………... 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 BAB 2



1



Latar Belakang…………………………………………………. Rumusan Masalah……………………………………………… Tujuan Penelitian………………………………………………. Manfaat Penelitian……………………………………………... Hipotesis Penelitian……………………………………………..



1 5 6 6 7



TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………..….



8



2.1 Maloklusi………………………………………………………… 8 2.2 Perawatan Ortodonti Pada Maloklusi Klas I…………………….. 13 2.3 Braket Standar Edgewise……………………………………….. . 16 2.4 Braket Preadjusted Roth……………………………………… 19 2.5 Indeks Keberhasilan Perawatan Ortodonti……………………….. 24 2.5.1 Grading System ABO………………………………………. …. 26 2.5.1.1Alignment……………………………………………. 26 2.5.1.2 Tepi marginal……………………………………….. 28 2.5.1.3 Inklinasi bukolingual………………………………. 29 2.5.1.4 Kontak oklusal…………………………………….. 31 2.5.1.5 Relasi oklusal………………………………………. 32



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



2.5.1.6 Overjet........................................................................ 2.5.1.7 Kontak interproksimal……………………………... 2.5.1.8 Angulasi akar……………………………………… 2.6 Kerangka Teori…………………………………………………… 2.7 Kerangka Konsep………………………………………………… BAB 3 METODE PENELITIAN…………………………………………… 3.1 Jenis Penelitian…………………………………………………. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian………………………………….. 3.2.1 Tempat penelitian…………………………………………. 3.2.2 Waktu penelitian…………………………………………... 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………. 3.3.1 Populasi penelitian………………………………………… 3.3.2 Sampel penelitian…………………………………………. 3.3.2.1 Besar sampel……………………………………… 3.3.2.2 Kriteria sampel penelitian………………………… 3.4 Variabel Penelitian……………………………………………..... 3.4.1 Variabel bebas…………………………………………….. 3.4.2 Variabel tergantung……………………………………….. 3.4.3 Variabel terkendali……………………………………….. 3.4.4 Variabel tidak Terkendali………………………………… 3.5 Definisi Operasional……………………………………………. 3.6 Alat dan Bahan Penelitian……………………………………… 3.6.1 Alat ……………………………………………………….. 3.6.2 Bahan……………………………………………………… 3.7 Pelaksanaan Penelitian………………………………………….. 3.7.1 Tahap pengumpulan data…………………………………. 3.7.2 Tahap pengukuran………………………………………… 3.8 Analisis Data…………………………………………………….. 3.9 Diagram Alur Penelitian……………………………………...…



34 36 37 39 40 41 41 41 41 41 41 41 41 42 43 43 43 44 44 44 45 46 46 46 47 47 47 48 49



BAB 4



HASIL PENELITIAN………………………………………………



50



BAB 5



PEMBAHASAN ……………………………………………………



56



BAB 6



KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………….. 6.1 Kesimpulan…... ………………………………………………… 6.2 Saran….………………………………………………………….



62 62 63



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………



64



LAMPIRAN…………………………………………………………………….



71



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1



Judul



Halaman



A.Oklusi normal, B. Maloklusi Klas I, C. Maloklusi Klas II, D. Maloklusi Klas III…………………………………...………………..



10



2.2



Modifikasi Klas I Dewey tipe 1..………………………………………...



11



2.3



Modifikasi Klas I Dewey tipe 2...………………………………………..



11



2.4



Modifikasi Klas I Dewey tipe 3...………………………………………..



11



2.5



Modifikasi Klas I Dewey tipe 4...………………………………………..



11



2.6



Modifikasi Klas I Dewey tipe 5..………………………………………...



12



2.7



Modifikasi Klas III Dewey tipe 1………………..……………………...



12



2.8



Modifikasi Klas III Dewey tipe 2 ...…………………………………......



12



2.9



Modifikasi Klas III Dewey tipe 3 ...…………………………………......



13



2.10



Pesawat ribbon arch……………………………………………………..



17



2.11



Pesawat edgewise………………………………………………………..



17



2.12



A. First, B. Second,C. Third order bends…………………….…………



18



2.13



Tweed-Merrifield edgewise appliance………………………………......



19



2.14



Begg light wire appliance……………………………………………….



19



2.15



Definisi tip………………………………………………………………



20



2.16



Tipping pada braket pre adjusted………………………………………..



20



2.17



Definisi torque……………………………………………………….....



21



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



2.18



Torque in the slot dan torque in the base……………………………….



21



2.19



Ketebalan basis yang berbeda pada braket pre adjusted………………..



22



2.20



Anti rotasi offset pada basis tube molar ……………………………...…



22



2.21



Penggaris khusus PAR…………………………………………………..



25



2.22



ABO measuring gauge…………………………………………………..



26



2.23



Alignment gigi anterior ……………………….…………………………



27



2.24



Alignment gigi posterior maksila………………………………………..



28



2.25



Deviasi alignment sebesar 0,5-1mm…………………………………….



28



2.26



Deviasi alignment lebih dari 1mm……….………………………………



28



2.27



Tepi marginal gigi posterior yang baik…………………………………..



29



2.28



Deviasi tepi marginal…………………………………..……………… .



29



2.29



Inklinasi bukolingual…………………………………………………….



30



2.30



Diskrepansi inklinasi bukolingual cusp lingual mandibula atau cusp bukal maksila …………………………………………………



30



2.31



Kontak oklusal ……………………….………………………………….



31



2.32



Cusp distolingual yang kecil atau pendek………………………………..



31



2.33



Deviasi kontak oklusal dengan cusp tidak saling berkontak ……...……..



32



2.34



Relasi oklusal pada Klas I………………………………………………... 32



2.35



Deviasi relasi oklusal……………………………………………………..



2.36



Relasi oklusal pada Klas II……………………………………………….. 33



33



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



2.37



Relasi oklusal pada Klas III…………………………………………….... 34



2.38



Posisi model sewaktu evaluasi overjet…………………………………...



34



2.39



Overjet yang baik…………………..…………………………………….



35



2.40



Deviasi overjet posterior………………………………………………….



35



2.41



Deviasi overjet anterior…………………………………………………...



36



2.42



Kontak interproksimal yang baik…………………………………………



36



2.43



Deviasi kontak interproksimal…………………………………………… 37



2.44



Angulasi akar yang baik………………………………………………….



37



2.45



Angulasi akar yang tidak baik A.Gigi premolar kedua kiri atas, B. Gigi premolar kedua kanan bawah……………………………………



38



Alat penelitian A.ABO measuring gauge, B.Tracing box, C. Alat tulis….............................................................................................



46



3.2



Bahan penelitian A.Model studi, B. Radiografi panoramik……………...



47



4.1



Perbedaan nilai median masing-masing parameter antara braket standar Edgewise dan preadjusted Roth…………………………………………



54



3.1



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



DAFTAR TABEL



Tabel 2.1



3.1



4.1



4.2



4.3



4.4



Judul



Halaman



Nilai tipdan torque dari beberapa preskripsi braket pre adjusted………………………………………………………… …..



23



Definisi operasional, cara ukur, alat ukur, dan skala ukur dari variabel bebas dan tergantung dari penelitian……………………… …..



45



Uji normalitas data hasil pengukuran braket standar Edgewise dan preadjusted Roth……………………………………………………….



51



Perbedaan nilai total skor antara braket standar Edgewise dan preadjusted Roth…………………………………………………….....



52



Perbedaan nilai median dan interquartile range antara braket standar Edgewise dan preadjusted Roth, dan nilai p setiap parameter ABO…..



53



Persentase keberhasilan perawatan maloklusi Klas I tanpa pencabutan dengan braket standar Edgewise dan preadjusted Roth ditinjau dari Grading System ABO……………………………………………………



55



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



DAFTAR LAMPIRAN



No.



Judul



Halaman



1. Surat Ethical Clearance………………………………………………….…..



71



2. ABO Scoring Sheet…………………………………………………….



72



3. ABO Reference ………………………………………………………..



73



4. Data Pengukuran ……………………………………………………...



74



5. Hasil Uji Statistik……………………………………………………..



78



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



RIWAYAT HIDUP



Keterangan Pribadi Nama



: Suli Andryani



Alamat Tempat Tinggal



: Jln. Bandung No.48A/51 Medan



Jenis Kelamin



: Perempuan



Agama



: Buddha



No.Kontak



: 087884792005



Nama Ayah



: Lioe Tjen Tjiang



Nama Ibu



: Ng So Loi



Pendidikan Formal Sekolah Dasar



: SD Budi Murni III Medan



Sekolah Menengah Pertama



: SMP Budi Murni III Medan



Sekolah Menengah Atas



: SMA Budi Murni I Medan



Sarjana (S1)



: Fakultas Kedokteran Gigi USU



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Oklusi merupakan suatu istilah yang merujuk kepada interkuspasi antara gigi geligi maksila dan mandibula pada semua posisi dan pergerakan mandibula. Maloklusi merupakan deviasi dari oklusi normal yang terlihat dengan adanya ketidakseimbangan ukuran dan posisi gigi, tulang wajah, dan jaringan lunak bibir, pipi, dan lidah.1,2,3 Berdasarkan data yang diperoleh dari Worldwide Dental Public Health, maloklusi merupakan patologis oral dengan tingkat prevalensi ketiga terbesar setelah karies gigi dan penyakit periodontal.2 Maloklusi dapat diklasifikasikan atas komponen yang terlibat yaitu dental, dentoskeletal, dan skeletal. Beberapa klinisi mengemukakan klasifikasi malokusi tersendiri. Pada tahun 1899, Edward Angle mengklasifikasi maloklusi berdasarkan relasi mesio-distal gigi, lengkung dental, dan rahang. Angle menyatakan bahwa gigi molar pertama maksila sebagai titik anatomikal yang tetap pada rahang dan merupakan kunci oklusi serta membagi klasifikasinya menjadi Klas I, II, dan III. Pada kasus maloklusi Klas I Angle, cusp mesiobukal molar pertama maksila beroklusi pada groove bukal molar pertama permanen mandibula, dan cusp mesiolingual molar pertama permanen maksila berada pada fossa oklusal gigi molar pertama mandibula.3,4,5,6 Dewey memodifikasi klasifikasi maloklusi Angle dan membagi Klas I Angle menjadi 5 tipe dan Klas III Angle menjadi 3 tipe.3,7



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Saltzmann, pada tahun 1950, menjadi orang yang pertama kalinya mengklasifikasikan oklusi berdasarkan struktur skeletal. Terdapat 3 tipe skeletal, dimana skeletal Klas I disebabkan oleh faktor dental dengan tulang wajah dan rahang dalam hubungan normal satu sama lainnya.Ackerman-Profitt juga memperkenalkan sistem klasifikasi yang sangat komprehensif dan membagi maloklusi dalam 3 dataran yaitu sagital, vertikal, dan horizontal.4,6,8 Studi penelitian oleh beberapa klinisi memperlihatkan prevalensi maloklusi yang berbeda antara beberapa tipe maloklusi. Hilda dan Sahla Firdaus melakukan penelitian terhadap siswa SMP di Cimahi, dan dari hasil penelitian diperoleh bahwa maloklusi skeletal Klas I adalah yang paling sering terjadi yaitu 58,17%.9 Studi yang dilakukan di klinik Ortodonti Riyadh Armed Force Hospital menunjukkan bahwa hubungan skeletal Klas I merupakan tipe maloklusi yang paling banyak terjadi, yaitu sebesar 46,4%.10 Wahab dkk (2013) melakukan penelitian untuk melihat pola maloklusi skeletal pada etnik Kadazan Dusun di Sabah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa maloklusi skeletal yang paling umum terjadi adalah maloklusi skeletal Klas I sebesar 48%. 11 Pada maloklusi Klas I, perawatan dapat dilakukan dengan pencabutan dan tanpa pencabutan. Perawatan dengan pencabutan telah banyak diperdebatkan dan persentasenya mengalami penurunan setelah tahun 1980-an. Hal ini berhubungan dengan pertimbangan estetika wajah, stabilitas perawatan, disfungsi pada TMJ (temporo mandibular joint), dan adanya trend yang menyatakan bahwa bibir yang lebih prominen memberikan tampilan wajah yang lebih muda. Perawatan tanpa



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



pencabutan sering dilakukan untuk menghindari konsekuensi pencabutan yang irreversibel.12,13 Perawatan maloklusi secara ortodonti dapat menggunakan piranti cekat maupun lepasan. Pesawat cekat terdiri dari komponen aktif dan pasif. Komponen aktif meliputi separator, archwire, karet elastik, elastomer, dan springs, sedangkan komponen pasif meliputi bands, braket, tube bukal, lingual attachment, dan kawat ligatur.3,6 Berdasarkan preskripsi braket, braket ortodonti terdiri dari braket standar Edgewise dan braket preadjusted. Braket standar Edgewise memiliki 0º tip, torque dan tanpa desain in-out pada braket, sedangkan braket preadjusted memiliki in-out bends, tip dan torque yang sudah didesain pada braketnya. Terdapat beberapa preskripsi braket preadjusted yang digunakan dalam praktek ortodonti yaitu preskripsi Roth, MBT (McLaughlin, John Bennett, Hugo Trevisi), Andrews, dan Damon.3,5,6,8 Braket preadjusted yang banyak digunakan di klinik Spesialis Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi dalam praktis klinis pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah braket preskripsi Roth. Evaluasi akan keberhasilan perawatan ortodonti sangat diperlukan untuk mengevaluasi hasil perawatan yang sudah dilakukan. Namun, seringkali penilian hanya berdasarkan pada pendapat subjektif dan pengalaman klinisi sehingga hasil yang diperoleh tidak valid dan reliabel. Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa indeks evaluasi hasil perawatan telah dilakukan untuk menilai hasil perawatan secara objektif. Indeks yang telah diperkenalkan yaitu PAR (Peer Assessment Rating), ICON (Index of Complexity Outcome and Need), ITRI (Ideal Tooth Relationship



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Index),



dan



Grading



Systemdari



American



Board



of



Orthodontics(ABO).14,15,16,17,18Grading System merupakan indeks yang banyak digunakan sekarang ini. Indeks ini menggunakan model studi dan radiografi panoramik pasien. Ada delapan parameter yang dinilai dalam Grading System yaitu alignment, tepi marginal, inklinasi bukolingual, kontak oklusal, relasi oklusal, overjet, kontak interproksimal, dan angulasi akar. Grading System dari ABO memiliki alat pengukur khusus yaitu ABO measuring gauge.14,15,16,18,19 Paul Kattner dan Bernard Schneider pada tahun 1993 melakukan studi retrospektif membandingkan hasil perawatan ortodonti dengan braket Roth dan standar Edgewise menggunakan 2 indeks evaluasi perawatan yaitu ITRI dan 6 kunci oklusi normal Andrews. Hasil studi tidak ditemukan perbedaan signifikan skor ITRI dari ke 2 jenis braket, sedangkan dari analisa 6 kunci oklusi Andrews, ditemukan bahwa angulasi dan inklinasi gigi posterior maksila lebih baik pada pemakain braket Roth.20 Studi lain dilakukan oleh Bunga Ayub Rukiah di klinik spesialis Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Penelitian tersebut membandingkan hasil perawatan maloklusi Klas I antara kelompok tanpa pencabutan dan dengan pencabutan menggunakan Grading System ABO. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada parameter tepi marginal antara ke dua kelompok. Secara keseluruhan, tidak terdapat perbedaan signifikan dalam total skor Grading System ABO antara ke dua kelompok. Namun,



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



kelompok dengan pencabutan memilki skor yang lebih rendah daripada kelompok tanpa pencabutan. 21 Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis terdorong untuk meneliti pengaruh pemakain braket standar Edgewise dan preadjusted Roth terhadap hasil perawatan ortodonti pada maloklusi Klas I skeletal tanpa pencabutan di klinik Spesialis Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi menggunakan indeks evaluasi hasil perawatan Grading System dari ABO. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I tanpa pencabutan dengan braket standar Edgewise ditinjau dari pengukuran Grading System ABO. 2. Bagaimana hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I tanpa pencabutan dengan braket preadjusted Roth ditinjau dari pengukuran Grading System ABO. 3. Apakah ada pengaruh penggunaan braket standar Edgewise dan preadjusted Roth terhadap hasil perawatan maloklusi Klas I tanpa pencabutan ditinjau dari Grading System ABO.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I tanpa pencabutan dengan braket standar Edgewise ditinjau dari pengukuranGrading System ABO. 2. Mengetahui hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I tanpa pencabutan dengan braket preadjustedRoth ditinjau dari pengukuranGrading System ABO. 3. Mengetahui pengaruh penggunaan braket standar Edgewise dan preadjusted Roth terhadap hasil perawatan maloklusi Klas I tanpa pencabutan ditinjau dari Grading System ABO.



1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.



Memberikan informasi mengenai hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I tanpa pencabutan dengan braket standar Edgewise dan preadjusted Roth ditinjau dari pengukuran Grading System ABO.



2. Memberikan informasi mengenai pengaruh penggunaan braket standar Edgewise dan preadjusted Roth terhadap hasil perawatan maloklusi Klas I tanpa pencabutan ditinjau dari pengukuran Grading System ABO.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



3. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh penggunaan tipe braket yang berbeda terhadap hasil perawatan, sehingga masyarakat dapat turut serta memutuskan perawatan ortodonti yang diinginkan. 4. Secara praktis, hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk membantu ortodontis dalam menyusun rencana perawatan ortodonti pada kasus maloklusi Klas I, mengevaluasi hasil perawatan dengan Grading System dari ABO untuk menentukan suatu kasus telah selesai perawatannya, dan demi meningkatkan hasil perawatan yang dilakukan.



1.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis pada penelitian ini adalah: 1. Tidak ada pengaruh antara pemakaian braket standar Edgewise dan preadjusted Roth terhadap hasil perawatan maloklusi Klas I tanpa pencabutan ditinjau dari pengukuran Grading System ABO.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maloklusi Maloklusi dinyatakan sebagai suatu keadaan irregular dari gigi geligi atau malrelasi lengkung gigi dari kondisi oklusi normal. Bila tidak dirawat, maloklusi dapat menyebabkan masalah psikososial yang dihubungkan dengan gangguan estetik dan fungsi oral. Meskipun maloklusi tidak membahayakan jiwa seseorang, namun dianggap sebagai suatu masalah kesehatan umum karena tingginya prevalensi dan adanya kemungkinan usaha preventif dan perawatan.1,2,22 Houston dkk pada tahun 1992 menyatakan bahwa oklusi normal adalah oklusi yang berada dalam rentang deviasi normal yang masih dapat diterima dan tidak mengganggu masalah



estetika dan fungsional.1,2 Andrews (1960-1964)



mempelajari 120 model pasien tanpa perawatan ortodontik yang memiliki oklusi normal dan mengemukakan enam kunci oklusi normal, sebagai berikut:1,3,6,23 1. Relasi molar. Relasi molar ditandai dengan permukaan distal dari distal marginal ridge gigi molar pertama permanen maksila beroklusi dengan permukaan mesial dari mesial marginal ridge molar kedua mandibula. Cuspmesiobukal molar pertama permanen maksila berada pada groove antara cusp mesial dan sentral molar pertama mandibula.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



2. Angulasi mahkota gigi. Sering disebut “tip” mesiodistal. Pada oklusi normal, bagian gingival dari setiap aksis panjang mahkota gigi berada distal dari bagian oklusal. 3. Inklinasi mahkota gigi. Inklinasi mahkota (“torque”) labiolingual atau bukolingual merupakan sudut antara garis 90º terhadap dataran oklusal dan garis tangent terhadap pertengahan permukaan labial atau bukal mahkota klinis. 4. Tidak adanya rotasi gigi. 5. Kontak gigi yang rapat. 6. Kurva Spee yang datar. Angle pada tahun 1899 memberikan definisi yang jelas untuk pertama kalinya mengenai oklusi normal. Oklusi normal adalah kondisi yang ditandai dengan beroklusinya cusp mesiobukal gigi molar pertama maksia dengan groove bukal molar pertama mandibula dan berada pada satu garis oklusi. Oklusi normal dan maloklusi Klas I memiliki hubungan molar yang sama namun berbeda dalam susunan gigi terhadap garis oklusi (Gambar 2.1A). Maloklusi Klas I tidak memiliki alignment gigi yang baik relatif terhadap garis oklusi.1,5,6 Berdasarkan relasi oklusal gigi molar pertama, Angle mengklasifikasikan maloklusi ke dalam 3 Klas: 1. Maloklusi Klas I. Maloklusi ini merupakan relasi normal maksila dan mandibula dalam arah anteroposterior (neutro-oklusi). Pada maloklusi ini, cusp mesiobukal molar pertama permanen maksila berada pada groove bukal molar pertama



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



permanen mandibula. Kondisi rotasi gigi, gigi berjejal, atau malrelasi gigi individual



lainnya



dapat



menyertai



terjadinya



maloklusi



ini



(Gambar 2.1B).5,6,8 2. Maloklusi Klas II. Maloklusi ini ditandai dengan relasi posterior dari lengkung mandibula terhadap lengkung maksila. Molar pertama mandibula berada distal terhadap molar pertama maksila dengan cusp mesiobukal molar pertama permanen maksila berada lebih ke mesial dari groove bukal molar pertama permanen mandibula (Gambar 2.1C).5,6,8 3. Maloklusi Klas III. Maloklusi ini ditandai dengan relasi anterior lengkung mandibula terhadap lengkung maksila. Cuspmesiobukal molar pertama permanen maksila berada lebih ke distal terhadap groove bukal molar pertama permanen mandibula (Gambar 2.1D).5,6,8



A



C



B



D



Gambar 2.1A. Oklusi normal, B. Maloklusi Klas I, C. Maloklusi Klas II, D. Maloklusi Klas III5



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Dewey memodifikasi klasifikasi maloklusi Angle. Klas I Angle dibagi menjadi 5 tipe dan Klas III Angle menjadi 3 tipe.7 Modifikasi Klas I Dewey Tipe 1: Maloklusi Klas I dengan crowded gigi anterior (Gambar 2.2)



Gambar 2.2 Modifikasi Klas I Dewey tipe 17



Tipe 2: Maloklusi Klas I dengan protrusif gigi insisivus maksila (Gambar 2.3).



Gambar 2.3 Modifikasi Klas I Dewey tipe 27



Tipe 3: Maloklusi Klas I dengan crossbite anterior (Gambar 2.4).



Gambar 2.4 Modifikasi Klas I Dewey tipe 37



Tipe 4: Relasi molar Klas I dengan crossbite posterior (Gambar 2.5).



Gambar 2.5 Modifikasi Klas I Dewey tipe 47



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Tipe 5: Molar permanen bergeser ke mesial dikarenakan ekstraksi dini gigi molar desidui atau premolar kedua (Gambar 2.6).



Gambar 2.6 Modifikasi Klas I Dewey tipe 57



Maloklusi Klas III Dewey Tipe 1: Lengkung dental gigi maksila dan mandibula ketika dilihat secara individu berada pada alignment normal. Namun ketika oklusi, terlihat gigitan edge to edge pada alignment insisivus (Gambar 2.7).



Gambar 2.7 Modifikasi Klas III Dewey tipe 17



Tipe 2: Gigi insisivus mandibula crowded, dan berada lingual terhadap gigi insisivus maksila (Gambar 2.8).



Gambar 2.8 Modifikasi Klas III Dewey tipe 27



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Tipe 3: Gigi insisivus maksila crowded dan crossbiteterhadap gigi anterior mandibula (Gambar 2.9).



Gambar 2.9 Modifikasi Klas III Dewey tipe 37



Pada analisa sefalometri lateral, Steiner menghubungkan maksila dan mandibula terhadap basis kranii dan satu sama lainnya. Steiner menggunakan landmark Sella dan Nasion sebagai garis referensi dalam analisanya. Sudut SNA (sella-nasion- titik A) menyatakan hubungan maksila terhadap basis kranii dan ratarata nilai sudut ini adalah 82º. Sudut SNB (sella-nasion-titik B) menyatakan hubungan mandibula terhadap basis kranii dan rata-rata nilai sudut ini adalah 80º. Sudut ANB (titik A-nasion-titik B) menyatakan hubungan maksila dan mandibula dengan rata-rata nilai sudut ini adalah 2º.24 2.2 Perawatan Ortodonti Pada Maloklusi Klas I Pada dasarnya tujuan perawatan ortodontik adalah untuk mencapai hubungan gigi geligi dan struktur wajah yang normal , perbaikan hubungan oklusi, fungsi dan estetika pasien serta stabilitas setelah perawatan.3,6 Perawatan ortodonti dapat dilakukan dengan pesawat cekat maupun lepasan. Perawatan dengan pesawat cekat memiliki keuntungan karena keberhasilan perawatan tidak terlalu bergantung pada kooperatif pasien, dan dapat menghasilkan pergerakan gigi yang lebih kompleks



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



sesuai keperluan perawatan.3,6,8 Braket yang digunakan dalam perawatan ortodonti cekat dapat berupa braket standar edgewise dan preadjusted.3,6,8,23 Pada kasus maloklusi Klas I, kondisi yang umum terjadi yaitu diskrepansi antara ukuran gigi dan lengkung gigi. Terdapat dua pendekatan ortodonti terapeutik dalam mengatasi hal ini yaitu dengan pencabutan dan tanpa pencabutan.11,12,13 Dalam mendiagnosa dan membuat rencana perawatan suatu kasus, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan klinisi ortodontis meliputi anamnesis pasien, analisis foto rontgen panoramik dan sefalometri, pemeriksaan intra oral dan ekstra oral, model studi pasien, umur, dan jenis kelamin pasien. Faktor-faktor lain seperti kondisi periodontal, restorasi, dan kehilangan gigi secara kongenital atau adanya gigi yang sudah dicabut akan berpengaruh pada rencana perawatan kita. Setelah semua faktor tersebut dipertimbangkan, maka dapat diperoleh keputusan perawatan dengan pencabutan atau tanpa pencabutan.12,13 Pencabutan sering dilakukan pada kondisi diskrepansi ukuran gigi dan lengkung gigi yang parah, dan koreksi hubungan inter lengkung. Gigi premolar merupakan gigi yang paling sering dilakukan pencabutan. Pencabutan satu premolar dari setiap kuadran rahang dapat memberikan ruang yang cukup untuk mengoreksi crowding atau proklinasi gigi.



3,6,12,22



Pencabutan premolar juga menguntungkan



dalam hal lokasi gigi tersebut dalam lengkung rahang yang ruangan pencabutannya dapat digunakan untuk koreksi pada segmen anterior dan posterior gigi. Selama perawatan ortodonti tidak tertutup kemungkinan untuk pencabutan gigi molar atau gigi insisivus mandibula. Namun demikian, pencabutan gigi kaninus dan insisivus



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



maksila sebaiknya dihindari. Selain itu, pada kasus maloklusi Klas I, perlu diperhatikan untuk dilakukan pencabutan pada maksila dan juga mandibula supaya hubungan oklusal bukal dapat tetap terjaga.3,6,12 Perawatan dengan tanpa pencabutan sudah banyak dilakukan dalam perawatan ortodonti. Edward H.Angle merupakan pelopor yang menjelaskan oklusi normal dan mengklasifikasikan maloklusi. Beliau menekankan bahwa preservasi semua gigi diperlukan untuk mendapatkan keseimbangan, harmonisasi, dan estetika wajah.11,12,13 Terdapat beberapa cara memperoleh ruang tanpa pencabutan gigi untuk aligning gigi dan mengoreksi gigi yang crowded seperti ekspansi lengkung dental atau rahang, proksimal stripping, distalisasi molar, uprighting gigi molar, derotasi gigi posterior, dan proklinasi gigi anterior.3,6,12,13,22 Ekspansi merupakan prosedur non-invasif dalam meperoleh ruang dan biasanya dilakukan pada pasien yang memiliki maksila yang sempit atau crossbite unilateral maupun bilateral. Proksimal stripping disebut juga reproksimasi, slenderization,disking, dan proksimal slicing. Stripping dilakukan pada kondisi yaitu ruang yang dibutuhkan kurang dari 2,5 mm, dan adanya sedikit kelebihan materi gigi berdasarkan analisa Bolton. Distalisasi molar dapat dilakukan dengan metode ekstra oral dengan bantuan headgear dan intra oral dengan menggunakan pesawat lepasan kombinasi jackscrews, magnet intra oral, open coil springs, dan pesawat pendulum. Pada kasus kehilangan dini gigi molar desidui atau pencabutan gigi premolar kedua, dapat terjadi tipping ke mesial gigi molar pertama permanen. Uprightinggigi tersebut dapat dilakukan dengan molar



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



uprighting springs. Gigi posterior yang rotasi menempati ruang yang lebih besar daripada gigi posterior dengan posisi normal. Derotasi gigi posterior tersebut akan memberikan ruang pada lengkung gigi. Proklinasi gigi anterior juga dapat memberikan ruang dan dilakukan pada kasus gigi anterior yang retroklinasi tanpa memperparah profil jaringan lunak pasien.3,6,22 2.3 Braket Standar Edgewise Edward H. Angle memiliki peranan besar dalam memperkenalkan pesawat ortodonti cekat, diantaranya adalah pesawat ribbon archdan pesawat Edgewise. Pesawat ribbon arch diperkenalkan pada tahun 1925, dan merupakan pesawat pertama yang menggunakan braket dengan slot vertikal yang mengarah ke oklusal (Gambar 2.10). Pesawat ini memiliki kekurangan dalam hal kontrol posisi akar yang tidak adekuat. Untuk mengatasi kekurangan ini, Angle mengembangkan teknik Edgewise pada tahun 1928.



Angle menggunakan braket metal slot rektangular



0.022”x0.028” dengan kawat rektangular 0.022”x0.028”. Angle mengubah bentuk braket dari posisi slot braket vertikal menjadi horizontal dan ditempatkan di pertengahan gigi (Gambar 2.11). Kawat rektangular diinsersikan ke braket dengan dimensi kawat yang lebih kecil ditempatkan secara oklusal gingival dan pada sudut 90º terhadap dataran insersi pesawat ribbon arch. Cara insersi kawat ini dinamakan Edgewise, oleh karenanya dinamakan teknik Edgewise.5,6,8,25 Penggunaan kawat rektangular pada slot braket rektangular memungkinkan kontrol pergerakan gigi dalam 3 dataran. Berdasarkan tujuan ini, Angle menjelaskan penggunaan kawat ideal yang disertai tekukan (bends) yang dinamakan first,



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



second,dan third order bends(Gambar 2.12). First order bends atau in-out bends dilakukan untuk mengkompensasi perbedaan prominensia bukolingual gigi yang terdiri dari lateral inset, kaninus offset, dan molar offset. Second order bends atau tip dilakukan untuk mendapatkan inklinasi aksial mesio distal gigi yang tepat. Third order bends atau torque dilakukan untuk mengoreksi posisi bukolingual gigi dengan menggerakkan bagian akar gigi.6,8,25



Gambar 2.10. Pesawat ribbon arch8



Gambar 2.11. Pesawat Edgewise Angle8



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



A



B



C Gambar 2.12 A. First, B. Second,C. Third order bends6



Charles H.Tweed kemudian meneruskan studi Angle dan mempopulerkan pesawat edgewise. Tweed dan muridnya, Levern Merrifield mengembangkan pesawat



edgewise



yang



dinamakanTweed-MerrifieldEdgewise



appliance



(Gambar 2.13). Raymond Begg mengikuti pelatihan dari Angle School dan memodifikasi teknik Angle dan memperkenalkan teknik light wire Begg (Gambar 2.14). Pada teknik Edgewise, tipping dan torquing pada braket adalah 0º, dan tanpa desain in-out pada basis braket, sehingga diperlukan prosedur wire bending yang cukup kompleks untuk mendapatkan pergerakan gigi yang diinginkan.5,6,8,25



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Gambar 2.13 Tweed-MerrifieldEdgewise appliance5



Gambar 2.14 Begg light wire appliance6



2.4 Braket Preadjusted Roth Perkembangan pesawat Edgewise selanjutnya dilakukan oleh Lawrence F.Andrews pada tahun 1970 berdasarkan pada konsep 6 kunci oklusi normal. Andrews mengumpulkan 120 model normal tanpa perawatan ortodontik yang dinilai memiliki oklusi ideal dan mempelajari model-model tersebut dan menemukan 6 kunci oklusi normal. Andrews kemudian mengukur in-out, nilai tip dan torque setiap gigi pada model. Setelah semua data terkumpul, maka dibuat pesawat “preadjusted” dengan tip, torque, dan in-out yang sudah didesain pada setiap braket untuk setiap gigi.8,26,27



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Tip atau angulasi dinyatakan sebagai sudut yang dibentuk oleh aksis fasial (aksis panjang gigi) mahkota klinis dan garis perpendikular terhadap bidang oklusal. Definisi ini diaplikasikan pada gigi insisivus, kaninus, dan premolar. Groove bukal digunakan sebagai referensi untuk aksis panjang gigi molar (Gambar 2.15). Tipatau angulasi dibuat dalam slot braket untuk mengontrol angulasi mesiodistal mahkota (Gambar 2.16).6,8,23,28



Gambar 2.15 Definisi tip. Tipadalah sudut yang dibentuk oleh aksis fasial mahkota klinis dan garis perpendikular terhadap bidang oklusal23



Gambar 2.16Tipping pada braket preadjusted 28



Torqueatau inklinasidinyatakan sebagai sudut antara garis perpendikular terhadap bidang oklusal dan garis paralel dan tangent terhadap aksis panjang gigi



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



mahkota klinis pada titik tengah gigi (Gambar 2.17).Torqueatau inklinasi dibuat dalam slot braket untuk mengontrol inklinasi mahkota labiolingual. Nilai torque positif menandakan torque akar ke palatal, dan nilai torque negatif menandakan torque akar ke labial.8,28,29,30 Desain torque pada braket terdiri dari torque in base dan torque in face/ torque in the slot (Gambar 2.18). Torque in base memungkinkan slot braket, basis braket, dan aksis panjang gigi pada permukaan gigi berada pada dataran horizontal yang sama.23,31,32



Gambar 2.17 Definisi torque. Torque adalah sudut antara garis perpendikular terhadap bidang oklusal dan garis paralel dan tangent terhadap aksis panjang gigi mahkota klinis pada titik tengah gigi23



Gambar 2.18. Torque in the slot dan torque in base31



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



In-out merupakan prominensia setiap gigi membentuk lengkung yang ideal. Hal ini dapat tercapai dengan adanya variasi ketebalan basis braket labiolingual (Gambar 2.19). Selain itu, offset yang terdapat pada molar tubes diperlukan untuk mencegah rotasi gigi (Gambar 2.20).5,8,28 Untuk mendapatkan oklusi yang baik, cusp mesio bukal semestinya lebih menonjol dibandingkan cusp distobukal. Oleh karenanya tube atau braket untuk gigi molar maksila setidaknya memiliki offset 10º, dan untuk gigi molar mandibula sebesar 5-7º.8



Gambar 2.19 Ketebalan basis yang berbeda pada braket preadjusted28



Gambar 2.20 Anti rotasi offset pada basis tube molar28



Setelah Andrews, Ronald H.Roth memodifikasi sistem yang ada dengan melakukan over koreksi beberapa nilai yang telah dikemukakan Andrews. Tujuannya



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



supaya gigi dapat settle dengan tepat pada posisi final yang ideal setelah pelepasan pesawat ortodontik. Braket preskripsi Roth merupakan salah satu preskripsi yang paling popular dan sering digunakan. Setelah preskripsi Roth, beberapa klinisi mengemukakan variasi lain yang sedikit berbeda dari preskripsi Roth dan Andrews. Adapun kelebihan dari braket preadjusted ini adalah dapat meminimalkan atau meniadakan prosedur wire bending, mengurangi lamanya waktu duduk pasien, dan menyederhanakan mekanisme perawatan dalam mencapai inklinasi, angulasi, dan in-out gigi-gigi yang ideal.3,6,8,28,33 Nilai tip dan torque dari beberapa braket preadjusted dapat dilihat pada Tabel 2.128 Tabel 2.1 Nilai tip dan torque dari beberapa preskripsi braket preadjusted28



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



2.5 Indeks Keberhasilan Perawatan Ortodonti Penilaian kualitas dan keberhasilan hasil perawatan ortodonti sangat penting dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan standar perawatan optimal pada ortodonti klinis. Oleh karenanya, beberapa indeks telah diperkenalkan untuk mengevaluasi hasil perawatan ortodonti, antara lain PAR (Peer Assessment Rating), ITRI (Ideal Tooth Relationship Index), ICON (Index of Complexity, Outcome, and Need) dan Grading System dari American Board of Orthodontics.14,15,16,17,18 Indeks PAR diperkenalkan oleh Richmond pada tahun 1992 dan telah banyak digunakan untuk mengevaluasi keparahan maloklusi dan hasil perawatan. PAR merupakan indeks oklusal yang mengukur besarnya deviasi pasien dari oklusi normal, dan secara kuantitatif mengevaluasi hasil perawatan ortodontik dengan membandingkan model studi sebelum dan setelah perawatan.16,18 PAR memiliki penggaris khusus untuk memudahkan pengukuran (Gambar 2.21). Pada indeks ini, terdapat 11 komponen pengukuran (segmen kanan maksila, segmen anterior maksila, segmen kiri maksila, segmen kanan bawah, segmen anterior bawah, segmen kiri bawah, oklusi bukal sisi kanan, overjet, overbite, centerline, oklusi bukal sisi kiri. Setiap komponen memiliki kriteria skor tersendiri. Skor yang diperoleh dari setiap komponen dijumlahkan. Bila skor yang diperoleh adalah 0, menandakan alignment baik dan skor yang tinggi (di atas 50) menandakan besarnya tingkat irregularitas. Perbandingan skor sebelum dan setelah perawatan menunjukkan tingkat perbaikan dan perkembangan perawatan ortodontik. Perubahan hasil perawatan sebesar 30%



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



atau kurang menandakan tidak ada perkembangan



yang memuaskan.34,35



Gambar 2.21 Penggaris khusus PAR34



ICON diperkenalkan oleh Daniels dan Richmond pada tahun 2000. Indeks ini mengevaluasi kompleksitas, kebutuhan perawatan ortodontik, perkembangan maloklusi, dan hasil perawatan. Komponen dalam ICON meliputi penilaian estetik, crowding lengkung maksila, spacing lengkung maksila, crossbite, open bite insisivus, overbite insisivus, hubungan antero-posterior segmen bukal. Kelebihan utama dari indeks ini yaitu objektivitas penilaian perawatan, simplisitas, dan tidak membutuhkan peralatan khusus.18,36 ITRI



merupakan indeks yang mengevaluasi relasi gigi dari perspektif



morfologi. Indeks ini melihat inclined planes, kontak interproksimal, kontak oklusal anterior, relasi cusp tertentu dan tepi marginal. Skor ITRI adalah total indeks skor



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



untuk keseluruhan gigi geligi yang terdiri dari skor segmen anterior, skor segmen posterior, relasi intra lengkung dan inter lengkung.17 2.5.1 Grading System ABO Pada tahun 1999, American Board of Orthodontics (ABO) memperkenalkan Grading System untuk mengevaluasi hasil perawatan. Salah satu tujuan ABO adalah untuk mengevaluasi pengetahuan dan kompetensi klinis dari klinisi tamatan program ortodonti terakreditasi. Grading System ABO menggunakan alat khusus untuk mengukur studi model gigi yang dinamakan ABO measuring gauge(Gambar 2.22), dan radiografi panoramik setelah perawatan dievaluasi dengan inspeksi visual. Dalam sistem ini terdapat 8 parameter yang harus dinilai yaitu alignment, tepi marginal, inklinasi bukolingual, kontak oklusal, relasi oklusal, overjet, kontak interproksimal, dan angulasi akar.14,19,37,38,39 B C



A D



D



Gambar 2.22ABO measuring gauge. Bagian A untuk mengukur diskrepansi dalam alignment,overjet, kontak oklusal, kontak interproksimal, dan relasi oklusal. Bagian ini memiliki inkrementasi 1 mm dan lebar 0,5 mm; bagian B memiliki steps dengan tinggi 1 mm untuk menentukan diskrepansi inklinasi bukolingual gigi posterior mandibula; bagian Cmemiliki steps dengan tinggi 1 mm untuk menentukan diskrepansi tepi maginal; bagian D memiliki steps dengan tinggi 1 mm untuk menentukan diskrepansi inklinasi bukolingual gigi posterior maksila.38,40



2.5.1.1 Alignment Alignment merupakan tujuan fundamental dari setiap rencana perawatan ortodonti. Pada regio anterior, tepi insisal dan permukaan palatal gigi anterior



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



maksila dan tepi insisal dan permukaan labio insisal gigi anterior mandibula menjadi panduan untuk menilai alignment gigi anterior. Pada regio posterior maksila, groove sentral mesio distal premolar dan molar digunakan untuk menilai alignment yang baik. Pada lengkung mandibula, cusp bukal premolar dan molar menjadi panduan penilaian alignment yang baik. Pada regio anterior maksila dan mandibula, alignment yang baik ditandai dengan koordinasi alignment tepi insisal dan permukaan palatal insisal gigi insisivus dan kaninus maksila (Gambar 2.23A), dan tepi insisal dan permukaan labio insisal gigi insisivus dan kaninus mandibula (Gambar 2.23B).38,39 A



B



Gambar 2.23 Alignment gigi anterior A.Maksila, B. Mandibula38



Pada regio posterior mandibula, cusp mesiobukal dan distobukal gigi premolar dan molar semestinya berada pada alignment mesio distal yang sama. Pada lengkung maksila, grooves sentral harus berada pada dataran atau alignment yang sama (Gambar 2.24). Jika semua gigi telah align, atau hasil pengukuran 0 sampai 0,5 mm dari alignment yang baik, maka tidak ada skor yang dihitung. Jika alignment mesial atau distal dari setiap titik kontak mengalami deviasi 0,5 mm sampai 1 mm (Gambar 2.25A dan 2.25B), maka diberikan skor 1. Apabila diskrepansi alignment suatu gigi pada titik kontak adalah lebih dari 1 mm, maka diberikan skor 2 (Gambar 2.26A dan 2.26B).Tidak ada skor lebih dari 2 untuk setiap gigi.38,39



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Gambar 2.24 Alignment gigi posterior maksila38



A



B



Gambar 2.25 A,B. Deviasi alignment sebesar 0,5- 1mm38



A



B



Gambar 2.26 A,B. Deviasi alignment lebih dari 1mm38



2.5.1.2 Tepi marginal Tepi marginal digunakan untuk menilai posisi vertikal yang tepat dari gigi posterior dan merupakan titik paling oklusal yang berada 1 mm dari kontak permukaan oklusal gigi yang berdekatan. Pada pasien tanpa restorasi, atrisi minimal, dan tanpa kehilangan tulang periodontal, tepi marginal gigi yang berdekatan semestinya berada pada level yang sama. Pada lengkung maksila dan mandibula, tepi marginal gigi posterior yang berdekatan harus berada pada level yang sama atau



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



antara 0 sampai 0,5 mm dari level yang sama (Gambar 2.27). Dalam penilaian, kontak premolar dan kaninus serta distal tidak diikutsertakan.38,39



Gambar 2.27 Tepi marginal gigi posterior yang baik38



Jika tepi marginal yang berdekatan deviasi 0,5 mm sampai 1 mm (Gambar 2.28A), diberi skor 1. Jika diskrepansi lebih dari 1 mm (Gambar 2.28B), diberi skor 2. Skor tidak lebih dari 2 untuk setiap titik kontak.



A



B Gambar 2.28 Deviasi tepi marginal. A.Sebesar 0,5-1 mm, B. lebih dari 1mm38



2.5.1.3 Inklinasi bukolingual Inklinasi bukolingual gigi posterior maksila dan mandibula dinilai dengan meletakkan permukaan datar antara permukaan oklusal gigi posterior kanan dan kiri. Ketika diletakkan pada posisi ini, tepi yang lurus semestinya berkontak dengan cusp bukal kontralateral gigi premolar dan molar mandibula. Cusplingual harus berada antara 0 sampai 1 mm dari permukaan dataran (Gambar 2.29A). Pada maksila,



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



permukaan datar berkontak dengan cusp lingual premolar dan molar maksila. Cuspbukal harus berada di antara 0 sampai 1 mm dari permukaan dataran (Gambar 2.29B).



A



B



Gambar 2.29 Inklinasi bukolingual. A. Cusp lingual 0- 1mm dari permukaan dataran, B. Cusp bukal 0- 1 mm dari permukaan dataran38



Premolar pertama dan cusp distal molar kedua mandibula tidak dilakukan skoring. Jika cusp lingual mandibula atau cusp bukal maksila lebih dari 1 mm, namun kurang dari 2 mm (Gambar 2.30A dan 2.30B), maka diberi skor 1. Apabila diskrepansi lebih dari 2 mm (Gambar 2.30C dan 2.30D), maka diberi skor 2. Tidak ada pemberian skor lebih dari 2 poin.38,39 A



B B



A



D



C C



D



Gambar 2.30. Diskrepansi inklinasi bukolingual cusp lingual mandibula atau cusp bukal maksila. A,B. Lebih dari 1 mm tapi tidak sampai 2 mm, C,D. Lebih dari 2 mm38 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



2.5.1.4 Kontak oklusal Cuspbukal premolar dan molar mandibula (Gambar 2.31A) dan cusplingual premolar dan molar maksila (Gambar 2.31B) semestinya berkontak dengan permukaan oklusal gigi antagonisnya. Setiap gigi premolar mandibula memiliki 1 cuspfungsional. Setiap molar mandibula memiliki 2 cusp bukal fungsional. Premolar maksila memiliki 1 cusplingualfungsional. Namun, molar maksila hanya memiliki cusp



fungsional



mesiolingual.



Jika



cusp



distolingual



pendek



atau



kecil



(Gambar 2.32), tidak diperhitungkan dalam evaluasi. Jika cusp menonjol, namun tidak berkontak dengan gigi antagonisnya, maka dapat dievaluasi. Apabila cusp berkontak dengan antagonisnya, tidak diberi skor. Skor tidak diberikan pada cusp lingual gigi premolar pertama mandibula.38,39



A



B Gambar 2.31 Kontak oklusal. A.Maksila, B. Mandibula38



Gambar 2.32 Cusp distolingual yang kecil atau pendek38



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Apabila cusp tidak berkontak dengan gigi antagonisnya, dan jaraknya adalah 1 mm atau kurang (Gambar 2.33A), maka diberi skor 1, dan skor 2 bila lebih dari 1 mm (Gambar 2.33B). Pemberian skor tidak lebih dari 2 poin.38,39



A



BB



Gambar 2.33 Deviasi kontak oklusal dengan cusp tidak saling berkontak. A. Jarak 1 mm atau kurang, B. Jarak lebih dari 1 mm38



2.5.1.5 Relasi oklusal Evaluasi relasi oklusal untuk menentukan apakah oklusi telah mencapai hubungan Klas I Angle. Idealnya, ujung cuspkaninus maksila harus align(antara 0 sampai 1 mm) dengan embrasure atau berkontak di antara kaninus mandibula dan premolar yang berdekatan. Cusp bukal premolar maksila semestinya align (antara 0 sampai 1 mm ) dengan embrasure atau berkontak antara premolar dan molar pertama mandibula. Cuspmesiobukal gigi molar maksila semestinya align(antara 0 sampai 1 mm) dengan groove bukal molar mandibula (Gambar 2.34).38,39



Gambar 2.34 Relasi oklusal pada Klas I38



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Apabila cusp bukal maksila deviasi antara 1 dan 2 mm dari posisinya (Gambar 2.35A), maka diberi skor 1 untuk gigi maksila. Jika cusp bukal premolar atau molar maksila deviasi lebih dari 2 mm dari posisi ideal (Gambar 2.35B), diberi skor 2. Tidak ada pemberian skor lebih dari 2. Pada kondisi tertentu, oklusi akhir gigi posterior menjadi hubungan Klas II atau III Angle, tergantung pada tipe pencabutan gigidi lengkung maksila dan mandibula.38,39



A



B



Gambar 2.35 Deviasi relasi oklusal. A. Cusp bukal maksila deviasi 1-2 mm, B. Cusp bukal premolar dan molar maksila deviasi lebih dari 2 mm38



Pada kasus Klas II (Gambar 2.36), cusp bukal molar pertama maksila harus align dengan embrasure atau kontak interproksimal antara premolar kedua dan molar pertama mandibula. Cusp bukal molar kedua maksila harus align dengan embrasur atau kontak interproksimal antara molar pertama dan kedua mandibula. Jika oklusi menjadi hubungan Klas III, cuspbukal premolar kedua maksila harus align dengan groovebukal molar pertama mandibula (Gambar 2.37).38,39



Gambar 2.36 Relasi oklusal pada Klas II38



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Gambar 2.37 Relasi oklusal pada Klas III38



2.5.1.6 Overjet Overjetdievaluasi dengan mengartikulasi model dan melihat hubungan lengkung maksila terhadap mandibula. Untuk menentukan hubungan yang baik pada model, diperlukan trimming bagian belakang basis model. Model diletakkan secara datar pada bagian belakangnya, untuk memudahkan evaluasi (Gambar 2.38).



Gambar 2.38 Posisi model sewaktu evaluasi overjet38



Apabila model dipasangkan pada artikulator, maka pemasangan artikulator dapat menentukan hubungan model maksila dan mandibula yang baik. Overjet dinyatakan baik apabila cusp bukal premolar dan molar mandibula berkontak dengan permukaan sentral oklusal secara bukolingual terhadap premolar dan molar maksila (Gambar 2.39A). Pada regio anterior, insisivus dan kaninus mandibula berkontak



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



dengan permukaan lingual insisivus dan kaninus maksila (Gambar 2.39B). Pada hubungan tersebut, tidak ada skor yang diberikan.38,39



A



B



Gambar 2.39 Overjet yang baik. A. Regio posterior, B. Regio anterior38



Jika cusp bukal mandibula deviasi 1 mm atau kurang dari permukaan sentral gigi antagonis (Gambar 2.40A), maka diberi skor 1 untuk gigi tersebut. Jika posisi cusp bukal mandibula deviasi lebih dari 1 mm, diberi skor 2. Tidak ada pemberian skor lebih dari 2 (Gambar 2.40B). Pada regio anterior, jika insisivus atau kaninus mandibula tidak berkontak dengan permukaan insisivus dan kaninus maksila, dan jarak adalah 1 mm atau kurang (Gambar 2.41A), maka diberi skor 1 untuk setiap gigi maksila. Apabila diskrepansi lebih dari 1 mm (Gambar 2.41B), maka diberi skor 2.38,39



A



B



Gambar 2.40 Deviasi overjet posterior. A. Lebih kecil atau sama dengan 1 mm, B. Lebih dari 1 mm38



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



B



A



Gambar 2.41 Deviasi overjet anterior. A. Lebih kecil atau sama dengan 1 mm, B. Lebih dari 1 mm38



2.5.1.7 Kontak interproksimal Penilaian dilakukan dengan melihat model dental maksila dan mandibula dari pandangan oklusal. Permukaan mesial dan distal gigi semestinya saling berkontak (Gambar 2.42). Jika ruang interproksimal adalah 0,5 mm ataukurang, maka tidak diberi skor. Jika terdapat ruang interproksimal lebih dari 0,5 mm sampai 1 mm di antara 2 gigi yang berdekatan (Gambar 2.43A), diberi skor 1. Jika lebih dari 1 mm, maka diberi skor 2 (Gambar 2.43B). Pemberian skor tidak lebih dari 2 poin.38,39



Gambar 2.42 Kontak interproksimal yang baik38



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



A



B



Gambar 2.43 Deviasi kontak interproksimal. A.Deviasi 0,5–1 mm, B. Deviasi lebih dari 1 mm38



2.5.1.8 Angulasi akar Angulasi akar gigi geligi maksila dan mandibula dinilai berdasarkan pada radiografi panoramik. Pada umumnya, akar gigi maksila dan mandibula harus paralel satu sama lain dan berorientasi tegak lurus terhadap dataran oklusal (Gambar 2.44). Apabila kondisi ini tercapai, tidak ada skor yang diberikan.



Gambar 2.44 Angulasi akar yang baik38



ABO mengetahui adanya distorsi yang sering terjadi dalam radiografi panoramik, dan karenanya disarankan untuk menghilangkan penilaian hubungan kaninus dengan akar gigi yang berdekatan. Jika angulasi akar gigi ke mesial atau distal (tidak paralel) dan berdekatan, namun tidak berkontak dengan akar gigi yang berdekatan, maka diberi skor 1 untuk setiap diskrepansi (daerah anterior, premolar,



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



dan/ atau molar). Jika angulasi akar ke mesial dan distal dan berkontak dengan akar gigi yang berdekatan (Gambar 2.45A dan 2.45B), maka diberi skor 2 untuk gigi tersebut.38,39



A



B



Gambar 2.45Angulasi akar yang tidak baik A. Gigi premolar kedua kiri atas B. Gigi premolar kedua kanan bawah38



Delapan kriteria di atas dicatat skornya, kemudian dijumlahkan. Kasus dinyatakan berhasil jika skor yang diperoleh lebih kecil atau sama dengan 27.37,38



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



2.6 Kerangka Teori DENTAL



MALOKLUSI



DENTOSKELETAL SKELETAL



KLAS II



KLAS I



PERAWATAN DENGAN PENCABUTAN



KLAS III



PERAWATAN TANPA PENCABUTAN



BRAKET STANDAR EDGEWISE



BRAKET PRE ADJUSTED



HASIL PERAWATAN



HASIL PERAWATAN



ALIGNMENT TEPI MARGINAL INKLINASI BUKOLINGIAL



ICON EVALUASI HASIL PERAWATAN



RELASI OKLUSAL



ABO



KONTAK OKLUSAL



ITRI



OVERJET



PAR



KONTAK INTERPROKSIMAL ANGULASI AKAR



-



Skor 27: tidak berhasil



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



2.7 Kerangka Konsep



Perawatan maloklusi Klas I tanpa pencabutan dengan braket standar Edgewise Perawatan maloklusi Klas I tanpa pencabutan dengan braketpreadjusted Roth



Evaluasi hasil perawatan ortodonti yang ditinjau dari 8 parameter Grading System ABO



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



BAB 3 METODE PENELITIAN



3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini adalah penelitian cohort retrospektifkarena faktor resiko yaitu penggunaan braket standar Edgewise dan preadjusted Roth dan efek yaitu hasil perawatan sudah terjadi di masa lampau. Faktor resiko terjadi terlebih dahulu dan kemudian dipantau efek yang terjadi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG USU karena merupakan tempat populasi dan sampel penelitian diperoleh . 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Mei 2018. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian Populasi diambil dari rekam medis, model studi, dan foto rontgen panoramik seluruh pasien di klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG USU yang telah selesai masa perawatan mulai dari tahun 2008-2017. 3.3.2 Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini adalah rekam medis, model studi, dan foto rontgen panoramik pasien maloklusi skeletal Klas I yang dirawat dengan tanpa pencabutan



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



menggunakan braket standar Edgewise dan preadjusted Roth serta telah selesai menjalani perawatan di klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG USU. Cara pengambilan sampel secara simpel random sampling yaitu sampel dipilih secara acak dari populasi sesuai kriteria inklusi. 3.3.2.1 Besar Sampel Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan rumus sebagai berikut:



n= Keterangan:



2𝜎𝜎 2 (𝑧𝑧 1−𝛼𝛼 /2 +𝑧𝑧 1−𝛽𝛽 /2 )2 (𝜇𝜇 1 −𝜇𝜇 2 )2



σ2 = variasi gabungan => (SD1 + SD2)/2 = (2,70+2,37)/2= 2,53 (Penelitian Mahesh J et al, 2017) Z 1-α/2 = nilai Z pada interval kepercayaan 1-α/2 = 1,96 Z 1-β/2 = nilai Z pada kekuatan uji 1-β = 1,28 µ 1 = estimasi rata-rata kelompok 1 = 23,85 (Penelitian Mahesh J et al, 2017) µ 2 = estimasi rata-rata kelompok 2 = 21,20 (Penelitian Mahesh J et al, 2017)



n=



2x2,532 (1,96+ 1,28)2 (23,85-21,20)2



Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai n = 20 => untuk menghindari terjadinya drop-out, jumlah sampel ditambah 10% = 22.Jadi jumlah minimal sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 2x 22 = 44 sampel.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



3.3.2.2 Kriteria Sampel Penelitian Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sampel pada penelitian ini sebagai berikut: Kriteria inklusi: 1. Telah selesai menjalani masa perawatan. 2. Tersedia data sebelum dan setelah perawatan. 3. Pasien dengan diagnosa maloklusi Klas I skeletal (ANB 2º +2º). 4. Perawatan dilakukan dengan tanpa pencabutan menggunakan braket standar Edgewise dan braket preadjustedRoth slot 0.018”. 5. Tidak ada riwayat trauma rongga mulut. 6. Jumlah gigi normal tanpa memperhitungkan ada tidaknya gigi molar ketiga. 7. Tidak ada kelainan pertumbuhan dan perkembangan. Kriteria eksklusi: 1. Model studi dan foto panoramik dalam keadaan tidak baik atau rusak. 2. Adanya pemakaian protesa. 3. Terdapat anomali dentofasial seperti celah bibir dan palatum serta congenital missing teeth. 3.4 Variabel Penelitian 3.4.1



Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah perawatan maloklusi Klas I skeletal



tanpa pencabutan dengan braket standar Edgewise dan braket preadjusted Roth.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



3.4.2



Variabel Tergantung



Variabel tergantung pada penelitian ini adalah indeks ABO yang terdiri dari: 1. Alignment. 2. Tepi marginal. 3. Inklinasi bukolingual. 4. Kontak oklusal. 5. Relasi oklusal. 6. Overjet. 7. Kontak interproksimal. 8. Angulasi akar. 3.4.3



Variabel Terkendali Variabel yang dikendalikan pada penelitian ini adalah: 1. Maloklusi skeletal Klas I dengan sudut ANB 2º+2º. 2. Braket standar Edgewise dan braket pre adjusted Roth slot 0.018”. 3. Pasien telah selesai dilakukan perawatan maloklusi skeletal Klas I. 4. Umur pasien 18-35 tahun.



3.4.4



Variabel Tidak Terkendali Variabel tidak terkendali pada penelitian ini adalah: 1. Lama perawatan. 2. Mekanisme perawatan. 3. Kooperatif pasien.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



3.5 Definisi Operasional Definisi operasional, cara ukur, alat ukur, dan hasil ukur dari masing-masing variabel penelitian dijelaskan pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Definisi operasional, cara ukur, alat ukur, dan skala ukur dari variabel bebas dan tergantung dari penelitian Variabel



Definisi



Braket standar Edgewise



Braket dengan 0º tip, torque, dan tanpa desain inout pada braket Braket dengan preskripsi tip, torque, dan in-out 1. Alignment 2. Tepi marginal 3. Inklinasi bukolingual 4. Kontak oklusal 5. Relasi oklusal 6. Overjet 7.Kontak interproksimal 8. Angulasi akar



Braket preadjusted Roth 8 parameter ABO



Indeks keberhasilan ABO



Indeks yang digunakan untuk mengevaluasi hasil perawatan ortodontik



Cara dan alat ukur Deskripsi pabrikan



Kategori



Skala ukur



-



Nominal



Deskripsi pabrikan



-



Nominal



Measuring gauge ABO



-



Numerik



Foto Rontgen panoramic Penjumlahan skor ke 8 parameter ABO



Numerik 1. < 27 perawatan berhasil >27 perawatan tidak berhasil



Nominal



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut (Gambar 3.1): 1. Measuring gauge ABO. 2. Tracing box. 3. Alat tulis.



A



B



C



Gambar 3.1 Alat penelitian. A.ABO measuring gauge, B. Tracing box, C. Alat tulis panoramik



3.6.2 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



1. Model studi maksila dan mandibula Klas I tanpa pencabutan yang dirawat dengan menggunakan braket standar Edgewise dan preadjusted Roth dan telah selesai dilakukan perawatan (Gambar 3.2A). 2. Radiografi panoramik (Gambar 3.2B).



A



B Gambar 3.2 Bahan penelitian. A.Model studi, B.Radiografi panoramik



3.7 Pelaksanaan Penelitian 3.7.1 Tahap Pengumpulan Data Setelah diperoleh form ethical clearance, dilakukan pengumpulan model studi dan radiografi panoramik pasien yang telah selesai dilakukan perawatan sesuai dengan kriteria inklusi penelitian di klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Setelah itu, dilakukan pengukuran menggunakan ABO measuring gauge. 3.7.2 Tahap Pengukuran Delapan parameter grading system yaitu, alignment, tepi marginal, inklinasi bukolingual, kontak oklusal, relasi oklusal, overjet, kontak interproksimal, dan angulasi akar diukur berdasarkan standar pengukuran ABO. Sebanyak tujuh kriteria indeks ABO dievalusi dari model setelah perawatan menggunakanmeasuring



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



gaugedari ABO, sedangkan kriteria terakhir yaitu angulasi akar dievaluasi dengan menggunakan radiografi panoramik. Hasil pengukuran dicatat pada lembaran hasil pemeriksaan. Pengukuran dilakukan oleh 1 orang operator sebanyak dua kali dalam waktu yang berbeda dan dilakukan uji intra-rater reliability. Semua hasil pengukuran kemudian dijumlahkan dan bila jumlah skor untuk setiap sampel yang telah dinilai berkisar lebih kecil atau sama dengan 27, maka dianggap perawatan yang dilakukan berhasil. 3.8 Analisis Data Data pengukuran pertama dan kedua akan dianalisis untuk melihat konsistensi pengukuran. Bila hasil pengukuran konsisten, analisa dilanjutkan untuk melihat normalitas data pengukuran. Untuk melihat perbedaan total skor dan ke 8 parameter antara 2 jenis braket yaitu braket standar Edgewise dan preadjusted Roth, dilakukan uji T independen jika data terdistribusi normal atau uji Mann Whitney jika data tidak terdistribusi normal. Sedangkan untuk melihat keberhasilan perawatan dari 2 jenis braket, maka dilakukan uji Chi-square. Nilai kebermaknaan 0,8. Dengan demikian diambil data dari salah satu hasil pengukuran. Uji normalitasKolmogorov-Smirnov dilakukan untuk mengetahui distribusi normal dari data yang diperoleh. Hasilnya menunjukkan bahwa data hasil pengukuran sampel braket standar Edgewise dan preadjustedI Roth tidak terdistribusi normal (p 0.05. Perawatan ortodonti dinyatakan berhasil adalah bila skor masing – masing sampel kurang atau sama dengan 27. Uji Chi-Square dilakukan untuk melihat keberhasilan perawatan dua jenis braket tersebut. Hasil analisa data dapat dilihat pada tabel 4.4.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Tabel 4.4 Persentase keberhasilan perawatan maloklusi Klas I tanpa pencabutan dengan braket standar Edgewise dan preadjusted Roth ditinjau dari Grading System ABO Jenis Braket Hasil Perawatan



Nilai p Standar Edgewise



Preadjusted Roth



Berhasil



24 (75.0%)



26 (81.2%)



Tidak berhasil



8 (25.0%)



6 (18.8%)



Total



32 (100%)



32 (100%)



.762



Data pada tabel 4.4 memperlihatkan bahwa nilai p > 0.05, tidak ada perbedaan keberhasilan yang signifikan antara ke 2 jenis braket tersebut. Berdasarkan data –data analisa statistik yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh penggunaan braket standar Edgewise dan preadjustedRoth terhadap hasil perawatan maloklusi Klas I tanpa pencabutan ditinjau dari Grading System ABO. Dengan demikian, hipotesis nol yang menyatakan tidak ada pengaruh penggunaan braket standar Edgewise dan preadjustedRoth terhadap hasil perawatan maloklusi Klas I tanpa pencabutan ditinjau dari Grading System ABO diterima.



BAB 5



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



PEMBAHASAN



Evaluasi hasil perawatan ortodonti sangat diperlukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan klinisi/ operator dalam merawat suatu kasus ortodonti. Terdapat beberapa indeks untuk menilai keberhasilan suatu perawatan, salah satunya menggunakan Grading System dari ABO.37,40,41 Pada dasarnya, perawatan ortodonti cekat dapat menggunakan braket standar Edgewise dan braket yang sudah memiliki preskripsi tip, torque, dan in- out dalam desain braketnya/ preadjusted.27,28,29 Penelitian cohort retrospektif ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil perawatan ortodonti yang menggunakan braket standar Edgewise dan braket preadjusted Roth pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan ditinjau dari Grading System ABO. Selain



itu, juga untuk melihat apakah ada pengaruh



penggunaan 2 jenis braket tersebut terhadap keberhasilan perawatan ortodonti yang dilakukan. American Board of Orthodontics (ABO) menetapkan 8 parameter untuk mengevaluasi hasil perawatan. Tujuh parameter yaitu alignment, tepi marginal, inklinasi bukolingual, overjet, kontak oklusal, relasi oklusal, dan kontak interproksimal diukur dari model setelah perawatan, dan parameter angulasi akar diukur dari foto rontgen panoramik setelah perawatan. Perawatan dianggap berhasil apabila jumlah skor delapan parameter untuk setiap sampel adalah lebih kecil atau sama dengan 27.37,38,41,42



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Pada penggunaan braket standar Edgewise, sebanyak 24 sampel (75 %) dari 32 sampel memiliki skor lebih kecil atau sama dengan 27, yang dikategorikan berhasil. Sedangkan, pada braket preadjustedRoth, sebanyak 26 sampel (81,2%) dari 32 sampel memiliki skor lebih kecil atau sama dengan 27, yang dikategorikan berhasil. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perawatan maloklusi Klas I tanpa pencabutan baik dengan braket standar Edgewise maupun preadjusted Roth sama-sama dinyatakan berhasil dan secara statistik tidak ada perbedaan signifikan keberhasilan perawatan antara 2 jenis braket tersebut. Secara keseluruhan, nilai total skor hasil perawatan maloklusi Klas I tanpa pencabutan dengan braket standar Edgewise adalah 19.00 + 12, dan dengan braket preadjusted Roth adalah 15.00 + 7. Hasil ini menunjukkan bahwa skor perawatan dengan braket standar Edgewise lebih tinggi walaupun perbedaannya tidak signifikan (Tabel 4.2). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh.Kattner dan Schneider yang membandingkan hasil perawatan 2 jenis braket tersebut menggunakan 2 indeks evaluasi hasil perawatan yaitu ITRI (Ideal Tooth Relationship Index) dan 6 kunci oklusi normal Andrews. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan total skor ITRI antara 2 jenis braket tersebut.20 Analisis statistik membandingkan 8 parameter Grading System ABO antara 2 jenis braket. Hasil analisa menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (Tabel 4.3). Hal ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kattner dan Schneider yang menyatakan bahwa angulasi dan inklinasi gigi posterior maksila



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



adalah lebih baik pada penggunaan braket preadjusted Roth.20 Hal yang hampir senada juga dinyatakan oleh Soltani dkk yang meneliti hasil perawatan ortodonti dengan braket standar Edgewise dan braket preskripsi MBT. Dari studi ditemukan perbedaan siginifikan pada parameter inklinasi bukolingual dimana preskripsi MBT memiliki inklinasi bukolingual yang lebih baik dikarenakan adanya desain torque pada braket, sehingga inklinasi lebih simetris dan presisi.43 Pada penelitian ini, tidak ditemukan perbedaan siginifkan parameter inklinasi bukolingual antara 2 jenis braket. Hasil ini sejalan dengan studi yang dilakukan Ugur dan Yukay yang tidak menemukan perbedaan pengukuran nilai torque antara kasus yang dirawat dengan braket standar Edgewise dan preadjusted Roth.44 Hal ini mungkin disebabkan karena penggunaan kawat finishing yang tidak full size (kawat rektangular ukuran 0.016” x 0.022”) pada slot braket 0.018”, sehingga torque pada braket preadjusted Roth tidak terekspresikan secara sempurna.20,45 Meyer dan Nelson menekankan pentingnya penggunaan kawat full size pada braket preadjusted sehingga preskripsi braket dapat terekspresikan dengan baik.20 Kemungkinan lain dapat disebabkan karena proses manufacturing braket preadjustedyang kurang presisi, sehingga tip, torque pada braket tidak terdesain sebagaimana mestinya. Penelitian yang dilakukan Awasthi dkk pada 3 produk braket preadjusted menunjukkan bahwa tidak ada produk yang memiliki nilai tip dan torque yang presisi.29,32 Selain itu, adanya modifikasi yang dilakukan dengan wire bending untuk torquing gigi-gigi tertentu pada penggunaan braket standar Edgewise juga dapat mempengaruhi skor parameter inklinasi bukolingual.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Variabel inklinasi bukolingual memiliki skor yang tertinggi pada penelitian ini yaitu 4.50 pada braket standar Edgewise dan 4.00 pada braket preadjusted Roth. Hal yang sama dilaporkan oleh Yang-Powers dkk dan juga Norena dkk.37 Hal ini dapat disebabkan karena susahnya kontrol torque gigi posterior. Diskrepansi segmen posterior juga lebih sulit dimonitor dan dikoreksi daripada segmen anterior.18,20,46,47 Tidak diikutsertakannya gigi molar kedua dalam penelitian ini cukup mempengaruhi besarnya skor parameter inklinasi bukolingual.14,37 Penggunaan kawat yang tidak full size, manufacturing braket yang kurang presisi pada braket preadjusted dan kurangnya torquing kawat pada penggunaan braket standar Edgewise juga mempengaruhi besarnya skor inklinasi bukolingual.15,20,29 Variasi dalam penempatan braket juga dapat mempengaruhi ekspresi torque, khususnya pada gigi dengan kurvatura fasial yang ekstrim.Germane dkk melaporkan bahwa displacement braket sebesar 3 mm pada gigi premolar kedua mandibula dapat mengakibatkan perubahan resultan torque sebesar 25,8º. Faktor lain yang mengubah efektivitas torqueyaitu ketebalan komposit dan bahan semen pada basis braket dan tubes.44 Kontak interproksimal merupakan variabel dengan skor ABO yang terkecil pada penelitian ini. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jain dkk, Mislik dkk, dan juga Campbell dkk. Penelitian- penelitian tersebut menyatakan bahwa penutupan ruang interproksimal merupakan hal yang relatif mudah diobservasi dan dikoreksi oleh ortodontis.18,19,40



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Berdasarkan data pengukuran, 8 parameter Grading System ABO rata-rata memiliki nilai skor yang lebih tinggi pada penggunaan braket standarEdgewise dibandingkan dengan braket preadjusted Roth. Hasil ini mungkin disebabkan adanya preskripsi tip, torque, dan in-out pada desain braket preadjusted yang dapat memudahkan



dalam



pengaturan



susunan



gigi,



angulasi,



inklinasi,



dan



interdigitasi.5,6,23,28 Pada penelitian ini, gigi molar dua yang tidak diikutsertakan dalam perawatan memiliki pengaruh dalam memperbesar perolehan skor Grading SystemABO, terutama skor parameter inklinasi bukolingual. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Norena dkk, Nett dkk, dan Jain dkk. Adapun penyebabnya yaitu gigi molar dua sering tidak terpantau dan diabaikan oleh klinisi dan pasien karena posisi gigi yang jauh di belakang dan tidak mempengaruhi estetis pasien sehingaa gigi tersebut tidak diikutsertakan dalam perawatan ortodonti.14,37,40 Penggunaan braket preadjsuted diklaim dapat memberi kontribusi yaitu prosedur perawatan yang lebih sederhana, tidak adanya atau minimalnya prosedur wire bending, hasil oklusi dan interdigitasi pasien yang lebih baik. Namun, pada kondisi sebenarnya, hasil perawatan ortodonti dapat bervariasi bergantung pada kemampuan dan keahlian klinisi, penggunaan kawat finishing yang tepat dan braket yang presisi, kooperatif pasien, serta respon pasien terhadap perawatan yang dilakukan. Ortodontis semestinya mengetahui dan menguasai teknik wire bending.19,26,29,37 Andrews, Taylor dan Cook, dan Creekmore menyatakan bahwa penempatan posisi braket yang tidak adekuat dapat meniadakan kelebihan dari braket



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



preadjusted. Pooling menyatakan bahwa seorang ortodontis sebaiknya mampu melakukan wire bending atau mereposisi braket untuk mendapatkan hasil akhir perawatan yang sempurna.37



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN



6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I tanpa pencabutan yang dirawat dengan menggunakan braket standar Edgewise sebanyak 75% dinyatakan berhasil dan 25% tidak berhasil. 2. Hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I tanpa pencabutan yang dirawat dengan menggunakan braket preadjusted Rothsebanyak 81.2% dinyatakan berhasil dan 18.8% tidak berhasil. 3. Tidak ada pengaruh penggunaan braket standar Edgewise dan preadjusted Roth terhadap hasil perawatan maloklusi Klas I tanpa pencabutan ditinjau dari Grading System ABO. 4. Tidak terdapat perbedaan yang siginifikan secara statistik pada nilai total skor dan ke 8 parameter Grading System ABO antara braket standar Edgewise dan preadjusted Roth. 5. Nilai skor masing-masing 8 parameter Grading System ABO rata-rata adalah lebih tinggi pada penggunaan braket standar Edgewise dibandingkan dengan braket preadjusted Roth.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



6.2 Saran 1. Grading System dari ABO mencakup komponen- komponen penting dalam penentuan keberhasilan perawatan sehingga sangat tepat untuk digunakan dalam mengevaluasi hasil perawatan ortodonti. 2. Kontrol segmen posterior gigi terutama torque posterior perlu diperhatikan dalam perawatan ortodonti sehingga interdigitasi dan oklusi pasien akan lebih baik. 3. Gigi molar dua sebaiknya diikutsertakan dalam perawatan mengingat pengaruh gigi tersebut terhadap parameter Grading System ABO.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



DAFTAR PUSTAKA



1. R Hassan, AK Rahimah. Occlusion, malocclusion and method of measurements-an overview. Archieves of Orofacial Sciences.2007;2:3-9. 2. Sandeep G, Sonia G. Pattern of dental malocclusion in orthodontic patients in Rwanda:a retrospective hospital based study. Rwanda Medical Journal. 2012;69(4):13-8. 3. Bhalajhi SI. Orthodontics: The Art and Science.4thed.Arya Medi Pubishing House.2009:59-88, 257-66,319-46. 4. Mageet AM. Classification of skeletal and dental malocclusion:revisited. J Of Stoma Edu.2016;3(2):38-44. 5. Xubair, Graber, Vanarsdall, Vig. Orthodontics Current Principles and Techniques. 5th ed.Elsevier.2011:19-22,517-34,561-64. 6. Singh G. Textbook of Orthodontics.2nd ed. New Delhi,Jaypee.2007:159174;467-84. 7. Bhalajhi SI. Orthodontics: The Art and Science.5thed.Arya Medi Publishing House.2012:77-100. 8. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary Orthodontics.4thed. Mosby Elsevier Inc,St.Louis.2007:1-6, 407-23. 9. Hilda, Firdaus S. The influence of malocclusion associated with caries among junior highschool adolescent in Cimahi..Edisi ke 2. Majalah Ortodontik 2015;15(2):1-4.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



10. Aldress AM. Pattern of skeletal and dental malocclusions in Saudi orthodontics patients. Saudi Med J. 2012;33(3):315-20. 11. Abdul Wahab RM, Idris H, Yacob H, Ariffin S. Cephalometric and malocclusion analysis of Kadazan dusun ethnic orthodontic patients. J Sains Malaysiana.2013;42(1):25-32. 12. Konstantonis D, Anthopoulou C, Makou M. Extraction decision and identification of treatment predictors in Class I malocclusion. J Progress in Orthodontics.2013;14(47):1-8. 13. Al-Duliamy MJ. Orthodontic treatment of class I malocclusion with severe crowding without extraction of any sound erupted tooth-a case report. J of General Med.2015;3(2):1-4. 14. Nett BC, Huang GJ. Long term posttretament changes measured by the American Board of Orthodontics objective grading system. Am J Orthod Dentofacial Orthop.2005;127(4):444-50. 15. Florez AC, Lis DM, Norena OZ. Orthodontic treatment outcomes obtained by application of a finishing protocol. Dental Press J Orthod.2016;21(2):8894. 16. Deguchi T, Honjo T, Fukunaga T, Miyawaki S, Roberts WE, Yamamoto T. Clinical assessment of orthodontic outcomes with the peer assessment rating, discrepancy, objective grading system,



and



comprehensive clinical



assessment. Am J Orthod Dentofacial Orthop.2005;127:434-43.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



17. Haeger RS, Schneider BJ, BeGole EA. A static occlusal analysis based on ideal interarch and intraarch relationships. Am J Orthod Dentofac Orthop.1992:101(5):459-64. 18. Mislik B, Konstantonis D, Katsadouris A, Eliades T. University clinic and private practice treatment outcomes in Class I extraction and nonextraction patients: a comparative study with the American Board of Orthodontics objective grading system. Am J Orthod Dentofacial Orthop.2016;149(2): 253-8. 19. Campbell CL, Roberts WE, Hartsfield JK, Qi Rong. Treatment outcomes in a graduate orthodontic clinic for cases defined by the American Board of Orthodontics



malocclusion



categories.Am



J



Orthod



Dentofacial



Orthop.2007;132(6):822-9. 20. Kattner PF, Schneider BJ. Comparison of Roth appliance and standard edgewise



appliance



treatment



results.



Am



J



Orthod



Dentofacial



Orthop.1993;103:24-32. 21. Rukiah BA, Oeripto A, Harahap N. A Comparison of class I malocclusion treatment outcomes with and without extractions using an ABO grading system for dental casts and radiographs. Dent.J.(Majalah Kedokteran Gigi) 2017; 50(3): 144-148. 22. Ali Mahmood TM, Ali Qadir C. Persuading factors for tooth extraction decision in treatment of Class I malocclusion among orthodontists in Sulaimani city. IOSR J of Dental and Medical Sciences.2015;14(8):20-8.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



23. McLaughlin RP, Bennett JC. Evolution of treatment mechanics and contemporary appliance design in orthodontics: a 40-year perspective. Am J Orthod Dentofacial Orthop.2015;147(6): 654-62. 24. Jacobson A, Jacobson RL. Radiographic cephalometry from basics to 3-D imaging.2nd ed. Quintessence Publishing Co,Canada.2006:71-8. 25. Graber,



Vanarsdall,Vig.



Orthodontics



Current



Principles



and



Techniques.4th ed.Elsevier.2009:675-89. 26. Thickett E, Taylor G, Hodge T. Choosing a pre-adjusted orthodontic appliance prescription for anterior teeth. J of Orthodontics.2007;34:95-100. 27. Filho LC, Machado F, Ozawa TO, Cavassan A, Cardoso M. Bracket/wire play: what to expect from tipping prescription on pre-adjusted appliances. Dental Press J Orthod.2012;17(4):85-95. 28. Samawi SS. Straight wire orthodontics: a short guide to principles and technique.1sted. Samawi Dental and Orthodontic Center.2014:1-38. 29. Streva AM, Ferreira FA, Garib DG, Carvalho PE. Are torque values of preadjusted brackets precise? J Appl Oral Sci.2010:313-7. 30. McLaughlin R, Bennett J, Trevisi H. MBT versatile appliance system: efficient treatment solutions for clinical excellence. 3M Unitek.2010. 31. Roth



R,



William



RE.



The



evolution



of



the



Roth



treatment



technique. http://www.tampaorthodontist.com 32. Awasthi E, Sharma N, Shrivastav S, Kamble RH. Evaluation and comparison of various prescription specifications and slot distortion of pre-adjusted



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



edgewise brackets manufactured by different companies available in India. Int J Cur Res Rev.2015;7(9):44-51. 33. Spena R. Upper and lower incisor torque and straight wire appliance. SIDO J.2014:21-32. 34. Richmond S, Shaw WC, O’Brien KD, Buchanan IB, Jones R, Stephens CD,et al. The development of the PAR index (peer assessment rating): reliability and validity. European J of Orthodontics.1992;14:125-39. 35. Firestone AR, Beck FM, Beglin FM, Vig Kaherine WL. Evaluation of the peer assessment rating (PAR) index as an index of orthodontic treatment need. Am J Orthod Dentofacial Orthop.2002;122(5):463-9. 36. Karolinska Institutet. Quality control of orthodontic treatment-using ICONindex of complexity, outcome and need. The Institute of Odontology Karolinska Institutet, Sweden.1-19. 37. Norena OZ, Florez AC, Liz DB. Orthodontic treatment results evaluated for individual teeth according to the objective grading system. J of the World Federation of Orthodontists.2017:6-10. 38. The American Board of Orthodontics. Grading system for dental casts and panoramicradiographs.2012:1-22.



39. Casko JS et al. Objective grading system for dental casts and panoramic radiographs. Am J Orthod Dentofacial Orthop.1998;114(5):589-99.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



40. Jain M, Varghese J, Mascarenhas R, Mogra S, Shetty S, Dhakar N. Asessment of clinical outcomes of Roth and MBT bracket prescription using the American Board of Orthodontics Objective Grading System. J of Contemporary Clinical Dentistry.2013;4(3):307-12. 41. Cansunar HA, Uysal T. Comparison of orthodontic treatment outcomes in nonextraction, 2



maxillary premolar extraction, and 4 premolar extraction



protocols with the



American Board of Orthodontics objective grading



system. Am J Orthod Dentofacial Orthop.2014;145(5):595-602. 42. Wirtz BR. ABO objective grading system based on clinical photography. . 43. Soltani M, Saedi B, Mohammadi Z. Outcome of MBT and standard Edgewise techniques in treating Class I malocclusion. American J Dent Res 2012; 4(2): 61-5. 44. Ugur T, Yukay F. Normal faciolingual inclinations of tooth crowns compared with treatment groups of standard and pretorqued brackets. Am J Orthod Dentofac Orthop 1997;112:50-7. 45. Moesi B, Dyer F, Benson PE. Roth versus MBT: does bracket prescription have an effect on the subjective outcome of pre-adjusted Edgewise treatment? European J of Orthodontics 2013; 35(2):236-243. 46. Anthoupoulou C, Konstantonis D, Makou M. Treatment outcomes after extraction and non extraction treatment evaluated with the American Board



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



of Orthodontics objective grading system. Am J Orthod Dentofac Orthop 2014;146(6):717-23. 47. Yang-Powers LC, Sadowsky C, Rosenstein S, BeGole EA. Treatment outcome in a graduate orthodontic clinic using the American Board of Orthodontics grading system. Am J Orthod Dentofac Orthop 2002;122:451-5.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA