Pedoman Hiv [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai. Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll). Di Indonesia sendiri kasus HIV pertama kali dilaporkan pada tahun 1987 di Bali. Dari tahun ke tahun kasus hiv aids terus meningkat. Pada tahun 2000 sudah terdapat 220 kasus dan meningkat menjadi 8.194 kasus ditahun 2007. Hasil survey tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi hiv pada berbagai populasi kunci yaitu WPS langsung 10,4%; WPS tidak langsung 4,6%; waria 24,4%; pelanggan WPS 0,8% (hasil survey dari 6 kota pada populasi pelanggan WPS yang terdiri dari supir truk, anak buah kapal, pekerja pelabuhan dan tukang ojek) dengan kisaran antara 0,2%-1,8%; lelaki seks dengan lelaki (LSL) 5,2%; pengguna napza suntik 52,4% (STPH 2007). Sedangkan untuk wilayah Sleman, hasil survey menunjukkan bahwa di Sleman sudah terdapat 500 an lebih orang yang terkena HIV. Puskesmas Cicalengka DTP sudah ada 3 orang yang positif terkena HIV terhitung data dari bulan Januari s.d Juni 2019.. Selain itu letak puskesmas Cicalrngka DTP yang strategis dijalan raya, dekat dengan terminal, dan tempat” berkumpulnya PSK dan mendukung untuk terjadinya perkembangan virus HIV ini. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan tentang pencegahan dan intervensi HIV AIDS ini di Puskesmas Cicalengka DTP.



1



B. Tujuan 1. Tujuan Umum Sebagai acuan dan Optimalisasi dalam penanganan kasus HIV AIDS di Puskesmas Cicalengka DTP 2. Tujuan Khusus a. Menurunkan hingga meniadakan infeksi baru HIV b. Menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan yang berkaitan dengan AIDS c. Meniadakan diskriminasi terhadap ODH d. Meningkatkan kualitas hidup pasien HIV positif.



C. Sasaran Program 1. Semua yang termasuk dalam kelompok resiko tinggi dan rentan tertular HIV-Aids seperti wanita penjaja seks (WPS), GAY, Pengguna nafza suntik (penasun), Waria, dan pasangan beresiko tinggi. 2. Semua Ibu hamil (Trimester I, II, III) yang berkunjung ke Poli KIA Puskesmas Cicalengka DTP 3. Semua pasien TB paru yang berkunjung ke Poli TB Puskesmas Cicalengka DTP. 4. Pasien dengan gejala diare kronis, oral candidiasis, febris jangka waktu lama, dan dermatitis kronis.



D. Ruang Lingkup Ruang lingkup penanggulangan HIV AIDS yaitu penduduk wilayah Cicalengka : Penanganan HIV AIDS mencakup beberapa aspek yaitu seluruh ibu hamil (trimester I, II, III), pasien TB Paru, Populasi Kunci (GAY, PSK, Penasun, Waria).



E. Batasan Operasional Penanganan HIV AIDS mencakup pada seluruh pasien HIV positive dan beberapa aspek lainnya yaitu mencakup beberapa aspek yaitu seluruh ibu hamil (trimester I, II, III), pasien TB Paru, Populasi Kunci (GAY, PSK, Penasun, Waria).



2



BAB II STANDAR KETENAGAAN



A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Pembentukan Tim HIV AIDS Penanggung Jawab



: Kapus PKM Cicalengka DTP (dr.Hj. Yanti Fadillah MMRs)



Ketua



: dr. Rian



Sekretaris



: Wini Primadianti, Amd.Kep N. Hastin Handayani, Amd. Kep



Anggota a. Pemeriksaan di Poli Umum



: dr. Rian dan dr. Rinrin



b. Pemeriksaan di Poli TB



: Neneng Winwin Amd.Kep



c. Pemeriksaan di KIA



: Ika Sartika Amd. Keb



d. Pemeriksaan Laboratorium



: Eulis Nuraeni Amd.A. K



e. Pendaftaran



: Rismawati



B. Visi dan Misi Program HIV AIDS Visi : mencegah perkembangan HIV AIDS di wilayah Kecamatan Cicalengka khususnya di lingkungan Puskesmas Cicalengka DTP secara total dan komprehensif. Misi: -



Melakukan pendekatan kepada sasaran sehingga tidak ada jarak yang berbeda antara layanan dan sasaran



-



Melakukan pencegahan dengan promotif dan preventif bagi masyarakat,



-



Menyediakan konseling VCT di Puskesmas,



-



melakukan tes HIV untuk semua ibu hamil , pasien TB Paru, dan pasien dengan gejala tertentu ke arah HIV



-



Serta menjembatani seseorang yang terkena HIV untuk mengakses pengobatan dan pendampingan oleh LSM yang bekerjasama dengan puskesmas.



3



C. Kebutuhan SDM Dalam pengelolaan HIV dan AIDS ini Puskesmas membutuhkan Tim yang terdiri dari Dokter, Perawat, Bidan, Analis kesehatan dan tenaga konselor yang sudah terlatih untuk melakukan konseling HIV. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam penanggulangan HIV dan AIDS meliputi tenaga-tenaga dalam bidang perencanaan, pelaksanaan, dan tenaga-tenaga monitoring dan evaluasi di semua tingkat dan di setiap lembaga pemangku kepentingan. Setiap program yang direncanakan, dilaksanakan, dimonitor serta dievaluasi memiliki kebutuhan sumber daya manusia yang berbeda-beda jenis keahlian dan jumlahnya. Untuk efisiensi penggunaan tenaga, maka setiap program menetapkan standar kebutuhan minimal ketenagaan. Setiap perencanaan program perlu memperhatikan kebutuhan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia untuk penyelenggaraan program. Sumber Daya Manusia adalah potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. SDM perlu dipersiapkan melalui perencanaan kapasitas kerja. Kegiatan penyiapan dilakukan melalui peningkatan kapasitas untuk perbaikan kualitas jumlah dan mutu melalui desain dan implementasi sistem perencanaan, penempatan sesuai bidangnya, pengembangan kapasitas, jenjang karir, kompensasi dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Perencanaan SDM memperhatikan kesetaraan jender, pelibatan bermakna orang yang terinfeksi HIV dan kepantasan manajemen dan perkembangan ilmu pengetahuan. Kebutuhan SDM yang dihitung adalah untuk mencapai setidaknya 80% target program layanan komprehensif. Dasar perhitungan kebutuhan SDM mencakup jumlah, jenis program dan layanan, jumlah dan jenis ketenagaan berdasarkan standar kebutuhan minimal. Penentuan SDM dimulai dari penghitungan target masing-masing program per tahun, seperti target program HR-LASS dan PTRM. Dari target yang ditetapkan tersebut dihitung kebutuhan layanan per tahun, umpamanya untuk program HR, dihitung jumlah layanan untuk LASS dan PTRM.



D. Distribusi Ketenagakerjaan 1. Petugas konselor : Melakukan konseling pada pasien ibu hamil, TB Paru, maupun HIV positive 2. Dokter : Bertanggung jawab dalam program HIV dan sebagai pemeriksa seluruh pasien



4



3. Perawat : Bertanggungjawab dalam pencatatan dan mengentry data melalui aplikasi SIHA 4. Petugas laboratorium Bertanggung jawab dalam pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan HIV 5. Bidan Bertanggung jawab dalam menjaring seluruh ibu hamil untuk dilakukan pemeriksaan HIV Aids 6. Rekam Medis/ Pendaftaran Bertanggung jawab untuk mendaftarkan pasien dan memberikan no medrek pasien



E. Alur pelayanan HIV AIDS Pasien datang



 Pasien Umum di lakukan pemeriksaan di Poli Umum  Pasien Ibu Hamil di Poli KIA  Pasien TB Paru di Poli TB



 Pasien Umum terdiagnosa oleh dokter  Penegakkan diagnosis oleh laboratorium  Konseling



 Pasien rawat jalan/ Bila HIV Positive dilakukan rujukan  Monitoring



5



F. Landasan Hukum 1. Perkembangan epidemic kasus hiv aids yang telah mendunia ditanggapi pemerintah Indonesia dengan keluarnya peraturan presiden no. 75 tahun 2006 yang mengamanatkan perlunya intensifikasi penanggulangan AIDS di Indonesia.



2. Berdasarkan strategi nasional tersebut, banyak mitra internasional mendukung pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia. Setelah itu, beberapa kementerian mengeluarkan peraturan terkait upaya penanggulangan HIV misalnya Peraturan Menteri Pendidikan No.9/U/1997 mengenai pencegahan HIV/AIDS melalui pendidikan, diikuti dengan Peraturan Menteri Pendidikan No.303/U/1997 mengenai pedoman pelaksanaannya.



3. Pada tahun 2001, Indonesia menandatangani Deklarasi Komitmen Penanggulangan HIV dan AIDS UNGASS. Untuk meningkatkan penanggulangan HIV dan AIDS,



4. Pada tahun 2004 Komitmen Sentani ditandatangani oleh beberapa menteri (Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Sosial, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama), Kepala BKKBN dan Ketua Komisi VII DPR RI, serta 6 gubernur.



5. Pada tahun 2003 Kementerian Kesehatan menyusun Rencana Strategis Penanggulangan AIDS sektor kesehatan. Sektor lain juga merespons adanya HIV dan AIDS, antara lain Kemennaker mengeluarkan Kepmennaker pada tahun 2004 untuk mengimplementasikan program HIV dan AIDS di tempat kerja, sedangkan Kemsos dan BKKBN membentuk unit yang menangani HIV dan AIDS.



6. Untuk menanggulangi masalah penularan HIV melalui penggunaan napza suntik, pada tahun 2003 dibuat nota kesepahaman antara Menko Kesra selaku Ketua KPA dan KAPOLRI selaku Ketua BNN. Untuk mengkoordinasikan penanggulangan AIDS, pada tahun 2003, Menko Kesra menyusun Strategi Nasional 2003-2007.



7. Kemudian, Perpres nomor 75 tahun 2006 menandai terjadinya intensifikasi penanggulangan AIDS. Keanggotaan KPA Nasional diperluas dengan mengikutsertakan wakil organisasi profesi dan masyarakat termasuk jaringan ODHA.



8. Dalam Perpres tersebut disebutkan bahwa KPA Nasional diketuai oleh Menko Kesra, bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan mempunyai Sekretaris yang purna waktu. Sejak tahun 2006 dimulai penguatan Sekretariat KPA di 100 kabupaten/kota prioritas dan tahun 2007 penguatan Sekretariat KPA di 33 provinsi.



9. Pada tahun 2007, dengan berakhirnya Renstra tahun 2003-2007, dikeluarkan Strategi Nasional dan Rencana Aksi Nasional 2007-2010.



6



G. PENGENDALIAN DOKUMEN Pengendalian dokumen penting milik pasien sangat dijaga kerahasiaannya dan ditempatkan di suatu ruangan yang tidak bisa dibaca selain TIM HIV. Dokumen tersebut antara lain: a. Biodata lengkap pasien HIV positif b. Laporan hasil lab pasien c. Foto Kegiatan



H. SARANA DAN PRASARANA Alat-alat yang dipergunakan dalam menungjang kegiatan penanggulangan HIV AIDS adalah alat laboratorium , ruang konseling, form data PITC dan VCT pasien.



I. PERKEMBANGAN CAKUPAN/KEGIATAN 1. Program Pencegahan Penularan HIV Melalui Ibu ke Bayi melalui PITC Penularan HIV melalui ibu ke bayi cenderung mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah perempuan HIV positif yang tertular baik dari pasangan maupun akibat perilaku yang berisiko. Meskipun data prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi masih terbatas, namun jumlah ibu hamil yang positif cenderung meningkat. 2. Konseling dan Testing Sukarela (Voluntary Counseling and Testing) melalui VCT Layanan kesehatan yang pertama dalam pencegahan adalah layanan VCT. Diharapkan seluruh populasi kunci mendapatkan pemeriksaan HIV melalui layanan ini. Salah satu tujuan dari promosi pencegahan adalah mendorong populasi kunci ke layanan VCT. 3. Program Pencegahan Penularan Melalui Alat Suntik Populasi penasun didorong untuk mengikuti layanan alat suntik steril (LASS). Layanan ini terus dikembangkan baik melalui LASS di tingkat komunitas maupun di layanan kesehatan seperti puskesmas. Layanan di puskesmas perlu ditingkatkan agar menjadi lebih mudah diakses oleh penasun. Layanan tersebut menyediakan informasi dan penukaran alat suntik steril kepada penasun.



7



BAB III STANDAR FASILITAS



A. Denah Ruangan



B. Standart Fasilitas 1.



Ruangan Konseling HIV didalam Puskesmas -



Poli Umum



-



Poli KIA



-



Poli TB Paru



2.



Ruangan Laboratorium untuk pengambilan sampel darah



3.



Ruang Tunggu



4.



Alat diagnosis (reagen HIV)



5.



Media informasi (Leaflet, Poster, Flipchart)



6.



Pelayanan Informasi



C. Pelayanan Informasi Pelanggan mendapat informasi mengenai : a. Penyakit yang di derita b. Tindakan medis yang akan di lakukan selanjutnya c. Kemungkinan efek samping obat dan tindakan serta cara mengatasinya.



8



BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN A.



Lingkup Kegiatan Kegiatan di dalam Gedung Puskesmas Cicalengka DTP dan di luar gedung



B.



Metode dan Dokumentasi 1. Kegiatan di dalam Gedung : Setelah selesai pelayanan, data – data pasien : - Ditulis dalam Buku Register - Dilengkapi format PITC dan VCT - Konseling antar Individu - Mengentry data PITC/ VCT ke aplikasi SIHA 2. Kegiatan di Luar Gedung : a. Surat Tugas Luar b. Penyuluhan : -



MateriPenyuluhan



-



Daftar Hadir



-



Notulen Penyuluhan



c. Home Visite



C. Langkah Kegiatan 1. Kegiatan di dalam Gedung : Pelaksanaan Kegiatan Program HIV AIDS pada penyelengaraan UKP (Untuk pemeriksaan HIV AIDS ke Laboratorium) a) Syarat Membawa dokumen administrasi yang di perlukan : a)



Penguna BPJS Harus membawa BPJS (foto coppy BPJS)



b)



Setiap pasien baik BPJS/ Umum harus membawa KTP dan Kartu keluarga



b) Biaya Masyarakat yang akan melakukan Test HIV tidak di kenakan Biaya (GRATIS)



9



c) Waktu –Lama Pelayanan Waktu atau lama Pelayanan Memakan Waktu 10-20 menit perorang untuk pemeriksaan HIV. d) Prosedur Pelayanan a) Pasien dipersilakan pergi sendiri atau diantar oleh pihak keluarga b) Membawa surat pengantar pemeriksaan Laboratorium dari dokter untuk tes HIV c) Membawa persyaratan dokumen administrasi (KTP, dan KK) d) Setiap Pasien akan di panggil untuk pemeriksaan laboratorium sesuai nomor antrian. e) Setiap Pasien akan menunggu di ruang tunggu Laboratorium dan di panggil kembali untuk hasil Lab nya. e) Produk / hasil pelayanan yang akan di terima pasien : a) Pelayanan Medis b) Resep Obat c) Surat Pengantar pemeriksaan laboratorium d) Mengetahui hasil laboratorium e) Surat rujukan (bila positif HIV) f) Konseling pasien f)



Kompetensi Petugas Tim HIV Dokter Umum



:1



Perawat



:3



Bidan



:1



Analis Laboratorium : 1 Pendaftaran



:1



g) Sarana Dan Prasarana a. Ruang Tunggu b. Ruang Konseling c. Alat diagnosis d. Media informasi (Leaflet, Poster, Flipchart) h) Pelayanan Informasi Pelanggan mendapat informasi mengenai : a. Penyakit yang di derita b. Tindakan medis yang akan di lakukan 10



c. Kemungkinan efek samping obat dan tindakan serta cara mengatasinya. 2. Kegiatan Luar Gedung Pelaksanaan Kegiatan Program HIV AIDS pada penyelengaraan UKM a)



Penyuluhan HIV AIDS sesuai dengan kegiatan pada perencanaan BOK. Penyuluhan dapat di lakukan di luar gedung maupun di dalam gedung dengan mengundang masyarakat cicalengka maupun kelompok resiko tinggi dan rentan tertular HIV-AIDS seperti (kelompok Populasi Kunci, Ibu Hamil, dan pasien TB Paru.



b) Kegiatan mobile VCT pada kelompok resiko tinggi



11



BAB V LOGISTIK a. Bahan bantu untuk konseling meliputi 1. Leflet HIV 2. Buku Catatan Pelayanan HIV 3. Kamera



b. Bahan bantu untuk pemeriksaan HIV AIDS 1. Reagen HIV 2. Buku Catatan Harian HIV 3. Format PITC dan VCT



12



BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM Dalam menjamin keselamatan / mencegah terjadinya kesalahan dalam pelayanan klinis dilakukan identifikasi pasien, identifikasi dilakukan minimal dengan 2 cara yaitu nomor rekam medis , nama yang sesuai dengan kartu identitas, alamat , umur sesuai dengan kartu identitas Identifikasi pasien dengan minimal dua cara sebelum prosedur dan sewaktu tindakan medis akan dilakukan. Telaah ulang catatan medis dan assesmen pasien sebelum tindakan medis. Selanjutnya memastikan semua dokumen dan hasil pemeriksaan yang relevan tersedia dan verifikasi ketersediaan alat / peralatan yang dibutuhkan.



13



BAB VII KESELAMATAN PASIEN 1.



Identitas pasien -



Identitas pasien yang berkunjung ke Puskesmas wajib dilindungi dan diberikan rasa nyaman dari berbagai macam gangguan sehingga identitasnya kita rahasiakan.



-



Alur layanan menggunakan alur khusus tanpa mengikuti alur pasien umum, tetapi menggunakan jalur khusus, setelah itu administrasi mengikuti



-



Semua petugas kita sosialisasikan bahwa pasien ODHA perlu ditangani dengan benar dan kita menghilangkan stigma bahwa ODHA harus dijauhi



2. -



Kerahasiaan rekam medis penderita HIV AIDS Rekam medis diantar dan diambil oleh Petugas Puskesmas tanpa melalui pasien ODHA baik dari satu unit ke unit yang lain



-



Bagi rekam medis yang meskipun sudah diretensi, kita masih menyimpan sementara di rak retensi selama 5 tahun dan terkunci



-



Kepada semua petugas Puskesmas yang menemukan rekam medis yang tertinggal di poli dan hari itu tidak mungkin dikembalikan ke penyimpan rekmed maka wajib untuk menyimpan secara baik, dan pagi harinya diserahkan ke penanggungjawab rekam medis



14