7 0 2 MB
PEDOMAN
No. 005-01 / P / BM / 2011
Konstruksi Dan Bangunan
Pedoman Pemeriksaan Jembatan
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTO RAT JENDERAL BI NA MARGA
PRAKATA
Pedoman Panduan Pemeriksaan Jembatan ini merupakan review terhadap Bridge Management System tahun 1993 yang disiapkan untuk melaksanakan inspeksi kondisi jembatan di lapangan sehingga dapat digunakan sebagai panduan bagi Satuan Kerja
I
Pejabat Pembuat Komitmen yang bertanggung jawab atas kegiatan pemeliharaan jembatan yang didasarkan atas hasil identifikasi survey kondisi. Pedoman Panduan Pemeriksaan Jembatan ini memuat Pemeriksaan Jembatan, Sistem Penomoran Jembatan, Pemeriksaan lnventarisasi, Pemeriksaan Detail, Pemeriksaan Rutin dan Pemeriksaan Khusus dan dilengkapi juga dengan lampiran berupa petunjuk singkat survai jembatan di lapangan. Pedoman ini diharapkan menjadi acuan kepada Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat Komitmen di lingkungan Balai Besar I Balai Pelaksanaan Jalan Nasional dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan jembatan. Menyadari akan belum sempurnanya manual ini, maka pendapat dan saran dari semua pihak terutama pemakai sangat kami harapkan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan.
Jakarta,
Februari 2011
Direktur Jenderal Bina Marga
DAFTARISI
BABl. UMUM 1.1.
PENDAHULUAN
1.2.
SISTEM MANAJEMEN SYSTEM - BMS) 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4
JEMBATAN
(BRIDGE
BMS - Sistem Manajemen Informasi (BMS - MIS) Pelaporan dan Memasukkan Data Laporan BMS Skrining dan Ranking Jembatan secara Teknis
1.3. PEMERIKSAAN JEMBATAN 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4
Pemeriksaan Inventarisasi Pemeriksaan Detail Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan Khusus
1.4. INSPEKTUR JEMBATAN 1.4.1 Koordinasi Pemeriksaan Jembatan 1.4.2 Inspektur Jembatan Propinsi 1.4.3 Inspektur dan Keselamatan
1.5. PANDUAN PEMERIKSAAN JEMBATAN BAB 2. PEMERIKSAAN JEMBATAN 2.1. UMUM 2.2. DASAR-DASAR PROSEDUR 2.3. PEMERIKSAAN INVENTARISASI DAN RUTIN 2.4. PEMERIKSAAN DETAIL SECARA UMUM 2.5. DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN TANAH TIMBUNAN 2.6. BANGUNANBAWAH 2.6.1. 2.6.2.
Pondasi Kepala Jembatan dan Pilar
MANAGEMENT
2.7. BANGUNAN ATAS 2.7.1. 2.7.2. 2.7.3. 2.7.4. 2.7.5. 2.7.6. 2.7.7. 2.7.8. 2.7.9. 2.7.10. 2.7.11.
Gelagar Beton Gelagar dan Rangka Baja Struktur Kayu Pasangan Kayu dan Pelengkung Bata Jembatan Gantung Lantai Beton dan Jembatan Pelat Permukaan Lantai Kendaraan Expansion Joint Landasan/perletakan Sandaran dan Perlengkapan Drainase
BAB 3. SISTEM PENOMORAN JEMBATAN 3.1. PENGERTIAN JEMBATAN 3.2. NOMOR JEMBATAN 3.2.1. Akhiran Ruas Jalan 3.2.2. Jembatan Tambahan/Jembatan yang Belum Tercatat Sebelurnnya 3.2.3. Lintasan Atas 3.2.4. Jembatan Ganda 3.3. LOKASI JEMBATAN 3.4. PENOMORAN KOMPONEN DAN ELEMEN JEMBATAN 3.4.1. Penomoran Komponen Utama 3.4.2. Penomoran Elemen 3.5. URUTAN PEMERIKSAAN
BAB 4.PEMERIKSAAN INVENTARISASI 4.1. UMUM 4.1.1. 4.1.2. 4.1.3. 4.1.4.
Personalia Peralatan dan Material Material Acuan Urutan Pemeriksaan
4.2. PROSEDUR PEMERIKSAAN INVENTARISASI 4.1.1. 4.1.2. 4.1.3. 4.1.4. 4.1.5.
Data Administrasi Jenis Lintasan dan Data Geometris Data Bentang dan Komponen Utama Pedoman Pemberian Nilai Kondisi Inventariasi Data Pelengkeap 11
BAB 5. PEMERIKSAAN DETAIL 5.1.
UMUM 5.1.1. 5.1.2. 5.1.3. 5.1.4. 5.1.5.
5.2.
SISTEM PEMERIKSAAN SECARA DETAIL 5.2.1. 5.2.2. 5.2.3. 5.2.4. 5.2.5.
5.3.
Personil Peralatan dan Material Bahan Acuan Pemilihan Jembatan untuk Pemeriksaan secara Detail Urutan Pemeriksaan
Umum Hierarki dan Kode Elemen Kode Kerusakan Sistem Penilaian Elemen Kerusakan yang Serius
PROSEDUR PEMERIKSAAN S:t:CARA DETAIL 4.3.1. 4.3.2. 4.3.3. 4.3.4. 4.3.5. 4.3.6. 4.3.7. 4.3.8.
Data Administrasi dan Inventarisasi Kesan Secara Keseluruhan Daftar Elemen yang RuSak Lokasi Elemen yang Rusak Pemberian Nilai Kondisi Data Lain Pemeliharaan Rutin Catatan Kecil dan Sketsa
BAB 6. PEMERIKSAAN RUTIN 6.1.
UMUM 6.1.1. 6.1.2. 6.1.3. 6.1.4. 6.1.5.
6.2.
Personil Peralatan dan Material Bahan Acuan Pemilihan Jembatan untuk Pemeriksaan Rutin Urutan Pemeriksaan
PROSEDUR PEMERIKSAAN RUTIN
lll
BAB 7 PEMERIKSAAN KHUSUS 7.1. UMUM 7.2. PERSONIL 7.3. TEKNIK PEMERIKSAAN KHUSUS 7.3.1. Metode Penilaian Material a). Penilaian Sepintas Terhadap Kekuatan Beton b). Penilaian Mutu Beton in-situ c). Uji Coba Dinamis Yang Tidak Merusakan d). Penilaian Pengaratan e). Deteksi Keretakan Dalam Baja Bangunan f). Deteksi Kegagalan Kabel atau Kawat g). Penggunaan Radigrap Paad Bangunan Beton 7.3.2. Metode Penilaian Perilaku Global di Bawah Beton a). Pengukuran Pergerakan b). Pengukuran Ektensometrik c). Pengukuran Kekuatan dan Tekanan d). Penilaian Properti Dinamis e). Metode Membongkar dan Memuat 7.3.3. Teknik dan Peralatan Lainnya a). Penilaian Dalam Bawah Air b). Mengukur Ketebalan Lapisan c). Mengukur Selimut Beton, Mendeteksi Bar Tulangan dan Menentukan Ukurannya
lV
BAB 1 UMUM
DAFTARISI BABl
1.
UMUM 1.1.
PENDAHULUAN
1.2.
SISTEM MANAJEMEN JEMBATAN (BRIDGE MANAGEMENT SYSTEM -BMS) 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4
1.3.
PEMERIKSAAN JEMBATAN 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4
1.4.
BMS - Sistem Manajemen Informasi (BMS - MIS) Pelaporan dan Memasukkan Data Laporan BMS Skrining dan Ranking Jembatan secara Teknis
Pemeriksaan Inventarisasi Pemeriksaan Detail Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan Khusus
INSPEKTUR JEMBATAN 1.4.1 Koordinasi Pemeriksaan Jembatan 1.4.2 Inspektur Jembatan Propinsi 1.4.3 Inspektur dan Keselamatan
1.5.
PANDUAN PEMERIKSAAN JEMBATAN
1. UMUM
1.1. PENDAHULUAN Jembatan adalah bagian yang penting dari suatu sistemjaringanjalan karena pengaruhnya yang berarti bila jembatan itu runtuh atau jika tidak berfungsi dengan baik. Dikarenakan jembatan merupakan struktur yang melintasi sungai atau penghalang lalu lintas lainnya, maka keruhtuhan jembatan akan mengurangi atau menahan lalu-lintas, yang mana mengakibatkan mengganggu kenyamanan masyarakat berlalu lintas dan terganggunya hubungan perekonomian. Jadi penting artinya bila pemeriksaan jembatan merupakan bagian dari Sistem manajemen Jalan. Maksud pemeriksaan Jembatan adalah meyakinkan bahwa jembatan berada dalam keadaan aman terhadap pemakai jalan dan juga untuk mengamankan nilai investasi jembatan itu. Pemeriksaan merupakan suatu proses pengumpulan data phisik dan kohdisi secara struktur jembatan. . Data jembatan dari hasil pemeriksaan digunakan untuk merencanakan suatu program pemeliharaan, rehabilitasi, perkuatan dan penggantian jembatan.
1.2. SISTEM MANAJEMEN JEMBATAN (BRIDGE MANAGEMENT SYSTEM BMS) Pada saat ini sudah dikembangkan Sistem Manajemen Jembatan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga yang berfungsi untuk membuat rencana kegiatan jembatan, pelaksanaan dan pemantauan berdasarkan kebijaksanaan secara menyeluruh. Dalam BMS termasuk didalamnya kegiatan manajemen jembatan mulai dari pemeriksaan, rencana dan program dan perencanaan teknis sampai pada pelaksanaan dan pemeliharaan. Dengan BMS kegiatan-kegiatan tersebut dapat diatur secara sistematik, dengan melakukan pekerjaan pemeriksaan jembatan secara berkala dan menganalisa data dengan komputer dalam Sistem Manajemen Informasi (Management Information System-EMS MIS). Dengan bantuan BMS MIS ini, kondisi jembatan dapat dipantau dan dapat ditentukan beberapa tindakan yang diperlukan untuk meyakinkan bahwa jembatan dalam keadaan aman dan layan, dengan menggunakan dana yang optimum untuk pekerjaan jembatan. Keseluruhan prosedur dalam BMS dijelaskan dalam Panduan Prosedur Umum. Bagan alir BMS dalam gambar 1.1. memperlihatkan hubungan antara pemeriksaan dan proses manajemen jembatan lainnya.
1-1
Gambar 1.1. Bagan Alir Kegiatan BMS
I BAGANKEGIATANBMS I I TINDAKAN DARURAT I
PEMERIKSAAN Pemeriksaan Inventarisasi Pemeriksaan Detail Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan Khusus
I
I
I BMS MIS BRIDGE DATA BASE
I I
I
.
I
IRMS
RENCANA DAN PROGRAM
I
I
KONSTRUKSI Jembatan Baru Penggantian Penggandaan
J
I
I
BINA MARGA MIS
PENYELIDIKAN JEMBATAN DAN DESAIN
I PEMELIHARAAN I
1.2.1.
BATASAN MUATAN
I MONITORING
r
I REHABILITASI I
L
I
BMS - Sistem Manajemen Informasi (BMS MIS)
BMS MIS berisi data base jembatan dan beberapa program komputer yang sesuai untuk : • Memasukkan dan mengambil data pemeriksaan dan data lainnya, • Menyiapkan laporan standar jembatan, • Memeriksa database dan mengambil dalam kombinasi informasi yang bermacammacam, • Skrining dan rankingjembatan serta menyiapkan program penangananjembatan, • Mehyiapkan program jembatan tahunan dan lima tahunan, • Analisa kasus perkasus untuk menentukan strategi penanganan guna menentukan penanganan yang optimum untuk setiap jembatan.
1-2
BMS - MIS dihubungkan dengan Interurban Road Management Sy tem (IRMS) dengan Local Area Network (LAN) di dalam Direktorat Jenderal Bina Marga, dan dengan cara pertukaran floppy disk dengan propinsi-propinsi. Data yang digunakan dari BMS-MIS adalah data lalu-lintas, biaya operasi kendaraan, data referensi, dasar pertumbuhan lalu lintas dan data lainnya dari IRMS, untuk melaksanakan rencana dan program jembatan. 1.2.2.
Pelaporan dan Memasukkan Data
Data hasil pemeriksaan jembatan dilaporkan dalam laporan standard pemeriksaan. Contoh laporan pemeriksaan inventarisasi, detail dan rutin dapat dilihat dalam lampiran 1, yang ada kaitannya dengan laporan IBMS yang digunakan pada waktu pemeriksaan jembatan. Laporan IBMS yang digunakan selama pemeriksaan hams dilaporkan oleh BMS Supervisor secepat mungkin setelah program pemeriksaan ditentukan. Laporan pemeriksaan oleh BMS Supervisor tiap propinsi BMS Supervisor mengatur data yang akan dimasukkan dalam Database BMS. Pekerjaan ini harus dilaksanakan dalam waktu dua minggu setelah pemeriksaan. Sebelum data dimasukkan ke dalam komputer, laporan sementara hasil pemeriksaan jembatan dijilid terlebih dahulu dalam suatu file di kantor BMS. Setelah data dimasukkan ke dalam komputer, laporan dimasukkan dalam data file untuk jembatan yang bersangkutan. Manual data file berisi tidak hanya hasil, pemeriksaan jembatan, melainkan juga perhitungan perencanaan teknis, laporan pelaksanaan dan photo-photo, dan semua dokumen lainnya yang tidak dapat disimpan dalam database BMS. Data file jembatan dan semua database jembatan disimpan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga untuk semua jembatan yang terletak pada ruas jalan nasional dan propinsi. Setiap propinsi menyimpan data file dan komputer database jembatannya sendiri. Floppy disk (diskette) yang berisi database yang terakhir dikirimkan ke Direktorat Bina Program Jalan (BIPRAN) oleh masing-masing propinsi, sehingga database secara keseluruhah dapat dimutakhirkan.
1.2.3.
Laporan BMS
Setelah pemeriksaan jembatan dan semua data sudah lengkap, laporan dimutakhirkan oleh BMS Supervisor dan selanjutnya diserahkan kepada Kepala Seksi Perencanaan untuk didistribusikan kepada staff yang berkaitan. Beberapa laporan seperti Laporan Data jembatan, merupakan hal yang umum yang berisi tentang: IBMS - BD2 : Data Umum Jembatan (untuk semuajembatan) IBMS - BD3 : Kesimpulan kondisi jembatan (dalam format tabel atau grafik) Laporan lainnya seperti Laporan Tindakan Jembatan, merupakan hal yang spesifik, dan hanya berisi daftar nama jembatan yang memerlukan tindakan sebagai berikut: IBMS- ARl Laporan Tindakan darurat- Berisi tentang daftar namajembatan yang memerlukan tindakan darurat, perbaikan atau perkuatan. IBMS - AR2 Laporan Pemeriksaan Khusus - Berisi daftar nama jembatan yang disarankan oleh Inspektur jembatan dilakukan Pemeriksaan khusus. IBMS - AR3 Laporan Pemeliharaan Rutin - Berisi daftar nama jembatan yang memerlukan pemeliharaan rutin dengan kerusakan yang kecil.
1-3
1.2.4.
Skrining dan Ranking Jembatan secara Teknis
Salah satu program dalam BMS MIS adalah modul Skrining dan Ranking Jembatan secara Teknis, yang menggunakan data dari hasil pemeriksaan untuk merekomendasikan jenis penanganan untuk setiap jembatan. Rekomendasi penanganan yang dihasilkan hanya merupakan suatu usulan dan harus diteliti kembali sebelum dilakukan pelaksanaan pekerjaan sebab skrining disini merupakan suatu data yang ekstrim. Untukjenis pekerjaan yang besar, usulan penanganan harus diperkuat dengan pemeriksaan khusus atau jenis pemeriksaan lapangan lainnya oleh staf dari bagian Perencanaan, dan untuk pekerjaan yang kecil, data harus diperiksa guna meyakinkan bahwa data tersebut merupakan dasar ketepatannya. Pada proses skrining dapat diidntifikasikan bahwa jembatan berada dalam kondisi buruk dan kapasitasnya tidak cukup untuk trafik yang ada atau muatannya, dan ranking secara teknis akan membuat urutan prioritas, tergantung pada kriterianya dan tingkat kepentingan ruas jalan dalam suatu jaringan jalan. Jembatan-jembatan yang berada pada urutan atas adalahjembatan yang memerlukan penanganan yang terdahulu. Setelah skrining, data selanjutnya diproses secara ekonomi guna mendapatkan ranking program pekerjaanjembatan. Jadi data hasil pemeriksaan merupakan suatu data yang penting sekali bagi Rencana dan Program Jembatan, dan hal ini dipergunakan untuk membantu para perencana untuk menentukan keputusan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang diperlukan bagi setiap jembatan.
1.3. PEMERIKSAAN JEMBATAN Pemeriksaan jembatan adalah salah satu komponen BMS yang terpenting. Hal ini merupakan sesuatu yang pokok dalam hubungannya antara keadaan jembatan yang ada dengan rencana pemeliharaan atau peningkatan dalam waktu mendatang. Tujuan pemeriksaan jembatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa jembatan masih berfungsi secara aman dan perlunya diadakan suatu tindakan tertentu guna pemeliharan. dan perbaikan secara berkala. Jadi pemeriksaanjembatan mempunyai beberapa tujuan yang spesifik yaitu: • Memeriksa keamanan jembatan pada saat layan; • Menjaga terhadap ditutupnya jembatan; • Mencatat kondisi jembatan pada saat tersebut; • Menyediakan data bagi personil perencanaan teknis, konstruksi dan pemeliharaan; • Memeriksa pengaruh dari beban kendaraan danjumlah kendaraan; • Memantau keadaan jembatan secara jangka panjang; • Menyediakan informasi mengenai dasar dari pada pembebananjembatar. Pemeriksaan dilakukan dari awal sejak jembatan tersebut masih baru dan berkelanjutan selama umur jembatan. Sangat penting artinya bahwa data yang dikumpulkan betul-betul merupakan data yang mutakhir, akurat dan lengkap sehingga hasil yang dikeluarkan ole BMS betul-betul dapat dipercaya. • Detail secara administrasi seperti namajembatan, Cabang Dinas, Nomor Jembatan dan Tahun pembangunannya; • Semua dimensi jembatan seperti panjang total dan jumlah bentang; • Dimensi, jenis konstruksi, dan kondisi komponen-korhponen utama setiap bentang jembatan dan elemen jembatan secara individual; 1-4
• Data lainnya. Data jembatan dikumpulkan dari berbagai jenis pemeriksaan yang berbeda dalam skala dan intensitasnya, frekwensinya dan secara sifat masing-masihg elemen jembatan atau pemeriksaan secara detail. Jenis pemeriksaan yang utama dalam BMS adalah sebagai berikut: • Pemeriksaan Inventarisasi; • Pemeriksaan Detail; • Pemeriksaan rutin. Sebagai tambahan, Pemeriksaan Khysus juga dilaksanakan dalam BMS. 1.3.1.Jenis Pemeriksaan Jembatan Dalam BMS 1.3.1.1.Pemeriksaan Inventarisasi
Pemeriksaan Inventarisasi dilakukan pada saat awal BMS untuk mendaftarkan setiap jembatan ke dalam database. Pemeriksaan inventarisasi juga dilaksanakan jika pada jembatan yang tertinggal pada waktu database BMS dibuat. Selanjutnya pada jembatan barn yang belum pemah di catat, pemeriksruin inventarisasi dilaksanakan sebagai bagian dari Pemeriksaan detail. Pelintasan Kereta Api, penyeberangan sungai, gorong-gorong dan lokasi dimana terdapat penyeberangan ferri juga diperiksa dan didaftar. Pemeriksaan inventarisasi adalah pengumpulan data dasar administrasi, geometri, material dan data-data tambahan lainnya pada setiap jembatan, termasuk lokasi jembatan panjang bentang dan jenis konstruksi untuk setiap bentang. Kondisi secara keseluruhan diberikan pada komponen-komponen utama bangunan atas dan bangunan bawah jembatan. Pemeriksaan inventarisasi dilakukan oleh inspektur dari Dinas/Sub Dinas atau Cabang Dinas Bina Marga yang sudah dilatih atau oleh seorang srujana yang berpengalaman dalam bidang jembatan. 1.3.1.2. Pemeriksaan Detail
Pemeriksaan Detail dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan dan elemennya guna mempersiapkan strategi penanganan untuk setiap individual jembatan dan membuat urutan prioritas jembatan sesuai dengan jenis penanganannya. Pemeriksaan detail dilakukan paling sedikit sekali dalam lima tahun atau dengan interval waktu yang lebih pendek tergantung pada kondisi jembatan. Pemeriksaan Detail juga dilakukan setelah dilaksanakan pekerjaan rehabilitasi atau pekerjaan perbaikan besar jembatan, guna mencatat data yang baru, dan setelah pelaksanaan konstruksi jembatan barn, untuk mendaftarkan ke dalam database BMS dan mencatatnya dalam format pemeriksaan detail. Untuk melaksanakan pemeriksaan detail, struktur jembatan dibagi dalam suatu hierarki elemen jembatan. Hierarki jembatan ini dibagi menjadi 5 level (tingkatan) elemen. Level tertinggi adalah level 1, yaitu jembatan itu sendiri secara keseluruhan dan level yang paling rendah adalah level 5 yaitu individual elemen dengan lokasinya yang tertentu seperti tebing sungai sebelah kanan, tiang pancang ke 3 pada pilar ke 2 dan sebagainya. Pemeriksaan detail mendata semua kerusakan yang berarti pada elemen jembatan, dan ditandai dengan nilai kondisi untuk setiap elemen, kelompok elemen dan komponen utama jembatan. Nilai kondisi untuk jembatan secara keseluruhan didapat dari nilai kondisi setiap elemen jembatan. 1-5
Pemeriksaan detail ini dilaksanakan oleh Inspektur jembatan dari Dinas/Sub Dinas Bina Marga yang sudah dilatih dan dibantu oleh staf dari Cabang Dinas apabila perlu. 1.3.1.3. Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan rutin dilakukan setiap tahun sekali yaitu untuk memeriksa apakah pemeliharaan rutin dilaksanakan dengah baik atau tidak dan apakah harus dilaksanakan tindakan darurat atau perbaikan untuk memelihara jembatan supaya tetap dalam kondisi aman dan layak. Pemeriksaan ini dilaksanakan diantara pemeriksaan detail. Pemeriksaan rutin dilaksanakan oleh inspektur jembatan dari cabang Dinas Bina Marga yang sudah dilatih. 1.3.1.4. Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan khusus dilakukan apabila ada kerusakan jembatan yang tidak terdeteksi akibat sulitnya medan . Pemeriksaan khusus biasanya disarankan oleh inspektur jembatan pada waktu pemeriksaan detail karena ia merasa kurangnya data, pengalaman atau keahlian untuk menentukan kondisi jembatan. Pemeriksaan khusus juga dapat ditentukan dengan cara proses BMS MIS. Pemeriksaan khusus ini dilakukan oleh seorang sarjana yang berpengalaman dalam bidang jembatan atau oleh stafteknik yang mempunyai keahlian dalam bidangjembatan. 1.4. INSPEKTUR JEMBATAN Guna menunjang pelaksanaan pemeriksaan jembatan, diperlukan suatu pelatihan yang benar dan inspektur yang berpengalaman. Perencanaan dan program pelatihan untuk inspektur jembatan diperlukan, sehingga para inspektur memperoleh tambahan ilmu dan dapat meningkatkan kemampuan untuk pemeriksaan jembatan, sehingga standar pelaporan yang baik dapat terus dipertahankan. Tanggungjawab dalam pengangkatan inspektur untuk melaksanakan pemeriksaan jembatan adalah pada Dinas/Sub Dinas Bina Marga Propinsi. 1.4.1. Koordinasi Pemeriksaan Jembatan Sub Direktorat Perencanaan Teknik Jembatan, Direktorat Bina Program Jalan bertanggung jawab atas program pemeriksaan jembatan secara keseluruhan, selanjutnya mengembangkan prosedur pemeriksaan, membuat program pelatihan untuk melatih tenaga-tenaga inspektur, dan untuk melihat serta mengakui inspektur jembatan yang ada di propinsi.
1-6
1.4.2. Inspektur Jembatan Propinsi Inspektur jembatan di propinsi bertanggung jawab pada Kepala Seksi Perencanaan di Dinas/Sub Dinas Bina Marga, melalui BMS Supervisor. Paling sedikit di tiap propinsi ditunjuk 2 (dua) orang inspektur jembatan yang sudah bersertifikat. Inspektur jembatan dapat mempunyai latar belakang seorang sarjana atau srujana muda teknik sipil yang berpengalaman. Pada umumnya paling sedikit mempunyai pengalaman 5 tahun dalam bidang jembatan atau yang berkaitan. Tugas Inspektur Jembatan adalah sebagai berikut: • Membantu menyiapkan program pemeriksaan jembatan; • Mengatur dan melaksanakan semuajenis pemeriksaan; • Memasukkan atau mengawasi pemasukan data ke dalam komputer BMS dan data file BMS; • Berhubungan dengan Cabang Dinas Bina Marga dalam persiapan program pemeriksaan dan memimpin pelaksanaan pemeriksaan; • Mengajarkan cara pemeriksaan kepada staf Cabang Dinas dan Dinas Pekerjaan Urnurn Kabupaten; • Memelihara kendaraan dan peralatan guna Pemeriksaan Jembatan agar selalu dalam keadaan baik. ·
1.4.3. Inspektur dan Keselamatan Pada waktu dilaksanakan pemeriksaan jembatan, inspektur mempunyai dua tanggung jawab yang berhubungan dengan keselamatan: • Keselamatan terhadap pemakai jalan dan • Keselamatan terhadap diri sendiri Pada dasamya dengan cukup pemberitahuan tentang keselamatan akan mengurang1 terhadap kecelakaan dan ketidak nyamanan pemakai jalan. Untuk ini dipergunakan rambu-rambu pemberitahuan dan pembatas-pembatas yang cukup, agar pengaturan lalu-lintas dan pejalan kaki jika perlu. Kendaraan dan pejalan kaki, terutama anak-anak harus dihindarkan. Pemeriksaan jembatan seringkali membuat inspektur dalam keadaan bahaya seperti dalam keadaan lalu-lintas padat, jalan yang sulit, aliran sungai yang deras dan binatang (reptil atau serangga). Bahaya tersebut dapat dikurangi dengan memberi tanda-tanda yang sederhana seperti : • Gunakanlah rambu, pembatas dan pengatur lalu-lintas untuk mengurangi kecepatan kendaraan dan arahkanlah ke jalur yang aman pada saat kegiatan dilaksanakan; • Gunakanlah baju rompi yang berwama menyolok; • Gunakanlah pakaian kerja yang aman, tangga yang kokoh, dan perancah khusus ketika memeriksa bagian jembatan ditempat yang tinggi atau sulit hila diperlukan; • Gunakanlah perahu, pelampung dan tali untuk menambatkan perahu apabila anda sedang bekerja pada arus sungai yang deras; • Hati-hati terhadap kemungkinan adanya ular, kalajengking dan binatang lainnya sebelum membuka semak belukar terutama pada bagian bawahjembatan; • Yakinkan tersedianya bantuan yang cukup dan alat yang sesuai setiap saat.
1-7
1.5.
PANDUAN PEMERIKSAAN. JEMBATAN
Buku Panduan Pemeriksaan Jembatan ini menjelaskan mengenai prosedur pelaksanaan pemeriksaan jembatan dalam BMS. Selain itu, Panduan ini menyediakan informasi tentang elemen jembatan dan kerusakannya, yang dapat digunakan sebagai penuntun dan melatih inspektur. Pahduan ini dibagi dalam 2 bagian : • Bagian 1 menjelaskan mengenai ruang lingkup pemeriksaan jembatan, dan menjelaskan tentang prosedur pelaksanaan untuk setiap jenis pemeriksaan dalam BMS. • Bagian 2 menjelaskan mengenai elemen jembatan dan kerusakannya yang umum terjadi. Panduan ini juga berisi beberapa lampiran dan gambar yang dapat dijadikan sebagai Buku Pegangan Pemeriksaan Jembatan di lapangan.
1-8
BAB2 PEMERIKSAAN JEMBATAN
2. PEMERIKSAAN JEMBATAN
2.1.
UMUM
Pemeriksaan jembatan dilaksanakan dengan menggunakan prosedur yang standar, sehingga pemeriksaan dapat berlangsung dengan efisien dan menyeluruh, dan penilaian kondisi jembatan dapat seragam. Prosedur ini berguna untuk memastikan bahwa : • Data administrasi lengkap dan akurat; • Semua komponen dan elemen jembatan termasuk jalan pendekat, daerah aliran sungai, bangunan atas dan bangunan bawah sudah diperiksa dan kondisinya sudah dinilai; • Semua kerusakan sudah diselidiki dan apakah kerusakan tersebut berarti atau memerlukan suatu tindakan darurat yang harus dicatat. Semua kerusakan yang dicatat tersebut harus diperiksa kembali untuk memantau keadaan kerusakannya atau memeriksa apakah penanganan yang pernah dilaksanakan efektif atau tidak. 2.2.
DASAR-DASAR PROSEDUR
Jembatan tediri dari sejumlah elemen yahg saling berkaitan satu dengan lainnya. Sifat sifatnya kompleks, tetapi untuk pemeriksaan, elemen yang ada dikelompokkan kedalam baberapa komponen sebagai berikut : • Aliran sungai/Tanah timbunan mencakup aliran sungai, tanah timbunan dan bangunan pengaman sungai; • Bangunan Bawah mencakup pondasi, kepala jembatan dan pilar; • Bangunan Atas mencakup struktur bangunan atas, sistem lantai dan lantai kendaraan, expansion joint, perletakan/landasan, sandaran dan perlengkapan. Komponen utama dan elemen utama harus diperiksa pada waktu dilakukan pemeriksaan jembatan. 2.3. PEMERIKSAAN INVENTARISASI DAN RUTIN Pada waktu pemeriksaan inventarisasi dan pemeriksaan rutin, elemen tidak diperiksa secara terperinci. Bagaimanapun juga, seorang inspektur harus memeriksa semua aspek pada jembatan, jadi ia dapat mempercayai bahwa data administrasi, geometrik dan data lainnya selain itu juga bahwa penilaian kondisi komponen utama jembatan adalah benar, sehingga ia tidak mendapat masalah yang mengakibatkan jembatan menjadi tidak aman dan memerlukan tindakan darurat. Hal-hal yang harus dilakukan para inspektur adalah: • Amati jembatan dalam keadaan lalu-lintas penuh, untuk mendeteksi lendutan yang berlebihan dan vibrasi yang timbul; • Periksa kerusakan, kehilangan, perubahan bentuk, karat atau membusuknya elemen dan menilainya; • Periksa landasan dan penahan gempa; • Periksa bagian bawah lantai beton jembatan terhadap retak yang terjadi, apakah selimut beton cukup, adanya karat pada tulangan dan sebagainya. 2-1
• Periksa hilangnya, rusaknya atau membusuknya lantai kayu; • Periksa dan teliti kualitas lapis permukaan lantai kendaraan/terutama pada bagian expansion joint, agar dapat diidentifikasikan kerusakan yang berhubungan dengan timbulnya gaya kejut yang berlebihan atau terhambatnya arus lalu-lintas; • Periksa drainase pada lantai dan jalan pendekat, termasuk adanya tumbuhan dan sampah yang menyumbat jalannya air; • Periksa expansion joint dan penutup karet expansion joint hila ada; • Periksa kerusakan, longgarnya, hilangnya atau berkaratnya sandaran; • Periksa kerusakan pada balok ujung; • Periksa perlengkapan jembatan seperti rambu-rambu, utilitas dan catatlah apabila perlu; • Periksa apakah ada scouring di sekitar kepala jembatan; • Periksa apakah ada keruntuhan, longsor atau amblasnya timbunan; • Periksa kondisi tiang pancang terhadap karat, retak akibat busuk atau penurunan; • Periksa pergerakan yang ada atau amblasnya kepala jembatan; • Periksa keretakan beton dan pasangan batu pada tembok sayap, kepala/ jembatan dan pilar; • Periksa karat atau pembusukan pada kolorn. 2.4.
PEMERIKSAAN DETAIL SECARA UMUM
Daftar pemeriksaan yang ada pada bagian 2.3. jupa berlaku pada saat pemeriksaan detail. Walaupun demikian diperlukan pemeriksaan terhadap semua level pada hierarki jembatan. Kerusakan yang tercatat mungkin merupakan hasil dari masalah yang lampau, yang mana harus ditemukan dan dikenali. Bagian yang berikut menyimpulkan apa yang harus dilihat oleh para inspektur sebagai tanda daripad kerusakan atau kesalahan selama waktu pemeriksaan detail, untuk tiga komponen yang tertulis pada bagian 2.2. Untuk lebih mendalam lagi meng nai individual elemen dan kerusakan ini dapat dilihat pada Bagian 2 Panduan Pemeriksaan Jembatan.
2.5.
DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN TANAH TIMBUNAN
Kebanyakan keruntuhan jembatan disebabkan oleh scouring pada bagian bawah pondasi daft kepala jembatan. Biasanya scouring, ditimbulkan oleh kecepatan aliran sungai yang tinggi yang mengakibatkan tidak cukupnya bukaan sungai (panjang jembatan). Penggalian galian C pada bagian hulu atau hilir sungai juga mengakibatkan terjadinya scouring di sekitar pondasi jembatan, dan ini merupakan masalah yang besar pada sungai. Ketidak tepatan perencanaan pondasi dan pelaksanaan, salah menentukan jenis pondasi (seperti sumuran yang seharusnya tiang pancang), pondasi dikonstruksi terlalu tinggi sebab sulitnya penggalian dan tidak tepatnya lokasi pilar juga dapat menyebabkan terjadinya scouring. Hal yang cukup berarti apabila ditemukan jenis-jenis kekurangan tersebut secara dini dan dilakukan suatu tindakan untuk memperbaikinya guna menghindarkan keruntuhan jembatan.
2-2
• Periksa apakah terjadi penurunan dasar sungai dan scouring di sekitar pondasi, kepala jembatan timbunan jalan pendekat dan bangunan pengaman scouring, serta keterangan-keterangan tentang adanya pengambilan galian C; • Periksa adanya penurunan yang tidak biasa atau kelongsoran pada daerah timbunan jalan pendekat, terutama disekitar kepala jembatan; • Periksa adanya tumbuhan yang berlebihan atau puing bekas jembatan lama yang menghambat aliran sungai di bawahjembatan; • Periksa tanda-tanda banjir atau adanya afflux di daerah bagian sebelah hulu jembatan yang mungkin menandakan bahwa bukaan air tidak cukup dan dapat mengakibatkan scounng; • Periksa kerusakan pada bangunan pengaman scouring; • Periksa terjadinya erosi pada kepala jembatan. 2.6.
BANGUNAN BAWAH
Yang termasuk bangunan bawah adalah pondasi, kepala jembatan, tembok sayap dan pilar. Untuk itu sudah dibuat suatu cara pemeriksaan, seperti dilakukannya pengujian terhadap pergerakan yang tidak biasa, timbulnya retak dan terjadinya kerusakan akibat kecelakaan ysng mengakibatkan perubahan, tekuk atau lepasnya material yang berfungsi struktur. 2.6.1. Pondasi Hampir semua masalah pondasi disebabkan adanya pergerakan yang tidak terlihat. Pada umumnya pondasi mengalami sedikit pergerakan, yang mana apabila hal tersebut kecil dan seragam, tidak akan mengakibatkan kerusakan pada struktur. Pergerakan yang besar, terutama jika terjadi perbedaan pergerakan dapat mengakibatkan kerusakan pada semua bagian struktur kecuali sudah diperbitungkan pada waktu perencanaan. Suatu pergerakan dapat disebabkan karena adanya penurunan (settlement) atau tidak berfungsinya pondasi, scouring dan berubahnya tinggi air normal. Awal suatu pergerakan pondasi sangat sukar, dikenali terkecuali mempunyai suatu alat yang dapat mendeteksinya. Biasanya tanda awal gangguan ini dapat terlihat seperti adanya sesuatu yang aneh secara geometrik struktur, pergerakan landasan dan expansion joint yang berlebihan, dan adanya retak pada kepala jembatan, tembok sayap atau bagian ujung dari balok. Masalah lain pada pondasi adalah menurunnya mutu material pondasi. Perlu diteliti lebih lanjut pada tiang pancang kayu adanya serangan serangga dan jamur yang tumbuh. Pada tiang pancang baja diperhatikan terjadinya karat dan pada tiang beton terhadap retak dan pecah. Pada semua kasus, keadaan tiang pancang tergantung pada posisinya terhadap kondisi tanah, dan tinggi muka air. Terutama pada daerah yang terpengaruh oleh pasang, surut dan bertanah lunak biasanya mudah dideteksi dan diperiksa. Pemeriksaan dibawah, muka air memerlukan tenaga khusus penyelam, dan pemeriksaan untuk kondisi dibawah tanah memerlukan suatu alat khusus, untuk ini diperlukan pemeriksaan khusus. Penurunan mutu semua jenis pondasi dapat dipertimbangkan dari keaktifan dan kadar kirnia air tanah. Contoh air tanah kadang-kadang menunjukkan suatu yang membahayakan, tetapi pemeriksaan secara visual tidak cukup menjamin.
2-3
2.6.2. Kepala Jembatan dan Pilar
• Periksalah adanya retak pada hubungan antara tembok sayap atau pada kepala jembatan itu sendiri, dan jarak yang tidak cukup antara tembok belakang kepala jembatan dengan ujung balok atau diaphragma bangunan atas; • Perhatikan apakah lubahg drainase dan lubang suling-suling dalam keadaan bersih dan berfungsi; • Periksa penurunan mutu beton pada daerah yang terpengaruh pasan surut dan drainase jalan; • Periksa adanya adukan mortar pasangan batu yang retak, tumbuhan liar rembesan air melalui daerah retak, hilang atau hancurnya batu, rontok dan mulainya memburuk mutu pasangan batu. 2.7.
BANGUNAN ATAS
Diperlukah detail perencanaan bangunan atas pada waktu pemeriksaan apabila terdapat lendutan yang berlebihan atau adanya perubahan bentuk, kerusakan akibat tertabraknya salah satu batang diagonal. Secara rinci ·sebaiknya dilihat dari segi struktur dan materialnya. 2.7.1.
Gelagar Beton
• Beton yang rontok perlu perhatian khusus pada bagian 17erletakan/landasan yang kemungkinannya terjadi kerusakan dikarenakan bagian ini menerima gaya gesek dan juga tekanan yang besar. • Retak - situasi arahlbentuk keretakan pada bagian utama seharusnya digambar, sehinga dapat diteliti kekuatan dan kemampuan gelagar beton. Retak yang arahnya diagonal (miring) menunjukkan adanya kegagalan karena gaya lintang, jika retak ini vertikal maka ini menunjukkan bahwa adanya momen yang berlebihan. Ukuran dan tempat retak harus dicatat dan usahakan mengetahui dalamnya retak jika retak, tersebut besar. Nasihat dari seorang engineer mungkin diperlukan dalam melihat dan menentukan apakah retak tersebut merupakan retak yang berarti. • Selimut beton selimut beton ini bialsanya diperiksa dengan cover meter tetapi kadang kadang terlihat bahwa selimut beton tersebut tidak cukup karena tampaknya karat tulangan pada permukaan beton. Bahkan dalam keadaan yang ekstrim tulangan itu sendiri yang terlihat. • Jembatan beton pratekan harus diperiksa secara khusus dan kemungkinan kerusakan yang harus diperiksa adalah sebagai berikut: a. retak memanjang pada bagian flens kemungkinan disebabkan tidak cukupnya tulangan melintang, sedangkan retak melintang pada balok menunjukkan kehilangan gaya prategang yang cukup berbahaya atau salahnya posisi kabel prategang. b. beton yang rontok atau retak mungkin terjadi dekat lengkkungan pipa kabel akibat tidak tertahannya gaya radial. c. Sayangnya, detail yang penting yang berhubungan dengan balok beton pratekan tidak dapat dinilai secara visual. Yang dimaksud adalah posisi dan kondisi kabel. keseragaman dan kepadatan grouting dalam pipa kabel. Beberapa faktor ini masih dapat diperiksa dengan mengebor lubang kecil ke dalam beton, tetapi biasanya 2-4
dengan teknik radiographi untuk mendapatkan data yang lebih baik (pemeriksaan khusus). • Hilangnya plesteran terutama pada bagian yang lemah dan ujung-ujung balok. 2.7.2.
Gelagar dan Rangka Baja
• Karat adalah faktor yang mempengaruhi kondisi struktur baja. Penting untuk mengetahui besamya, lokasinya dan bentuk karat itu. Harus dilakukan usaha untuk menilai besamya luas struktural yang masih bekerja dan mencari penyebab terjadinya korosi. Hubungan antara struktur baja dengan pasangan batu, beton dan material lainnya harus diperhatikan. • Kondisi sistem pelindung - sistem pengecatan mengalami beberapa penurunan mutu dan lebih menguntungkan bila kerusakan diketahui lebih awal sehingga usaha perbaikannya akan lebih ringan. Selain mengadakan pemeriksaan sistem pemeriksaan perlu juga diperhatikan apakah terdapat tumpukan kotorari yang memerlukan pembersihan struktur secara keseluruhan. • Patah (gompal) akan nampak sebagai pemisahan pada batang-batang/elemen dan kemudahan untuk mendeteksi tergantung pada besamya patahan. Ini dimungkinkan oleh beberapa sebab antara kelebihan beban, kegetasan, tegangan akibat korosai atau kelelahan. ' • Retak biasanya terjadi pada bagian las dan bagian besi yang berdekatan yang disebabkan oleh tegangan yang berubah-rubah dan tegangan yang terpusat. Bagian bagian dan sambungan yang menerima beban berat yang berubah-rubah adalah bagian yang paling rawan. Kwalitas las yangjelek dan perubahan penampang yang mendadak adalah bagian yang berpotensi mengalami masalah. • Getaran yang berlebihan dan berbunyi - faktor-faktor ini secara sendiri-sendiri mungkin tidak merupakan faktor perusak, terkecuali jika getaran tersebut menyebabkan resonansi. Ini merupakan indikasi secara umum daripada kondisi struktur, khususnyajika vibrasi dan bunyi meningkat sejak pemeriksaan terakhir. • Perubahan bentuk dan lendutan perubahan dan lendutan yang berlebihan akibat suatu beban adalah suatu indikator tentang kondisi dari suatu struktur. Suatu gerakan kecil akibat dari beban berat lau-lintas biasanya akan mudah terlihat. • Tekuk, melengkung dan bergelombang - istilah ini biasanya berhubungan dengan perubahan bentuk yang terjadi pada batang yang mengalami tekanan. Jika tanda sangat nyata hal ini akan mengurangi ketahanan batang terhadap gaya tekan. • Baut dan paku kelling yang longgar - ini adalah jenis kerusakan yang memerlukan pemeriksaan yang teliti untuk mengetahuinya terkecuaii jika ada gerakan atau suara yang diakibatkannya. Biasanya retakan akan nampak pada lapisan cat diantara pelat buhul dan batang utama, terutama dalam kasus sambungan dengan baut gesek (friction type). • Aus yang berlebihan - dapat timbul pada bagian-bagian yang dapat bergerak, seperti pen pada sambungan rangka. 2.7.3.
Struktur Kayu
• Kondisi perawatan pelindung - penurunan mutu akibat cuaca, bahan kimia dan jamur. Penurunan mutu yang disebsbkan oleh hal-hal tersebut dapat berupa tanda karat pada permukaan sampai pembusukan dari pada kayu, sebagi akibatnya kayu menjadi lunak, 2-5
•
• • •
•
keropos dan rapuh. Perhatian utama harus diberikan pada bagian sambungan, lubang baut dan bagian penunjang. Serangan serangga - berbagai macam rayap, kumbang, semut dan penggerek dapat menyerang kayu dalam berbagai keadaan lingkungan kebanyakan dari kerusakan adalah pada bagian dalam dan untuk mengetahui tingkat kerusakannya diperlukan pengambilan contoh dengan cara pengeboran. Kerusakan akibat api - kerusakan akibat api adalah nyata. Prosedur pemeriksaan haruslah juga meliputi identifikasi bahaya terhadap api. Kerusakan akibat kecelakaan-tabrakan yang keras biasanya menyebabkan pecah atau hancurnya kayu. Getaran, lendutan dan perubahan bentuk yang berlebihan kayu yang baik biasanya dapat menahan lendutan atau perubahan bentuk dengan baik dibawah beban yang berlebihan sebelum timbul kerusakan atau kegagalan. Oleh karena itu bentuk geometri kayu dapat memberikan petunjuk tentang cadangan kekuatannya. Longgar atau berkaratnya baut dan lubang yang tidak dipasak-Kerusakan ini mengarah pada penurunan mutu yang bertahap dan harus dideteksi untuk penanganan perbaikan secepatnya.
2.7.4.
.
Pasangan batu dan Pelengkung Bata
• Penurunan mutu dan rontoknya bidang permukaan - Cuaca dapat mengakibatkan kerontokan dan terlepasnya batu dan batajika keadaan lebih parah. • Terbukanya bagian sambungan dan bergeraknya penyokong dapat menyebabkan lepasnya ikatan adukan antara komponen pelengkung dan bergesemya bata dan batu. Banyak pelengkung pasangan batu dan bata mempunyai cadangan kekuatan sehingga dapat memikul beban lalu-lintas modem dan tidak runtuh. Meskipun demikian getaran yang diakibatkan lalu-lintas modem dapat mengakibatkan lepasnya batu-batu secara lambat laun dan pergeseran adukan yang mana akan banyak mengurangi kekuatan pelengktmg jika dibiarkan terus berlangsung. • Drainase timbunan antara tembok samping bahan timbunan mempunyai potensi untuk menyimpan air dalam jumlah banyak, bertambahnya beban pada pelengkung dan tembok samping sendiri yang mana mengakibatkan penurunan mutu konstruksi dengan cepat. • Penimbunan sampah dan tumbuh-tumbuhan karena kemungkinan tertimbunnya tanah pada beberapa bagian dari struktur, sejumlah tanaman akan menjadi beban dari jembatan. Akar tumbuhan tersebut dapat mengakibatkan kerusakan. • Alinyemen dan geometrik secara keseluruhan - perubahan bentuk yang tidak diharapkan biasanya dapat terlihat sebelum struktur rusak. 2.7.5.
Jembatan Gantung
Pemeriksaan kabel-kabel dan sambungannya seperti dudukan kabel penggantung dan sambungannya, angker, sadel, pengikat kabel, batang penggantung, kabel penggantung dan pelindung kabel pemeriksaan itu mengikuti prosedur umum untuk struktur baja sebagai tambahan faktor-faktor berikut memerlukan perhatian khusus. • Perpindahan atau tergelincimya dudukan kabel penggantung. Sambungan kabel penggantung, sadel dan pengikat kabel dapat mengakibatkan tidak meratanya
2-6
pembagian beban antara bagian-bagian dan ini merupakan indikasi dari suatu tingkat kegagalan pada hubungan antara kabel dengan elemen tertentu yang berpindah. • Putusnya kawat-kawat dalam strands yang besar, yang mana biasanya terbungkus dan terlindungi dari luar, akan sulit untuk dideteksi sampai munculnya suatu tanda yang dapat terlihat dari luar. Meskipun demikian pada daerah angker kawat-kawat yang tidak tertutup dapat dengan mudah diuji, dan ini akan menunjukkan apabila ada kawat yang putus pada suatujarak ditempat yang terbungkus/tertutup. • Kondisi sistem pelindung harus diperiksa untuk menjamin bahwa tidak ada bungkus yang terlepas atau retakan dimana air akan dapat masuk dan menyebabkan karat pada kabel utama. Bungkus kabel, sadel dan splay casting perlu diperiksa terhadap kemungkinan masuknya air. • Tegangan relatif pada pengggntung atau kabel pada jembatan gantung suatu pemeriksaan tentang pembagian beban yang merata antara penggantung-penggantung yang berdekatan dapat dilakukan dengan membandingkan perubahan sudut kabel pada setiap ikatan kabel. Tetapi untuk mendapatkan indikasi yang tepat diperlukan suatu alat khusus dalam pemeriksaan khusus. 2.7.6.
Lantai Beton dan Jembatan Pelat ·
• Retak - perlu disiapkan dan diinformasikan mengenai pola retak beserta ukuran, penyebaran dan dalarnnya retak, diharapkan ada photo retak. Penyebab retak ada beberapa, kadang-kadang penyebabnya jelas dari bentuk dan keadaan retak. Dalam keadaan lain penyebabnya kompleks dan hanya dapat dinilai setelah dipelajari dari catatan yang ada dan gambar, yang berhubungan dengan perhituhgan. Retak dapat juga merupakan suatu tanda dari suatu material dan pekerja, sebagai contoh retak susut, tetapi dalam kasus yang lain, ini dapat merupakan suatu tanda di dalam struktur yang berbahaya, yang dapat terjadi mulai dari kegagalan dari penulangan atau penegangan tendon sampai gaya lintang pada perletakan dan pengangkeran. Diperlukan psmeriksaan khusus. • Aus - hal ini merupakan suatu hilangnya lapisan permukaan dan agregat secara bertahap dan terns menerus. Dalam dan ukuran dari kerusakan ini harus dicatat, sehihgga dapat dipantau perkembangan dari kerusakan yang terjadi. Pada umumnya sesuai dengan pengalaman hal ini terjadi pada permukaan yang exposed terhadap cuaca dan lalu-lintas, tetapi dapat terjadi dibagian mana saja. • Kerontokan - adalah suatu hilangnya beton akibat hancumya pennukaan dan disebabkan oleh mutu beton yang jelek atau berkaratnya tulangan yang menyebabkan bertambahnya gaya di dalam beton yang mengakibatkan retak dan kemudian rontok. • Berkaratnya tulangan - hal ini sulit dideteksi pada tahap awal, tetapi secara bertahap akan terlihat perubahan wama dari permukaan beton dan akhimya beton akan rontok. • Bocor - kebocoran atau merembesnya air melalui retakan dan rongga dalam beton mungkin larutnya calcium hydroxide dan unsur-unsur material lainnya. Pengaruh ini biasanya terjadi pada lantai beton yang lemah dan nyata dengan adahya noda. pennukaan yang mengembang atau adanya suatu lapisan. Dalam waktu ini dapat menyebabkan berkaratnya tulangan, sebab hilangnya secara bertahap kealkalinan beton. • Beton yang keropos dan tembus dapat menyebabkan masuknya air yang menyebabkan berkaratnya tulangan. • Ausnya pennukaan lantai - jika lantai merupakan pennukaan lantai kendaraan untuk lalu-lintas, maka ini akan mengarah pada erosi dan tergosok. 2-7
• Perubahan bentuk, lendutan dan getaran yang berlebihan- faktor-faktor ini merupakan suatu indikasi kondisi penunjang lantai atau kondisi lantai itu sendiri. Disarankan dilakukan pemeriksaan khusus. • Kerusakan akibat kecelakaan - hal ini berupa beberapa jenis termasuk kerusakan pada jembatan layang akibat kendaraan yang tinggi, dan kerusakan setempat pada batang rangka, expansion joint dan kerb yang diakibatkan oleh kendaraan. · • Akibat bahan kimia dipastikan pada daerah yang berlingkungan agresif, keadaan permukaan beton akibat reaksi kimia menjadi rapuh. Bentuk penurunan mutu yang sama dapat teijadi pada daerah yang berlingkungan tidak begitu agresif yang diakibatkan oleh bahan yang cacat atau pekeijaan yang tidak baik.
2.7.7.
Permukaan Lantai Kendaraan
Permukaan lantai kendaraan jembatan dapat terbuat dari beton, baja atau kayu, yang memerlukan penggantian lapisan ausnya dan dapat memberikan gaya gesek yang baik. Kerusakan biasanya adalah : • Retak-retak dapat bermacam-macam bentuknya tergantung pada kondisi kegagalannya dan karakteristik bahan permukaan lantai: Bahan/material yang umum dipakai, seperti aspal, merupakan bahan yang thermoplastik dan mudah retak. Pada beberapa hal, retak merupakan suatu indikasi dari kegagalan bahan permukaan lantai kendaraan, disamping itu juga merupakan indikasi pergerakan yang berlebihan atau menurunnya mutu bagian bawah permukaan lantai kendaraan. Dengan berjalannya waktu, terkupasnya bahan penutup permukaan pada bagian ujung dari retakan akan terjadi dan resapan air akan mengakibatkan hilangnya ikatan antara lapisan penutup permukaan dengan lantai. • Perubahan bentuk yang berlebihan - hal ini terjadi karena pengaruh dari kombinasi beban lalu-lintas dan cuaca panas. Jika terjadi perubahan bentuk yang berlebihan, hal ini akan mengurangi kenyamanan dan dapat menambah beban dinamis dan getaran akibat bergeraknya kendaraan. • Terlepasnya ikatan bahan penutup permukaan lantai kendaraan terjadi sebab lemahnya gesekan atau hilangnya lekatan pada bidang permukaan lantai. Hal ini akan mengarah pada deformasi dan kadang-kadang tertumpuknya bahan penutup permukaan akan membentuk satu gundukan. • Licinnya permukaan lantai kendaraan disebabkan oleh gosokan roda kendaraan. Semakin lama permukaannya akan bertambah licin dan penggantian lapisan permukaan akan diperlukan untuk mengembalikan tahanan geseknya.
2.7.8.
Expansion Joint
Expansion joint biasahya merupakan salah satu titik lemah dari jembatan yang mudah rusak sebab kondisi jelek yang dialaminya. Kerusakan utama yahg harus diperhatikan adalah : • Longgar atau bergeraknya/bergeserhya expansion joint dan bagian-bagiannya ini adalah kegagalan yang paling umum dan biasanya disertai dengan bunyi berderik dan terlepasnya baut, komponen dari expansion joint dan dudukannya. Awal dari longgamya joint biasanya dapat dideteksi dengan adanya retak yang terjadi antara joint dengan bidang permukaan didekatnya; Lambat laun beberapa retakan akan terjadi pada permukaan itu sendiri. Lekatan atau ikatan ke bawah dari dudukan 2-8
•
•
•
•
biasanya dapat diperiksa dengan mendeteksi bunyinya ketika joint dipukul dengan palu. Kebebasan bergerak ruang bebas dan alinyemen - harus terdapat cukup ruahg agar supaya joint dapat berfungsi dalam temperatur yang ada. Ruang bebas dapat hilang dikarehakan gerakan yang tidak terduga yang terjadi pada pondasi bangunan bawah atau bangunan atas. Hal ini dapat terjadi juga akibat pemasangan joint yang salah. Kerusakan ini dapat menghambat pergerakan joiht yahg mengakibatkan timbulnya tegangan pada struktur, atau renggang yang berlebihan pada joint sehingga membahayakan lalu-lintas. Pergeseran joint yang berlebihan - bagian-bagian dari joint dapat bergeser satu sama lainjika ini terlalu banyak hal tersebut dapat mengakibatkan gaya kejut dari lalu-lintas dan dapat juga membahayakan untuk kendaraan kecil dan kendaraan roda dua. Pembuangan air dari joint yang terbuka- kebanyakan dari joint direncanakan dengan gap terbuka dimana air dan kotoran dapat masuk, dalam hal demikian sistem pembuangan air yang baik harus diperiksa. Aspal penutup diatas Joint biasanya lapisan penutup ini mudah rusak dan meningkatkan beban kejut.
2.7.9.
Landasan I Perletakan
Bentuk geometris dan kondisi landasan serta dudukan landasan merupakan indikator penting tentang kondisi landasan tersebut dan kadang-kadang juga menunjukkan kondisi umum jembatan. Mereka biasanya terletak pada titik dimana pergerakan dapat terjadi, oleh karena itu gerakan pada landasan biasanya cukup besar dan dapat diukur dengan alat yang sederhana. • Kondisi landasan dan pelat landasan - bagian-bagian ini harus bebas dari karat dan kotoran yang dapat menghambat pergerakan dan menyebabkan gaya gesek yang berlebihan antara bangunan atas dan bawah. Cukupnya bahan pelumas perlu diperiksa. • Posisi dan alinyemen landasan, dan meratanya pembebanan diantara landasan landasan, harus diperiksa untuk memastikan bahwa ada kontak yang merata pada bidang permukaan landasan tersebut dan bagian-bagiannya terpasang dengan baik. • Landasan harus duduk dengan baik sehingga ada kebebasan untuk bergerak. • Kekencangan baut angker dan murnya harus diperiksa. • Beberapa karakteristik landasan elastomer memerlukan perhatian khusus. Ini harus diperiksa terhadap pecah, sobek atau retak pada karet pembungkus bagian luarnya, dan untuk penggembungan, serta distorsi yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan atau geseran. Tanda-tanda pertama dari kegagalan elastomer biasanya berbentuk retakan horisontal yang terjadi dekat pertemuan antara karet dengan lapisan baja. Landasan juga harus diperiksa untuk gerakan rotasi bangunan atas yang berlebihan yang mana biasanya dapat terlihat dengan perbedaan ketebalan pada bagian depan dan belakang dan landasan. • Dudukan landasan harus diperiksa untuk tanda-tanda dari pergerakan antara dudukan dengan struktur penyokongnya. Hal ini penting khususnya jika dowel atau baut angker tidak dipergunakan untuk memegang landasan elastomer tersebut. • Duduknya bangunan atas pada landasan dan landasan pada bangunan bawah harus diperiksa secara teliti untuk tanda-tanda retak. detail biasanya terjadi akibat dari konsentrasi beban pada bagian tepi dan dapat mengurangi daya kerja dari dudukan dan rusaknya struktur.
2-9
• Landasan geser sederhana dipergunakan pada kebanyakan jembatan-jembatan lama yang akan menjadi sulit bergerak karena usianya, dan jika bahannya terbuat dari timah hitam atau bitumen landasan ini mungkir tidak berfungsi sama sekali. Dalam hal ini kemungkinan terjadinya retakan atau gompalan pada beton pada daerah dudukan dari landasan. 2.7.10. Sandaran dan Perlengkapan • Kerusakan akibat gaya kejut lalu-lintas. Sifat dan tingkat dari kerusakan harus dicatat dan berbagai komponen harus diperiksa secara teliti untuk tanda-tanda kerusakan. • Korosi - sandaran dan pagar pengaman akan sering menerima semprotan air kotor dari jalan, sehingga berada dalam lingkungan yang sangat korosif. Kondisi dari lapisan pelindung harus diperiksa untuk melihat kemungkinan tanda-tanda kerusakan atau korosi. Perhatian khusus hendaklah diberikan kepada bagian dasar dari tiang penyangga. • Kekencangan baut harus diperiksa dengan mempertimbangkan kemungkinan untuk memuai. • Kwalitas dari las- harus diperiksa untuk hlenjamin bahwa sambungan tersebut cukup baik dalam menyalurkan gaya-gaya. • Kondisi tanda-tanda pembatas dan utilitas harus diperiksa. 2.7.11. Drainase Drainase merupakan suatu bagian penting yang harus diperiksa karena air yang terjebak, tergenang, mangalir atau menyemprot dapat menyebabkan kerusakan dengan barjalannya waktu dan juga membahayakan lalu-lintas. Kerusakan utama yang harus diperiksa : • Tanda air pada balok, pelat, pilar dan kepala jembatan mungkin menunjukkan pipa yang bocor, selokan yang tersumbat atau sistem drainase yang tidak memadai. • Tersumbat atau tidak memadainya saluran terbuka dan pipa akan nyata dari air yang tergenang disekitar lubang pembuangan (inlet) setelah hujan besar. Tanda air pada beton menunjukkan tentang tidak memadainya saluran. • Lubang pembuangan (outlet) hams diperiksa untuk meyakinkan bahwa air buangan tidak memancar pada komponen jembatan yang lain dan tidak menyebabkan erosi pada tanah timbunan. • Pipa yang rusak pipa-pipa harus diperiksa untuk kemungkinan kerusakan atau kebocoran. Tanda air dan terkumpulnya kotoran menunjukkan adanya masalah. • Kemiringan permukaan dan lantai pembuangan air ke selokan harus diperiksa untuk meyakinkan bahwa kemiringannya cukup baik dan tidak terganggu dengan pelapisah ulang. • Drainase jalan - air tidak boleh dibuang sehingga menyebabkan erosi.
2-10
BAB3 SISTEM PENOMORAN JEMBATAN
DAFTAR lSI BAB3
3.
SISTEM PENOMORAN JEMBATAN 3.1. PENGERTIAN JEMBATAN 3.2. NOMOR JEMBATAN 3.2.1. Akhiran Ruas Jalan 3.2.2. Jembatan Tambahan/Jembatan yang Belum Tercatat Sebelumnya 3.2.3. Lintasan Atas 3.2.4. Jembatan Ganda 3.3. LOKASI JEMBATAN 3.4. PENOMORAN KOMPONEN DAN ELEMEN JEMBATAN 3.4.1. Penomoran Komponen Utama 3.4.2. Penomoran Elemen 3.5. URUTAN PEMERIKSAAN
3. SISTEM PENOMORAN JEMBATAN 3.1.
PENGERTIAN JEMBATAN
Guna pencatatan dalam database jembatan di BMS, yang dimaksud dengan jembaian adalah jembatan lintasan basah, lintasan kerata api, lintasan ferry, gorong-gorong, yang memiliki ukuran panjang total atau lebar rentang (dalam hal gorong-gorong) labih dari 2 meter.
3.2.
NOMOR JEMBATAN
Nomor Jembatan pada umumnya terdiri dari 9 (sembilan) angka yang khas untuk masing masingjembatan. Contoh dapat dilihat dalam Gambar 3.1. Kadang-kadang Nomor Jembatan mempunyai nomor tambahan dalam bentuk Akhiran Ruas Jalan (link suffix). Akhiran ruas jalan ini dipakai bilamana ruas jalan jembatan telah dibagi-bagi dalam Sistem Manajemen Jalan An!ar kota, atau "Interurban Road" Management System (IRMS), sehingga jumlah lalu-lintas dapat dihitung dengan lebih teliti untuk masing-masing bagian atau sublink (lihat Bagian 3.2.1.)
I I I I I I I I 0
7
0
1
2
0
0
2
4
2
Nonror Jembatan No. Propinsi
No. Ruas Jalan
No. Urut Jembatan
Gambar 3.1. Nomor Jembatan Nomor jembatan menunjukkan urutan posisi jembatan sepanjang ruas jalan tersebut. Dua angka pertama menunjukkan Propinsi. Tiga angka berikutnya menunjukkan Ruas Jalan Tiga angka berikutnya manunjukkan Nomor Urut Jembatan. Jembatan diberi nomor secara urut, dimulai dari jembatan yang paling dekat dengan awal dari Ruas Jalan yang diberi Nomor Urut Jembatan 001. Angka terakhir dalam kesembilan angka pada nomor jembatan tersebut (Akhiran) menunjukkan jembatan tambahan yang sudah dibangun, jembatan yang sebelumnya tidak terdaftar karena tertinggal dalam pendataan, dan juga menunjukkan jembatan yang diduplikasi, misalnya pada jembatan yang barada pada dua jalur yang terpisah. Akhiran ini dapat berupa angka atau huruf (Lihat Bagian 3.2.2 dan 3.2.3). Nomor Propinsi, Nomor Ruas Jalan dan Nomor Akhiran Ruas Jalan diambil dari IRMS dan dapat dilihat dalam laporan IBMS-IRI-Laporan Data Ruas Jalan dan Laporan Lalu Lintas.
3.2.1. Akhiran Ruas Jalan Penggunaan Akhiran Ruas Jalan untuk menunjukkan bagian ruas jalan dimulai beberapa
No. Tambahan
No. Tam
tahun setelah database jembatan selesai, dan akhiran ruas jalan ini tidak mudah digabungkan, pada tempat yang tepat, dengan sembilan angka nomor jembatan yang
3-1
sudah ada, yaitu bersebelahan dengan Nomor RUBS Jalan. Oleh karena itu nomor ini digabungkan secara terpisah dan ditambahkan pada akhir dari sembilan angka yang ada. Semua laporan pemeriksaan harus menggunakan Nomor Akhiran Ruas Jalan yang benar; kalau tidak, BMS MIS tidak akan menghasilkan data IRMS yang benar untuk jembatan tersebut. Akhiran Ruas Jalan sudah dialokasikan pada semuajembatan dalam database. Setiap bagian ruas memiliki titik awal dan titik akhir kilometer. Km lokasi jembatan (Lihat; Bagian 3.3.) harus dicatat dengan benar supaya sesuai dengan Akhiran Ruas Jalan. Jika lokasi km jembatan berada di luar batas km untuk bagian ruas jalan, maka BMS MIS tidak akan mengenal jembatan tersebut. Bagian ruas jalan dalam daerah perkotaan memiliki dua huruf dan angka Akhiran Ruas Jalan dalam bentuk Kl, K2 dan seterusnya. Kadang-kadang bagian ruas di dalam IRMS tidak terletak dalam ruas jalan tersebut. Bagian-bagian ruas tersebut mungkin berupa jalan pintas ataujalan cabang dari ruasjalan utama, seperti terlihat dalam Gambar 3.2. Pada pemeriksa harus berkonsultasi dengan BMS. Supervisor hila menghadapi masalah dalam penomoran Akhiran Ruas Jalan.
PROVINCE No• .S7
,.--
LINK No. 26
.....
E.l\d al Ul'\k
.Unlr.
Unlr.
Unll
Linlc
Sutr"
SuHi•
02
0)
Gambar 3.2 Penggunaan akhiran ruas jalan untuk menunjukkan pada suatu ruas jalan 3.2.2. Jembatan Tambahan/Jembatan yang belum Tercatat Sebelumnya Jembatan tambahan dan yang belum tercatat diberi tanda dengan tambahan nomor (dengan angka) Nomor akhiran ini disarankan merupakan jarak antara Jembatan tambahan dan Jembatan sebelumnya yang telah tercatat dan letaknya paling dekat dengan awal ruas jalan, dan diungkapkan sebagai perbandingan jarak antara Jembatan tambahan dengan jarak jembatan sebelum dan sesudahnya yang telah tercatat. Nomor tambahan memiliki nilai nomor bulat antara 1 dan 9; oleh karena itu, dapat dimasukkan maksimum sembilan Jembatan tambahan antara dua Jembatan yang telah tercatat sebelumnya.
3-2
Jembatan-jembatan tambahan diberikan Nomor Urut Jembatan yang sama dengan jembatan di sebelah Jembatan yang telah tercatat sebelumnya yang letaknya paling dekat dengan Jembatan sebelumnya. Dalam Gambar 3.3, Jembatan-jembatan diatas S. Satu, S. Dua, Jalan Kereta Api dan Jalan Besar telah tercatat sebelumnya dalam Database BMS, oleh karena itu telah memiliki Nomor Jembatan yang berurut (001 sampai 004). Suatu jembatan tambahan (S. Tambahan) ditemukan diantara S. Dua dan Jalan Kereta Api sesudah Database BMS awal ditetapkan. S. Tambahan diberi nomor tambahan 4, karena jarak antara S. Tambahan dan Jembatan sebelumnya yang terdekat dan Jembatan, sesudahnya (Jembatan Kereta Api) adalah empat per sepuluh dari jarak antara S. Dua dan Jembatan Jalan Kereta Api.
. ..
.
,
:
.··
PROVINCE 70
..
I
.
. . '\
End of Link 0. 2
Gambar 3.3 Penomoran Jembatan
Nomor Jembatan untuk kelima jembatan pada Ruas Jalan 012 dalam contoh ini dapat dilihat dalam Gambar 3.4. No. Propinsi
No. Ruas Jalan
No. Urut Jembatan
No. Tambaha
n S. Satu
S.Dua
S. Tamballan (additional bridge)
7
0
0
1
2
0
0
2
4
No. Ruas Tambaha
rn rn rn n
3-3
I I
KeretaApi
Jalan Besar
7
I
0
7
I I
0
I I
0
I I I 4
0
2
I I I I I rn I I I I I 0
0
3
0
1
0
2
0
rn
Gambar 3.4 Penggunaan Nomor Tambahan untuk Penomoran Jembatan Tambahan
3.2.3. Lintasan Atas Jembatanjalan raya yang melintas diatasjalur kereta api dicatat seperti biasa. Jembatan jalan raya yang melintas diatas jalan dicatat pada ruas jalan yang berada diatas jalan. Jembatan kereta api yang melintas diatas jalan biasanya merupakan tanggung jawab Perusahaan Jawatan Kereta Api, dan tidak dicatat ke dalam Database BMS. Bila terdapat keraguan mengenai tanggung jawab akan suatu jembatan termasuk lintas alas kereta api, Inspektur Jembatan harus berkonsultasi dengan BMS Supervisor. 3.2.4. Jembatan Ganda Bila suatu jalan digandakan, misalnya di badan jalan yang ganda, biasanya dibagian jembatan yang terpisah pada masing-masing badan jalan di atas sungai atau jalur kereta api. Contoh dapat dilihat dalam Gambar 3.5 Jembatan yang digandakan diberi tanda dengan suatu akhiran berupa abjad. Akhiran A Digunakan untuk jembatan di jalur sebelah kiri, yang dilintasi oleh kendaraan yang berjalan menjauhi awal dari ruas jalan. Akhiran B Digunakan untuk jembatan di jalur sebelah kanan
I PRO ilbt. ?o.o1s:oo2.A· Jbt. 7o.o'16.ori3 PJNSI 70
I
0
Gambar 3.5 Penggunaan Nomor Tambahan Abjad untuk Penomoran Jembatan yang Digandakan
3-4
3.3.
LOKASI JEMBATAN
Dalam arti jarak, jembatan dibangun dari Kota Asal yang biasanya merupakan awal dari suatu Ruas Jalan. Setiap Kota Asal diberi Kode abjad berjumlah tiga huruf, misalnya, JKT, BDG, dan seterusnya. Jarak diukur dalam kilometer, biasanya dengan menggunakan odometer kendaraan. Setiap jembatan hanya boleh dicatat satu kali saja. Pada awalnya, setiap pemeriksaan dimulai dari Kota Asal dan jembatan diperiksa secara urut sepanjang ruas jalan tersebut, untuk menghindari pencatatan ganda. Angka yang tertera pada odometer dicatat pada titik awal di Kota Asal. Angka pada odometer dibutuhkan untuk menentukan lokasi jembatan. Bila jembatan akan ditambahkan pada database, jaraknya dapat diukur dari jembatan atau patok kilometer yang sudah ada, dan jarak dari Kota Asal dapat dihitung.
ruas asal calam· Km
Gambar 3.6 Lokasi Jembatan 3.4.
PENOMORAN KOMPONEN DAN ELEMEN JEMBATAN
Untuk mencatat kondisi komponen utama dari suatu jembatan atau mencatat lokasi masing-masing elemen atau sekelompok elemen yang cacat, mutlak diperlukan suatu sistem penomoran pada komponen dan elemen jembatan.
3.4.1. Penomoran Komponen Utama Tiga komponen utama digunakan untuk membantu menentukan lokasi elemen dan elemen yang cacat. Ketiga komponen tersebut adalah kepala jembatan pilar dan benteng, yang diberi kode abjad-angka misalnya, AI, PI, 82, Kode-kode ini digunakan pada semua jenis pemeriksaan. Komponen-komponen utama masing-masing diberi nomor secara urut, dimulai dari komponen yang terdekat dengan Kota Asal, seperti dapat dilihat dalam Gambar 3.7.
3-5
a /.••
•• • • ••
•
•• ••
82
'AMH
..13
tWAs· 1
. •
P1
Gambar 3.7 Penomoran Komponen Utama
3.4.2. Penomoran Elemen Penomoran Elemen digunakan hanya untuk menemukan elemen-elemen yang rusak menurut Pemeriksaan Detail. Indivisual elemen-elemen gelagar:, kolom dan rangka, dan bagian-bagian dari elemen seperti batang tepai atas atau bawah dan batang diagonal, diberi nomor secara memanjang, melintang, dan vertikal. Elemen-elemen ini secara berturut-turut diberi nomor pada sumbu X, Y, dan Z seperti yang terlihat dalam Gambar 3.8.
X ( Arah Memanjang ) .
l '\ y ( Arah Melintang
_l
,
Z ( Arah Vertikal )
Gambar 3.8 Penomoran Elemen Elemen-elemen dalam arah memanjang diberi nomor secara urut, dimulai dari elemen yang terdekat dengan kepalajembatan 1 (AI) seperti terlihat dalam Gambar 3.9.
3-6
83.5.2.2
· LINK-+
DIRECTION
J
Connection 83.4.2.3
0
Gambar 30 9 Penomoran Elemen - Arah Memanjang Elemen-elemen dalam arah melintang diberi nomor dari kiri ke kanan bila dilihat dari arah meninggalkan AI seperti terlihat dalam Gambar 30100
link Direction
Gambar 30 10 Penomoran Elemen - Arah Melintangh Penomoran dalam arah vertikal biasanya hanya berlaku pada bagian-bagian dari suatu elemen struktur secara individual, misalnya dalam suatu struktur rangkao Bagian bagian'ini diberi nomor dari atas ke bawah seperti terlihat dalam Gambar 3o ll. 83.5.2.2
0
LINK-+
DIRECTION
J
Connection 83.4.2.3
0
Gambar 3.11 Penomoran Elemen - Arah Vertikal 3-7
3.5.
URUTAN PEMERIKSAAN
Semua pemeriksaan seharusnya diawali dari sebelah kiri kepala jembatan 1 (A1). seperti terlihat dalam Gambar 3.1 2.
AAAH RUAS
:...
Gambar 3.12 Urutan Pemeriksaan Urutan ini berlaku baik untuk jembatan berbentang tunggal atau lebih, dengan kepala jembatan dan bentang akhir yang harus diperiksa sebelum bentang tengah. Urutan mungkin perlu dirubah sesuai dengan jembatan-jembatan yang berbeda-beda karena masalah akses, masalah lalu lintas, dan karakteristik lokasi pilar serta sungai.
3-8
BAB4 PEMERIKSAAN INVENTARISASI
DAFTARISI
BAB4
4. PEMERIKSAAN INVENTARISASI 4.1.
UMUM 4.1.1.
Personalia
4.1.2.
Peralatan dan Material
4.1.3.
Material Acuan
4.1.4.
Urutan Pemeriksaan
4.2. PROSEDUR PEMERIKSAAN INVENTARISASI 4.1.1.
Data Administrasi
4.1.2.
Jenis Lintasan dan Data Geometris
4.1.3.
Data Bentang dan Komponen Utama
4.1.4.
Pedoman Pemberian Nilai Kondisi Inventariasi
4.1.5.
Data Pelengkeap
4. PEMERIKSAAN INVENTARISASI JEMBATAN 4.1.
UMUM
Pemeriksaan Inventarisasi dilaksanakan untuk mencatat data administrasi, dimensi, material dan kondisi setiap jembatan dalam Sistem Manajemen Jembatan. Semua jembatan, lintasan kereta api, lintasan bawah, lintasan ferry, dan gorong-gorong yang memiliki panjang dua meter atau lebih harus dicatat. Secara lebih khusus, Pemeriksaan Inventarisasi dilakukan untuk : • mencatat jembatan dalam Sistem Manajemen Jembatan dengan menggunakan Nomor dan Lokasi Jembatan; • mengukur dan mencatat dimensi keseluruhan dari jembatan dan setiap bentang; • menunjukkan jenis jembatan atau lintasan, komponen utama dan tanggal atau tahun konstruksi; • menilai kondisi komponen-komponen utama bangunan alas dan bangunan bawah jembatan; • mencatat batas-batas muatan atau pembatasan fungsional lainnya pada jembatan yang ada; • menafsirkan dan mencatat pengaruh lebar jembatan yang ada terhadap lalu lintas; • mencatat rincian mengenai detour Galan memutar) yang ada bilamana terjadi penutupan jembatan; • mencatat data banjir tertinggi yang diketahui, tanggal terjadinya dan sumber informasi; • mencatat apakah terdapat gambar jembatan terlaksana dan apakah jembatan merupakan jenis standar. 4.1.1. Personalia
Paling kurang seorang Inspektur Jembatan untuk melaksanakan lnventarisasi, didampingi oleh asisten-asisten lain.
Pemeriksaan
4.1.2. Peralatan dan Material Para inspektur memerlukan peralatan berikut untuk melaksanakan Pemeriksaan Inventarisasi: • formulir laporan pemeriksaan inventarisasi; • kertas untuk gambar atau catatan; • pena; • kendaraan dengan odometer yang berfungsi; • alas pengukur jarak; • meteran pengukur 30 m; • sekop; • parang; • kalkulator; • kamera digital minimal 5 megapixel dengan memory card minimal 1 gigabyte • papan tulis putih kecil dan sepidol yang bukan permanen (untuk menampilkan nama dan nomor jembatan dalam foto).
4-1
4.1.3. Material Acuan Sebelum melaksanakan Pemeriksaan Inventarisasi, para inspektur harus mengumpulkan material berikut ini: • Buku Pegangan Pemeriksaan Jembatan di Lapangan; • Peta yang memperlihatkan ruas jalan propinsi (Peta Peranan Jalan); • Laporan data Lalu Lintas dan Ruas Jalan IBMS-IRI untuk Propinsi yang bersangkutan.
4.1.4. Urutan Pemeriksaan Setiap jembatan harus diperiksa dengan menggunakan urutan berikut ini: • periksa dan catat data administrasi pada Halaman 1 dan 3 dari lLporan Pemeriksaan Inventarisasi - nama jembatan, lokasi, cabang, dan seterusnya; • kelilingi jembatan untuk mengetahui rata letak urnurn dari struktur; • catat jenis lintasan dan ukur serta mencatat data geometrik pada Halaman 3 dari Laporan- jumlah bentang, panjang keseluruhan, sudut miring; • ukur dan catat dimensi bentang pada Halaman 3 dari Laporan - panjang, Iebar antara kerb, Iebar tempat pejalan kaki, dan seterusnya; • tentukan dan catat jenis material, sumber dan kondisi dari komponen utama pada bangunan atas dan bangunan bawah pada Halaman 3 dari Laporan; • tentukan dan catat data pelengkap jembatan pada Halaman 4 dari Laporan pembatasan fungsional yang ada, keadaan lalu lintas, detour dan pemindahan jalan, dan seterusnya; • catat pada Halaman 1 dari Laporan apakah dianjurkan Tindakan Darurat dan alasannya; • buat catatan yang diperlukan dalam bagian Catatan pada Halaman 1 dari Laporan. Selama pemeriksaan berlangsung inspektur harus mengambil photo struktur jembatan yang memperlihatkan: • ketinggian sisi jembatan; • lantai jembatan yang diphoto dari as jalan; • jembatan yang diambil dari sudut 45 dari titik pusat jalan; • hal-hal menarik lainnya termasuk kerusakan dan masalah yang membutuhkan perhatian. Bila perlu, buat gambar agar laporan lebih jelas.
4.2. PROSEDUR PEMERIKSAAN INVENTARISASI Suatu prosedur pemeriksaan standar digunakan untuk memastikan bahwa Pemeriksaan Inventarisasi dilaksanakan dengan cara yang konsisten dan sistematis.
4.2.1. Data Administrasi Data administrasi dicatat dalam kotak-kotak pada Halaman 1 dan 3 dari Laporan Pemeriksaan, seperti yang terlihat dalam Gambar 4.1. Kotak-kotak pada kedua halaman harus diisi, karena masing-masing dapat diphotokopi dan digunakan selanjuntnya untuk tujuan-tujuan yang berbeda. 4-2
Ruas Tambahan
Nama Jembatan
. l
t - . -" 'j /J
,
,
'• I. '• '
•
"
•f
Cabang
- - - --- . . - -
/.1 r { 11, I I t • It,
'
......
·_
......
. Tangga/
¥
-
Dari
Km
Nama Kota Asal
Jarak dari Kola Asa/
Nama Pemeriksa
NIP
.....
Pemeriksaan
No. Jembatan
\
'
I I I I I I I I I I OJ Gambar 4.1. Data Administrasi
Nomor Jembatan Nomor Jembatan ditentukan seperti pads Bagian 3.2. Nama Jembatan Nama Jembatan mungkin tertera pada suatu pelat nama yang tetanam di parapet tepi atau lonengan atau mungkin dapat diperoleh dari survai-survai sebelumnya. Bila tidak diketahui, nama jembatan dapat ditentukan dengan menanyakannya pada penduduk setempat. Demi keakuratan, sebaiknya tanyakan nama jembatan pada kelompok orang secara terpisah. Bila lebih dari satu jembatan memiliki nama yang sama, gunakan tambahan nama kampung atau desa di mana jembatan tersebut berada. Pastikan, ejaannya benar. Cabang Cukup jelas Lokasi Jembatan Lokasi Jembatan (jarak dari Kota Asal dalam kilometer) ditentukan seperti dalam Bagian 3.3 Tanggal Pemeriksaan, Nama lnspektur, NIP Sudah cukup jelas
4-3
4.2.2. Jenis Lintasan dan Data Geometris Data ini dicatat dalam kotak-kotak pada Halaman 3 dari Formulir Laporan Pemeriksaan, seperti yang terlihat dalam Gambar 4.2.
Jenis Lintasan Center, S, KA, JN, L
Jum/ah bentang Panjang Total (m) Sudur Miring (derajat
0 )
Gambar 4.2. Jenis Lintasan dan Data Geometris Jenis Lintasan Jenis Lintasan dicatat dengan menggunakan salah satu kode berikut :
S KA JN L
Sungai Kereta Api Jalan Lain
"Lain" mencakup terowongan pejalan kaki, pipa air, dan seterusnya Jumlah Bentang
Sudah cukup jelas Panjang total (m) Panjang total adalah panjang jembatan yang diukur dari expansion joint ke expansion joint pada kepalajembatan seperti terlihat dalam Gambar 4.3. Panjang total dicatat dengan toleransi 0,1 meter yang dikur sepanjang as jembatan.
4-4
Length
1 :-sp_an
iJ ·--Sp_an.
_ :l
---------------------- .---------------------
_. ,_
!J_
'
I
Length
[:
Span
1
I
Span
.I
:I I
Gambar 4.3 Pengukuran Panjang Total dan Panjang Bentang pada Jembatan
Pelengkung merupakan kasus khusus dan diukur seperti terlihat dalam Gambar 4.4
4-5
I --s---,_s
L
--1
--J
I
1
-- s
l I
11 I . II I · i : i1 1 :: f. : , r · f :: · 1· r i· J: ·· l =; . . .\: .\• :J :: . :.· : . . ..
;:;1· \:=n· -
(
II
.- S----1 SL ,-
I
1
"
I
== I
i
,a
s ---.
I
-
:
!
II
I
J I' 11 .
l
' :::::::3 CJ!Ifl· I ::::;:;;;;;:;1---....J
Gambar 4.4 Pengukuran Panjang Total dan Panjang Bentang Jembatan Pelengkung Sudut miring (derajat
0 )
4-6
Bila as kepala jembatan tidak tegak lurus terhadap as jalan, jembatan disebut jembatan bersudut Sudut miring adalah sudut antara as pilarlkepala jembatan dan garis tegak lurus terhadap as jalan. Sudut miring dapat bersifat positif atau negatif seperti terlihat dalam Gambar 4.5.
.v,
SKEW ANGLE \
\
..,._TO \ BASE TOWN \
j' :.:'( I
I
I
\
\
\
\
·- \\· ·
--·---"\· \
ANGL!:
I
\,. lie \
I+ V, SKEW
\
\
\
'
Gambar 4.5. Sudut Miring pada Jembatan Bila suatu jembatan berupa busur lengkung dibangun di atas tikungan, jembatan tersebut bukan jembatan miring dan dicatat sebagai jembatan busur dalam tikungan atau BK. Gambar 4.6 memperlihatkan suatu jembatan busur ditikungan.
·Jembalan pada suatu lengkungan
Gambar4.6. Jembatan Busur di Tikungan
Tahun Pembangunan 4-7
Informasi ini mungkin sudah tersedia pada pelat nama. Kadang-kadang tahun konstruksi dicatat pada balok ujung atau bagian bawah rangka ujung. Bila tidak, mungkin penduduk setempat dapat membantu. Perkiraan tahun konstruksi dapat dicatat bila tidak ada informasi yang tersedia.
4.2.3. Data Bentang dan Komponen Utama Secara historis, hanya dua komponen utama jembatan, yaitu Bangunan atas dan Bangunan bawah, yang dipertimbangkan dalam Pemeriksaan lnventarisasi. Untuk tujuan Pemeriksaan Detail, diputuskan bahwa komponen utama ketiga, yaitu aliran sungai/tanah timbunan, untuk pengelompokkan elemen jembatan. Tetapi, demi menjaga konsistensi analisis data, Bangunan Atas dan Bangunan Bawah hanya dipertahankan sebagai komponen utama untuk Pemeriksaan lnventarisasi. Data mengenai kelima komponen utama dari Bangunan Atas dan Bangunan Bawah, seperti diuraikan dalam sub-bagian 4.2.3.b, dikumpulkan selama Pemeriksaan Inventarisasi. Laporan Pemeriksaan Inventarisasi memungkinkan data sebanyak 10 bentangan jembatan dicatat pada formulir dalam satu lembar kertas seperti terlihat dalam Gambar 4.7. Gunakan lembar lain bila terdapat lebih dari 10 bentang
l
JJD.a:TClUT liMA PIOOI.Uol
.
No.hW.u
1-t.li-t
!.DUn
!Mr.- haNJ.11
.....
Lebor
LoW
,.
_...,
b.rJ>j[_
IN- J'W-nhtl
T-1
,......
_
...,
jHII'
11
.,.....
Aiao
L/NJ:surTIX
PI!.NDATMN II!MBATAN
7\HU.U......
f'-J.M-..,
I I I
_
IDGIATAN
-
LAPORAN:PEME RIKSAANINVENTARISASJI EMBATAN
lltAac
-c
NAHAIOollll
IQIXTOUT JIICDIULIIICA MAIO.\
'lbloiPtMJtnoe (•) i,ot tJl( u Tolur,..,.
(')
I"
-
.,.....s......
Laalei
p....,;
a...,_ II.....
B-•Niu No.
11-.
l.oolli
(Ia)
(Ia)
T.- bq lloMa
611)
p)
A
II
IC...-
""'""
Ani
JC...ui
c
r
II._ IC...U II
II
r
11...... 8
II
I(....
r
I
-Pior ltllkl I
z
3 p
s
l
f 1 I
'
,
z
L
s
A
f 1 I
It
'
10
lri/1Mik1
C -:
Gambar4.7 Data Bentang dan Komponen Utama
ltooolaJIIC-H.;.,
No. ICepoloJIIC
D
II
,
,-.,. llohaa t
II
, ''"
4-8
a. Data Bentang
Panjang Bentang (m) Panjang Bentang biasanya diukur dari expansion joint pada kepala jembatan sampai expansion joint yang terletak pada pilar, atau dari as pilar ke as pilar seperti terlihat dalam Gambar 4.3 dan 4.4. Panjang bentang diukur dengan toleransi 0,1 meter terdekat. Lebar antar Kerb (m) Lebar antar Kerb diukur dengan toleransi sampai 0,1 meter terdekat (seperti terlihat dalam Gambar 4.8). Bila Iebar pada setiap bentang sama, pengukuran tidak perlu dilakukan pada setiap bentang. Lebar Trotoir (Tempat Pejalan Kaki) (m) Lebar Tempat Pejalan Kaki adalah Iebar total dari kedua trotoir (hila lebih dari satu), yang diukur dengan toleransi sampai 0,1 meter terdekat. I 0
Le.ba'r
•ntar Kerb I
0
••
Lebar Trotolr
=
+ T2
T,
Gambar 4.8. Pengukuran Lebar antar Jalan dan Lebar Tempat Pejalan Kaki
Ruang Bebas Lalu Lintas Vertikal (m) Ruang Bebas Lalu Lintas Vertikal adalah jarak vertikal dari permukaan jalan ke penghalang di atas kepala yang diukur dengan toleransi sampai 0,1 meter terdekat (seperti terlihat dalam Gambar 4.9). Banyak jembatan tidak memiliki pembatasan. Dalam banyak jembatan rangka, ruang bebas lalu lintas vertikal dihambat oleh ikatan angin atas atau suatu penerangan. Bila tidak ada hambatan, masukkan data ke dalam catatan.
,.
,
T1 1
.
1
.ruang bebas '·
0
Gambar 4.9. Ruang Bebas Lalu Lintas Vertikal 4-9
b. Jenis Komponen dan Data Material Data ini dicatat untuk lima komponen utama dari bangunan atas dan bangunan bawah dalam setiap bentang jembatan, sebagai berikut : Bangunan atas: • struktur bangunan atas, yaitu rangka, gelagar, dan seterusnya • permukaan lantai kendaraan • sandaran Bangunan Bawah: • pondasi • kepala jembatan dan pilar Selain itu, sumber atau negara asal dari bangunan atas dicatat juga bila sesuai. Data ini dicatat dengan menggunakan kode abjad yang terdaftar dalam Halaman 2 dari Laporan Pemeriksaan Inventarisasi, dan seperti yang terlihat dalam Gambar 4.10.
B
gorong-gorong persegi y gorong-gorong pipa A gorong-gorong pe/engkung
T gantung sokonganl gantungan
K kayu pasangan bata M pasangan batu G bronjong dan sejenisnya
s
L
H pasangan balll kosong D beton tak berllllang T beton bertulang p beton pratekan B baja u /antai baja bergelombang
R rangka
J
c
G gelagar M gelagar komposite p
plat
ba/ok pelengkung E pe/engkung
s
y pipa baja diisi beton
jembatan sementara
F ferry K
w u
lintasan kereta api lintasan basah lain-lain
C. Asal Bangunan
B. Bahan
A. Tipe Bangunan Alas
E
F
v
N
0
alumunium neoprene I karet teflon PVC geotextile tanah biasallempung atau timbunan
Bawah
w
Australia (permanen) p Australia (semi permanen) T Australia (sementara)
CA LS
cakarayam langsung
TP PB TU
liang pancang liang bar liang ulit
A
B Holland (tipe baru) D Holland (tipe lama) I
u
J
su LL
Kepala Jembatan A cap B dinding penuh K kepalajembatan khusus
swnuran lain-lain
Indonesia Callendar Hamilton (UK) Jepang
Pilar c cap p dinding penuh satu kolom D dua kolom T tiga atau lebih kolom L lain-lain
s
R Australia
s X
L A
Acrow/ Bailey
E. Kepala Jembatan dan Pilar
D. Tipe Pondasi
(Permanen) Australia (semi permanen) tidak ada struktur lain-lain
aspa/
R kerikil/pasir
w
X
L
macadam bahan asli lain-lain
Gambar 4.10. Kode untuk Komponen Bangunan Atas dan Bangunan Bawah
4-10
Bangunan Atas Struktur Bangunan Atas Jenis-jenis struktur bangunan atas yang lazim ditemukan di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4.11. Kode diambil dari Kolom A dalam Gambar 4.10. Material konstruksi untuk sebagian besar struktur bangunan atas dapat dengan mudah ditentukan melalui pemeriksaan visual. Kode diambil dari Kolom B. Asal bangunan atas biasanya mudah terlihat, terutama untuk jembatan rangka dan gelagar standar. Gambar Bangunan Atas Jembatan Standar dapat dilihat dalam Lampiran 3, untuk membantu mengenali Asal bangunan atas jembatan dan pilihan kode dari Kolom C. 8
=
C
= SOKOI GAI /GANTUNGAI
. M
V = GORONG-GORONG PIPA
GORONG-GORONG PERSEGI
G = GELAG/\rl
·
= KOI,I?OSIT 1 1
L
= BALOK PELENGKUNG
EJ·· P=PLAT
I r'
E = PELENGKUN
' :&?:1 1
A = RM GKJ\
Gambar 4.11 Jenis Bangunan Atas. 4-11
Sesudah pendaftaran dalam database, BMS-MIS menggabungkan kode Jenis, Material dan Sumber menjadi kode yang terdiri atas 3 huruf yang menunjukkan jenis bangunan jembatan atau jenis lintasan untuk digunakan dalam laporan BMS, rnisalnya :
RBA RBL
GBJ KXX
wxx
FXX
Rangka Baja Australia Rangka Baja (lainnya) Gelagar Baja Jepang Lintasan Kereta Api Lintasasn Basah Lintasan Ferry
Lantai I Permukaan Lantai Kendaraan Lantai dan Permukaan Lantai Kendaraan masing-masing dicatat dengan menggunakan kode material terpisah dari Kolom B. Materiallantai beton dicatat dalam kolom pertama dan material permukaan lantai kendaraan dicatat dalam kolom kedua.
Sandaran Sandaran mencakup pegangan· tangan, pagar pengaman, dan tiang sandaran. Kode material untuk sandaran sendiri dicatat dalam kolom pertama dan kode material untuk tonggak dicatat dalam kolom kedua. Bangunan Bawah Pondasi Pada umumnya, Jenis pondasi tidak dapat ditentukan di lapangan, terkecuali hila pondasi telah terlihat akibat scouring dan dasar sungai kering. Informasi mungkin dapat diperoleh dari gambar rencana atau catatan konstruksi. Bila tidak ada informasi, kosongkan bagian untuk ini. Bila ada, pilih kode dari Kolom D dalam Gambar 4.10. Hal yang sama berlaku juga untuk Material. Bila informasi dapat diperoleh, pilih kode dari Kolom B. Kepala Jembatan dan Pilar Jenis kepala jembatan dan pilar yang lazim ditenukan dapat dilihat pada Gambar 4.12. Kode diambil dari Kolom E dalam Gambar 4.10. Material konstruksi dapat dengan mudah ditentukan melalui pemeriksaan visual.' Kode diambil dari K61om B.
4-12
PilAR C = Cap
= Oir.jing Penuh
= Satu Kolom
·.
: ; ') P
S
S "' Satu l olom
0 • Oua Kolom
T • llga Kolom olztu
lebih
A• Co p
b Q
D
I< E P A L A J E M B A T A N
B• Dindin g
Penuh
G a m b a r 4. 1 2 Jenis Kepala iembata n dan
Pilar
l< i:. Kcplllla Jembatan Khus n
c. Data Kondisi Komponen Dalam suatu Pemeriksaan lnventarisasi, kondisi komponen jembatan ditentukan secara subyektif, artinya, inspektur menggunakan penilaian dan pengalaman teknisnya (engineering) untuk menentukan kondisi keseluruhan dari kelima komponen utama bangunan alas dan bangunan bawah dalam setiap bentang seperti terdaftar dalam subbagian 4.2.3.b. Masing-masing komponen utama diberikan Tanda Kondisi Jnventarisasi, yang diambil dari tabel pada halaman 2 dari Laporan Pemeriksaan. Tabel ini ditampilkan kembali dalam Gambar 4.13. Kondisi aliran air, artinya, adanya scouring, dapat dimasukkan ke dalam tanda kondisi keseluruhan untuk setiap pilar atau kepala jembatan. Kondisi timbunan tanah dapat dimasukkan ke dalam tanda kondisi untuk setiap kepala jembatan. Pada akhimya, Tanda Kondisi lnventarisasi tidak akan memiliki pengaruh dalam SMS, tetapi bila suatu Pemeriksaan Rinci belum dilaksanakan untuk setiap jembatan dan data yang lebih akurat mengenai kondisi jembatan ·belum tersedia,-BMS MIS mengkonversi
4-13
Tanda Kondisi Inventarisasi menjadi sama dengan Tanda Kondisi Jembatan untuk perbandingan dengan jembatan-jembatan yang telah menjalani Pemeriksaan Oetail. F. PENILAIAN KONDISI UNTUK INVENTARISASI 0. jembatan barn dan tanpa kerusakan 1. kerusakan kecil 2. kerusakan yang memerlukan pemantauan pemeliharaan diwaktu mendatang 3. kerusakan yang memerlukan tindakan secepainya 4. kondisi kritis 5. elemenjembatan tidak beffungsi lags
Catatan atau
Penilaian Kondisi Inventarisasi pada tabel diatas hanya digunakan hila Pemeriksaan Mendetail Jembatan belum dilakukan pada saat yang bersamaan dengan Pemeriksaan Inventarisasi.
4.2.4. Pedoman Pemberian Nilai Kondisi Inventarisasi Kondisi lnventarisasi diberikan sesuai dengan pedoman dalam Gambar 4.14. Nilai Kondisi 0
Nilai Kondisi 1
Nilai Kondisi 2
Nilai Kondisi 3
-
jembatan dalam keadaan baru, tanpa kerusakan
-
cukup jelas. Elemen jembatan berada dalam kondisi baik
-
kerusakan sangat sedikit (kerusakan dapat diperbaiki melalui pemeliharaan rutin, dan tidak berdampak pada keamanan atau fungsi jembatan)
-
contoh: scour sedikit, karat pada permukaan, pagar kayu yang longgar
_
kerusakan yang memerlukan pemantauan atau pemeliharaan pada masa yang akan datang
-
Contoh: pembusukan sedikit pada struktur kayu, mutu pada elemen pasangan batu, penumpukkan sampah atau tanah di sekitar perletakan kesemuanya merupakan tanda-tanda yang membutuhkan penggantian
_
kerusakan yang membutuhkan perhatian menjadi serius dalam 12 bulan)
-
contoh: struktur beton dengan sedikit retak, rangka kayu yang membusuk, lubang pada permukaan lantai kendaraan, adanya gundukan aspal pada permukaan lantai kendaraan dan pada kepala jembatan, scouring dalam jumlah sedang pada pilarlkepala jembatan, rangka baja berkarat
yang mungkin
kondisi kritis (kerusakan serius yang membutuhkan perhatian segera)
Nilai Kondisi 4
Nilai Kondisi 5
(kerusakan
-
contoh: kegagalan rangka, keretakan atau kerontokan lantai beton, pondasi yang terkikis, kerangka beton yang memiliki tulangan yang terlihat dan berkarat, sandaran pegangan/pagar pengaman yang tidak ada
-
elemen runtuh atau tidak berfungsi lagi
-
contoh: bangunan atas yang runtuh, timbunan tanah yang hanyut
4-14
BABS PEMERIKSAAN DETAIL
DAFTARISI BAB5
5. PEMERIKSAAN DETAIL 5.1. UMUM 5.1.1.
Personil
5.1.2.
Peralatan dan Material
5.1.3.
Bahan Acuan
5.1.4.
Pemilihan Jembatan untuk Pemeriksaan secara Detail
5.1.5.
Urutan Pemeriksaan
5.2. SISTEM PEMERIKSAAN SECARA DETAIL 5.2.1.
Umum
5.2.2.
Hierarki dan Kode Elemen
5.2.3.
Kode Kerusakan
5.2.4.
Sistem Penilaian Elemen
5.2.5.
Kerusakan yang Serius
5.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN SECARA DETAIL 4.3.1.
Data Administrasi dan Inventarisasi
4.3.2.
Kesan Secara Keseluruhan
4.3.3.
Daftar Elemen yang RuSak
4.3.4.
Lokasi Elemen yang Rusak
4.3.5.
Pemberian Nilai Kondisi
4.3.6.
Data Lain
4.3.7.
Pemeliharaan Rutin
4.3.8.
Catatan Kecil dan Sketsa
DAFTARISI BABS
5. PEMERIKSAAN DETAIL 5.1. UMUM
5.2.
5.1.1.
Personil
5.1.2.
Peralatan dan Material
5.1.3.
Bahan Acuan
5.1.4.
Pemilihan Jembatan untuk Pemeriksaan secara Detail
5.1.5.
Urutan Pemeriksaan
SISTEM PEMERIKSAAN SECARA DETAIL 5.2.1.
Umum
5.2.2.
Hierarki dan Kode Elemen
5.2.3.
Kode Kerusakan
5.2.4.
Sistem Penilaian Elemen
5.2.5.
Kerusakan yang Serius
5.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN SECARA DETAIL 5.3.1.
Data Administrasi dan Inventarisasi
5.3.2.
Kesan Secara Keseluruhan
5.3.3.
Daftar Elemen yang RuSak
5.3.4.
Lokasi Elemen yang Rusak
5.3.5.
Pemberian Nilai Kondisi
5.3.6.
Data Lain
5.3.7.
Pemeliharaan Rutin
5.3.8.
Catatan Kecil dan Sketsa
5. PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN 5.1.
UMUM
Pemeriksaan secara mendetail dilaksanakan untuk menilai secara akurat kondisi suatu jembatan. Semua komponen dan elemen jembatan diperiksa dan kerusakan-kerusakan yang berarti dikenali dan didata. Secara lebih khusus, Pemeriksaan secara Detail dilakukan untuk : • mengenali dan mendata semua kerusakan penting elemen jembatan; • menilai kondisi elemen dan sekelompok elemen jembatan, dengan secara obyektif menentukan suatu Nilai Kondisi; • melaporkan apakah Tindakan Darurat dibutuhkan dan alasannya; • melaporkan apakah suatu Laporan Khusus dibutuhkan dan alasannya; • melaporkan apakah pemeliharaan rutin yang balk sedang berlangsung. Data dari Pemeriksaan secara Detail dimasukkan dalam Database BMS. BMS MIS marnpu memproses data tersebut dan menganjurkan pemeliharaan setiap jembatan secara keseluruhan yang dapat mengembalikan jembatan tersebut ke suatu kondisi tertentu dan dalam tingkat layak layan.
5.1.1. Pcrsonil Paling kurang dibutuhkan seorang Inspektur Jembatan Propinsi untuk melaksanakan suatu Pemeriksaan secara Detail terhadap suatu jembatan, dengan dibantu oleh seorang inspektur yang terlatih atau lebih dari Dinas, sub-Dinas, atau Cabang Dinas Bina Marga. Asisten dan tenaga kerja lainnya mungkin dibutuhkan tergantung_ dari situasi dan kondisi, seperti lokasi jembatan, kompleksitas struktur dan kondisi lalu lintas.
5.1.2. Peralatan dan Material Para Inspektur membutuhkan peralatan berikut untuk melaksanakan suatu Pemeriksaan secara Detail. Peralatan dan Material • Formulir Laporan Pemeriksaan Detail; • kertas untuk gambar dan catatan; • albs pagan untuk menulis; • pens, pensil dan penghapus; • kamera digital dengan lampu flash • kalkulator • kendaraan dengan odometer yang berfungsi • alat pengukur jarak • meteran pengukur 5 m dan 30m • papan tulis putih kecil den supidol bukan permanen (untuk menampilkan name den nomor jembatan dalam foto) • teropong • lampu center dan batere • kapur untuk menulis • sekop 5-1
• parang • palu
• •
• •
• • • • • • • • • • •
obeng pelarnpung dan batu duga sikat baja sapu kecil kaca pisau saku busur derajat pengukur lebar retak penggans jangka lengkung kedalarn dan ke luar pahat seperangkat feeler gauge seperangkat kunci pas linggis tangga
Peralatan Tarnbahan (sesuai dengan kebutuhah): • perahu • sepatu bot tinggi dan tahan air • penopang • botol contoh air Peralatan Kearnanan : • rornpidentopipengarnan • tanda/rarnbu • kerucut lalu lintas • rornpi apung • tali pengikat 5.1.3. Bahan Acuan Sebelurn rnelaksanakan suatu Perneriksaan secara detail, para inspektur harus rnengurnpulkan bahan-bahan berikut : • Buku Pegangan Perneriksaan Jernbatan di Lapangan; • Peta yang rnernperlihatkan ruas jalan propinsi (Peta Peranan Jalan); • Laporan Data Lalu Lintas dan Ruas Jalan IBMS-IRl untuk Propinsi yang bersangkutan; • Paket Laporan Perneriksaan secara Rinci IBMS-DI2 yang rnencanturnkan sernua jernbatan yang akan diperiksa; • Laporan Data Inventarisasi Jernbatan terakhir IBMS-BD3 untuk setiap jernbatan yang akan diperiksa; • Laporan Data Perneriksaan secara Detail IBMS-BD3 sebelurnnya untuk setiap jernbatan yang akan diperiksa.
5-2
5.1.4. Pemilihan Jembatan untuk Pemeriksaan secara Detail
Pemeriksaan secara Detail pada umumnya dilaksahakan maksimum dalam jangka waktu lima tahun. Paket Laporan Pemeriksaan secara Detail IBMS-DI2 dikeluarkan oleh BMS, yang menggunakan kriteria berikut ini untuk Memilihjembatan yang harus diperiksa: • Nilai Kondisi 3 atau lebih tinggi, dan Laporan Pemeriksaan secara Detail sebelumnya yang dikeluarkan lebih dari dua tahun yang lalu; • Pemeriksaan secara Detail sebelumnya yang dilakukan 4 tahun yang lalu, dan • Peketjaan jembatan besar yang baru diselesaikan, dan Pemeriksaan Detail kemudian dibutuhkan untuk menetapkan data inventarisasi dan kondisi yang baru. Jembatan tidak dipilih untuk Pemeriksaan secara Detail hila panjangnya kurang dari 6 meter, atau tidak ada dalam Program Ketja yang terbaru. Lintasan hasah tidak di periksa. Sesudah Paket Pemeriksaan secara Detail selesai, Laporan Data Inventarisasi terbaru IBMS-BD1 dan Laporan Pemeriksaan secara Detail IBMS-BD3 sebelumnya dapat dipersiapkan untuk setiap jemhatan yang tercantum di dalam Paket, untuk digunakan dalam Pemeriksaan.
5.1.5. Urutan Pemeriksaan
Setiap jemhatan harus diperiksa herdasarkan urutan berikut ini: • konfirmasikan lokasi jemhatan dan catat data administrasi pada Halaman 1 dari Laporan Pemeriksaan secara Detail - nama jemhatan, lokasi, Cahang, dan seterusnya; • periksa Data Inventarisasi Jemhatan pada Laporan Data Inventarisasi IBMS-BDl, dan catat ketepatan atau ketidaktepatannya pada Halaman 1 dari Laporan Pemeriksaan kemudain lakukan koreksi pada Laporan Data hila perlu. • berjalan mengelilingi jembatan dan dapatkan suatu kesan menyeluruh mengenai struktumya. • periksa secara sistematis jembatan yang hersangkutan dari pondasi ke lantai permukaan dan catat elemen-elemen dengan kerusakan, lokasi elemen yang rusak dan Nilai Kondisi, pada Halaman 2 dari Laporan Pemeriksaan. • catat data lain pada Halaman 3 dari Laporan • ambil dari Nilai Kondisi dari elemen tingkat lehih tinggi sesuai dengan keperluan, dan catat pada Halaman 3 dari Laporan Pemeriksaan • catat pada Halaman 2 dari Laporan Pemeriksaan hal-hal apa yang memhutuhkan Pemeliharaan Rutin • catat pada Halaman 1 dari Laporan apakah dihutuhkan suatu Pemeriksaan Khusus atau Tindakan Darurat dan alasannya. Selama Pemeriksaan, Inspektur harus mengambil phooto dan memhuat gamhar-gambar untuk lebih menjelaskan laporan, hila perlu.
5-3
5.2.
Sistem Pemeriksaan secara Detail
5.2.1. Umum
Dasar dari Sistem Pemeriksaan secara Detail adalah penilaian kondisi elemen dan kelompok elemen menurut keadaannya dan keseriusan dari kekurangan/ kelemahannya. Untuk tujuan Pemeriksaan secara Detail dan evaluasi dari kondisi jembatan secara menyeluruh, struktur suatu jembatan dibagi atas hierarki elemen yang terdiri atas 5 level. Level tertinggi adalah Levell, yaitujembatan itu sendiri, dan level terendah adalah Level 5, yaitu elemen kecil secara individual dan bagian-bagianjembatan. Pemeriksaan secara Detail bertujuan mendata kondisi elemen pada Level yang paling tinggi, dan pada Level ini semua elemen memiliki kondisi yang sama. Level tertinggi elemen dinilai adalah Level 3. Dalam sebagian besar situasi, elemen-elemen harus dinilai pada Level 4 atau Level 5. Dalam upaya menyederhanakan prosedur pemeriksaan, hanya kerusakan yang penting yang dicatat selama Pemeriksaan secara Detail. Bila ditemukan kerusakan kecil yang dapat diperbaiki dalam Pemeliharaan Rutin, kerusakan ini hanya perlu dilaporkan dalam Bagian Pemeliharaan Rutin pada Halaman 2 dari Laporan. Untuk setiap elemen yang memiliki kerusakan yang berarti, 5 nilai ditentukan, yaitu: • Nilai Struktur • Nilai Perkembangannya (volume) • Nilai Kerusakannya • Nilai Fungsi • Nilai Pengaruh Setiap nilai diberi angka 0 atau 1, sehingga subyektivitas selama pemeriksaan dapat dihilangkan dan penilaian menjadi lebih konsisten. Elemen atau kelompok elemen dinilai dengan diberikan suatu Nilai Kondisi antara 0 dan 5. Angka-angka tersebut mewakili jumlah dari kelima nilai yang ditentukan di atas. Sesudah penilaian elemen pada Level 5, 4, atau 3, Nilai Kondisi untuk elemen pada Level-level yang lebih tinggi dalam hierarki ditentukan dengan cara mengevaluasi sejauh mana kerusakan dalam elemen pada Level yang lebih rendah dalam kaitannya dengan elemen-elemen pada level yang lebih tinggi berikutnya - apakah elemen-elemen ini dapat berfungsi, dan apakah elemen-elemen lain pada level yang (lebih tinggi) ini. dipengaruhi oleh kerusakan-kerusakan tersebut. Nilai Kondisi untuk elemen Level 3 yang relevan untuk suatu jembatan tertentu ditentukan oleh inspektur di lapangan dengan menggunakan cara ini, dan dicatat dalam Laporan Pemeriksaan. BMS MIS menggunakan Nilai Kondisi pada Level 3 untuk mendapatkan suatu Nilai Kondisi jembatan pada Level 1 dan untuk menentukan strategi pemeliharaan secara keseluruhan untuk jembatan yang bersangkutan. Pemeliharaan yang dianjurkan dapat berbentuk penggantian jembatan bila jembatan berada dalam kondisi kritis. dan biaya perbaikan terlalu tinggi, rehabilitasi jembatan dengan melakukan perbaikan besar atau penggantian komponen utama jembatan, perbaikan elemen individual, atau sekedar pemeliharaan rutin.
5-4
5.2.2. Hierarki dan Kode Elemen Jembatan dianggap memiliki suatu hierarki elemen dalam lima Level. Masing-masing Level mengandung sejumlah elemen atau kelompok elemen, yang masing-masing mempunyai suatu Kode Elemen dengan empat angka. Penggunaan Kode sangat perlu bagi BMS MIS untuk kegiatan pendataan dan pemrosesan. Level tertinggi adalah Level 1 yaitu jembatan itu sendiri. Level ini diberi Kode Elemen 1.000- Jembatan. Level 2 memiliki 3 elemen sebagai berikut: 2.200 - Aliran Sungai/7imbunan Tanah
aliran sungai. dan sekitarnya, termasukjalan pendekatnya
2.300 - Bangunan Bawah
- pondasi, kepala jembatan, dan pilar
2.400- Bangunan Atas
struktur rangka, lantai dan - permukaannya clan elemen lainnyu di atas tingkat 'permukaan lantai
Masing-masing tersebut di atas dibagi lebih lanjut lagi menjadi elemen utama pada Level 3, misalnya, Elemen 2.300 dibagi lagi sebagai berikut: 3.310- Pondasi 3.320- Kepala Jembatan/filar
semua pondasi dari semua kepala jembatan dan pilar - semua kepala jembatan dan pilar
Elemen-elemen tersebut kemudian dibagi lebih lanjut menjadi kelompok elemen pada Tingkat 4, misalnya: 4.321 - Tiang Pancang
- semua tiang pancang pada jembatan
4.322 - Dinding/Kolom Pilar
- semua jenis pilar
4.323- Dinding Kepala Jembatan
- kedua dinding kepala jembatan semua dinding sayap, pada kedua kepala jembatan
4.324 - Dinding sayap
Daftar lengkap Kode Elemen, disusun berdasarkan Level hierarki, dapat ditemukan pada Gambar 8.1 dalam Bagian 2 Buku Petunjuk ini. Untuk elemen-elemen pada Level 5 tidak ada daftarnya karena elemen-elemen tersebut hanya merupakan hal-hal individual dari elemen-elemen Level 4, oleh karena itu Kode Elemennya sama. Bila perlu membedakan antara elemen-elemen pada Level 4, elemen yang rusak dilaporkan pada Level 5 dan lokasi yang bersangkutan harus dicatat. Oleh karena itu Level 5 digunakan untuk menilai elemen kecil secara individual. Dalam hal ini, lokasi elemen harus selalu dicatat sesuai dengan yang diuraikan dalam Bagian 5.3.4. Elemen-elemen pada Level 3 dan 4 dalam hierarki mencakup semua elemen yang mirip pada jembatan, misalnya, Elemen 3.450 - Rangka mencakup semua rangka .dalam
5-5
jembatan, Elemen 4.461 - Ikatan angin Atas mencakup semua lkatan Angin Atas dalam semua rangka pada jembatan.
5.2.3. Kode Kerusakan Untuk tujuan mencatat, kerusakan diberi suatu Kode Kerusakan dengan 3 angka. Kerusakan yang sering ditemukan dalam jembatan diuraikan dalam Bagian 2 dari Manual llli.
Kerusakan biasanya berkaitan dengan material atau dengan elemen. Contoh kerusakan yang berkaitan dengan material adalah : • kerontokan pada beton (Kode 201) • pengaratan dalam baja (Kode 302) • pembusukan dalam kayu (Kode 401) Tabel 9.1 dalam Bagian 2 menyajikan daftar kerusakan yang berkaitan dengan material. Contoh kerusakan yang berkaitan dengan elemen adalah : • scour dalam aliran sungai (Kode 503) • scour dalam timbunan tanah (Kode 515) • pergerakan dalam kepala jembatan (Kode 601) Tabel 10.1 dalam Bagian 2 menyajikan daftar kerusakan yang berkaitan dengan dengan elemen.
5.2.4. Sistem Penilaian Elemen Sistem Penilaian Elemen untuk elemen yang rusak terdiri atas serangkaian pertanyaan yang berjumlah lima mengenai kerusakan yang ada. Pertanyaan-pertanyaam tersebut berkaitan dengan hal-hal berikut : •
Struktur
•
Kerusakan
• Perkembangan (Volume)
• Fungsi • Pengaruh
- apakah suatu struktur dalam keadaan berbahaya atau tidak - sampa1 manakah tingkat kerusakan yang telah dicapai karena kerusakan tersebut, parah atau ringan - apakah kerusakan tersebut sudah atau belum meluas, artinya, apakah kerusakan tersebt terdapat pada kurang atau lebih dari 50% dari panjang, Iuas atau volume elemen. - apakah elemen tersebut masih berfungsi - apakah elemen yang rusak mempunyai dampk yang serius terhadap elemen yang lain atau arus lalu lintas.
5-6
Suatu nilai sebesar 1 atau 0 diberikan kepada elemen sesuai dengan setiap kerusakan yang ada, menurut kriteria yang diperlihatkan dalam Gambar 5.1. Nilai
Kriteria
Nilai
---I0 -----------------------------------tid·-a-berbahaya k -bedicapai sampai kerusakan -y-a --- -Kerusakan rb-a-haparah r-------------------------(R) d ic ap ai s am pa i 0 I Perkembangan -ke-ru-s-ak-an-r-in-g-anm-e-lu-a-s--5-0%--at-au--leb-i-h --(K) r--------------tidak meluas- kurang dari 50% atau lebih mempengaruhi kerusakan 0 Fungsi -m-em-p-e-ng-a-ru-hi-k-e-ru-sa-k-an---0l-m-e-nberfungsi -tid- -(F) r------------------------------e-le-elemen l Pengaruh a-k -be-r-fu-ng-s-i ---r-----------------------------di pe n ga ru h (P) tidak dipengaruhi elemen lain 0 NILAI KONDISI 0-5 i -el-em-e-n-la-in- NK=S+R+K+F+P (NK) Struktur (S)
1
Gambar 5.1 Penentuan Nilai Kondisi Dalam menggunakan sistem ini, nilai Kondisi diberikan pada Level 5, Level 4 atau Level 3. Bila penilaian awal dari suatu elemen (individual) diberikan pada Level 5, maka kelompok dari elemen yang mirip dinilai pada level yang lebih tinggi, yaitu Level 4 dan Level 3, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sama mengenai kelompok elemen secara keseluruhan, sesuai dengan yang diuraikan dalam Bagian 5.3.5. Petunjuk untuk menilai struktur dan Tingkat Kerusakan yang khas diperlihatkan dalam Lampiran 2.
5.2.5. Kerusakan yang serius Pencatatan hanya dilakukan untuk elemen yang memiliki kerusakan yang serius atau berarti. Ini dilakukan untuk menyederhanakan prosedur pemeriksaan dan menekan jumlah elemen yang dilaporkan. Yang dimaksud dengan kerusakan yang serius adalah : • kerusakan tersebut merugikan dan telah berkembang sampai tingkat yang berat, atau • kerusakan tersebut membahayakan dan telah meluas • kerusakan tersebut membahayakan, telah berkembang sampai tingkat kerusakan yang berat, dan telah meluas · Ini berarti bahwa elemen-elemen yang memiliki kerusakan yang berarti akan mendapat Nilai Kondisi paling sedikit 2. Bila suatu elemen memiliki Nilai Kondisi kurang dari 2 (yaitu, 0 atau 1), maka elemen ini berada dalam kondisi yang baik atau memiliki cacat yang kecil dan belum meluas. Elemen seperti ini tidak memerlukan pemeliharaan, atau dapat diperbaiki dalam Pemeliharaan Rutin. Suatu elemen dengan Nilai Kondisi 2 memiliki kerusakan kecil yang telah meluas atau kerusakan besar yang belum melwis. Kondisi elemen-elemen ini membutuhkan
5-7
pemantauan, biasanya dengan tujuan dilaksanakannya suatu perbaikan atau pemeliharaan pada masa yang akan datang.
5.3.
PROSEDUR PEMERIKSAAN SECARA DETAIL
5.3.1. Data Administrasi dan Inventarisasi Identifikasi suatu jembatan harus ditentukan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa jembatan tersebut memang dimaksudkan untuk diperiksa. Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa semua rincian yang tercatat pada pelat nama pada jembatan, bila ada, lokasi dan struktur dasar jembatan. Rincian ini dibandingkan dengan apa yang tertera dalam Laporan Data Inventarisasi IBMS-BDl dan bila ada koreksi yang harus dilakukan karena data hilang atau tidak benar, gunakan pena merah yang tahan air (waterproof). Data Administrasi dicatat seperti biasa, sesuai dengan yang diuraikan dalam Bagian 4.2.1. Kebenaran atau ketidakbenaran dari Data Inventarisasi dicatat dalam kotak pada Halaman 1 dari Laporan Pemeriksaan, seperti yang terlihat dalam Gambar 5.2.
Apakah Data lnventarisasi Betul?
( lingkari jawabanl
Ya
I
Tidak
Apabila data tidak betul, perbaikan dapat dibuat pada Laporan Data Inventarisasi dengan tinta merah
Gambar 5.2 Verifikasi Data Jnventarisasi Laporan Data Inventarisasi yang telah dibetulkan diserahkan kepada BMS Supervisor atau data yang sudah ada dalam BMS database diperbaiki, begitu Pemeriksaan secara Detail telah selesai dilakukan.
5.3.2. Kesan Secara Keseluruhan Dalam upaya memperoleh kesan secara keseluruhan dari jembatan, inspektur harus berjalan di sekeliling dan di bawah jembatan serta mengamati bentuk umum, kondisi secara keseluruhan, dan kinerja dalam keadaan lalu lintas penuh. Hal ini biasanya memakan waktu 10-15 menit untuk suatu jembatan dengan bentang tunggal. Dalam melakukan pengawasan ini, setidak-tidaknya harus lewat satu kendaraan berat. Selama pemeriksaan awal harus dicatat elemen-elemen jembatan yang rusak dan yang penampilan dan kondisinya berbeda dari bagian-bagian lainnya atau elemen-elemen dari suatu bangunan dengan level hierarki yang sama. Hal ini akan membantu inspektur untuk merencanakan permeriksaan secara keseluruhan dan menentukan tingkat dimulainya penilaian elemen. Hal ini dapat dilakukan dengan mudah dengan jalan mengacu pada daftar elemen pada Level 3 yang terdapat dalam Formulir Pemeriksaan, memilih elemen yang_ relevan terhadap, jembatan yang sedang diperiksa, dan mengamati sub elemen dari setiap kelompok Level 3, yaitu pada Level 4, untuk menentukan apakah mereka berada dalam kondisi yang mirip. Kalau inspektur belum mengenali hierarki dari elemen, ia harus mengacu pada daftar Elemen Level 4 itu sendiri untuk melaksanakan kegiatannya.
5-8
Bila semua sub-elemen dari suatu elemen Level 3 (yaitu padLevel 4) berada dalam kondisi yang sama dengan kerusakan yang sama atau tidak ada kerusakan, maka elemen Level 3 yang bersangkutan dapat dinilai tanpa perlu mencatat kerusakan yang berada pada elemen dari Level yang lebih rendah. Bila sub-elemen dari elemen Level 3 berada dalam kondisi yang berbeda atau memiliki cacat yang berbeda, maka kerusakan tersebut harus dicatat untuk sub-elemen yang bersangkutan dan penilaian dilaksanakan pada Level4 atau LevelS. 5.3.3. Daftar Elemen yang Rusak Jembatan harus diperiksa secara sistematis dan setiap elemen yang rusak dan yang terdaftar dalam Halaman 2 dari Laporan Pemeriksaan, sesuai dengan Kode Elemen dan kode Kerusakan. Bila perlu, uraian mengenai elemen dan kerusakan dapat dicatat. Contoh deftar elemen yang rusak dapat dilihat dalam Gambar 5.3. Bila ada lebih dari satu kerusakan yang serius dalam elemen yang sama, masing-masing kerusakan harus dicatat. Bila suatu Laporan Detail dilaksanakan sesudah suatu rehabilitasi atau perbaikan besar, maka semua elemen rusak yang dicatat sebelurnnya harus diperiksa . ulang untuk memastikan bahwa pekerjaan yang dilakuksm benar efektif, dan suatu penilaian barn mengenai kondisi harus dilakukan.
Elemen Kode
Uraian (Pilihan)
Kerusakan Kode
LevelS
Level3-4 Kondisi
Lokasi
Uraian (Pilihan)
A/PIS
4.462
Satang Tepi Sawah
302
Karat
4.461
Satang Tepi Atas
302
Karat
4.463 Satang Diag
302
Karat
4.612 Perletakan
712
Elemen Hilang
3.210 Aliran Sungai
503
Pengikisan
X
y
z s
R
K
F
Kondisi p NK
s
R K
F
Gambar 5.3. Daftar Elemen yang Rusak
5-9
p NK
5.3.4. Lokasi Elemen yang Rusak Lokasi elemen yang rusak ditentukan sesuai dengan Sistem Nomor Elemen seperti yang diuraikan dalam Bagian 3.4.2. Lokasi elemen yang cacat hanya dicatat untuk elemen yang berada pada penilaian Level 5 Contoh penggunaan sistem penomoran elemen untuk menemukan elemen yang rusak dapt dilihat dalam Gambar 5.4. Secara khusus, tabel tersebut menampilkan penggunaan lokasi untuk mencatat elemen tunggal, yaitu, 4.320 Kepala Jembatan dan 4.450 Rangka, yang memiliki kerusakan yang berdampak pada elemen secara keseluruhan, tapi tidak pada elemen yang mirip. Elemen elemen ini dicatat pada LevelS, dengan menggunakan kode dan lokasi elemen. Sebagai perbandingan, elemen-elemen tunggal 3.210 Aliran Sungai_ dan 4.505 Lantai Permukaan Kendaraan lokasinya tidak dicatat, dan ini bearti bahwa seluruh elemen terpengaruh oleh kerusakan tersebut. Elemen 4.612 Perletakan dicatat dengan lokasi A1 saja, dan ini berarti bahwa semua perletakan pada A1 kondisinya rusak. Elemen Kode
Uraian (Pilihan)
Kerusakan Kode Uraian (Pilihan)
.
Lokasi
NP/8
4.462
Satang Tepi Bawah
302
Karat
85
4.461
Satang Tepi Atas
302
Karat
85
4.463 Satang Diag
302
Karat
4.463 Satang Diag
302
4.622 Sandaran 4.612 Perletakan
X
v
YZ
2
Span 5, all bottom chord segments, RH Truss
1
1
Span 5, 1st segment top chord, LH Truss
85
7
1
7th Diagonal, LH Truss
Elemen Hilang
85
7
1
7th Diagonal, LH Truss
302
Karat
85
604
Perubahan Bentuk
A1
1
1
Span 3, LH Truss Bottom Rail (entire) Abutment 1, all bearings
4.21
Aliran Sungai
503
Pengikisan
Waterway (entire)
4.505
Lantai Permukaan
723
Bergelombang
Running Surface (entire)
Gambar 5.4 Lokasi Elemen yang Rusak
5.3.5. Pemberian Nilai Kondisi Sesudah elemen yang rusak dan bentuk kerusakan selesai dicatat. Nilai Kondisi dinilai dengan menggunakan sistem penilaian elemen yang telah diuraikan dalam Bagian 5.2.4. Penilaian pada Level 5
5-10
Contoh : Dalam Gambar. 5.4, Elemen 4.462 memiliki Kerusakan 302 hanya pada batang tepi bawah, batang ini terletak pada rangka RH di B5. Kerusakan karat yang bersifat merusak dan telah menjalar lebih dari 10% potongan melintang batangnya. Oleh karena itu, Nilai Struktur dan Nilai Kerusakan S dan R masing-masing adalah 1. Pengaratan telah meluas keseluruh elemen secara keseluruhan, oleh karena itu Nilai Perkembangan K adalah 1. Batang masih tetap berfungsi, oleh karena itu nilai Fungsi adalah 0. Batang yang berkarat tidak mempengaruhi kinetja elemen lainnya, oleh karena itu nilai pengaruh adalah 0. Jadi, nilai Kondisi elemen ini pada Level 5 adalah 3, seperti yang terlihat dalam kolom yang betjudul Level 5 dalam Gambar 5.5. Penilaian pada Level 4 Sesudah suatu elemen individual dinilai pada Level 5. Nilai Kondisi dari kelompok semua elemen yang mirip dinilai dan dicatat pada Level 4. Contoh: Elemen 4.462 - tidak ada pengaratan pada batang tepi bawah lainnya di rangka manapun di jembatan, dengan demikian Nilai Perkembangan adalah 0 (kurang dari 50% dari semua batang tepi bawah dari jembatan). Nilai Struktur dan Nilai Kerusakan S dan R· tetap 1, karena kerusakan bersifat merusak dan telah menjalar ke lebih dari 10% dari potongan melintang dari batang tepi bawah RH di B5. Jelas bahwa Nilai Fungsi dan Pengaruh tetap 0. Nilai Kondisi pada Level dari Elemen 4.4.62 (semua batang tepi bawah jembatan) adalah 2, seperti yang terlihat dalam kolom yang berjudul "Level 3-4". Dengan cara yang sama, Elemen 4.461, 4.463 dan 4.472 dinilai, pertama-tama pada Level 5 dan kemudian pada Level4, seperti yang terlihat dalam Gambar 5.5. Bila ada lebih dari satu kerusakan dalam elemen yang sama, rusak yang memiliki gabungan Nilai Struktur, Kerusakan dan Perkembangan digunakan untuk menilai Nilai Kondisi elemen. Bila kerusakan memiliki angka yang sama untuk ketiga Nilai tersebut, maka bila salah satu kerusakan mempengaruhi elemen-elemen lainnya atau arus lalu lintas (artinya, Nilai Pengaruh = 1), maka kerusakan tersebut digunakan untuk menentukan Nilai Kondisi dan elemen yang bersangkutan. Contoh : Kerusakan 302 dalam Elemen 4.463 digunakan untuk menentukan Nilai Kondisi dari semua Batang Diagonal, karena angka untuk Nilai Struktur, Kerusakan dan Perkembangan adalah 3 untuk Kerusakan 302 dan hanya 2 untuk kerusakan 303.
5-11
Elemen Kode
Uraian (Pilihan)
Kerusakan Kode
Uraian (Pilihan)
Level 5 Lokasi A/P/8
X
y
Level 3-4 Kondisi
z s
R
K
F
Kondisi
p
NK
s
R
K
F
p
NK
Gambar 5.5 Pemberian Nilai Kondisi Pada Level 5 dan Level 3-4 Penilaian pada Level 3 Sesudah kelompok elemen dinilai pada Level 4, Nilai Kondisi dinilai pada Level 3, dan dicatat pada Halaman 3 dari Laporan Pemeriksaan. Contoh: Dalam contoh dalam Gambar 5.5, tidak ada kerusakan pada rangka di jembatan terkecuali pada rangka di B5. Rangka di B5 merupakan bagian dari-Elemen 3.450 Rangka. Semua elemen yang rusak dalam rangka ini harus dipertimbangkan dalam derivasi Nilai Kondisi untuk Elemen 3.450 pada Level 3, yaitu Elemen-elemen 4.461, 4.462 dan 4.463. Sebenari:lya, elemen-elemen ini memiliki Nilai Kondisi yang sama, dengan demikian tidak menjadi masalah kerusakan mana yang digunakan untuk menentukan Nilai Kondisi untuk Elemen 3.450. Nilai Struktur dan Kerusakan tetap 1, dan Nilai Perkembangan, Fungsi dan Pengaruh tetap 0. Nilai Kondisi pada Level 3 dari Elemen 3.450 (semua rangka di jembatan) adalah 2, seperti yang terlihat dalam Gambar 5.6. Dengan pola yang sama, semua elemen pokok yang memiliki kerusakan dinilai dan dicatat pada Level 3. Contoh: Nilai Kondisi pada Elemen 3.620 - Sandaran diambil dari Nilaii Kondisi dari Elemen 4.622 - sandaran Horisontal, dan tetap 2. Nilai Kondisi dari Elemen 3.610-Perletakan diambil dari Nilai Kondisi Elemen 4.612. Perletakan Karet dan tetap 3. Nilai Kondisi dari Elemen 3.500. Sistem Lantai Jambatan diambil dari- Nilai Kondisi dari Elemen 4.505 - Permukan Lantai Kendaraan. Dalam hal ini, Permukaan Lantai Kendaraan dianggap kurang dari 50% dari Sistem Lantai Permukaan, dan oleh karena itu Nilai Perkembangan untuk Elemen 3.500 adalah Q. Nilai Kondisi sama dengan 3.
5-12
LEVEL3 Code
s
Element
Nilai Kondisi (harus mengisi) A R K F p
NK
1"'"1-----· --· -un ga i - 2- 0 Ba ng- un an Pe ng a ma n 3. - - - - - - - - ---·f-- ---- -- -3.230 - Tanah - -Timbunan - 1---Po3-nd.31-as0 i ---------- -- -- - 1-- 1--3.210 A/iran S
- --
3.320 Kepala Jembatan/Pilar 3 .4 1 0 !e.!!! _G.!!./_ • _ •
-· -- ·- ·- - -·1-- •• Q P-e·lat-·-·-·-·-·-·-·-· -- ·- ·- - -· -.. 3.4203.430 -- ·- ·- - -· 3.440 ? e.l!f!9kf!.P_ • _ • _._ -· •f--·- ·- ·- ·- - -· -·
- ·-
_._ •
3.450
- ·- ·- -·-· -·· -- -- - - -3.500 Sistem Lantai - - - - - - - ----· ---- -3 6. o o Sa m bu ng an La nta i - --- 1-- 1--f!gk ---·-·-·-·-·
--3 .4 8osistem Gantung
1--
-·
3.610
- - - - - - - - ---- - -------· Pe
n
n
d
rle
a
. ...
ta
s
k
a
n
/L
a
-- - - 1---
a
3.620 S andaran 3.700 Perlengkapan 3.80 Gorong-gorong 3.90 Lintasan Basah
f--
1-- 1---
Gambar 5.6 Pemberian Nilai Kondisi pada Level 3
5.3.6. Data Lain Efektifitas suatu Pemeliharaan Rutin yang dilaksanakan pada jembatan dinilai oleh Laporan pendirian sesaat dan Bagian Pemeliharaan Rutin pada halaman 2 dari Laporan Pemeriksaan
5.3.7. Pemeliharaan Rutin Elemen-elemen dengan rusak kesil seperti apa yangh diacu dalam bagian pemeliharaan rutin buiasant\ya dapat diperbaiki oleh tenaga kerja pemeliharaan rutin dan tidak membutuhkan perbaikan yang rumit atau rehabilitasi.
5.3.8. Catataii Kecil dan Sketsa Catatan kecil dan sketsa harus dibuat oleh Inspektur pada Halam 4 dari Laporan Pemeriksaan agar sifat, luas dan lokasi suatu kerusakan atau elemen ang suras lebihjelas. Masukkan Y (Ya) atau T (Tidak) untuk menjawab apakah suatu sketsa telah dibuat atau foto telah di ambil dari elemen yang rusak. Jumlah dan Unit. Masukkan jumlah kerusakan yang ada dan Unit ukuran. Informasi ini dapat berikutnya digunakan untuk memperkirakan biaya perbaikan/ penggantian.
5-13
Tindakan Darurat Bila Inspektur menganggap bahwa suatu kerusakan besar menuntut Tindakan Darurat, hal tersebut harus dicatat dalam kotak yang berkaitan dengan elemen dan kerusakan (masukkan "ya" atau biarkan kosong), dan kemudian dipindahkan ke Bagian "TINDAKAN DARURAT" pada Halaman 1 dari Laporan, tempat alasan untuk Tindakan Darurat dicatat. 5.3.9.Pemeriksaan Khusus
Bila Inspektur menganggap bahwa suatu elemen rusak menuntut suatu Pemeriksaan Khusus, hal tersebut harus dicatat dalam kotak (masukkan "ya" atau biarkan kosong), dan kemudian dipindahkan ke Bagian "PEMERIKSAAN KHUSUS" pada Halaman 1 dari Laporan, tempat alasan untuk Pemeriksaan Khusus dicatat.
5-14
DAFTARISI BAB6
6. PEMERIKSAAN RUTIN 6.1.
UMUM
6.1.1.
Personil
6.1.2.
Peralatan dan Material
6.1.3.
Bahan Acuan
6.1.4.
Pemilihan Jembatan untuk Pemeriksaan Rutin
6.1.5.
Urutan Pemeriksaan
6.2. PROSEDUR PEMERIKSAAN RUTIN
BAB6
PEMERIKSAAN RUTIN
6. PEMERIKSAAN RUTIN JEMBATAN 6.1.
UMUM
Pemeriksaan Rutin dilaksanakan untuk memastikan bahwa perubahan-perubahan tiba-tiba atau yang tak terduga dalam kondisi jembatan secara keseluruhan yang terjadi antara dua Pemeriksaan Detail terdeteksi dan dilaporkan dan agar tindakan yang tepat dapat diambil. Secara lebih khusus, Pemeriksaan Rutin dilakukan untuk: • memastikan bahwa jembatan stabil dan aman. • menentukan apakah Pemeliharaan Rutin yang Efektif sedang dilakukan. • menentukan apakah dibutuhkan Tindakan Darurat. Pemeriksaan Rutin dilaksanakan paling kurang setahun sekali, tapi dapat lebih sering tergantung pada situasi dan kondisi atau keinginan masing-masing Propinsi.
6.1.1. Personil Paling kurang seorang Inspektur Jembatan dibutuhkan untuk melaksanakan suatu Pemeriksaan Rutin, dengan dibantu oleh seor mg tenaga kerja lainnya. 6.1.2. Peralatan dan Material Inspektur akan membutuhkan peralatan berikut untuk melaksanakan suatu Pemeriksaan Rutin. • Formulir Laporan Pemeriksaan Rutin • Formulir Pemeriksaan lnventarisasi (untuk jembatan yang telah dicatat sebelumnya) • peralatan tulis menulis • pena wama merah dan hitam • kendaraan dengan odometer yang berfungsi • meteran pengukur 5 m dan 30m • kamera digital • kalkulator • papan tulis putih kecil dan supidol bukan permanen 6.1.3. Bahan Acuan Sebelum melaksanakan suatu Pemeriksaan Rutin, inspektur harus mengumpulkan bahanbahan berikut : • Buku Pegangan Pemeriksaan Jembatan di Lapangan • Peta yang memperlihatkan ruas jalan propinsi (Peta Peranan Jalan) • Laporan Data Lalu Lintas dan Ruas Jalan IBMS-IRl untuk Propinsi yang bersangkutan • Laporan Paket Pemeriksaan Detail IBMS-Dll yang mencanturnkan semua jembatan yang akan diperiksa • Laporan Data Inventarisasi Jembatan terakhir IBMS-BDl untuk setiap jembatan yang akan diperiksa.
6-1
Catalan: Tujuan Laporan Rutin diuraikan dalam Bagian 6. 1 di atas. Kondisi jembatan atau elemen tidak dinilai selama Pemeriksaan Rutin berlangsung. Yang diperiksa hanyalah apakahjembatan stabil dan aman. Namun, bila keakuratan nilai-nilai kondisi untuk semua jembatan dalam database belum ditentukan kebenarannya, kegiatan updating (pemutakhiran) dan pemeriksaan nilai-nilai kondisi dilakukan bersamaan dengan Pemeriksaan Rutin. Formulir Data Inventarisasi IBMS-D15, yang mencakup semua Data lnventarisasi termasuk nilai-nilai Kondisi untuk setiap bentang jembatan, digunakan untuk tujuan ini, lihat Laporan IBMS-011. 6.1.4. Pemilihan Jembatan untuk Pemeriksaan Rutin Jembatan-jembatan yang harus menjalani Pemeriksaan Rutin pada suatu tahun tertentu dapat ditemukan dalam Paket Laporan Pemeriksaan Rutin IBMS-Dll. Laporan ini mencantumkan semua jembatan yang terdapat di dalam database jembatan, Jembatan yang tidak akan menjalani Pemeriksaan Rutin diberikan kode-kode berikut dalam kolom "CATATAN" • TAK pemeriksaan tidak diperlukan Gembatan panjangnya kurang dari 6 meter) • DET pemeriksaan tidak diperlukan Gembatan termasuk dalam Paket Pemeriksaan Detail) • PGM pemeriksaan tidak diperlukan Gembatan termasuk dalam Program Penggantian yang sedang dilakukan) Semuajembatan lainnya wajib menjalani Pemeriksaan Rutin dalam tahun berjalan. Jelaslah bahwa Paket Pemeriksaan Rutin harus ditentukan sesudah diselesaikannya Paket Pemeriksaan Detail dan Program Penanganan Jembatan Tahunan untuk Penggantian dan Rehabilitasi Jembatan. Sesudah Paket Pemeriksaan Rutin selesai dipersiapkan, Laporan Data Inventarisasi Jembatan IBMS-BDl (atau Formulir Data Inventarisasi IBMS-DI5) dapat dipersiapkan.
6.1.5. Urutan Perneriksaan Setiap jembatan harus diperiksa berdasarkan urutan berikut ini : • tentukan identitas jembatan dan catat Nomor Jembatan dan Data Administrasi dalam kotak yang tersedia. • berjalan mengelilingi jembatan dan dapatkan suatu kesan mengenai kondisi komponen utama dan komponen besar dari jembatan • catat hila dibutuhkan Tindakan Darurat dan alasannya • catat hila dibutuhkan Pemeliharaan Rutin dan alasannya Selama Pemeriksaan, Inspektur harus mengambil photo dan membuat gambar-gambar · untuk menerangkan laporan secara lebih jelas, hila perlu. Catatan dan sketsa dapat dibuat pada Halaman 2 dari Laporan Pemeriksaan Rutin.
6.2. PROSEDUR PEMERIKSAAN UMUM Catat Nomor Jembatan dan Data Administrasi dalam kotak yang telah tersedia, sesuai dengan yang diuraikan dalam Bagian 4.2.1 mengenai Pemeriksaan Inventarisasi Informasi 6-2
ini dapat diarnbil dari Laporan Data Inventarisasi, tetapi harus tetap diperiksa sepintas untuk pemastian ketepatannya. Periksa jembatan dan amati kondisi dari komponen-komponen utarna jembatan seperti berikut ini: • Aliran Air Timbunan Tanah!Pondasi • Kepala Jembatan dan Pilar • Bangunan Atas • Lantai I Lapis Permukaan • Sandaran Tujuan pemeriksaan hanyalah sekedar memeriksa apakah jembatan berada dalarn kondisi Yang arnan atau apakah suatu Tindakan Darurat atau Perawatan Rutin akan dibutuhkan. Oleh karena itu, elemen-elemen jembatan tidak diperiksa secara rinci, tapi aspek-aspek khusus dari jembatan harus diarnati sebagai berikut: • arnati jembatan sewaktu terdapat lalu lintas, untuk melihat apakah terdapat lendutan dan getaran yang berlebihan; • periksa apakah ada rangka yang rusak, hilang, berubah bentuk, karat atau busuk, dan perkirakan pengaruhnya; • periksa perletakan dan seismic buffer (penahan gempa); • periksa bagian sisi bawah lantai beton.untuk melihat apakah terdapat retak, selimut beton cukup, adanya bukti terjadinya pengaratan pada tulangan, dan seterusnya; • periksa dan amati kwalitas lapis permukaan lantai, terutama pada expansion joint antara dinding kepala jembatan dan lantai, supaya dapat diketahui kerusakan apa yang mempunyai pengaruh yang berlebihan atau yang membatasi arus lalu lintas; • periksa drainase pada permukaan lantai dan jalan pendekat, termasuk tanarnan serta sampah yang mungkin mengakibatkan pengumpulan air; • periksa expansion joint dan karetnya; • periksa sandaran apakah ada yang rusak, longgar, hilang atau berkarat; • periksa apakah ada ujung balok yang rusak; • periksa apakah ada perlengkapan jembatan lain seperti rambu-rambu, utilitas, dan catat hila ada perlengkapan yang dibutuhkan; • periksa apakah ada scouring di sekitar tanah timbunan, kepalajembatan dan pilar; • periksa apakah ada penurunan, longsor atau settlement di tanah timbunan; • periksa kondisi tiang pancang apakah ada pengaratan, retak, atau penurunan; • periksa apakah terjadi pergerakan sebelurnnya atau penurunan pada kepala jembatan; • periksa apakah ada retak dalarn beton dan dinding sayap pasangan batu kali, kepalajembatan dan pilar; • periksa apakah terdapat pengaratan atau pembusukan pada kolom. Tindakan Darurat Tindakan Darurat perlu diarnbil hila terdapat kebutuhan mendesak untuk memperbaiki suatu masalah dan pekerjaan ini tidak dapat ditunda lagi untuk dimasukkan ke dalam proyek rehabilitasi jembatan tahunan; artinya, jembatan berada dalam keadaan kritis atau lalu lintas jembatan tidak dapat dilalui dengan aman. Tindakan darurat dibutuhkan dalam keadaan berikut ini : • scouring sekitar tanah timhunan, kepala jembatan atau pilar; • reruntuhan (misalnya pohon besar) yang memberikan beban horisontal yang berlebihan pada pilar atau pengendapan dan tumbuhan yang mengancam saluran a1r; • kolom atau balok jembatan yang rusak, hilang, berubah bentuk, berkarat atau membusuk sedemikian rupa sehingga ada kemungkinan runtuh; 6-3
• lubang pada permukaan lantai jembatan yang mungkin membuat jembatan tidak aman bagi pejalan kaki, pengendara sepeda, pengendara sepeda motor dan pengemudi kendaraan lain; • penurunan atau gerakan pada kepala jembatan atau pilar yang mungkin merupakan indikasi bahwajembatan mempunyai potensi untuk runtuh; • longsor pada daerahjalan pendekat dekat kepalajembatan. Bila dibutuhkan suatu Tindakan Darurat, rincian komponen atau elemen yang membutuhkan tindakan tersebut harus dicatat dengan mencantumkan nama dan lokasi komponen atau elemen, dan alasan seperti yang terlihat dalam Gambar 6.1. TINDAKAN DARURAT Apakah Tindakan Darurat Disarankan?
( lingkarijawabanl
I
Ya
Tidak
Elemen-elemen yang memerlukan Tindakan Darurat Komponen
Lokasi
.
Alas an untuk melakukan Tindakan Darurat
Gambar 6.1
Tindakan Darurat
Pemeliharaan Rutin Bila dibutuhkan suatu Pemeliharaan Rutin, aspek-aspek khusus yang diperhatikan harus dicatat, seperti yang terlihat dalam Gambar 6.2. PEMELIHARAAN RUTIN 1
Apakah ada penumpukan puing atau rintangan di szmgai?
(lingkari jawab
Y a
T id
-- -- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - --- - -:- - Tidak 2 A p ak a h ad a p en u m pu k an k o to ra n p a da e le m Ya -e3-nj-A-emp--akba-ata-h n-ad?----------------a tu m b u ha n li a k
-- -- - -- - --- --Ya - ------------------------------------------T id -- ----------------------------------------------------- ak- ar ?
4
A p ak a h
pi pa c u cu r an a ir d i
la nt a i a d a
ya n g
--
te rs u m ba
-t? - - - - - - - - - - -Y -a - T- i -da- k- - - - - - - - - - - - - - -
-- - -- - - - ------------------A p ak a h dr a in as e ai r di d a er ah t im b u na n ti da k c Tidak -u ku- - p-?- - - - - - - - - - - Y- a- - - - - - - - - - - - - -:-----6 - - --------------------- - - - -A-p-ak-ah -ad-a-lu-b-an-g-dY-aa-n -Tpei-rm -u-k-aa-n-y-an-g-b-e-rg-el-omda k b-a-n-g?-------------------- - -- - - - -7--A-p-ak-a-h -sa-n-da-ra-n-p-er-lu-d-i-cat?-----------------------------------Y-a -:-T-id-a-k-98-Apakah -A-p-platak-nama -pl-a/au -om-o-r-s-al-ah-a-/a-u-h-i/-ana-hsalah at-nhilang? Ya Tidak 5
- ------------------------------Y-a --T-i-da-k-
g ?
Gambar6.2 Pemeliharaan Rutin
6-4
BAB7 PEMERIKSAAN KHUSUS
DAFTAR lSI BAB7
7 PEMERIKSAAN KHUSUS 7.1. UMUM 7.2. PERSONIL 7.3. TEKNIK PEMERIKSAAN KHUSUS 7.3.1. Metode Penilaian Material a). Penilaian Sepintas Terhadap Kekuatan Beton b). Penilaian Mutu Beton in-situ c). Uji Coba Dinamis Yang Tidak Merusakan d). Penilaian Pengaratan e). Deteksi Keretakan Dalam Baja Bangunan f). Deteksi Kegagalan Kabel atau Kawat g). Penggunaan Radigrap Paad Bangunan Beton 7.3.2. Metode Penilaian Perilaku Global di Bawah Beton a). Pengukuran Pergerakan b). Pengukuran Ektensometrik c). Pengukuran Kekuatan dan Tekanan d). Penilaian Properti Dinamis e). Metode Membongkar dan Memuat 7.3.3. Teknik dan Peralatan Lainnya a). Penilaian Dalam Bawah Air b). Mengukur Ketebalan Lapisan c). Mengukur Selimut Beton, Mendeteksi Bar Tulangan dan Menentukan Ukurannya
7. PEMERIKSAAN KHUSUS JEMBATAN 7.1.
UMUM
Pemeriksaan Khusus dilaksanakan hila inspektur kekurangan informasi, pelatihan, atau pengalaman untuk menilai secara tepat kondisi jembatan. Pemeriksaan khusus dilakukan apabila ada kerusakan jembatan yang tidak terdeteksi akibat sulitnya medan Pemeriksaan Khusus dilakukan untuk : • manganalisa material atau memantau kinerja komponen-komponen tertentu yang dideteksi memiliki kerusakan, atau pergerakan dengan menggunakan peralatan khusus; • menjangkau lokasi yang biasanya tidak dapat diperiksa oleh inspektur dengan metode visual atau normal • melengkapi suatu Pemeriksaan secara Detail Pemeriksaan Khusus mungkin membutuhkan teknik-teknik dan peralatan yang canggih, tanpa melepaskan teknik-teknik visual dan pengetahuan dan penilaian dalam bidang Teknis (engineering). 7.2.
PERSONIL
Pemeriksaan Khusus dilaksanakan oleh seorang sarjana teknik yang berpengalaman dalam bidang jembatan dan memiliki pengetahuan yang baik mengenai perencanaan teknis dan pelaksanaan jembatan, teknik material dan metode perbaikan. Dalam banyak hal, diperlukan nasihat dari unit yang berwenang dalam hal ini adalah Sub. Direktorat Perencanaan Teknik Jembatan, Direktorat Bina Program Jalan. Sarjana teknik tersebut juga dapat meminta nasihat dari PUSLITBANG JALAN atau AIR dalam rangka menjalankan Pemeriksaan Khusus dan uji coba.
7.3.
TEKNIK PEMERIKSAAN KHUSUS
Teknik dan peralatan yang harus dipilih berkaitan dengan jumlah jembatan yang akan diperiksa, keahlian yang tersedia dan tingkat serta jenis pemeriksaan. Uji coba yang merusak atau setengah merusak dilakukan untuk menentukan apakah properti fisika, kimia, mekanis atau lainnya sudah menaati ketentuan Standar Spesifikasi Jenis uji coba ini pada umumnya merupakan suatu perkecualian. Sebagian besar uji coba yang digunakan dalam pemeriksaan jembatan bersifat tidak merusak. Teknik-teknik ini sudah mapan dan mempunyai relevansi langsung dengan praktek-praktek pemeriksaan. Teknik dan metode yang dapat diandalkan sangat bervariasi dan telah dikembangkan sedemikian rupa agar cocok dengan penilaian properti gerakan, regangan, tekanan, dinamika dari material dan struktur. Gambar 7.1 menunjukkan kemungkinan dari serangkaian metode penilaian.
7-1
Penilaian Atas
Pilihan Metode 3
beton kekuatan mutu laminasi selimut mendetksi dan menentukan lokasi tulangan
"schmidt-hammer" ultra-sonik, getaran, radiografik sounding detektor magnetik detektor magnetik
keretakan
ultra-sonik; detektor keretakan akustik; penentu keretakan magnetik; penembus pewarna; magnetic flux
kegagalan kabel/kawat
induktiflmagnetik; radiograflk; spying akustik;
karat
electrical halfcell potential; induktiflmagnetik;
baja
perilaku global pergerakan
·peralatan survai; fotogrameter; inductive transducer; clinometer; dial gauges; pengukur tekanan; meteran.
ukuran ekstensometrik kekuatan/tekanan
ekstensometer; peralatan mekaniklhidrolik!listrik; pressure transducer; load cells
ketebalan lapisan merambah tanah air chloride dalam beton
pengukur ketebalan lapisan cat; alat radiometer; daya tahan listrik analisa kimia basah untuk chloride total
lain-lain
Gambar 7.1 Pilihan Metode Penilaian
7.3.1. Metode Penilaian Material a). Penilaian Sepintas terhadap kekuatan Beton Schmidt-hammer digunakan untuk, penilaian sepintas yang tidak merusak atas kekuatan beton. Alat mekanik ini menggunakan calibrated spring dan dipakai pada permukaan yang telah dipersiapkan dengan benar. Kekuatan melambung diukur dan dapat dibaca pada peralatan. Daftar kekuatan beton yang berhubungan, dapat ditemukan dalam suatu tabel. Pada umurnnya setidak-tidaknya ambil tiga ukuran dan gunakan nilai rata-ratanya. Peralatan ini memberikan nilai yang indikatif dan bukan nilai yang tepat. b). Penilaian mutu beton in-situ Metode ultra-sonik membantu dalam menilai hal-hal berikut : • penilaian homogenitas beton, • pengisoliran kemungkinan kerusakan (misainya, kehadiran benda-benda asmg, keretakan, densitas yang tidak memadai), 7-2
• penilaian ketebalan beton dengan akses pada satu muka saja (misal pelengkung, kepala jembatan) · • penilaian kekuatan beton segera sesudah setting (memberikan hasil memuaskan antara satu dan sepuluh hari sesudah setting). Metode-metode tersebut didasarkan pada ukuran propagasi gelombang ultra-sonik. c).
Uji coba dinamis yang tidak merusakkan
Teknik ini digunakan untuk menilai tiang pancang. Pada permukaan suatu kepala pancang dipasangkan suatu vibrator elektro-dinamis, yang mendapat aliran sinus dengan frekuensi yang berkisar antara 20 sampai 1.000 Hz. Energi yang dialirkan ke ketiang pancang beljalan secara vertikal ke ujung tiang pancang dan dari tempat ini sebagai dari energi ini dipantulkan kembali ke kepala tiang panc g. Kekuatan yang dialirkan kepala tiang pancang dipertahankan pada tingkat yang konstan. Kecepatannya tergantung, pada rasio antara energi yang masuk dan energi yang keluar yang dipantulkan. Semua interpretasi dari hubungan frekwensi kecepatan akan memberikan keterangan mengenai mutu tiang pancang (kekakuan, kontinuitas, kemungkinan cacat).
d). Penilaian Pengaratan Penilaian tingkat pengaratan dalam beton tulangan dapat dicapai dengan mengukur pc listrik halfcell dengan menggunakan halfcell sulfat tembaga yang disaturasi. Untuk ini biasanya diambil dengan pola grid (kurang lebih 1,2 m). Metode ini tampaknya efektif dalam menunjukkan luas pengaratan pada baja tulangan. Namun dapat disimpulkan secara umum bahwa semakin ekstensif daerah dengan potensial aktif, semakin luas pengaruhnya. Untuk memeriksa apakah tali kabel atau kawat mengalami pengaratan atau penurunan dapat digunakan suatu teknik pengukuran induktif-magnetik. Untuk melakukan dibutuhkan suatu persediaan tenaga dengan frekwensi yang relatif tinggi. Teknik ini diterapkan pada kabel jembatan gantung dan ternyata hasilnya Memiliki tingkat kean setinggi 75%. Diperkirakan riset lebih lanjut akan dilakukan untuk mengembangkan metode ini.
e).
Deteksi keretakan dalam baja bangunan
Metode tembusan pewarna dan partikel magnetik merupakan cara yang konvensional, berguna dalam mencari dan mendeteksi keretakan. Teknik-teknik ultra-sonik kerap dan secara berhasil digunakan dalam mencari mendeteksi keretakan. Retak-retak yang tersembunyi dapat ditemukan dengan teknik sonik. Retak retak tersebut biasanya membutuhkan persiapan perrnukaan yang tertentu, penggunaan couplant, suatu peraga tabung sinar katode dan Penafsiran yang handal. Tersedia juga peralatan deteksi akustik dan magnetik. Metode radiography, walaupun dapat memberikan hasil yang bagus, biasanya digunakan hanya terbatas pada kasus-kasus yang menuntut hasil-hasil yang dapat diandalkan. "Accoustic spying" menggunakan fakta bahwa, biasanya kawat yang putus mengakibatkan sesuatu yang mirip dengan "sonic bang". "Sonic bang" ini diterima dan dicatat oleh alas penerima yang khusus dirancang dan ditempelkan pada komponen bangunan, misalnya: kabel, kawat pratekan. Metode ini dapat diterapkan pada baik 7-3
jembatan baja maupun jembatan beton pratekan, tetapi harus dianggap sebagai sesuatu yang kwalitatif -dan bukan kwantitatif yang akurat. f).
Deteksi kegagalan kabel atau kawat
Kegagalan kabel atau kawat dapat didexeksi dengan menggunakan tiga metode yang berbeda: · • Teknik pengukuran induktif-magnetik • "Accoustic spying" • Metode radiographik. Teknik pengukuran induktif-magnetik pada dasarnya sama dengan yang diuraikan dalam butir d) di atas. g).
Penggunaan radiograph pada bangunan beton
Metode-metode radiograph, yaitu X-ray atau gammagraph, yang pada awalnya dikembangkan untuk mengendalikan mutu selama proses membangun jembatan, dapat juga digunakan untuk menilai bangunan heton, terutama permukaan lantai jemhatan dalam heton pratekan. Analisis ini memherikan heragam data tentang kondisi bangunan, misalnya: • mutu heton (homogenitas, keretakan, dan seterusnya) • cacat pada terali tulangan normal atau kawat pratekan (kesalahan dalam meletakkan posisi, peruhahan hentuk yang tidak normal, kahel yang putus, pengaratan, tidak adanya ikatan); • mutu grouting (dan, hila perlu, definisi dari hagian-hagian yang memhutuhkan suntikan kemhali) Ketehalan komponen heton yang dapat diinvestigasi harus memiliki ukuran yang kurang dari 50 sentimeter dengan menggunakan cara yang pada umumnya dipakai (gammagraph). Ketehalan herukuran satu meter dapat dinilai hila sumher-sumher X-ray energi tinggi digunakan. Dimensi gamhar membatasi penggunaan metode ini karena data yang diperoleh pada intinya dilokalisir. 7.3.2. Metode Penilaian Perilaku Global di Bawah Behan
a).
Pengukuran pergerakan
Peralatan survai herkisar antara jenis yang konvensional dan peralatan canggih dan sistem-sistem, dapat dianggap sehagai suatu cara yang hampir universal dalam upaya menilai heragam jenis pergerakan, misalnya: pergerakan horizontal dan vertikal, pergerakan vertikal yang memhedakan, gerakan rotasional, defleksi, pengendapan, dan sterusnya. Sejak ditemukannya teknik Laser, ruang lingkup peralatan survai yang cocok untuk penilaianjemhatan menjadi lehih luas. Photogrametry juga telah diterapkan secara herhasil sehagai cara mengukur defleksi jaring permukaan lantai dan pelat hawah jembatan haja. Daerah yang herukuran kurang lehih 2 100 m di dokumentasi dalam satu gambar, siap untuk dievaluasi pada setiap saat. Bilz 7-4
ada jangkauan yang benar, metode ini berguna untuk menilai perilaku jangka pendek dan jangka panjang dalam kondisi yang tetap atau telah diketahui. Transduser induktif yang disambungkan pada peralatan perekam cocok untuk pengukural beragam pergerakan untuk jangka pendek dan jangka panjang. Pergerakan rotasional daps diukur dengan menggunakan klinometes. Peralatan-peralatan yang tersedia adalah: • bandul gravitasi, tergantung bebas atau dibasahi dengan minyak; • bandul optik, bandulluminous spot, peralatan laser; • klinometer listrik • sistem keseimbangan torsi yang ditunjang oleh flexure yang digerakkan oleh direct-current (DC); • transducer kawat bergetar; • sensor inklinasi yang merupakan suatu badan gelas, dengan elektrode yang teleh dilelehkan dan elektrolit Bila peralatan bergerak miring, elektrolit mengalir dari satu sisi ke sisi lainnya, sehinga daya tahan antara elektroda pusat dan elektrode luar berubah dan mengakibatkan timbulnya, sinyal. Peralatan mekanik, seperti dial gauge, juga berguna untuk mengukur pergerakan. b). Pengukuran ektensometrik
Beraneka ragam pengukur ketegangan, instrumen dan sistem yang cocok untuk hampir semua kemungkinan pemeriksaan dapat diperoleh. Ektensometer yang cocok untuk tujuan pemeriksaan pada hakekatnya merupakan instrumen yang mekanik atau mekanik-optik. Kedua jenis ini membutuhkan suatu dasar yang telah ditentukan sebelurnnya pada permukaan dari obyek yang akan diukur (beton, baja atau bahan lainnya). Biasanya kedua jenis ini dikompensasi oleh temperatur dengan menggunakan baja envier dapat digunakan untuk pengukuran jangka pendek atau jangka panJang. Suatu strainmeter - mechanical scratch tensiometer - mengukur dan mencatat gejala strum, dan dinamis dan terutama digunakan untuk pengukuran jangka panjang pada logam. c).
Pengukuran kekuatan dan tekanan
Kekuatan dan tekanan dapat dinilai olah : • peralatan mekanis; • transdusertekanan; • sel beban; • peralatan tekanan hidrolik. Tersedia pula beragam instrumen, peralatan dan sistem yang cocok. d). Pengukuran tekanan Tekanan biasanya dinilai dengan mengukur ketegangan dan menghitung tekanan yang berhubungan dengan menggunakan modulus elastisitas yang tepat.
7-5
e).
Penilaian properti dinamis.
Pengetahuan mengenai property dinamis dapat memberikan petunjuk yang berharga mengenai perilaku suatu bangunan. Teknik pengukuran listrik biasanya dapat digunakan untuk menilai properti dinamis. Instrumen yang dapat diperoleh di pasar kadang-kadang harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Pengukuran frekuensi dan amplitude biasanya akan memberikan informasi yang dibutuhkan. t).
Metode membongkar dan memuat
Tersedia beraneka ragam metode tergantung pada Jenis beban yang dibutuhkan, misalnya, statis atau dinamis, tidak tersebar rata, beban linear atau titik, beban vertikal, horisontal atau torsional. Metode-metode konvensional menggunakan bahan-bahan dari jenis apa pun (padat atau cair), kendaraan dengan berbagai sumbu dan beban, dan jack dengan beragam kapasitas. Membongkar dan Memuat digabung dengan penilaian dari reaksi yang ditimbulkan dapat memberikan informasi yang berguna mengenai perilaku secara keseluruhan.
7.3.3. Teknik dan Peralatan Lainnya a). Penilaian dalam Bawah Air Instrumen, peralatan, metode dan teknik yang dikembangkan untuk tujuan pelayaran, penyelaman komersial dan olahraga dan eksplorasi dalam air biasanya cocok dan dapat digunakan untuk menilai bangunan dalam air. Sounding dapat digunakan dengan tongkat, batu duga, echo sounders dan penemu kedalaman elektronik. Untuk penilaian secara keseluruhan, dapat digunakan peralatan seperti kamera bawah air kamera televisi bawah air dengan atau tanpa perekam pita video.
b). Mengukur ketebalan lapisan Selain pengukur film cat yang digunakan secara lugas, peralatan radiometrik yang menggunakan sinar
p
dan fl dapat digunakan untuk menilai ketebalan lapisan. Suatu
counter scintillation menerima radiasi dan mentransformasi impuls keluaran menjadi suatu aliran yang proporsional dengan ketebalan. c).
Mengukur selimut beton, mendeteksi bar tulangan dan menentukan ukurannya
Suatu instrumen yang portabel, "covermeter" dapat digunakan untuk mengukur selimut beton, mendeteksi palang tulangan dan menentukan ukuran palang. Covermeter merupakan suatu detektor magnetik bersifat padat yang bekerja berdasarkan prinsip perubahan dalam flux magnetik. Bila tidak terdapat tulangan, sinyal yang diterima dalam gulungan kawat tergantung pada hubungan magnetik melalui udara antara dua tiang instruments probe. Bila terdapat tulangan, kehadiran palang baja meningkatkan hubungan antara tiang dan sinyal yang bersangkutan di dalam gulungan kawat. 7-6
LAMPIRAN
PETUNJUK SINGKAT SURVAJI EMBATAN DlLAPANGAN
SISTEM
KI.\IE..'\TIRI.APE. KERJ..\..u\. !t. I
MANAJEMEN
DIREKTOR\.T JL'\l)ER-\L B .-\ :\L.ffiG.-\
JEMBATAN
KODE-KODE LAPORAN INVENTARISASI JEMBATAN Tipe Lintasan
JN Jalan
KA Kereta Api
S Sungai
L Lain-lain
A. Tipe Bangunan Atas
B. Bahan
C. Asal Bangunan Atas
D. Tipe Pondasi
E. Tipe Kepala Jbt dan Pilar
8 gorong-gorong persegi y gorong-gorong pipa A gorong-gorong pelengkung
T
c
gantung sokongan/gantungan
G gel agar M gelagar komposit p plat
L balok pelengkung E peiengkung
K
s
M
G H D T
p 8
u y
J E F
v
N
R rangka
s
jbt. sementara
0
ferry K Iintasan kerata api w lintasan basah u lain-lain
A
F
R
W X L
Kayu pasangan bata pasangan batu bronjong dan sejenisnya pasangan batu kosong beton tak bertulang beton bertulang beton pratekan baja lantai baja gelombang pipa baja diisi beton alumunium neoprene I karet teflon PVC geotextile tanah biasallempung atau timbunan aspal kerikiUpasir macadam bahan asli lain-lain ------- -
--
W Acrow/Bailey
CA calcar ayam
A Australia (perrnanen) p Australia (semi permanen) T Australia (sementara)
LS langusng
8 Belanda (tipe baru) D Belanda (tipe lama)
TP tiang pancang PB tiangbor TU tiang ulir
Kepala Jembatan A cap 8 dinding penuh K kepala jembatan khusus
SU sumur I
u J
Indonesia Callender Hamilton (lnggris) Jepang
'LL lain-lain
p
s
R Austria (permanen)
s
Austria (semi perrnanen)
X
tidak ada struktur
c D T L
Pilar cap dinding penuh satukoiom duakolom tiga kolom atau lebih lain-lain
L lain-lain
--
F. PENILAIAN KONDISI UNTUK INVENTARISASI
.....
D
0 jembatan baru dan tanpa kerusakan 1 kerusakan kecil 2 kerusakan yang memerlukan pemantauan atau pemeliharaan diwaktu mendatang 3 kerusakan yang memerlukan tindakan secepatnya 4 kondisi kritis 5 elemen/jembatan tidak berfungsi lagj
Catatan Penilaian Kondisi Jnventarisasi pada tabel diatas hanya digunakan bila Pemeriksaan Mendetail Jembatan belum dilakukan pada saat yang bersamaan dengan Pemeriksaan Inventarisasi
TIPE BANGUNAN ATAS
a • GORONO.OORONQ PERSEGJ
A
= GO ONG·GORONQ PELEtJGKUNO .
.
(
-;.
.
:·· :J
. .
:-
'
l;y \
.
. ·....,.¥... ..
• •..... • •
.
,..
..
C ;;; SOKONGANJGAJHUNGAN
M::: KOMPOS1T
Y • GORONG-OORONG PIPA ·
. G!!!! GElAGAR
P=PlAT
\
I
l = BALOK PEL.ENGKUNG
R = RA1JGKA
W
= UN TASAU BASAt-t
2
I
PILAR
C ,. Cap
L1 . .
.
L1
.M
S ... Sutu Kolom
t,;
•.
l. - ·
•
• •
..J
(.
: '.c'·.
••
tr1l
I
T •llga Kolom atau
Leblh
,)
1.....
....':"""
'"'
UUlcllJ
'
u -u ·
0 = OuaKolom
P "" Olndln9 Penuh
:
S .. Satu olom
..
t.
I
TIPE BANGUNAN BAWAH
U 'Uw
...
u ·...,
'l,IIJ 1.,1
-
A•Cap
bQ
B • Oindlng Penuh
Q
I(
;·1'!·
w
'
'
·K • Kepala J..nbatw1Ktnaua
(l
'
'!
KEPAlA JEMBATAH
I(
:
A. SISTEM REFERENSI JEMBATAN Setiap jembatan harus mempunyai nomor sendiri yaitu sebagai berikut:
\L
N_o_J._em_b_at_an
0
.\_7.. .1--\o jl No.Prov.
No.Ruas
No. Tambahan
No.Urut Jembatan
No.Suffix Jalan
Contoh 1 • Untuk Jombotan Tambahan
I PROPINSI70 ]
N•m• J•mbatan 1'4nyebuanq•n
S;. S.tu - Ova
-
Propfnllf
70
€k.ura
Kere1a 1\pl
8uar 1 Jl. u.••, 2
70
70 70 70
Jl.
70 70
Jl, BUit 3
ltuaa J•l•n
Nomar Urut
Namor Ta 20 mm
Parah
m2
Berbahaya Berbahaya
Adukan
Beban berlebihan
Berbahaya
Selebar S 5 mm
Tidak parah
Tumbuhan liar
Berbahaya
Selebar > 5 mm Pergerakan ke arah luar dan permukaan
Parah
Berbahaya
>40mm
Pondasi runtuh
Apa saja
Ber-Qahaya
atau hilang
SATUAN UKURAN
Parah
Bergerak
Beban berlebihan
Bagian yang pecah
TINGKAT KERUSAKAN
Pondasi runtuh
yang menggembung
103
PENGUKURAN
Penurunan mutu
Mutu yang jelek
102
R
Parah
m2
Panjang < 750 mm
Tldak parah
Panjang > 750 mm
Parah
Element struktural
Parah
Element non· struktural
Tidak parah
m3
0.3.2 Kerusakan pada elemen beton (termasuk tulangan) KERUSAKAN PADA ELEMEN BETON ITERMASUKTULANGAN) KODE 201
JENIS KERUSAKAN
PENYEBAB KERUSAKAN
s
R
STRUKTUR
TINGKAT KERUSAKAN
PENGUKURAN
SATUAN UKURAN
Tidak berbahaya
Tulangan tidak terlihat
Tidak parah
Tidak cukupnya selimut beton
Berbahaya
Tulangan tertihat
Parah
Beban bertebihan
Berbahaya
m2
Pengerjaan yang buruk
Tidak berbahaya
atau
Kerontokan beton
Karbonasi
Beton keropos
Benturan
Beton yang berongga/ berbunyi
Kualitas yang buruk
m3
Gaya pratekan pengembangan volume
Berbahaya
Ter1ihat adanya rembesan
Parah
Berbahaya
Lebar< 0.2 mm
Tidak parah
Serangan Kimiawi 202
Retak
Beban bertebihan
Lebar > 0.2 mm Ter1ihat adanya rembesan
Parah
atau bocor Karbonasi
Tidak berbahaya
m Tertihat adanya rembesan
Benturan
Parah
m2
Berbahaya
atau bocor
Susut
Tidak berbahaya
Lebar< 0.4 mm
Tidak parah
Tumbuhan
Berbahaya Lebar > 0.4 min
Parah
Kegagalan fundasl
atau
Gaya pratekan
Pengembangan volume
15
KERUSAKAN PADA ELEMEN BETON (TERMASUK TULANGAN) lanjutan... KODE
PENYEBAB KERUSAKAN
JENIS KERUSAKAN
203
Karat besi tulangan
Apa saja
204
Kerusakan komponen
Abrasi Penuaan
karena aus, penuaan, dan pelapukan
Serangan kimia\Ni
s
R
ST RUKTUR
TINGKAT KERUSAKAN
< 10% dari diameter tulangan > 10% dari diameter tulangan
Berbahaya
Benturan
PENGUKURAN
.:;. Selimut beton
SATUAN UKURAN
Tidak parah Parah
Tldak parah
Berbahaya
m3
Pengembangan volume
Pecah atau hilangnya
Apa saja
Berbahaya
sebagian dari beton 206
Lendutan
Tertabrak Pondasi runtuh Beban
m2 atau
Penge aan yang buruk
205
m atau m2
> Selimut beton
Parah
Element struktural
Parah
Element non- · struktural
Tidak parah
2 m atau m3
Lantai Berbahaya
ber1ebihan
.::1 : 600
Tidak parah
> 1 : 600
Parah m3
Elemen lain
.
.:;.20mm
Todak parah
>20mm
Parah
0.3.3 Kerusakan pada elemen baja KERUSAKAN PADA ELEMEN BAJA KODE
301
JENIS KERUSAKAN
Penurunan
PENYEBAB KERUSAKAN
s STRUKTUR
Penuaan
Berbahya
Retak
Tidak berbahaya
302
Karat
PENGUKURAN
TINGKAT KERUSAKAN
Tidak ter1ihatnya
Tidak parah
SATUAN UKURAN
permukaan baja
mutu dan atau kine a proteksikorosi
R
Lembab (akibat korosi)
Berbahaya
Tindakan kekerasan
Tidak berbahaya
Pemakaian I terkikis
Berbahaya
Apa saja
Berbahaya
Sebaliknya
Parah
m2
< 10% dari ukuran
Tidak parah
> 10% dari ukuran
Parah
m2
Elemen struktural 303
Perubahan bentuk pada
Benturan
komponen
Pondasi runtuh
(tegak lurus arah memanjang) 20mm
Parah
Beban ber1ebih
Non-elemen structural
Tidak parah
Dimana saja
Parah
m m'
berbahaya
304
Retak
Apa saja
Berbahaya
305
Kompone yang rusak atau
Apa saja
Berbahaya
hilang 306
Elemen yang salah
Apa saja
Berbahaya
Apa saja
berbahaya
(pemasangan) 307
308
Kabel jembatan yang aus
Sambungan yang longgar
Apa saja
berbahaya
Elemen struktural
Parah
Sebaliknya
Tidak parah
Oimensi lebih kecil
Parah
Sebaliknya
Tidak parah
< 5% dari strand
Tidak parah
> 5% dari strand
Parah
Apasaja
Parah
m'
m'
m'
Jumlah yg harus diperbaiki
16
0.3.4
Kerusakan pada elemen kayu
s
KERUSAKAN PADA ELEMEN KAYU KODE 401
JENIS KERUSAKAN Pembusukan
Serangan serangga
PENYEBAB KERUSAKAN
R TINGKAT KERUSAKAN
STRUKTUR
PENGUKURAN
Berbahaya
> 15% dari potongan
Parah
< 15% dart potongan
ndak parah
Berbahaya
Retak < 10 mm
Tidak parah
Tidak
lebamya dan/atau 50 mm
Bahan tidak sempurna
sepanjang 3 m
Serat yang miring dan mala kayu Bahan tidak sempuma
.
Berbahaya
Ukuran mala kayu
2
atau
sepanjang 3 m
(untuk batan tekan)
m,m m3
Parah
Tidak parah
s 15% penampang Ukuran mala kayu
Parah
> 15% penampang Beban berlebihan (untuk batang tarik)
Miring uralkayu Berbahaya
Tidak parah
s 1 per 16 Miring uralkayu
Parah
> 1 per 16 402
Hancur atau hilangnya
Apa saja
Berbahaya
material 403
Menyusutnya kayu
Kualitas jelek
Tidak berbahaya
Elemen struktural
Parah
Sebaliknya
Tidak parah
lendutan s 50 mm
Tidak parah
m atau
3 m
pada struktur rangka lendutan > 50 mm
Parah
m atau m3
pada struktur rangka
404
Penurunan mutu
Pada struktur lain
Tidak parah
Umur
Tidak terlihatnya
Parah
Tindakan kekerasan
lapis pelindung pada permukaan kayu dan/atau elemen struktur
pelindung permukaan Berbahaya
Tidak nyata
405
Sambungan yang longgar
Apa saja
Berbahaya
m2
Elemen lain
Tidak parah
Apa saja
Parah
Jumlah yang harus diperbaiki
17
0.3.5 Kerusakan pada elemen khusus
s
KERUSAKAN PADA ELEMEN 3.210 -ALIRAN SUNGAI KODE 501
JENIS KERUSAKAN Endapannumpur yang ber1ebihan
PENYEBAB KERUSAKAN Arus aliran sungai
STRUKTUR Berbahaya
R PENGUKURAN Mengurangi s 20%
TINGKAT KERUSAKAN Tidak parah
SATUAN UKURAN m3
aliran sungai Mengurangi > 20%
Parah
aliran sungai 502
Sampah yang menumpuk dan
Tumpukan sampah
Berbahaya
te adinya hambatan aliran sungai
503
Pengikisan
Mengurangi < 20%
Arus aliran sungai
Berbahaya
Parah
s ketinggian pondasi
Tidak parah
pada daerah dekat pilar
atau 6x diameter
atau kepala jembatan
liang pancang
Air sungai yang macet yang mengakibatkan terjadinya banjir
Hujan I Kurang panjangnya bukaan jembatan
Berbahaya
.
m3
Sebaliknya
Sebaliknya 504
Tidak parah
aliran sungai dan/atau < 20% tinggi pilar
< 250 mm di atas lantai > 250 mm di atas lantai
m2 atau m3
Parah Tidak parah
m
Parah
0.3.6 Kerusakan pada elemen khusus KERUSAKAN PADA ELEMEN 3.220- BANGUNAN PENGAMAN, 3.230- TIMBUNAN DAN 3.310- FUNDASI PENYEBAB KERUSAKAN
s
KODE
JENIS KERUSAKAN
STRUKTUR
511
Bagian yang hilang atau tidak ada
Apa saja
Berbahaya
521
Scouring I Gerusan
Arus aliran sungai
Berbahaya
R
PENGUKURAN
TINGKAT KERUSAKAN
10%
Parah
Pengikisan dasar
Parah
SATUAN UKURAN
m3
m3
sungai
Retak
Apa saja
berbahaya 522
Penurunan
Apa saja
Sebaliknya
Tidak parah
Apasaja
Tidak parah
Tidak
Berbahaya
Permukaan lebih
Parah
m2 atau Pemeriksaa
rendah dan pada
khusus
ketinggian pondasi atau 6x dimensi tiang pancang
Pengembungan
Apa saja
Berbahaya
Sebaliknya
Tidak parah
300mm
Parah
18
0.3.7 Kerusakan pada elemen khusus KERUSAKAN PADA ELEMEN 4.235- TANAH BERTULANG KODE
JENIS KERUSAKAN Penggembungan permukaan
531
Retak, rontok atau pecah dan
532
paneltanah bertulang
PENYEBAB KERUSAKAN
s
R
STRUKTUR
TINGKAT KERUSAKAN
PENGUKURAN
Lepasnya angker oenahan
Berbahaya
Apa saja
Parah
Angker lepas
Berbahaya
Apa saja
Parah
Benturan
Tidak berbahaya
> 3 panel atau
Parah
Bergerak
> 10% permukaan
Parah
Tindakan kekerasan
Sebaliknya
SATUAN UKURAN m2
m2
rusak Tidak parah
0.3.8 Kerusakan pada elemen khusus KERUSAKAN PADA ELEMEN 4.314- ANGKERJEMBATAN GANTUNG DAN JEMBATAN KABEL KODE 541
JENIS KERUSAKAN Tidak stabil
PENYEBAB KERUSAKAN Beban berfebihan
s
R
STRUKTUR
PENGUKURAN
TINGKAT KERUSAKAN
Berbahaya
Apa saja
Parah
SATUAN UKURAN
Pemeriksaan khusus
Pengeljaan yang jelek
0.3.9 Kerusakan pada elemen khusus KERUSAKAN PADA ELEMEN 3.230- KEPALA JEMBATAN DAN PILAR KODE 551
JENIS KERUSAKAN Kepala jembatan atau
PENYEBAB Guling
s
R
STRUKTUR
TINGKAT KERUSAKA N
Berbahaya
pilar bergerak
PENGUKURAN Berputar >1 per 12
SATUAN UKURAN
Parah
dalam arah vertikal danlatau Berpular
Berbahaya
Penurunan >50 mm
Turun/Setttle
Berbahaya
dan/atau tidak
Puntir
Berbahaya
terfihat adanya
Parah
Pemeriksa an khusus
puntiran Sebaliknya
Tidak Parah
0.3.10 Kerusakan pada elemen khusus KERUSAKAN PADA ELEMEN 4.326- LANDASAN PENAHAN GEMPA KODE 561
JENIS KERUSAKAN
PENYEBAB KERUSAKAN
s
R
STRUKTUR
TINGKAT KERUSAKAN
PENGUKURAN
Longgar
Apa saja
Berbahaya
Apa saja
Parah
Hilangffidak ada
Apa saja
Berbahaya
Apasaja
Parah
SATUAN UKURAN
m3
19
0.3.11 Kerusakan pada elemen khusus KERUSAKAN PADA ELEMEN 3.610 • LANDASAN I PERLETAKAN KODE 601
JENIS KERUSAKAN Tidak cukupnya tempat
s
R
STRUKTUR
PENGUKURAN
TINGKAT KERUSAKAN
Apa saja
Berbahaya
Apa saja
Apa saja
Berbahaya
PENYEBAB KERUSAKAN
SATUAN UKURAN
buah
Parah
untuk bergerak 602
Kedudukan landasan
Terdapat gap< 2 mm Terdapat gap> 2 mmatau 1 < /3 bagian dari
Yang tidak sempuma
Tidak parah Parah
buah
Parah
tempatnya 1
>
/3
bagian dari
Tidak parah
tempatnya Mortar dasar retak atau rontok
603
604
Perpindahan yang
Apa saja
Apa saja
Berbahaya
Berbahaya
beriebihan Perubahan (deformasi)
Apa saja
yang beriebihan
.
Berbah a
Aus karena umur
Apa saja
Landasan yang pecah, sobek atau retak
Apa saja
20% dari tebal
buah
Tidak parah Parah
buah
Tidak parah Parah Tidak parah
landasan > 20% dari tebal
ya Tidak 605
15% bagian rusak > 15% bagian rusak Perpindahan !! 30 mm Perpindahan 25% aus
Parah
Tidak
berapapun
berbahaya
lebamya
buah
Parah
Bagian yang rusak atau hilang
Apa saja
Berbahaya
Apa saja
Parah
606
Bagian yang longgar
Apa saja
Berbahaya
Apa saja
Parah
607
Landasan logam
kurang pelumasan
Berbahaya
Apa saja
Parah
buah buah
yang kering
0.3.12 Kerusakan pada elemen khusus KERUSAKAN PADA ELEMEN 4.421 • PELAT DAN 4.502 - LANTAI
s
R TINGKAT KERUSAKAN
SATUAN UKURAN
KODE
JENIS KERUSAKAN
PENYEBAB KERUSAKAN
701
Kesalahan sambungan I
Apa saja
Berbahaya
Apa saja
Parah
m
Apa saja
Berbahaya
bentang/200
Tidak parah
m2
> bentang/200
Parah
STRUKTUR
PENGUKURAN
lantai memanjang 702
Lendutan yang beriebihan
20
0.3.13 Kerusakan pada elemen khusus KERUSAKAN PADA ELEMEN 4.329- DRAINASE DINDING, 4.507PIPA CUCURAN DAN 4.508- DRAINASE LANTAI KODE 711 712
PENYEBAB KERUSAKAN
JENIS KERUSAKAN Pipa cucuran dan drainase yang tersumbat Kehilangan bahan elemen
s STRUKTUR
R
PENGUKURAN
SATUAN UKURAN
TINGKAT KERUSAKAN
Apa saja
Berbahaya
Apasaja
Parah
buah
Apa saja
Berbahaya
Apa saja
Parah
buah
0.3.14 Kerusakan pada elemen khusus
s
R
STRUKTUR
TINGKAT KERUSAKAN
KERUSAKAN PADA ELEMEN 4.505- LAPISAN PERMUKAAN KODE 721
JENIS KERUSAKAN
PENYEBAB KERUSAKAN
Permukaan licin
Apa saja
Berbahaya
Permukaan yang kasar
Apa saja
Tidak berbahaya
Retak pada lapisan permukaan
Apa saja
Tidak berbahaya
723
Lapis permukaan yang bergelombang
Apa saja
724
Lapis permukaan yang berlebihan
Apa saja
722
Tidak
.
ber bah Berbahaya
aya
PENGUKURAN Tergelincir
Parah
Sebaliknya < 20 mm dalamnya > 20 mm dalamnya < 1o mm dalamnya > 10 mm dalamnya 20 mm dalamnya > 20 mm dalamnya 100mm dalamnya
Tidak parah Tidak parah Parah
> 100 mm dalamnya
Tidak parah Parah Tidak parah Parah Tidak parah
SATUAN UKURAN
m2 m2 m2 m2 m2
Parah
0.3.15 Kerusakan pada elemen khusus KERUSAKAN PADA KERB KODE
ELEMEN 4.506
JENIS KERUSAKAN
-
s
R
PENYEBAB KERUSAKAN
STRUKTUR
TINGKAT KERUSAKAN
TROTOAR,
731
Permukaan trotoar licin
Apa saja
Berbahaya
732
Lubang pada lrotoar
Apa saja
Berbahaya
733
Bagian hilang/lidak ada
Apa saja
Berbahaya
PENGUKURAN Tergelincir
Parah
Sebaliknya 20 mm dalamnya
Tidak parah Tidak parah
> 20 min dalamnya
Parah
Apa saja
Parah
SATUAN UKURAN
m2 m2 m2
0.3.16 Kerusakan pada elemen khusus
s
R
STRUKTUR
TINGKAT KERUSAKAN
KERUSAKAN PADA ELEMEN 3.600- SIAR MUAI LANTAI KODE
JENIS KERUSAKAN
PENYEBAB KERUSAKAN
801
Tidak sama tinggi
Apa saja
802
Kehilangan kemampuan
Apa saja
Tidak Berbahaya Berbahaya
bergeraknya
803
Bagian yang longgar
Apa saja
Berbahaya
Lepasnya ikatan
Apa saja
Tidak Berbahaya
PENGU KURAN
Perbedaan level Tidak parah 30mm Perbedaan leve > Parah 30mm Untuk bentang < Tidak parah 25m Untuk benlang > Parah 25m Jika pd joinlterdapat Parah lap. Perk. > 25 mm Tidak parah Sebaliknya Apa saja
Parah
Lepas :;,25%
Tidak parah
Lepas > 25%
Parah
SATUAN UKURAN
m
m
m
21
KERUSAKAN PADA ELEMEN 3.600- SIAR MUAI LANTAI lanjutan.... KODE
JENIS KERUSAKAN
PENYEBAB KERUSAKAN
s
R
STRUKTUR
PENGUKURAN
TINGKAT KERUSAKAN
805
Bagian yang hilang
Apa saja
Berbahaya
Apa saja
Parah
806
Retak aspal akibat
Apa saja
Tidak
Retak 15 mm
Tidak parah
Berbahaya
Retak > 15 mm
Parah
pergerakan sambungan
SATUAN UKURAN m m
0.3.17 Kerusakan pada elemen khusus KERUSAKAN PADA ELEMEN 4.701 PEMBATAS/PORTAL KODE 901
JENIS KERUSAKAN Kerusakan atau hilangnya
PENYEBAB KERUSAKAN Apa saja
s
R
STRUKTUR
PENGUKURAN
TINGKAT KERUSAKAN
Berbahaya
Apasaja
Parah
SATUAN UKURAN
m
batas-batas ukuran
0.3.18 Kerusakan pada elemen khusus KERUSAKAN PADA ELEMEN 4.711 - RAMBU-RAMBU LALU LINTAS, 4.712- MARKA JALAN DAN 4.713- PAPAN NAMA KODE 911
JENIS KERUSAKAN Tulisan tidak nyata/jelas
912
Bagian yang hilang atau
PENYEBAB KERUSAKAN Apa saja
Apa saja
s
R
STRUKTUR
PENGUKURAN
TINGKAT KERUSAKAN
Tidak berbahaya
> 25% tidak berfungsi
Parah
Tidak berbahaya
< 25% tidak berfungsi Pelat nama atau patung
tidak ada
Sebaliknya
SATUAN UKURAN
bh atau m
Tidak parah Tidak parah bh atau m
Parah
0.3.19 Kerusakan pada elemen khusus KERUSAKAN PADA ELEMEN 4.721 -LAMPU, 4.722TIANG LAMPU DAN 4.713- KABELLISTRIK KODE
JENIS KERUSAKAN Bahan yang Ielah berumur/rusak
921
Bagian yang hilang
922
PENYEBAB KERUSAKAN Apa saja
Apa saja
s STRUKTUR
R
PENGUKURAN > 25% bagian
Tidak
TINGKAT KERUSAKAN
SATUAN UKURAN
Parah
Berbahaya
25% bagian
Tidak parah
Tidak
Koslet
Parah
Berbahaya
Sebaliknya
Tidak parah
buah atau m buah atau m
0.3.20 Kerusakan pada elemen khusus KERUSAKAN PADA ELEMEN 4.421- PELAT DAN 4.731 -UTILITAS KODE 931
JENIS KERUSAKAN Tidak berfungsi
PENYEBAB KERUSAKAN Apa saja
s
R
STRUKTUR
PENGUKURAN
TINGKAT KERUSAKAN
Tidak berbahaya
Membahayakan orang atau elemen struktural
Parah
SATUAN UKURAN
m
22
LAMPIRANl
JEMBATAN JEI'-,BATAN SIANDAR 01 INDONESfA
23
GAMBAR BANGUNAN ATAS JEMBATAN STANDAR DI INDONESIA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Jembatan Kayu - Tipe GKI Jembatan Kayu - Tipe GKI Jembatan Pelat - Tipe PTI Jembatan Pelat Beton Berongga - PTI Standar Jembatan Beton Bertulang - Tipe GTI Balok Beton Pratekan- Pracetak ( Tipe Post Tensioned ) - Tipe GPI Standar Jembatan Beton Pratekan - Tipe GPI Jembatan Gelagar Box Beton Indonesia - Tipe GPI Jembatan Bailey- Tipe RBWISBW Jembatan Gelagar I Komposit Indonesia - Tipe GBI Jembatan Transpanel Australia - Tipe RBT Jembatan Rangka Baja Australia - Tipe RBA Jembatan Gelagar Baja Australia - Tipe GBA Jembatan Rangka Baja Austria - Tipe RBS Jembatan Gelagar Baja Jepang - Tipe GBJ Jembatan Austria Tipe Permanen Jembatan Rangka Baja Belanda- Tipe RBB Jembatan Rangka Baja Callender Hamilton - Tipe RBU Callender Hamilton - Tipe RBU Jembatan Rangka Hamilton - Tipe RBU • Sistem Jembatan Callender Hamilton- Tipe RBU Jembatan Rangka Baja CH - Tipe RBU
CATATAN GKI PTI GPI RBWSBWRBT RBA GBA RBS GBJ RBB RBU -
Gelagar Kayu Indonesia Jembatan Pelat Indonesia Gelagar Box Beton Bertulang Indonesia Rangka Baja Acrow I Bailey Temporary Acrow I Bailey Rangka Baja Transpanel Rangka Baja Australia Gelagar Baja Australia Jembatan Rangka Baja Austria Gelagar Baja Jepang Rangka Baja Belanda Rangka Baja United Kingdom
24
/
0
-
.,
=t
lit c-- J 1 1-• !If t·•• ---i r--., 1
i1 L--i r-.ii
•o:O>-.CO>J.
['-
2320
111111 111111
I
-""""-
TAMPAK
1 ,j
I I
-
BENTANG 4- 10 Meter
3100 _
,_
s
3.700
3.100 _
,
-
•
c ... c· .
f:Jo
If'
,...,o
.....
GKI
'
I
\
.:JC:Ji,_:: .I..' ;;s:
·-··
.!
0
TAMPAK
220
I
I
I
•
.
9760
-I
POTONGAN MELINTANG
JEMBATAN PELAT- TIPE PTI
PTI
DENAH
BENTANG- 5.000- 12.000 MM UKURAN GELAGAR 300 - 580 MM
•&
BENTANG 5.000 -·16.000 mm
1 .,
;;;J..;:ij"2ooo0
200
l
1..
0
..:. .·..·..''·· ----- ==.::=-==-=t=-= ::::::.::..===:::::===-_J
.., POTONGAN MELINTANG KELAS'.A:
TAMPAK F-
c=- =-- =---=--=----- = =
c-=-=--= --=-=
==
=·=-=J =- -=--= :-=::1 =--
=.-:.-.:
=::;:.
E= - ---- =-- == = =- 5I -=----=-= ==--==::=..::-3 I c;;;; =-;.. = ==--=----
c_ :::J - - - - =- =
-·-- -
-= =.................-. -= -- =- = E
c
=it
.J
. c-----=-= =-=--= =- :_ -" =' : J 1§=-===--=---=--=_,; -=5
I=:;:;;
2
:..·: :·
•
..
•
"'
•••
I ·! 7o1.970··· 1-
0
•
•
•
•
•
•
•
•
,;
••
•• •••• •••
7760
:.:,;; ··
POTONGAN MELINTANG KELAS'B'
- =
- - -.=:.-..--=-==.-=-==_;.': : 1
1
-: J
c,..---=------=---=-=l------- -----1 - - - : :: = = = -- -- - -..., DENAH
JEMBATAN PELAT BETON BENTANG- 5.000- 16.000 MM
«1,
tl
KELAS A, UKURAN GELAGAR 310 mm- 740 mm
KELAS b, UKURAN GELAGAR 280 mm- 710 mm
2!1.000
1 200
2000 1
rJ
l
!1 1
1 !111
rr
MOO
·
CJt 1
o u
--
·
r
POTONGAN MELINTANG TAMPAK
I
!1.000
ct
®1-JL. -I
I'
r
I
DJ-s
TAMPAK
000
1'
r1r
rr
::: f
POTONGAN MELINTANG
::A
STANDAR JEMBATAN BETON BERTULANG - TIPE GTI POTONGAN MELINTANG VARIASI KETINGGIAN ALOK ANTARA 300
·rrr
mm - 1.550 mm
·n ·ooo,
:m .
30.800
fA!
I
I1- a [ [I
I
I I
a
I
Ia
I" II
Ita
I
i
1 -F = = 'd"-- B
I I "
I
I
D
9RJ
uu-f
II
TAMPAK
POTONGAN MELINTANG KELAS '/>\
810
I I
6. 000
1110
I I
TAMPAK POTONGAN MELINTANG KELAS'B'
I
11
r
TAMPAK POTONGAN MELINTANG
BALOK BETON PRATEKAN, PRACETAK- TIPE GPI TIPE POST TENSIONED BENTANG - 13.60 M - 30.60 M
KELAS 'C'
0 on
or
(II
n
I
..
1 0
I
=.
1ooo1no 1
TAMPAK
_,16!10
1. ooo
t 1-
I
'ff"'1. 11800
I
POTONGAN MELINTANG KELAS 'N
1it
·
DENAH
STANDAR JEMBATAN BETON PRATEKAN- TIPE GPI
gr;
5000
'irJ
·
o
BENTANG - 20 M - 45 M, KELAS A, B & C POTONGAN MELINTANG KELAS'B'
z
0
.1-
UJ CO
>