Pelaksanaan Dan Evaluasi Kampanye [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Kelompok Propaganda & Kampanye



Dosen Pengampu Musfialdy S.Sos, M.Si,



PELAKSANAAN DAN EVALUASI KAMPANYE



Kelompok VII 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Afriani Ningtyas Fadmi Nanda Hafiz Fahmi Muhammad Ihsan Ika Piyasta Yeni Hartati



JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM PEKANBARU RIAU



Kata Pengantar



Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami selaku pemakalah bisa menyelesaikan makalah yang berjudul: Propaganda & Kampanye. Di dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih jauh dari sempurna, oleh karenanya dengan hati terbuka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dan kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Teriring doa, semoga amalan yang diberikan mendapatkan ridho dan berkah dari Allah SWT. Amin. Akhirnya kami selaku penyusun makalah berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat. Akhirul kalam. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................................2 DAFTAR ISI..........................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4 1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5 1.3 Tujuan Masalah .......................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................6 2.1 Sistem Ilmu..............................................................................................................6 BAB III KESIMPULAN........................................................................................................14 BAB IV DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................15



BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Pelaksanaan kampanye adalah penerapan dari konstruksi rancangan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena sifatnya yang demikian maka proses pelaksaan harus secara konsisten berpedoman kepada rancangan yang ada tanpa mengabaikan penyesuain yang perlu dilakukan sesuai dengan kenyataan lapangan yang dihadapi. “A campaign without evaluation is a waste of time and money”, demikian ungkap Ostergaard, seorang pakar kampanye Jerman. Kampanye adalah kegiatan yang melibatkan investasi besar, bukan hanya uang tapi juga sumber daya lainnya seperti waktu, tenaga, pikiran dan teknologi. Penyelenggara kampanye tidak ingin investasi yang ditanamkan sia-sia tanpa kejelasan tentang hasil yang dicapai. Untuk itu, tanpa keraguan apapun, evaluasi terhadap program kampanye mutlak perlu dilakukan. 3



Evaluasi adalah komponen terakhir dari rangkaian proses pengelolaan kampanye. Sayangnya banyak pelaku kampanye yang lupa atau tidak peduli dengan pelaksanaan evaluasi. Mereka beranggapan bahwa begitu kegiatan kampanye selesai dilaksanakan, maka berakhir pulalah program tersebut. Para ahli komunikasi menyebut orang seperti ini sebagai amateur campaigner yakni orang yang tidak memiliki komitmen total dalam menyukseskan pencapaian tujuan kampanye. Sebaliknya pelaku kampanye yang secara berkelanjutan melakukan evaluasi terhadap program yang dilaksanakan disebut sebagai professional campaigner. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja realisasi unsur-unsur pokok kampanye? 2. Perlukah uji coba rencana kampanye? 3. Apa saja tindakan dan pemantauan kampanye? 4. Apa yang dimaksud dengan laporan kemajuan? 5. Apakah evaluasi kampanye itu? 6. Mengapa melakukan evaluasi kampanye? 7. Apa saja tingkatan evaluasi kampanye? 8. Bagaimana cara menyimpulkan evaluasi kampanye?



1.3Tujuan Makalah Agar kita dapat memahami bahwa cara merealisasi unsur-unsur pokok kampanye, mengetahui seberapa perlu uji coba rencana kampanye, mengetahui tindakan dan pemantauan kampanye, memahami pengertian dari laporan kemajuan, mengetahui pengertian evaluas kampanye, mengetahui alasan melakukan evaluasi kampanye, memahami tingkatan evaluasi kampanye, dan mengetahui cara menyimpulkan evaluasi kampanye.



4



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Realisasi Unsur-Unsur Pokok Kampanye A. Perekrutan dan Pelatihan Personel Kampanye Kegiatan kampanye merupakan kerja tim. Penetuan siapa saja yang akan terlibat sebagai pelaksana kampanye (compaign organizer) merupakan langkah awal dalam melaksakan kampenye. Orang-orang yang akan menjadi personal kampanye harus diseleksi dengan teliti dengan memperhatikan aspek motivasi, komitmen, kemampuan bekerja sama, dan pengalaman yang bersangkutan dalam kerja sejenis. Dalam tahap perseleksian ini harus ditegasakan pula apakah keterlibatan orang orang tresebut sebagai sukarelawan atau staff profesional yang akan mendapatkan bayaran. Segera setelah personal kampanye direkrut, mereka harus mengikuti pelatihan, baik yang bersifat teknis atau non teknis, yang berkaitan dengan berbagai aspek dan proses yang akan dijalankan selama kampanye berlangsung. Beberapa keterampilan yang perlu dikuasi diantaranya: kemampuan wawancara, persuasi, mengoorganisasikan pertemuan publik, prensentasi, menulis press release, naskah pidato, dan keterampilan menggunakan berbagai media komunikasi umum seperti fotografi atau bahkan mesin fotocopy. Penguasaaan keterampilan tersebut pada prinsipnya bergantung pada jenis tugas yang dibebankan kepada setiap personal. Untuk staff kampanye yang bertugas melakukan survei, keterampilan pokok yang harus dikuasi adalah wawancara. Mereka inilah yng nanti akan terjun melakukan wawancara baik langsung atau telefon sebagai salah satu instrumen evaluasi. Disamping keterampilan tersebut, personel setiap kampanye juga harus dapat dipastikan memahami tema, objek, dan tujuan kampanye. Dengan begitu ketika mucul bebrbagai pertanyaan kepada mereka seputar kampanye yang berlangsung kepada mereka, maka jawaban yang keluar akan senada dan konsisten dengan desain kampanye keseluruhan akhirnya, untuk memelihara motivasi dan kekompakan, perhatian dan dorongan harus diberikan kepada mereka. Dengan demikian sinergi dan kohesivitas (kelekatan) tim tetap terjaga.



5



B. Menginstruksi Pesan Pada tahap awal konstruksi pesan dapat berpedoman pada teori atau asumsi yang diyakini pelaksana kampanye, yang sesuai dengan kharakteristik khalayak sasaran. Pesan kampanye memiliki berbagai dimensi yang meliputi pesan verbal, nonverbal, dan visual. Namun apa pun dimensinya, secara umum konstruksi pesan kampanye harus didasarkan pada pertimbangan kesederhanaan (simplicity), kedekatan (familiarity) dengan situasi khalayak, kejelasan (clarity), keringkasan (conciesness), kebaruan (novelty), konsistensi, kesopanan (courtessy), dan kesesuaian objek kampanye. Kesederhanaan dapat membuat pesan menjadi mudah dipahami sekaligus diingat (memorability). Dalam mengontruksi pesan pelaku kampanye juga harus memperhatikan bagaimana pesan tersebut diorganisasikan karena pengorganisasian pesan akan mempengaruhi bagaimana khalayak merespons pesan kampanye. C. Menyeleksi Penyampaian Pesan Kampanye Pelaksanaan kampanye juga menghendaki pelaksanaan kampanye berhadapan dengan pemilihan individu yang secara spesifik bertindak sebagai pelaku (campaign actor) yang menyampaikan pesan kampanye. Keputusan untuk menentukan siapa pelaku atau peyampaian pesan kampanye ini menjadi sangat penting karena merekalah aktor yang akan berhadapan langsung dengan publik. Namun untuk beberapa pertimbangan tidak jarang orang kebanyakan juga dijadikan sebagai penyampaian pesan kampanye. Untuk kampanye yang menggunakan saluran antarpribadi, tidak jarang para pemuka pendapat dalam lingkungan khalayak sasaran dijadikan sebagai penyampai pesan. Pada umumnya faktor pokok yang harus diperhatikan dalam menyeleksi pelaku kampanye adalah kesesuaian tokoh tersebut yang bersangkutan di mata publik. Dalam hal kampanye perubahan sosial yang mempunyai objek kampanye ‘penyelamatan terumbu karang’ maka nelayan merupakan penyampai pesan yang cocok ketimbang pejabat kementrian lingkungan hidup.



6



D. Menyeleksi Saluran Kampanye Menyeleksi media mana yang akan digunakan sebagai saluran kampanye harus dilakukan dengan penuh pertimbangan. Beberapa faktor pokok yang perlu dipertimbangan dalam pemilihan media kampanye diantaranya: jangkauan media, tipe dan ukuran besarnya khalayak, biaya, waktu, dan tujuan serta objek kampanye. Di samping itu faktor lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah karakteristik khalayak, baik secara demografis, psikografis, maupun geografis.



2.2. Uji Coba Rencana Kampanye Para ahli kampanye sepakat bahwa rencana kampanye, khususnya desain pesan, haruslah diuji coba terlebih dahulu untuk menentukan apakah rencana ini akan memberikan hasil yang diharapkan atau tidak. Jika hasilnya positif maka rencana tersebut dapat dilanjutkan ketahapan tindakan. Uji coba terhadap suatu rancangan dilakukan untuk menyusun strategi (pesan media, dan penyampai pesan) yang paling sesuai dengan situasai dan kodisi yang dihadapi. Lewat uji coba rencana kampanye kita juga akan memperoleh gambaran tentang respon awal sebagian khalayak sasaran terhaap pesan pesan kampanye. Respons digunakan sebagai pebanding ketika melakukan evaluasi proses dan akhir kampanye. Hal ini dapat dimengerti mengingat pesan adalah kunci untuk membangun kesamaan persepsi antara pelaksana dan khalayak sasaran kampanye.



2.3. Tindakan dan Pemantauan Kampanye Dalam prakteknya akan banyak kendala yang dihadapi untk membuat tindakan kampanye tetap pada jalur yang benar. Untuk itu harus dipahami bahwa tindakan kampanye bukanlah tindakan yang kaku dan parsial, tetapi bersifat adaptif, antisipasif, integratif, dan berorientasi pada pemecahan masalah. A. Adaptif Tindakan kampanye bersifat adaftif artiya ia terbuka terhadap masukan masukan baru atau bukti bukti baru yang ditemukan dilapangan. Aspek adaptif juga menujukkan bahwa kampanye adalah kegiatan yang dinamis dan flesibel yang selalu disesuaikan dengan perkembangan baru berdasarkan temuan temuan dilapangan



7



B. Antisipasif Tindakan kampanye bersifat antisipasif maksudnya kegiatan kampanye harus memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan muncul dilapangan saat kampanye dilakukan. Dengan bersikap antisipasif pelaku kamapanye telah mempersiapkan berbagai alternatif pemecahan terhadap masalah masalah yang mungkin timbul. mengantisipasi kemungkinan yang akan timbul dalam kampanye memang bukan pekerjaan yang mudah, tapi dengan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, gambaran tentang berbagai hal yang sebelumnya tidak terfikiran akan muncul ketika pelaksaana kampanye menerima dan membaca berbagai masukan yang secara sistematis termuat dalam kemajuan kampanye. C. Orientasi Pemecahan Masalah Tindakan kampanye bersifat bersifat problem solving oriented artinya segala bentuk tindakan dalam proses kampanye diarahan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian ada semacam kesadaran bahwa dalam kegiatan kampanye segala wujud pikkiran dan energi kolektif harus dicurahkan untuk memecahkan masala yang diduga akan timbul pada setiap langkah realisasi rencana kampanye. D. Integratif dan Koordinatif Kegiatan kampanye bukanlah tindakan one man show melainkan kegiatan yang didasarkan pada kerja tim. Keberhasilan kampaanye ditentukan oleh bagaimana pelaksana kampanye bertindak secara integratif dan koordinatif. Koordinasi ini tidak hanya dilakukan dengan sesama pelaksana kamapanye melainkan juga dengan berbagai pihak terkait yang akan turut mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan pencapaian tujuan kampanye. Sistem koordinasi yang dibuat hendaknya membuka interaksi langsung anatara manajer kampanye dengan seluruh tim pelaksana. Kegiatan pemantau jjuga meliputi tanggung jawab untuk menjalankan rencana darurat atau untuk mengubah rencana sebagai jawaban atas perkembangan yang terjadi , menangani keedaan darurat, krisis atau kegagalan rencan adalah wewenang manajer kampanye. Hal hal yang sangat berhubungan erat dengan tanggung jawab untuk rencana darurat adalah fungsi dari ‘troubleshooter’ atau pemecah masalah. Truobleshooter adalah orang yang kostan memantau kemanjuan kampanye dan memecah masalah yang muncul. Orang 8



yang dirancang berfungsi troubleshooter harus mempunyai otoritas untuk membuat perubahan baik yang kecil maupun yang besar dalam suatu rencana kampanye. Trobleshooter harus mampu untuk mengidentifikasi masalah dan mencoba untuk mencari solusi ketika orang lain tidak dapat mengenali adanya masalah tersebut.



2.4. Laporan Kemajuan Unsur terakhir dari proses pelaksaanaan kampanye adalah penjadwalan laporan kemajuan atau progress report. Dalam laporan kemajuan umunya dimuat berbagai data dan fakta tentang berbagai hal yang telah dilakukan selama masa kampanye. Data yang disajikan umumnya bukan hanya berkaitan realisasi rencana kampanye tapi juga mencangkup berbgai temuan lapangan menyediakan semacam evaluasi kecil yang bersifat rutin terhadap berbagai proses kampanye yang sedang berjalan. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan laporan kemajuan. Manajer dan pelaksanaan kampanye dapat mengunakan laporan kemajuan untuk memodifikasi rencana kampanye agar tetap efektif dalam pencapaian tujuan program. Laporan kemajuan juga tidak jarang dapat memberikan jawaban terhadap berbagai hal yang tidak dapat dijelaskan dalam tahap perencanaan. Lebih dari itu laporan kemajuan biasanya juga menyediakan informasi yang berguna untuk penjabaran dan pengembangan strategi kampanye lebih jauh. Karena fungsinya yang sangat penting maka setiap personel kampanye harus memiliki komitmen untuk melaporkan berbagai aktivitas yang menjadi bidang tugasnya kepada manajer kampanye dapat dianalisis dan diintegrasi menjadi laporan kemajuan yang sistematis dan meyeluruh.



2.5. Pengertian Evaluasi Kampanye Evaluasi kampanye diartikan sebagai upaya sistematis untuk menilai berbagai aspek yang berkaitan dengan proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan kampanye. Dari defenisi tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa evaluasi kampanye tidak hanya dilakukan pada saat kampanye telah berakhir, namun juga ketika kampanye tersebut masih berlangsung. Definisi tersebut juga menunjukkan adanya dua aspek pokok yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi yakni bagaimana kampanye dilaksanakan dan apa hasil yang dicapai sebagai konsekuensi pelaksanaan program tersebut.



9



2.6. Alasan Melakukan Evaluasi Kampanye Meski evaluasi adalah sesuatu yang penting dan bermanfaat, namun menurut Pfau dan Parrot (1993), sebagian besar penyelenggara kampanye ternyata tidak melakukannya. Alasannya bermacam-macam, mulai dari penghematan biaya hingga ketakutan akan hasil evaluasi yang negatif yang dianggap dapat merusak reputasi pelaksana kampanye. Di samping alasan di atas, Gregory (2000) pakar kampanye Inggris, mengemukakan lima alasan penting lainnya mengapa evaluasi perlu dilaksanakan. Pertama, evaluasi dapat memfokuskan usaha yang dilakukan. Jika Anda tahu bahwa Anda akan dinilai berdasarkan kriteria tertentu maka Anda akan lebih memfokuskan usaha Anda pada hal-hal yang menjadi prioritas pencapaian tujuan. Kedua, evaluasi menunjukkan keefektifan pelaksana kamanye dalam merancang dan mengimplementasikan programnya. Ketiga, adalah memastikan efisiensi biaya. Kampanye selalu melibatkan biaya yang besar, dan penyelenggara kampanye tidak ingin dana dan berbagai sumber daya lain terbuang sia-sia. Keempat, evaluasi membantu pelaksana untuk menetapkan tujuan secara realistis, jelas dan terarah. Di sini berbagai hal yang tidak relevan akan dengan cepat diidentifikasi dan langsung disingkirkan. Terakhir, evaluasi membantu akuntabilitas (pertanggungjawaban) pelaksana kampanye.



2.7. Tingkatan Evaluasi Kampanye Terkait dengan pertanyaan apa dan pada tingkatan apa evaluasi harus dilakukan, Ostergaard (2002) mengatakan hal itu bergantung pada tujuan evaluasi itu sendiri. Bila penyelenggara kampanye hanya ingin mengetahui keefektivan media yang digunakan dalam menjangkau khalayak sasaran maka ia bertanya pada tingkatan kampanye (campaign level). Bila yang ditanyakan menyangkut keefektivan media dalam mengatasi atau mengurangi masalah yang dihadapi maka itu berada pada tingkatan masalah (problem level). Secara umum, lanjut Ostergaard, evaluasi kampanye dapat dikategorisasi dalam empat level atau tingkatan sebagai berikut; tingkatan kampanye (campaign level), tingkatan sikap (attitude level), tingkatan perilaku (behavior level), dan tingkatan masalah (problem level). A. Tingkatan Kampanye (Campaign Level) Pada campaign level kita ingin mengetahui apakah khalayak sasaran terterpa kegiatan kampanye yang dilakukan atau tidak. Dengan demikian pertanyaan pokok untuk evaluasi 10



level ini adalah apakah kampanye yang dilakukan dapat menjangkau khalayak sasaran yang ditetapkan? Dan apakah khalayak memberi perhatian pada kampanye tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini banyak metode kuantitatif yang dapat digunakan. Salah satu yang paling populer di kalangan pelaksana kampanye adalah metode survei. Dalam melakukan riset survei pelaksana kampanye harus mengajukan pertanyaan yang sama seelum dan sesudah kampanye. Hal ini untuk memastikan apakah terjad perubahan atau tidak pada khalayak sasaran. Untuk mengetahui ada tidaknya perubahan tersebut, caranya sederhana saja, cukup kurangkan skor sesudah kampanye kepada sebelum kampanye maka selisihnya menunjukkan kadar (persentase perubahan yang terjadi). Melalui cara tersebut akan diketahui apakah suatu program kampanye yang dilakukan mencapai khalayak sasarannya atau tidak. Dengan melakukan survei pada kelompok sasaran yang dituju, akan diketahui apakah pesan tersebut sampai kepada mereka atau tidak. Bisa jadi pesan salah sasaran dan hanya sekitar 15-20% dari kelompok yang terterpa pesan. Masalah pokok yang dihadapi dalam mengukur terpaan media (media exposure) adalah keragaman media yang digunakan. Disini pesan-pesan kampanye muncul dan menerpa khalayak sasaran melalui berbagai media. Kesulitannya adalah ketika ditanyakan kepada khalayak, darimana merekamemperoleh informasi tentang kampanye, mereka seringkali tidak dapat menjawab dengan akurat. Jawaban mereka tidak jarang merujuk pada kebiasaan mereka dalam mengonsumsi media (media habit). B. Tingkatan Sikap (Attitude Level) Pada tingkatan sikap, evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei atau uji sederhana (Simple Task). Dalam perspektif Ostergaard, terdapat empat aspek yang terkait dengan evaluasi pada tingkatan sikap, yakni aspek kognitif (pengetahuan, kesadaran, kepercayaan), afektif (kesukaan, simpati, penghargaan, dukungan), konatif (komitmen untuk bertindak), dan aspek keterampilan atau skill. Sama halnya dengan evaluasi pada tingkatan kampanye, pada level evaluasi ini pelaksana kampanye juga mengonstruksi pertanyaan yang sama sebelum dan sesudah kampanye. Untuk mengetahui perbedaannya kita juga tinggal mengurangi skor sesudah kampanye dengan sebelum kampanye. Sementara untuk sampel yang dievaluasi bisa orang-orang yang sama atau orang lain yang memiliki karakteristik yang sama (sesuai segmentasi khalayak sasaran). 11



C. Tingkatan Perilaku Para ahli kampanye memandang tingkatan perilaku sebagai level yang paling penting dalam kebanyakan evaluasi kampanye. Sayangnya jenis evaluas ini sering diabaikan atau dilakukan sekedarnya dengan mengamati realitas permukaan (superficial reality). D. Tingkatan Masalah Level evaluasi yang terakhir adalah tingkatan masalah. Pada tingkatan ini evaluasi dapat dilakukan dengan mudah atau sebaliknya sangat sulit dan memakan waktu lama. Problem atau masalah disini diartikan sebagai kesenjangan antara kenyataan dengan harapan atau dengan yang seharusnya terjadi. Misalnya dengan diberlakukannya kewajiban memakai sabuk keselamatan oleh POLRI. Diharapkan semua pengendara menggunakan sabuk tersebut, dan konsekuensi angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas menurun tajam. Namun kenyataannya tingkan pemakaian sabuk pengaman masih rendah, misalnya hanya 10% dari total kendaraan di jalan raya dan angka kematian akibat kecelakaan tidak berubah. Ini berarti ada masalah karena ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kriteria keberhasilan dalam problem level diukur dengan membandingkan antara data sebelumnya dan sesudah kampanye. Bila data menunjukkan berkurangnya kesenjangan maka kampanye menunjukkan indikasi keberhasilan. Bila kesenjangan tidak berubah, berarti kampanye yang dilakukan mungkin tidak efektif untuk evaluasi pada tingkatan problem. 2.8. Menyimpulkan Evaluasi Kampanye Ketika proses evaluasi telah dilakukan pada salah satu atau seluruh level kampanye, maka langkah terakhir adalah membuat kesimpulan. Membuat kesimpulan kampanye harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat. Pada tahap ini kita tidak boleh secara gegabah dan tergesa-gesa menyimpulkan bahwa kampanye yang dilakasanakan sukses mencapai tujuan. Pernyataan yang besifat memastikan sepertin ini (deterministic) umumnya dihindari oleh para evaluator kampanye. Apa yang bisa dilakukan adalah membuat kesimpulan yang bersifat propabilistik. Jadi cukup tegaskan saja bahwa “media yang digunakan kemungkinan besar sudah sesuai”, penetapan khalayak sasaran hanmpir dapat dipastikan sudah tepat atau secara keseluruhan kampanye yang dilakukan cenderung menghasilkan efek yang positif.



12



Para peneliti kampanye telah mengidentifikasi beberapa situasi umum yang seringkali terjadi pada tahapan evaluasi. Pertama adalah keadaaan dimana evaluasi terhadap efek yang diharapkan terbukti, tercapai, kecuali pada tingkatan masalah. Khalayak memberi perhatian pada pesan kampanye, sebagian dari mereka berubah sikap atau keterampilannya, dan sebagian lagi mengalami perubahan perilaku. Tetapi masalah tampaknya tidak berkurang. Dalam situasi ini, yang dapat disimpulkan bahwa teori yang digunakan salah. Ternyata perubahan perilaku tidak mengurangi masalah yang dihadapi. Melakukan evaluasi kampannye memang tidak mudah apalagi murah. Setidaknya 10-15% anggaran kampanye harus disisihkan untuk melakukan evaluasi program secara profesional. Tetapi jumlah tersebut sebenarnya tidak berarti apa-apa bila dibandiingkan dengan kemungkinan gagalnya kampanye, yang berarti pula menyia-nyiakan seluruh anggaran yang telah dikeluarkan. Jadi, evaluasi kampanye secara profesional tidak perlu dilakukan apapun hasil yang akan didapatkan. Bila kita menemukan kampanye yang dilakukan cenderung efektif maka kita semakin yakin dengan ketepatan strategi kampanye yang dipilih. Sebaliknya bila haril evaluasi menunjukkan kecenderungan tidak efektif maka kita mendapatkan pelajaran berharga dari temuan-temuan tersebut. Tanpa evaluasi kita akan terus-menerus mengulangi kesalahan yang sama karena tidak pernah tahu dengan kesalahan-kesalahan sebelumnya.



13



BAB III KESIMPULAN Pelaksanaan kampanye adalah penerapan dari konstruksi rancangan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena sifatnya yang demikian maka proses pelaksaan harus secara konsisten berpedoman kepada rancangan yang ada tanpa mengabaikan penyesuaian yang perlu dilakukan sesuai dengan kenyataan lapangan yang dihadapi. Evaluasi adalah komponen terakhir dari rangkaian proses pengelolaan kampanye. Sayangnya banyak pelaku kampanye yang lupa atau tidak peduli dengan pelaksanaan evaluasi. Mereka beranggapan bahwa begitu kegiatan kampanye selesai dilaksanakan, maka berakhir pulalah program tersebut. Para ahli komunikasi menyebut orang seperti ini sebagai amateur campaigner yakni orang yang tidak memiliki komitmen total dalam menyukseskan pencapaian tujuan kampanye. Sebaliknya pelaku kampanye yang secara berkelanjutan melakukan evaluasi terhadap program yang dilaksanakan disebut sebagai professional campaigner.



14



DAFTAR PUSTAKA Venus, Antar. 2012. Manajemen Kampanye. Bandung:.Simbiosa Rekatama Media. Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Steinberg, Arnold. 1987. Kampanye Politik Dalam Praktek. Jakarta: PT. Intermasa.



15