Pemahaman Nila-Nilai Estetika Romantisme [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMAHAMAN NILAI – NILAI ESTETIS ROMANTISME



OLEH :



I MADE BAYU SUTA



(201805026)



I WAYAN SANTA CITTA WEDANA



(201805030)



NI MADE WINDY KURNIASARI



(201805037)



DESAIN INTERIOR FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN



INSTITUT SENI INDONESIA 2018/2019 PEMBAHASAN



Pengertian Estetika Estetika atau aesthetic/esthetic adalah kata yang berasal dari Bahasa yunani yaitu aisthetika, yang berarti hal-hal yang dapat dicerap panca indra, serta aesthesis yang berarti pencerapan panca indra. Istilah estetika ini diugkapkan pertama kali oleh seseorang filsuf Jerman yang bernama Alexander Gottlieb Baumgarten pada tahun 1735. Ia mengembangkan pandangan gurunya yang sebagai seorang filsuf bernama Gottfried Wilhelm Leibniez (16461716) yang mencoba membedakan antara pengetahuan intelektual (intellectual knowledge) dan pengetahuan indrawi (sensuous knowledge). Kedua pengetahuan tersebut dianggap memiliki landasan legitimasi yang berbeda, dan bahkan bernuansa berlawanan. Pengetahuan intelektual dianggap memiliki ketegasan, kepastian, sedangkan pengetahuan indrawi dianggap penuh kekaburan dan ketidakpastian. Keduanya saling melengkapi kehidupan, melengkapi kearsitekturan, saling menambahkan satu sama lain, dan bukan berlawanan. Arsitektur tidak akan ada bila salah satu dari kedua pengetahuan tersebut tidak menampakkan wujudnya dalam satu kesatuan karya kreatif.



Pengertian Estetika Romantisme. Estetika Romantisme memang merupakan estetika yang sulit dipahami, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Romantis artinya bersifat seperti dalam cerita roman (percintaan) ; bersifat mesra ; mengasyikkan. Sedangkan romantisme berarti haluan kesusantraan abad 18 yang mengutamakan perasaan, pikiran dan tindakan spontanitas ; aliran dalam seni (drama) yang mengutamakan imajinasi, emosi dan sentimen idealisme. Nama “romantik” berasal dari istilah “romans” yaitu narasi heroik prosa atau puitis yang berasal dari sastra Abad Pertengahan dan Romantik. Dalam hal ini pada abad pertengahan romantis seniman menolak penalaran dingin klasisisme –Seni mapan waktu- untuk melukis gambar dari alam liar negara bagian, atau pengaturan lainnya eksotis diisi dengan tindakan dramatis, sering dengan penekanan pada masa lalu. Pada masa itu merupakan masa yang sedang menentang norma-norma kebangsawanan, sosial dan politik dari Periode Pencerahan dan reaksi terhadap rasionalisasi terhadap alam, dalam seni dan sastra. Sehingga munculnya keadaan-keadaan yang membangkitkan emosi manusia, seperti perasaan heroik, dramatis, takjub dan sebagainya. Sedangkan para kaum romantik menanggapi hal ini melalui seni yang seharusnya penting bagi kehidupan ini. Seni mengandung arti dari luapan perasaan, itulah sebabnya di sebut ekspresi. Estetika romantisme merupakan estetika yang muncul dari pandangan kaum romantik memang menekanakan emosi sebagai ekspresi dari seniman, sehingga muncul teori ekspresi. Munculnya "Teori Ekspresi Seni" terkait erat dengan gerakan Romantisme, sebuah perkembangan intelektual dan filosofis di abad ke-18 dan ke19. Filsafat Romantisme dapat dikatakan sebagai sebuah reaksi terhadap filsafat empiris (Inggris) dan mentalitas ilmiah, serta sebagai sebuah usaha untuk menggapai yang dibalik pengetahuan inderawi, serta sebagai sebuah usaha untuk menggapai yang dibalik pengetahuan inderawi sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Kant yang berpendapat



ada dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan dunia empiris yang merupakan objek pengetahuan ilmiah yaitu usaha untuk menggapai yang dibalik pengetahuan inderawi, dan pengetahuan noumenal yang dalam beberapa hal berada di belakang dunia inderawi empiris yang terbatas yaitu usaha untuk menggapai yang dibalik pengetahuan inderawi sehari-hari. Ketika filsafat Romantisme ini diterapkan pada dunia seni, ia menghasilkan sebuah peran baru bagi seniman dan minat baru dalam kreasi artistik. Sang Seniman dianggap sebagai sarana untuk mencapai sumber-sumber vital dan mendapatkan pengetahuan yang tak dapat diberikan oleh sains. Artinya para seniman sebagai penghubung atau medium antara dunia empiris dan dunia noumenal yang berada di balik kenyataan pengalaman. Kreasi artistik diidentifikasikan atau terkait dengan pelepasan emosi. Leo Tolstoi menyatakan bahwa karya seni pada dasarnya merupakan ekspresi perasaan dalam bentuk tertentu sehingga orang lain mampu merasakan ungkapan emosi dalam seni itu. Kaum Romantik sangat menghargai atau menghormati kemerdekaan dan kedaulatan individu untuk mengekspresikan perasaannya.



Perkembangan Estetika Romantisme. Memasuki abad ke-19, eropa mengembangkan kembali ekspresi seniman yang selama berabad-abad sebelumnya diabaikan. Beberapa filsuf yang berpengaruh terhadap munculnya estetika romantik adalah fichte, schelling, schoperhauer, dan Nietzsche. Sumbangan pemikiran para pilsuf idealis ini telah memicu munculnya suatu gerakan menentang filsafat empiris yang berfokus pada kenyataan ilmiah. Sumber pokok pemikiran dari kaum romantik adalah pendapat Kant tentang pengetahuan. Menurut Kant terdapat dua jenis pengetahuan, yakni pengetahuan empiris yang merupakan objek pegetahuan ilmiah, dan pengetahuan noumenal yang dalam beberapa hal berada di belakang dunia indrawi – empiris yang terbatas. Suatu pengetahuan empiris memiliki karakteristik yang bukan karena pengamatan empirisnya. Tetapi karna adanya struktur berpikir subjek pengamatnya. Struktur berpikir ini merupakan dunia noumental yang berupa substansi. Pemikiran dunia noumenal inilah yang menarik perhatian kaum romantik waktu itu dan mentalitas ilmiah yang berkembang sejak abad ke-17 dan ke-18 . Ketika filsafat ini diaplikasikan pada dunia seni, terdapat peran baru para seniman dalam dunia kreatifitas artistik. Para seniman dipandang sebagai penghubung dunia empiris dan dunia noumenal yang berada dibalik kenyataan pengalaman. Disamping itu seni juga merupakan ekspresi emosi yang sejak saman reanisan diabaikan perananya dalam aktifitas mental manusia. Zaman sebelumnya adalah zaman logika , zaman rasio, yang mendasarkan kebenaran atas peranan otak. Dengan munculnya pandangan kaum romantic emosi diberi peranan yang cukup penting dan vital dalam segala aktivitas dan kreativitas. Para seniman dalam kebudayan ini diungkapkan oleh nietzshe ( selama ini estetika kita adalah estetika wanita ) sampai saat ini filsafat ini kurang memperhatikan peranan seniman. Memang benar pada zaman plato perhatian terhadap para seniman dalam filsafat telah dibicarakan. Namun setelah itu perhatian terhadap para pencipta benda seni hilang begitu saja. Dunia seni romantik menjunjung tinggi penyajian pada intensitas dan spritualitas dan semakin menjauh dari sifat seni apollonian. Dari lingkungan seniman muncul ekspresi emosi seniman yang selanjutnya alexander smith pada tahun 1835 menulis “ perbedaan ekstensi antara. puisi dan prosa adalah sebagai berikut : Prosa adalah bahasa intelektual sedangkan puisi bahasa emosi “. Contohnya dalam seni music dan seni non objek music adalah contoh jelas dari seni ekspresi jadi tak mengherankan apabila dalam abad ke 19 kemajuan seni music barat amat menonjol melebihi masa masa lain. Menurut Friedrich schiller bahwa tidak



seharusnya para filsuf seni menempatkan perasaan sebagai pikiran. Perasaan dan pikiran dapat terorganisasi secara timbal balik melalui naluri, demikian itu menjadi dasar estetika. Tetapi kalau manusia mulai memisahkan dirinya dengan alam dan merenungkan dirinya maka kebebasan itu kosong tanpa tujuan. Kalau jiwa semakin merasa bahwa hubungan dan keterkaitan itu adalah sesuatu yang abadi. Fried rich Scheirmacher mengemukaan pada tahun 1819 – 1833 yang sampai beliau meninggal masih belum merupakan karya yang selesai. Ia menyetujui pendapat egel yang meletakan estetika ke dalam bagian kerja filsafat. Juga ada aktifitas internal dan aktivitas eksternal yaitu aktifitas praktis. Beberapa seorang filsuf yang memengaruhi konsep estetika pada masa romantik yaitu Schelling, Fichte. A. Schopnhaeur, dan Nietzsche. Saat ini seni merupakan ekspresi emosi para senimannya. Konsep filsafat Nietzsche tentang kualtas Dionysian (chaos) dan Apollonian (keteraturan) yang akan kita bahas. Tetapi, sebelumnya kita akan membahas beberapa ciri estetika zaman romantic (Dickie, 1971:40). 1) Seni merupakan ekspresi emosi dan perasaan sang seniman. 2) Di Prancis muncul romantisme yang ekstrem dengan semboyan I’art pour I’art, yang artinya “seni untuk seni itu sendiri”. 3) Kata-kata kuncinya adalah jenius, imajinasi kreatif, orisinalitas (original), ekspresi, komunikasi, emosi, simbolisme, sentimental. 4) Menggali kembali mitologi-mitologi, baik di Timur maupun di Barat; akibatnya, para seniman eksotisme dunia lain dan mistisme. 5) Memuja sang artis dan mendewakannya. 6) Sang artis tidak lagi diinspirasikan oleh Tuhan, tetapi dirinya didewakan ke tingkat tertinggi. 7) Seniman jenius tidak lagi mengikuti aturan atau radisi, tetapi membuat aturan sendiri, terobosan, serta kemungkinan-kemingkinan baru. Seperti yang telah disebutkan diatas, filsuf yang sangat berpengaruh pada saat ini adalah Nietzsche (1844-1900) seorang filsuf yang berasal dari jerman, ia dikenal sebagai filsuf godam karena kritikan kerasnya terhadap kebudayaan barat pada masa tersebut. Bagi Nietzsche, seni harus bersifat dinamis di dalam dualitas apollonian dan Dionysian. Cooper menjelaskan dualitas tersebut sebagai berikut (2000:304). 1. Seni Dionysian lebih menekankan pengalam yang meluap-luap, yang jantan, tegar, intens, tandas, kasar, agresif, galak dan emosional. Contohnya seperti music rock, karya-karya tragedi Sophocles (“Antigon”, “Ajax”, “The Trachiniae”). dan Aeschylus (“The plays of Aeschylus” dan “The Oresteia of Aeschylus”). 2. Sedangkan Seni apollonian Lebih menekankan unsur keteraturan dan menahandiri, yang feminism, tenang, teratur, dan tertub. Contonya sepert karya-karya Homer , yaitu seorang penyair yang menuliskan Iliad dan Oddyssey. Ciri – Ciri Estetika Romantisme - Menekankan emosi yang kuat sebagai sumber dari pengalaman estetika. - Memberikan tekanan baru terhadap emosi-emosi seperti rasa takut, ngeri, dan takjub. - Terkait dengan pelepasan emosi, yakni terlibat untuk mencapai suatu pengetahuan yang lebih unggul.



- Dipengaruhi oleh gagasan-gagasan pencerahan dan mengagungkan medievalisme.



Sifat khas gaya Romantik dalam seni - Pemujaan terhadap alam. - Rasa melankolik dan nostalgia terhadap masa silam. - Kesadaran agama mengambang. - Mengarahkan perhatian kepada diri seniman dan proses kreatifnya. - Lari dari kenyataan riil. - Inspirasi muncul dari dalam diri seniman. - Genius, dalam arti kemampuan menemukan dan menghasilakan karya yang orisinil. - Menciptakan dunia “lain” (khayal) yang bersifat emotif dan imajinatif.



Sumber : -



Agung, L. 2017. Pengantar Sejarah Dan Konsep Estetika. Yogyakarta : PT. Kanisius. Widanggo. 2011. Desain Dan Kebudayaan. Bandung : ITB. Sumardjo, J. 2000. Filsafat Seni. Bandung : ITB Beri, 2016. Estetika Romantisme. Tersedia di : http://abbeart.blogspot.com/2016/08/estetika-romantisme.html?m=1. Diakses pada tanggal 3 April 2019, Pukul 17:03.