Pemanasan Aspal [PDF]

  • Author / Uploaded
  • hasbi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Jenis Pengujian Praktik konstruksi jalan mencakup beberapa pengujian. Pada pengujian pemanasan aspal bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti cara mengencerkan aspal serta dapat mengetahui pada suhu berapa aspal dapat melekat pada agregat secara maksimal sebelum digunakan baik itu dalam penelitian maupun dalam pekerjaan dilapangan. B. Kajian Teori Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat termo-plastik. Jadi aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan. Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4% - 10% berdasarkan berat campuran, atau 10% 15% bedasarkan volume campuran. (Sukirman,2007). Ilustrasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:



Gambar 1. Pengikatan aspal terhadap agreegat (Sukirman, 2007)



Aspal sering digunakan sebagai lapisan konstruksi perkerasan lentur, ilustrasi konstruksi lapisan aspal sebagai berikut:



Menurut Dwikusuma, 2014, lapisan perkerasan lentur adalah perkerasan yang memanfaatkan aspal sebagai bahan pengikat. LapisanGambar 2. Lapisan Konstruksi Perkerasan Lentur (Dwikusuma, 2014)



lapisan perkerasannya bersifat memikul dan meyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. yang telah dipadatkan. Aspal beton campuran panas merupakan salah satu jenis lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis



1



perkerasan ini merupakan campuran homogen antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu. Lapisan konstruksi perkerasan lentur tersebut sebagai berikut: 1. Lapisan Permukaan (Wearing Course) Wearing Course merupakan lapisan perkerasan yang terletak paling atas dan berfungsi sebagai lapisan aus. 2. Lapisan Pengikat (Binder Course) Lapisan ini merupakan lapisan perkerasan yang terletak dibawah lapisan aus (Wearing Course) dan di atas lapisan pondasi (Base Course). Lapisan ini tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi harus mempunyai ketebalan dan kekauan yang cukup untuk mengurangi tegangan/regangan akibat beban lalu lintas yang akan diteruskan ke lapisan di bawahnya yaitu Base dan Sub Grade (Tanah Dasar). 3. Lapisan Pondasi Atas (Base) Lapisan ini merupakan perkerasan yang terletak di bawah lapis pengikat (Binder Course), perkerasan tersebut tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas untuk menahan beban lalu lintas yang disebarkan melalui roda kendaraan. Ilustrasi komposisi aspal minyak oleh serta kandungan aspal secara fisik sebagai berikut: a. b. c. d.



Asphaltenes Maltenes Resin Minyak, (Dangztiman, 2014).



2



Gambar 3. Komposisi Aspal Minyak (Dangztiman, 2014)



Menurut (Hentak, 2012), aspal terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Aspal Buatan Jenis aspal ini dibuat dari proses pengolahan minyak bumi, jadi bahan baku yang dibuat untuk aspal pada umumnya adalah minyak bumi yang banyak mengandung aspal. 2. Aspal Alam Menurut sifat kekerasannya terdiri dari: a. Batuan = asbuton b. Plastis = trinidad c. Cair = Bermuda Menurut kemurniannya terdiri dari: a. Murni = bermuda b. Tercampur dengan mineral = asbuton + Trinidad 3. Fungsi Aspal Fungsi aspal antara lain adalah sebagai berikut: a. Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu lintas (water proofing, protect terhadap erosi). b. Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat. c. Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang diletakan di atas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya. d. Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakan di atas jalan yang telah beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi sebagai pengikat di antara keduanya. e. Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan filler. Menurut ASTM D-8-31, aspal adalah bahan berwarna hitam/coklat tua, bersifat perekat, terutama terdiri dari bitumen yang didapat dari alam atau proses pembuatan minyak bumi. Sedangkan bitumen merupakan bahan berwarna hitam dapat bersifat padat/keras (asphaltine) dapat juga bersifat lembek (malthine). 3



C. Alat dan Bahan Alat dan bahan merupakan segala kebutuhan yang diperlukan dalam praktikum ataupun pengujian, guna menunjang terlaksananya praktikum dengan lancar. 1. Alat Berikut merupakan benda-benda yang digunakan pada pengujian pemanasan aspal, benda tersebut yaitu: a. Cawan Cawan adalah sebuah wadah yang berbentuk bundar dan terbuat dari plastik, kaca, maupun pelat baja yang digunakan sebagai alat praktikum Pada pengujian pemanasan aspal, cawan berfungsi sebagai wadah aspal yang akan dilelehkan.



Gambar 4. Cawan



b. Piring Logam Pada pengujian pemanasan aspal piring logam digunakan sebagai wadah tempat cawan diletakkan sebelum bersentuhan langsung ke kompor serta wadah tempat aspal yang belum dicairkan.



4



Gambar 5. Piring Logam c. Kompor Listrik



Kompor



listrik



adalah



pengantar



panas



yang



penggunaannya



membutuhkan aliran listrik. Pada pengujian ini berguna untuk memanaskan aspal yang ada didalam cawan agar aspal dapat meleleh.



Gambar 6. Kompor Listrik d. Tang



Pada pengujian pemanasan aspal, tang/penjepit digunakan sebagai alat untuk mengambil aspal yang belum dipanaskan serta mengeluarkan aspal yang telah dipanaskan dari atas kompor listrik.



e. Termometer



Gambar 7. Tang/Penjepit



Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur) ataupun perubahan suhu. Pada pengujian pemanasan aspal, termometer digunakan sebagai alat untuk mengukur suhu ruangan, suhu aspal sebelum dan sesudah dipanaskan.



5



Gambar 8. Termometer



f. Kain Kain pada pengujian pemanasan aspal berfungsi sebagai pelapis kompor agar tidak secara langsung menempel kepermukaan meja, serta digunakan untuk membersihkan alat saat praktikum telah selesai.



g. Sendok



Gambar 9. Kain



Sendok pada pengujian pemanasan aspal berfungsi sebagai alat pengaduk aspal yang dipanaskan hingga aspal mencair secara keseluruhan.



Gambar 10. Sendok



2. Bahan Berikut merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam pengujian pemanasan aspal, bahan tersebut yaitu:



6



a. Aspal Menurut ASTM D-8-31, aspal adalah bahan berwarna hitam/coklat tua, bersifat perekat, terutama terdiri dari bitumen yang didapat dari alam atau proses pembuatan minyak bumi. Pada pengujian pemanasan aspal bahan utama yang digunakan adalah aspal yang sudah disediakan dilaboratorium.



Gambar 11. Aspal



b. Minyak Tanah Pada pengujian pemanasan aspal minyak tanah digunakan sebagai bahan pembersih aspal yang melekat pada alat praktikum.



Gambar 12. Minyak Tanah



D. Langkah Kerja



7



Langkah kerja merupakan tahap-tahap yang ditempuh dalam pengujian suatu praktikum. Penyusunan langkah kerja yang baik tidak lain bertujuan untuk memperoleh hasil maksimal dalam praktikum. Untuk langkah kerja pengujian pemanasan aspal sebagai berikut: 1. Alat dan bahan yang berhubungan dengan pengujian pemanasan aspal disiapkan. 2. Aspal diisi pada piring besi yang telah tersedia. Bersihkan terlebih dahulu apabila ada aspal yang menempel pada sisi luar cawan, bila memungkinkan aspal dapat langsung diisi ke dalam cawan. 3. Aspal yang telah tersedia diatas piring diisi kedalam cawan hingga kirakira 0,5 cm dari permukaan atas cawan. 4. Kompor listrik dinyalakan, kemudian cawan diletakkan diatas piring besi kosong lalu piring tersebut diletakkan diatas kompor. 5. Ketika aspal sudah mulai meleleh, aspal diaduk menggunakan sendok besi hingga mencair seluruhnya sampai tidak ada bagian aspal yang menggumpal. 6. Aspal yang sudah mencair diamati suhunya menggunakan termometer. 7. Suhu aspal dicek berulang kali (disertai pencatatan waktu) untuk mendapatkan suhu yang tepat. 8. Apabila suhu yang diamati sudah diperoleh, kompor listrik dimatikan dan aspal yang sudah mencair disimpan sambil menunggu aspal tersebut mengeras kembali. 9. Alat-alat yang sudah dipergunakan dalam praktikum dibersihkan dengan minyak tanah dan kain, setelah itu disimpan. E. Penyajian Data Pengamatan suhu diprioritaskan dalam praktik ini, jadi data yang diperoleh hanya mengenai suhu aspal pada saat pemanasan. Data hasil pengujian pemanasan aspal, sebagai berikut: 1. Waktu pengujian a. Hari dan Tanggal : Jumat, 20 Februari 2015 b. Waktu : 13:00 WIB s.d 15:00 WIB c. Cuaca : Berawan 2. Tempat Pengujian Pengujian pemanasan aspal di lakukan Laboraturium Bahan Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Hasil Pengujian



8



Tabel 1. Data Hasil Pengujian. Jenis Pengujian



Suhu Awal (ºC)



Pemanasan Aspal



30,5



Suhu Akhir (ºC) 82 90 110



Waktu (menit) 7,3 9,56 11,01



F. Pembahasan Pengujian pemanasan aspal yang telah dilakukan diperoleh data dengan suhu aspal yang dicairkan mencapai 110º C. Pada suhu tersebut merupakan keadaan dimana aspal sudah tidak dalam bentuk zat padat lagi, melainkan sudah menjadi zat cair. Pada suhu tersebut sekaligus juga merupakan suhu terakhir dari pengujian pemanasan aspal yang dilaksanakan. Pada pengujian pemanasan aspal apabila aspal sudah mulai mencair, aspal harus segera diaduk agar udara tidak masuk kedalam aspal yang mulai mencair, karena hal tersebut dapat mempengarui serta pemanasan aspal menjadi tidak merata. Pemanasan aspal dilakukan hingga aspal menjadi cair secara merata. Jadi sebenarnya, adonan atau campuran aspal panas dan batu agregat harus diolah pada rentang suhu ini. Pada suhu tertentu campuran aspal ini harus segera digelar/dihampar dipermukaan jalan yang hendak dilapisi untuk selanjutnya dipadatkan dengan jumlah lintasan alat penggilas yang memadai. Tujuan memanaskan aspal hingga mencapai suhu 110ºC ± 5ºC agar partikel aspal lebih monolit, yaitu lebih menyatu dibandingkan keadaan sebelumnya (saat padat). Peristiwa tersebut dapat terjadi dikarenakan setelah



aspal mencair akan



bersifat lebih elastik, sehingga dapat mengisi ruang kosong antar partikel. Ilustrasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:



Gambar 13. Pengikatan aspal terhadap agreegat



9



( Sukirman, 2007)



Sebaliknya, apabila aspal dalam keadaan yang terlalu encer maka ikatan antar partikel aspal akan menjadi sangat lemah, walaupun dapat mengisi rongga yang ada namun kekuatannya tidak maksimal. G. Kendala Pelaksanaan Praktikum Pada pelaksanaan praktikum pemanasan aspal di Laboratorium Bahan Bangunan, terdapat beberapa kendala maupun kesulitan yang mengakibatkan pelaksanaan praktikum kurang makimal, keterbatasannya yaitu: 1. Kesulitan untuk menentukan suhu yang tepat yaitu berkisar 110ºC ± 5ºC, apabila pengukuran suhu terlambat, maka suhu terukur akan terlalu tinggi. 2. Kurangnya kebersihan alat-alat yang akan digunakan. Hal tersebut menyebabkan penggunaan waktu yang lebih lama karena praktikan harus membersihkan terlebih dahulu alat-alat dari penggunaan praktikan sebelumnya. H. Kesimpulan Aspal yang sebelumnya berbentuk padat dicairkan dengan cara memanaskan aspal. Pemanasan aspal dilakukan hingga aspal menjadi cair secara merata. Dari hasil pengujian pemanasan aspal dapat disimpulkan bahwa: 1. Aspal dipanaskan hingga mencapai suhu 110ºC ± 5ºC agar partikel aspal lebih monolit, yaitu lebih menyatu dibandingkan keadaan sebelumnya (saat padat). 2. Pada pengujian yang telah kami lakukan, aspal dipanaskan hingga suhu 110º C, artinya masih dalam suhu pemanasan yang ideal. I. Saran – saran Dengan adanya saran-saran, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk praktikum berikutnya. Saran yang dapat saya berikan yaitu: 1. Untuk mahasiswa a. Diperlukan keseriusan agar keselamatan kerja dapat terjaga, dan hasil yang dicapai maksimal. b. Diperlukan kekompakan bekerja dalam kelompok. 2. Untuk Laboratorium a. Alat praktikum sebaiknya ditambah, agar tiap kelompok dapat praktikum. b. Alat-alat yang sudah rusak sebaiknya diperbaiki/diganti, misalnya pengatur panas pada kompor listrik yang sudah tidak berfungsi lagi.



10



DAFTAR PUSTAKA Hentak. 2012. Aspal dan Jenis Aspal. Diunduh pada alamat http://podahentak.blogspot.com/. Pada tanggal 24 februari 2015 jam 21:00 WIB. Iman, Dangzt. 2014. Komposisi, Kandungan secara fisik, Fungsi, dan Sifat-sifat Aspal. Diunduh pada alamat http://civilkitau. blogspot.com/2014/03/ komposisi-kandungan-secara-fisik-fungsi-dan-sifat-sifataspal.html. Pada tanggal 24 februari 2015 jam 21:00 WIB. Kusuma, Dwi. 2014. Mengenal Konstruksi Lapisan Aspal. Diunduh pada alamat https://dwikusumadpu.wordpress.com/2014/02/09/mengen al-konstruksi-lapisan-aspal/. Pada tanggal 3 maret 2015 jam 16:00 WIB. SNI 03-2847-2002. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (Beta Version), Bandung. Sukirman Silvia, 2007, Beton Aspal Campuran Panas Edisi kedua, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.



LAMPIRAN



11



Gambar 14. Pengisian Aspal pada Cawan



Gambar 15. Pengukuran Suhu Awal Aspal



Gambar 16. Pemanasan Aspal



12