Pemantauan Status Gizi Balita Dan Ibu Hamil [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN DAN TUJUAN PEMBELAJARAN A. Latar Belakang Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat. (Sururi, 2006). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Rinkesdas) 2007, 21 provinsi dan 216 kabupaten/kota, tingkat prevalensi gizi buruknya masih berada di atas rata-rata nasional yakni 5,4%. (Media Indonesia, 2008). Pemerintah telah lama telah berusaha mengurangi angka kejadian gizi buruk. Penatalaksanaan gizi buruk tidak cukup hanya dengan pemberian makanan tambahan (PMT), karena banyak masalah lain yang memerlukan pemecahan yang berbeda. Adanya penyakit penyerta perlu diatasi terlebih dahulu, baru kemudian memperbaiki status gizi. Pola asuh yang salah juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab gizi buruk pada balita, sehingga berbagai macam faktor tersebut harus ditelusuri lebih dalam sebelum menentukan penatalaksanaan gizi buruk yang tepat sesuai dengan penyebabnya. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil bertujuan untuk mengetahui status gizi ibu hamil. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi selama kehamilan, ibu hamil diharapkan mendapatkan asupan pangan yang adekuat sesuai kebutuhan sehingga dapat mencapai pertambahan berat badan yang optimal bagi tumbuh kembang janin. Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pengukuran LILA adalah untuk menapis wanita yang berisiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada masa kehamilan. (Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta, 2008). Pembelajaran Field Lab merupakan salah satu cara membekali mahasiswa, agar pada saatnya nanti mahasiswa telah siap berorientasi penuh pada masyarakat. Mahasiswa



memperoleh berbagai tambahan ilmu dengan observasi langsung di lapangan, bukan hanya teoritis di dalam kuliah. Dengan mengikuti pembelajaranField Lab, mahasiswa dapat membekali diri dengan dasar teori baik untuk pembelajaran formal dalam akademis maupun keterampilan pemantauan status gizi masyarakat yang nantinya akan sangat berguna pada saat terjun ke lapangan ditengah-tengah masyarakat. B. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemantauan status gizi balita dan ibu hamil di Puskesmas. Mahasiswa mampu melakukan pemantauan status gizi balita (screening status gizi balita): 1. Mampu melakukan pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB)\ atau panjang badan (PB), dan umur (U) balita. 2. Mampu mengkategorikan hasil pengukuran BB, TB, atau PB dan U dalam status gizi balitan menurut aturan WHO. 3. Mampu mengisi dan membaca Kartu Menuju Sehat Balita (KMS-Balita). 4. Mampu melakukan tindakan berdasar keadaan balita pada KMS-Balita. Mahasiswa mampu melakukan pemantauan status gizi ibu hamil: 1. Mampu melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada wanita usia subur, khususnya ibu hamil. 2. Mampu mengkategorikan hasil pengukuran LILA sesuai Pedoman Penggunaan Alat Ukur LILA. 3. Mampu melakukan tindak lanjut atas hasil pengukuran LILA terhadap ibu hamil.



BAB II KEGIATAN YANG DILAKUKAN Kegiatan Field Lab dilaksanakan pada tanggal 13 dan 20 November 2012 di Puskesmas Gantiwarno, Klaten. Pada tanggal 3 November mahasiswa diberikan pembekalan kegiatan Field Lab oleh Instruktur Lapangan dan evaluasi awal tentang hasil pembelajaran dari Buku Rencana Kerja (BRK) yang telah dibuat. Pada tanggal 20 November 2012 mahasiswa melaksanakan observasi terlebih dahulu, dibimbing oleh Asisten Instruktur untuk semua kegiatan pengukuran. Arahan yang diberikan adalah mengenai pengenalan alat dan cara penggunaannya. Kemudian setelah mengamati, mahasiswa sendiri melakukan kegiatan pemantauan status gizi pada balita dan ibu hamil yang bersedia menjadi probandus di Puskesmas Gantiwarno, Klaten. a. Penimbangan Balita Dengan Menggunakan Dacin Persiapan Penimbangan: 1. Menggantung dacin pada tempat yang kokoh. 2. Mengatur posisi batang dacin sejajar dengan mata penimbang. 3. Memeriksa ketepatan dacin, dengan menggeser bandul geser tepat pada angka nol, jika jarum penunjuk tegak lurus, berarti tidak perlu diseimbangkan lagi. Jika jarum belum tegak lurus, maka dapat diseimbangkan dengan penambahan batu kecil dalam plastik yang digantung di ujung batang dacin. Pelaksanaan Penimbangan: 1. Memastikan bandul geser berada tepat pada angka nol, agar batang dacin tidak mengenai penimbang maupun orang lain. 2. Menanyakan hasil pengukuran BB sebelumnya, sebagai patokan agar penimbangan dapat berlangsung lebih cepat. 3. Memasukkan balita kedalam kantung timbang.



4. Mengatur bandul geser pada angka penimbangan sebelumnya, lalu kemudian disesuaikan sedikit hingga jarum penunjuk saling tegak lurus (telah seimbang). 5. Membaca hasil penimbangan dengan melihat angka yang tertera di ujung bandul geser. 6. Mencatat hasil penimbangan. 7. Mengembalikan bandul geser pada angka nol. 8. Mengeluarkan balita dari kantung timbang. b. Pengukuran Panjang atau Tinggi Balita Balita berumur kurang dari 2 tahun (2 tahun), atau sudah dapat berdiri tegak sendiri diukur tinggi badannya dengan menggunakan microtoise. Dengan Papan Pengukur Persiapan Alat: 1. Meletakkan papan pada permukaan yang datar (misalnya meja). 2. Membuka kunci pengait papan pengukur hingga papan terbuka seluruhnya. 3. Memastikan meteran menunjuk angka nol. Pelaksanaan Pengukuran: 1. Balita yang akan diukur harus terbebas dari topi, atau alas kaki yang dapat berpengaruh dalam pengukuran panjang atau tinggi badan. 2. Meletakkan balita pada papan pengukur, kepala balita menempel rapat pada bagian papan pengukur yang statis (tidak bergerak). 3. Menarik kepala meteran hingga menempel rapat pada telapak kaki balita yang tegak lurus dengan bidang horizontal. 4. Membaca angka yang tertera pada kepala meteran, dan mencatat hasil pengukuran.



5. Mengembalikan kepala meteran ke tempat semula dan mengeluarkan balita dari papan pengukur. Dengan Microtoise Persiapan Alat: 1. Meletakkan microtoise di lantai dan menempel pada dinding. 2. Menarik pita meteran hingga angka nol. 3. Menempel ujung pita/meteran pada dinding. 4. Menarik kepala microtoise ke atas sampai paku. Pelaksanaan Pengukuran: 1. Memposisikan balita tegak lurus membelakangi dinding. 2. Kepala balita dibawah alat geser. 3. Balita tegak bebas, bagian belakang kepala, tulang belikat, pantat, dan tumit menempel di dinding. 4. Memposisikan kedua lutut dan tumit rapat. 5. Menarik kepala microtoise sampai puncak kepala balita. 6. Membaca angka pada jendela baca dan mata pembaca harus sejajar dengan garis merah. 7. Angka yang dibaca adalah yang berada pada garis merah dari angka kecil ke angka besar. 8. Mencatat hasil pengukuran pada kartu status. c. Prosedur Penentuan Umur Balita 1. Menentukan tanggal, bulan, dan hari penimbangan dikurangi dengan tanggal, bulan, dan waktu lahir.



2. Kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 16 sampai dengan 30 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. 3. Kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 1 sampai dengan 15 hari dibulatkan menjadi 0 bulan. d. Prosedur Pengkategorian Status Gizi Menurut WHO-NCHS 1. Menggunakan hasil pengukuran BB dan U. 2. Melihat tabel baku rujukan status gizi. e. Mengisi dan Membaca KMS Balita Datang Pertama Kali: 1. Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran. 2. Mengisi kolom identitas yang tersedia pada halaman dalam KMS balita:     



Kolom posyandu diisi nama Posyandu tempat anak didaftar. Kolom tanggal pendaftaran diisi tanggal anak didaftar pertama kali. Kolom nama anak diisi nama jelas anak. Kolom jenis kelamin diisi tanda ceklis (V) yang sesuai. Kolom “anak yang ke” diisi nomor urut kelahiran anak dalam keluarga



 



(termasuk anak yang meninggal). Kolom tanggal lahir diisi bulan dan tahun lahir anak. Kolom berat badan lahir diisi angka penimbangan berat badan anak saat







dilahirkan dalam satuan gram “berat badan lahir”. Kolom “nama ayah” dan “nama ibu” beserta pekerjaannya diisi sesuai nama







dan pekerjaan ayah dan ibu anak tersebut. Kolom “alamat” diisi alamat anak menetap.



3. Mengisi kolom bulan lahir. 4. Meletakkan titik berat badan pada grafik KMS balita. 5. Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan keadaan lainnya. 6. Mengisi kolom pemberian imunisasi.



7. Mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi. 8. Mengisi kolom periode pemberian ASI Ekslusif. Balita Datang Kedua Kali dan Seterusnya: 1. Jika ibu tidak membawa KMS, maka harus menanyakan hasil penimbangan 2 bulan sebelumnya agar dapat ditentukan status pertumbuhannya. 2. Melakukan langkah 4, kemudian menghubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu dalam bentuk garis lurus. 3. Melakukan langkah 5. Mencatat semua kejadian yang dialami anak pada garis tegak sesuai bulan yang bersangkutan. Apabila anak mendapat imunisasi melakukan langkah keenam. 4. Apabila anak ditimbang pada bulan kapsul vitamin A (Februari dan Agustus) dan diberi kapsul vitamin A, melakukan langkah 7. 5. Apabila umur bayi masih dibawah 6 bulan, melakukan langkah 8. f. Melakukan Tindakan Berdasarkan Catatan Dalam KMS







Bila garis pertumbuhan naik



Diberikan pujian serta nasehat agar ibu meneruskan cara pemberian makanan kepada annakanya, namun dianjurkan agar makan lebih banyak lagi agar anak dapat terus tumbuh dan diupayakan berat badannya naik lagi pada bulan yang berikutnya.







Bila garis pertumbuhan tidak naik



1. Timbangan tidak naik 1 kali (1T) → ditanyakan riwayat makanan dan penyakitnya, kemudian memberikan nasehat makanannya, dan memotivasi agar BB naik bulan berikutnya. 2. Timbangan tidak naik 2 kali (2T) → ditanyakan riwayat makanan dan penyakitnya, kemudian memberikan nasehat makanannya. Bila anak terlihat sakit segera dikirim ke Puskesmas atau fasiliitas kesehatan lainnya.



3. Timbangan tidak naik 3 kali (3T) → anak dirujuk ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lain. 



Bila garis pertumbuhan berada dibawah garis merah (BGM), anak harus segera dirujuk ke Puskesmas/fasilitas kesehatan lainnya.



1. Mencari penyebab kejadian tersebut, baik penyebab medis maupun penyebab non medis. 2. Jika tanda klinis (-), memberikan makanan tambahan. 3. Jika tanda klinis (+), melakukan 10 langkah tata laksana gizi buruk dan mengobati jika ada penyakit penyerta. g. Prosedur Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA): 1. Mempersiapkan alat pengukur, yaitu pita pengukur lingkar lengan atas. 2. Memperkenalkan diri dan menerangkan prosedur pengukuran serta manfaatnya. 3. Memilih lengan yang akan diukur, yaitu yang jarang dipakai bekerja (lengan kiri, jika kidal yang diukur lengan kanan). 4. Membebaskan lengan ibu hamil dari pakaian. 5. Mengukur panjang lengan, dengan titik pengukuran dari pangkal (acromion) hinggga siku (olecranon). Lengan ibu membentuk sudut 90°. 6. Merelaksasikan lengan ibu hamil. 7. Mengukur lingkar lengan atas pada titik tengah panjang dengan pita pengukur LILA. 8. Membaca hasil pengukuran LILA.



g. Prosedur Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah 1. Siapkan alat cek Hb (Hemocue) 2. Bersihkan daerah yang akan ditusuk dengan kapas beralcohol



3. 4. 5. 6. 7.



Tusuk dengan jarum yang steril Hapus dengan kapas untuk menghapus darah yang pertama Ambil cuvet dengan proses kapilaritas darah akan masuk dengan sendirinya Letakkan cuvet pada alat hemocue kemudian tutup Baca hasil pengukuran