Pembahasan Praktikum Biologi Dasar Sterilisasi Dan Media Pertumbuhan Mikroorganisme [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Gea Azoya Apriarani NIM



: 1606802



Judul Laporan VI.



Tanggal Praktikum : 3 Oktober 2016 Tanggal Laporan



: 10 Oktober 2016



: Sterilisasi dan Media Pertumbuhan Mikroorganisme



PEMBAHASAN Sterilisasi merupakan proses penting yang harus dilalui sebelum melakukan



penelitianyang berhubungan dengan mikroorganisme. Sterilisasi dilakukan pada semua



alat



dan



bahan yang



akan digunakan



dalam



percobaan, baik



peralatan laboratorium maupun medium pertumbuhan mikroba. Apabila teknik sterilisasi tidak diterapkan maka hasil yang dicapai tidak maksimal dan menimbulkan berbagai kontaminasi baik dari alat maupun media tumbuh mikroba (Dwidjoseputro, 1994). Sterilisasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu secara mekanik, fisik, dan kimiawi. Sterilisasi mekanik ditujukan untuk sterilisasi bahan yang tidak tahan panas, seperti enzim dan antibiotik, dengan cara filtrasi mengggunakan filter atau penyaring



yang berpori sangat kecil (0,22 mikron



sampai 0,45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada penyaring tersebut. Bahan filter/penyaring adalah sejenis porselinyang berpori yang dibuat khusus darimasing-masing pabrik (Gabriel, 1996). Pada sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran. Contoh sterilisasi secara fisik dengan pemanasan adalah pemijaran api secara langsung; menggunakan bunsen dengan jarak kerja maksimal 25 cm. Ada juga sterilisasi panas kering untuk alat yang terbuat dari kaca dengan oven bersuhu 105C, sterilisasi uap air panas seperti mengukus bahan yang mengandung air, dan ada juga sterilisasi uap air panas bertekanan dengan autoclave dengan suhu 121C selama 15-30 menit. Sedangkan sterilisasi secara fisik dengan penyinaran adalan penyinaran dengan sinar UV yang dapat membunuh mikroba yang menempel pada permukaan dalam atau alat yang diletakkan di dalam Laminar Air Flow. Sterilisasi secara kimiawi dapat menggunakan senyawa disinfektan antara lain etanol 95% yang paling sering digunakan,



detergent,



maupun



membutuhkan waktu yang lama.



formalin



yang



dalam



penggunaannya



Dalam pembuatan media pertumbuhan mikroorganisme maupun praktikum biologi lainnya, diharuskan bekerja secara aseptik. Karena bekerja secara aseptik adalah prinsip paling utama dalam aktivitas pengamatan yang berhubungan dengan mikrobia. Hal-hal yang dilakukan ketika pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptik, sesungguhnya hal itu telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Media atau medium merupakan bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau didalamnya, media tersebut harus memenuhi syaratsyarat, antara lain adalah harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan ditumbuhkan, tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang di tumbuhkan dapat tumbuh dengan baik. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan juimlah mikroba (Schlegel,1994). Tujuan dalam pembuatan media untuk wadah membiakkan mikroba, sehingga mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media yang telah dibuat. Media dapat digolongkan berdasarkan komposisi zat kimia, sifat fisik, dan fungsinya. 1. Penggolongan media berdasarkan susunan kimia : a. Media sintetik (media buatan) yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya dengan pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar, Nutrient Agar, Nutrient Broth, dan Lactose Broth. b. Media semi sintetik yaitu campuran media sintetik dan



non



diketahui



sintetik, jenis



dan



yang



sebagian



takarannya



komposisinya dengan



pasti,



misalnya PDA (Potato Dextrose Agar). c. Media non sintetik yaitu media yang komposisi kimianya tidak dapat ditentukan dengan pasti, dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya. Misalnya nasi, kaldu, Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion



Agar, atau Pancreatic Extract. Media ini umumnya digunakan untuk menumbuhkan dan mempelajari taksonomi mikroba (Sutedjo,1996). 2. Penggolongan media berdasarkan sifat fisik a. Media padat (solid) yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga dapat menjadi padat ketika dingin, misalnya Nutrient Agar, PCA (Plate Count Agar), atau PDA (Potato Dextrose Agar). b. Media padat yang dapat dicairkan (semi solid) yang apabila dalam keadaan panas berbentuk cair, sedangkan dalam keadaan dingin berbentuk padat, misalnya media agar (Sutedjo,1996). c. Media cair yaitu media yang tidak mengandung agar, misalnya



Nutrient



Broth,



Lactose



Broth,



dan



Briliant Green Bile Broth (BGBB). 3. Penggolongan media berdasarkan fungsinya a. Media



isolasi



esensial



untuk



yang



mengandung



pertumbuhan



semua



mikroba,



senyawa misalnya



Nutrient Broth, Blood Agar, Nutrient Agar, dan PCA (Plate Count Agar). b. Media diperkaya (enrichment) yaitu media yang ditambahi zat-zat tertentu misalnya serum darah ekstrak tanaman dan lain sebagainya, sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba yang bersifat heterotrof. c. Media selektif/penghambat yaitu media yang ditambahi zat kimia tertentu untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain (bersifat selektif) dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya PDA (Potato Dextrose Agar), Laktose Broth, dan Eosin Methylene Blue Agar (EMB-Agar). d. Media diferensial yaitu media yang ditambahi zat kimia (bahan) tertentu yang menyebabkan suatu mikroba membentuk pertumbuhan atau mengadakan perubahan tertentu sehingga dapat dibedakan tipe-tipenya. e. Media untuk peremajaan kultur merupakan media umum atau



spesifik



kultur.



yang



digunakan



untuk



peremajaan



f. Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik yang



digunakan



untuk



mendiagnosis



atau



menganalisis metabolisme suatu mikroba. g. Media untuk karakteristik bakteri yang digunakan untuk mengetahui kemampuan spesifik suatu mikroba. Dari praktikum ini, akan saya jelaskan beberapa contoh media sebagai berikut: 



Nutrient Agar (NA) merupakan media isolasi yang berwujud padat. Kadar penggunaan atau dosis NA adalah 20 gram per liter.







Nutrient Broth (NB) merupakan media isolasi yang berwujud cair, dengan kadar penggunaan 8 gram per liter.







Lactose Broth (LB) merupakan media selektif dan spesifik untuk mendeteksi enterobacter yang ada di susu (coliform) yang berwujud cair. Dosis LB adalah 13 gram per liter.







Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media isolasi dan selektif untuk fungi atau kapang dengan kadar penggunaan atau dosis 39 gram per liter. PDA memiliki sifat fisik padat.







Plate Count Agar (PCA), merupakan media isolasi yang berwujud padat dan kadar penggunaannya 22,5 gram per liter.







Briliant Green Bile Broth (BGBB) merupakan media selektif dan spesifik untuk mendeteksi coliform yang ada di air dengan dosis 40 gram per liter. BGBB berwujud cair.







Eosin Methylene Blue Agar (EMB-Agar) merupakan media selektif, spesifik, dan isolasi dengan dosis 37,5 gram per liter.







MRS Agar merupakan media spesifik dan selektif untuk lactobacillus dengan kadar penggunaan 68,2 gram per liter.







E. coli Fluorocult merupakan media spesifik untuk e.coli dengan kadar penggunaan atau dosis 55 gram per liter.







Salmonela Shigela Agar (SS-Agar) merupakan media diferensial dan selektif untuk salmonela dan shigela dengan dosis 60,1 gram per liter.



Dalam pembuatan media, dibutukan juga NaCl sebagai pelarut dengan kadar penggunaan 0,85 gram per liter.



VII. Kesimpulan Dari praktikum sterilisasi dan media pertumbuhan mikroorganisme ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.



Sebelum memulai praktikum, harus dilakukan sterilisasi terlebih dahulu baik untuk alat-alat yang akan digunakan maupun anggota tubuh praktikan.



2.



Selama praktikum diharuskan juga bekerja secara aseptik.



3.



Sterilisasi adalah proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan.



4.



Sterilisasi yang paling sederhana adalah sterilisasi kimia dengan menyemprotkan alkohol 95% dan bekerja aseptik dengan jarak maksimal 25 cm dari bunsen yang dinyalakan.



5.



Sterilisasi menggunakan autoclave dengan suhu 121C dan tekanan 1 atm selama 15-30 menit disebut sterilisasi basah.



6.



Sterilisasi menggunakan steam atau pengukus menggunakan uap panas disebut sterilisasi deduksi.



7.



Sterilisasi menggunakan oven dengan suhu 105C selama minimal 1 jam disebut sterilisasi kering.



8.



Macam-macam media dapat digolongkan menjadi tiga; berdasarkan sifat fisik, komposisi kimia, dan tujuannya.



9.



Media berakhiran Agar biasanya berwujud padat, sedangkan media yang berakhiran Broth berwujud cair.



10. Dalam penerapan kadar penggunaan suatu media, perlu diperhatikan dosis awal media tersebut dan takaran yang diinginkan.



DAFTAR PUSTAKA Dwidjoseputro, S. 1994. Sterilisasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Fitri, A. 2014. Jurnal Praktikum Mikrobiologi Dasar: Peralatan, Sterilisasi, dan Media Pertumbuhan Mikroba. https://www.academia.edu/9895572/Jurnal_Praktikum_Mikrobiologi_Dasar _Tentang_Peralatan_Sterilisasi_dan_Media_Pertumbuhan_Mikroba Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC. Maulana, U. 2014. Jurnal Mikrobiologi: Sterilisasi. Diakses dari http://bloguriefmaulana-210210.blogspot.co.id/2014/09/jurnalmikrobiologi-sterilisasi.html pada 9 Oktober 2016. Schlegel, H. G. 1994. Mikrobiologi Umum. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. Sutedjo, M. M. 1996. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta : Jakarta Wahyuni, I. T. 2012. Laporan Mikrobiologi Pertumbuhan Mikroba. Diakses dari http://itatrie.blogspot.co.id/2012/10/laporan-mikrobiologi-mediapertumbuhan.html pada 9 Oktober 2016.