Pembahasan Terpentin, Kimia, Dan Permeabilitas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A IV.



HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



4.1



Ketahanan Terhadap Minyak (Terpentine Test) Berbagai macam kertas memiliki sifat-sifat dan karakterseristik yang



berbeda-beda. Perbedaan tersebut terlihat baik itu dalam ketebalan, sifat, fungsi dan perbedaan lainnya. Beberapa kertas ada yang memiliki daya serap air yang tinggi dan ada pula kertas yang memiliki daya serap minyak yang tinggi. Selain itu, ada juga beberapa jenis kertas yang memiliki ketahanan terhadap minyak. (Herudiyanto, 2008). Praktikum pengemasan yang dilakukan kali ini adaah pengujian daya tahan kemasan kertas terhadap minyak. Pegujian yang di lakukan adalah uji terpentin, yaitu suatu pengujian yang digunakan untuk mengetahui daya penetrasi minyak dari masing – masing bahan pengemas yang diperuntukan untuk bahan pangan yang mengandung minyak. Daya penetrasi lemak pada kertas adalah kemampuan minyak untuk dapat melewati dan mengisi bagian pori-pori kertas. Sampel kemasan kertas yang digunakan pada pengujian kali ini adalah kertas roti dan kertas minyak. Prosedur pengujian ketahanan kertas terhadap minyak ini diawali dengan menyiapkan gelas kaca yang kemudian diletakkan kertas stensil di atasnya. Penggunaan kertas stensil dalam pengujian ini bertujuan untuk mempertebal lapisan sehingga penetrasi tidak terjadi terlalu cepat dan waktunya dapat dicatat selain itu karena sifat dari kertas stensil yang permukaannya kasar sehingga dapat mempersulit rambatnya minyak. Selain itu tujuan penggunaan kertas stensil adalah sebagai indikator kejelasan minyak yang tembus pada kertas uji dan tidak langsung tembus pada kaca melainkan minyak yang berpenetrasi pada kertas akan terlihat jelas melalui kertas stensil. Setelah itu letakkan kertas sampel yang akan diuji, kertas roti ataupun kertas minyak yang berukuran 6 x 6 cm. Letakkan pipa diatas lapisan kertas stensil dan kertas sampel kemudian isi pipa dengan menggunakan pasir kuarsa. Penggunaan pasir ini bertujuan sebagai media penengah antara minyak dan sampel. Jadi, minyak terpentin yang diteteskan melalui pasir terlebih dahulu melewati pasir-pasir, sehingga minyak tidak langsung menetes pada kertas sampel yang akan diuji. Selain sebagai media kecepatan penetrasi minyak, pasir ini juga berfungsi untuk meratakan bagian – bagian kertas sehingga penetesannya rata. Setelah diisi dengan pasir teteskan minyak terpentin ke dalam pasir tersebut



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A sebanyak 1,1 ml dan dicatat waktu penetrasi minyak yang terjadi. Penggunaan minyak terpentine dimaksudkan agar dalam pengukuran ketahanan kertas terhadap minyak dapat lebih akurat dan penggunaan pasir sebagai media untuk menghambat penyerapan minyak terpentine di kertas minyak dan roti sehingga waktu penyerapannya dapat ditentukan. Waktu penetrasi mulai dari penetesan minyak pada pasir sampai dengan terbentuknya bulatan minyak pada kertas stensil yang terlihat di bawah permukaan kaca. Berikut adalah hasil pengamatan pengujian ketahan kertas terhadapa minyak.



Tabel 1. Hasil Pengamatan Terpentine Test Ulangan Kertas Minyak (s) Kertas Roti (s) 6 5 240 7 1 300 8 3 360 9 7 360 10 Maksimal 7 360 Minimal 1 240 Rata-Rata 4 315 (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018) Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat dilihat bahwa sampel kemasan kertas minyak memiliki waktu penetrasi terpentin yang lebih cepat dibandingkan dengan roti, dimana kertas minyak memiliki rata – rata waktu penetrasi 4 detik dan kertas roti memiliki rata – rata waktu penetrasi 315 detik. Hasil praktikum sudah sesuai dengan literatur yang ada. Literatur menyebutkan bahwa diantara kedua jenis sampel kertas tersebut, kertas minyak memiliki waktu penetrasi yang lebih cepat dan kertas roti memiliki waktu yang lebih lambat. Berdasarkan hasil praktikum, dengan kecepatan penetrasi yang didapatkan menunjukan bahwa kertas minyak memiliki daya serap minyak yang lebih tinggi dibandingkan dengan kertas roti yang memiliki daya serap minyak yang rendah. Hasil ini sesuai dengan literatur yang ada.



Menurut literatur, kertas minyak



memiliki daya serap yang tinggi terhadap minyak, sedangkan kertas roti memiliki waktu penetrasi yang lebih lama dari kertas minyak, artinya kertas roti memiliki daya serap minyak yang rendah.



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A Kertas minyak mempunyai kandungan hemiselulosa tinggi dan lignin rendah. Kertas minyak mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap lemak, gemuk dan minyak. Tidak tahan terhadap air walaupun permukaannya telah dilapisi dengan bahan tahan air seperti lak dan lilin. Kertas minyak atau glasin dikenal dengan istilah greaseproof karena berhubungan dengan sifat-sifat yang tahan minyak. Kertas ini memiliki sifat licin sebab proses pengecetan (colendering), mengkilap, sedikit tembus pandang karena dibuat dengan sulfat. Kertas roti memiliki daya penetrasi paling lama, ini berarti kertas roti memiliki daya tahan terhadap minyak yang rendah. Hal ini disebabkan karena kertas roti memiliki struktur yang berserat, dimana kertas tersebut dilapisi bahan tahan minyak seperti polimer sintetik atau getah sehingga memungkinkan untuk menahan kekuatan penetrasi minyak ketika minyak diteteskan di atasnya (Syarief, 1989). Kertas roti memiliki permukaan yang lebih tebal dibandingkan kertas minyak dan seratnya lebih kasar dibandingkan dengan kertas minyak. Hal ini menyebabkan penyerapan minyak terjadi lebih lama dibandingkan dengan kertas minyak. Kertas minyak memiliki permukaan yang lebih tipis dan pori – pori nya lebih kecil sehingga kertas minyak mudah menyerap minyak. Pada praktikum ini data waktu penetrasi didapatkan dari penggunaan pasir kuarsa setengah pipa dan jumlah minyak terpentin sebanyak 1,1 ml. Penggunaan banyaknya pasir yang hanya setengah pipa ini memungkinkan minyak bisa berpenetrasi dalam waktu yang lebih cepat. Kertas roti mempunyai permukaan lebih kasar, agak berongga dan sedikit berserat dibandingkan kertas minyak, disebabkan karena bahan baku pembuatannya yang berbeda. Biasanya digunakan untuk proses pengolahan dalam pembuatan kue ataupun roti, atau dalam pengolahan pangan yang lainnya. Kertas roti baik untuk mengemas produk berminyak karena pori-porinya lebih besar sehingga minyak sulit untuk melakukan penetrasi. Kertas minyak mempunyai permukaan seperti gelas dan transparan, mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap lemak, oli dan minyak, tidak tahan terhadap air walaupun permukaan dilapisi dengan bahan tahan air seperti lak dan lilin. Kertas minyak memiliki pori-pori yang lebih kecil sehingga menyebabkan minyak mudah menyerap.



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A Kecepatan penetrasi dipengaruhi oleh proses pengecatan (calendering). Pengecatan ini menyebabkan terbentuknya permukaan yang licin seperti pada kertas minyak dan agak kasar pada kertas roti. Adanya perbedaan kehalusan permukaan kertas, disebabkan adanya perbedaan metode sizing (sizer). Ketebalan juga mempengaruhi daya penetrasi minyak. Faktor – faktor yang memungkinkan terjadinya kekeliruan hasil pengujian adalah kerapatan pasir kuarsa yang berbeda antara pengujian satu dengan yang lain, cara tetesan minyak yang berbeda sebab terdapat tetesan minyak yang continue dan tidak continue, yang mana seharusnya tetesan minyak yang dilakukan adalah secara continue sehingga waktu yang didapat bernilai akurat. Serta adanya perbedaan komponen penyusun serta proses pengolahan setiap jenis kertas yang terdiri dari proses pembuburan, filler, dan perlakuan akhir atau calendaring. (Mariati, 1995).



4.2



Sifat Kimia dan Ekstraksi Bahan Pengemas Plastik adalah senyawa polimer yang tinggi yang dicetak dalam lembaran-



lembaran yang mempunyai ketebalan berbeda-beda (Herudiyanto, 2008). Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief et al., 1989). Sifat fisik plastik adalah transparan atau tembus pandang



(clarity)



yang baik, kekakuan (stiffness), ketahanan terhadap tegangan (tensile strength), ketahanan terhadap gesekan dan benturan (mar resistance), dapat dilengkungkan atau dibelokkan (warpage), ketahanan terhadap terhadap sobekan (tear strength), serta permeable terhadap gas (Herudiyanto, 2008). Praktikum yang dilakukan kali ini adalah pengujian sifat kimia dan ekstraksi bahan pengemas. Bahan pengemas yang digunakan pada pengujian ini adalah berbagai jenis bahan pengemas yaitu PE, PP, HDPE, PS, PET. Prinsip pengujian sifat kimia ini adalah migrasi polimer plastik ke dalam bahan pangan berdasarkan sifat – sifatnya. Pengujian diawali dengan menyiapkan kelima jenis kemasan



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A dengan ukuran masing – masing 1 x 6 cm. Kelima jenis plastik tersebut kemudian ditimbang untuk mengetahui berat awalnya. Setelah itu masukkan masing – masing plastik ke dalam tabung reaksi yang berbeda dan diberi pelarut sebanyak 10 mL sampai plastik terendam. Pelarut yang digunakan adalah larutan sabun 1%, asam sitrat 10%, NaOH 10%, H2O2 dan minyak goreng. Pelarut yang digunakan tersebut memiliki sifat yang berbeda – beda yang mungkin dimiliki oleh berbagai jenis makanan yang biasa dikemas, seperti misalnya bahan pangan yang bersifat asam, basa, dan sebagainya. Asam sitrat mewakili sifat asam, NaOH mewakili sifat basa, sabun sebagai pelarut organik, H2O2 yang bersifat oksidator, dan minyak goreng yang sangat sering terdapat pada bahan pangan yang mewakili sifat berminyak (Winarno, 1992). Perendaman plastik tersebut dilakukan selama 3 hari. Setelah 3 hari plastik yang direndam tersebut diangkat dan dicuci. Kemasan plastik yang direndam dengan menggunakan larutan sabun, NaOH dan asam sitrat dicuci dengan menggunakan air, sedangkan sampel plastik yang direndam dengan menggunakan minyak dicuci dengan menggunakan alkohol. Pencucian ini dilakukan untuk membersihkan plastik dari larutan yang digunakan. pencucian dengan alkohol pada minyak dan H2O2 dilakukan berdasarkan sifat kepolarannya, minyak adalah bahan yang larut dalam pelarut non polar dan alkohol merupakan pelarut non polar. Setelah pencucian, dilakukan penimbangan kembali untuk mengetahui berat akhir kemasan plastik setelah dilakukan perendaman sehingga dapat dihitung presentase perubahan berat kemasan. Presentase perubahan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.



% Perubahan =



𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙



× 100%



Dari hasil tersebut kita dapat mengetahui ketahanan suatu plastik dari sifat kimia terhadap suatu larutan. Berikut adalah hasil pengamatan pengujian sifat kima dan ekstraksi pengemas.



Tabel 2. Hasil Pengamatan Pengujian Sifat Kimia dan Ekstraksi Pengemas Kel Pelarut Sampel Berat Awal (g) Berat Akhir (g) % Perubahan PET 0,1481 0,1485 0,270 Lar. Sabun 6 1% HDPE 0,0043 0,0044 2,325



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A PE 0,0123 PS 0,0582 PP 0,0408 PET 0,0379 HDPE 0,0123 Asam sitrat 7 PE 0,1638 10% PS 0,0534 PP 0,0043 PET 0,2504 HDPE 0,0045 8 NaOH 10% PE 0,0119 PS 0,0560 PP 0,0411 PET 0,2090 HDPE 0,0038 9 H2O2 PE 0,0126 PS 0,0580 PP 0,0379 PET 0,0408 HDPE 0,0146 Minyak 10 PE 0,1818 Goreng PS 0,0551 PP 0,0044 (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)



0,0124 0,1627 0,0408 0,0388 0,0126 0,1654 0,0771 0,0043 0,2818 0,0041 0,0128 0,1340 0,0412 0,2103 0,0037 0,0121 0,0723 0,0375 0,0429 0,0158 0,1864 0,1920 0,0058



0,813 179,553 0 2,374 2,439 0,976 44,482 0 12,539 8,88 7,563 139,285 0,243 0,622 2,631 3,968 24,655 1,055 4,375 8,219 2,530 248,45 31,818



Berdarkan hasil pengamatan diatas dapat dilihat bahwa setiap jenis kemasan memiliki pertambahan dan penurunan berat setelah perendaman selama 3 hari. Masing – masing plastik yang di uji memiliki sifat ekstraksi yang berbeda – beda dilihat dari perubahan beratnya. Ini disebabkan karena kelima plastik tersebut mempunyai berbagai faktor, yaitu diantanya karena faktor kimiawi, bentuk molekul, susunan molekulnya. Hasil pengamatan tersebut diketahui dari semua sampel yang direndam dengan kelima jenis larutan berbeda, menunjukkan hasil yang berbeda pula. Sampel yang mengalami penambahan berat disebabkan karena ada komponen-komponen dari larutan yang ikut terbawa selama proses perendaman. Sampel yang mengalami penurunan berat mungkin saja disebabkan adanya komponen dari plastik yang hilang akibat perendaman larutan (Buckle, 1987). Berdasarkan hasil pengamatan, sampel plastik HDPE ketika direndam dengan menggunakan larutan sabun 1%, asam sitrat 10% dan minyak goreng, plastik tersebut mengalami penambahan berat, sedangkan ketika direndam dengan



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A menggunakan NaOH 10% dan H2O2 10% mengalami penurunan berat. Hal ini menunjukan bahwa kemasan plastik jenis HDPE ini kurang baik digunakan untuk bahan yang mengandung basa dan oksidator karena kemungkinan dengan berkurangnya berat plastik terjadi migrasi komponen plastik ke dalam larutan atau jika diaplikasikan ke dalam bahan pangan komponen plastik tersebut dapat bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas dan kemungkinan berpengaruh buruk terhadap bahan tersebut. Penambahan berat menunjukkan bahwa plastik tersebut dapat menyerap pelarut larutan sabun 1%, asam sitrat 10% dan minyak goreng. Terjadinya pertambahan berat pada plastik, tidak selalu berarti plastik tersebut cocok digunakan untuk bahan – bahan yang mengandung asam, pelarut organik dan minyak goreng. Pertambahan berat kemasan tersebut menunjukan bahwa terdapat komponen dari pelarut yang bermigrasi kedalam kemasan. Plastik HDPE biasanya digunakan untuk botol susu cair, jus, minuman, wadah es krim, kantong belanja, obat, tutup plastik. Plastik Styrofoam (PS) mengalami penambahan berat yang sangat signifikan pada semua larutan yang digunakan. Pertambahan berat paling tinggi terjadi pada perendaman styrofoam dengan menggunakan minyak goreng. Hal ini disebabkan adanya komponen dari minyak yang bermigrasi ke kemasan tersebut. Komponen styrofoam juga dapat bermigrasi ke dalam bahan yang di kemas. Menurut Bierley (1988) perubahan yang terjadi pada berat styrofoam di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1.



Suhu yang tinggi, dimana semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan.



2.



Kadar lemak tinggi, bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan dengan lebih cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi.



3.



Kadar alkohol dan asam yang tinggi, bahan alkohol dan asam mempercepat laju perpindahan.



4.



Lama kontak, semakin lama makanan disimpan dalam wadah styrofoam semakin besar kemungkinan jumlah zat kimia yang bermigrasi ke dalam makanan.



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A Plastik PP tidak mengalami perubahan berat yang terlalu signifikan. Perendaman plastik PP pada larutan sabun 1% dan asam sitrat 10% tidak mengalami perubahan berat, sedangkan pada perendaman dengan NaOH dan minyak goreng mengalami penambahan berat serta pada perendaman H2O2 mengalami penurunan berat. Penurunan berat pada perendaman H2O2 menunjukan bahwa terjadi migrasi komponen plastik ke dalam H2O2 yang artinya plastik jenis PP kurang baik digunakan untuk bahan pangan yang mengandung basa dan bahan pangan yang mengandung komponen oksidator didalamnya. Jumlah komponen yang bermigrasi kemungkinan sedikit, sehingga kemasan ini tidak terlalu baik digunakan untuk mengemas bahan pangan, baik itu bahan yang mengandung asam, basa, pelarut organik, oksidator maupun minyak. Plastik PE ketika direndam dengan menggunakan larutan sabun 1%, asam sitrat 10%, NaOH 10%, dan minyak goreng, plastik tersebut mengalami penambahan berat, sedangkan ketika direndam dengan menggunakan H2O2 10% mengalami penurunan berat. Hal ini menunjukan bahwa terjadi migrasi komponen plastik ke dalam H2O2 yang artinya plastik jenis PE kurang baik digunakan untuk bahan pangan yang mengandung basa dan bahan pangan yang mengandung komponen oksidator didalamnya. Bahan kemasan plastik ini cocok digunakan untuk bahan pangan yang mengandung pelarut organik, asam dan minyak. Kemasan jenis PET mengalami penambahan berat pada semua perlakuan perendaman. Peningkatan ini menunjukkan bahwa plastik dapat menyerap semua pelarut yang diujikan. Akan tetapi peningkatan juga dapat disebabkan oleh proses pembilasan yang tidak sempurna sehingga air masih menempel di permukaan plastik. Bahan kemasan jenis PET cukup aman untuk bahan pangan yang bersifat asam. Menurut Julianti dan Mimi (2006), PET tahan terhadap pelarut organik seperti asam-asam organik dari buah-buahan, sehingga dapat digunakan untuk mengemas minuman sari buah. Tetapi tidak tahan terhadap asam kuat, fenol dan benzil alkohol. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa kemasan plastik yang mengalami presentasi perubahan berat terbesar adalah styrofoam. Untuk plastik yang mengalami pertambahan berat, berarti plastik tersebut mudah menyerap komponenkomponen yang terlarut dalam larutan. Plastik yang mengalami penurunan berat



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A berarti plastik tersebut mudah larut dalam komponen-komponen dalam larutan tersebut (Buckle, 1987). Berdasarkan hasil praktikum tersebut didapat hasil bahwa terjadi migrasi komponen plastik, baik itu komponen bahan pengemas ke dalam makanan ataupun sebaliknya. Bahan yang berpindah dapat berupa residu polimer (monomer), katalis maupun aditive lain seperti filler, stabilizer, plasticizer dan flalameretardant serta pewarna. Aditive ini pada umumnya bersifat racun, terikat secara kimia atau fisika pada polimer dalam bentuk asli atau modifikasi (Syarief, 1989). Menurut Sulchan (2007) migrasi merupakan perpindahan yang terdapat dalam kemasan ke dalam bahan makanan. Migrasi dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: luas permukaan yang kontak dengan makanan, kecepatan migrasi, jenis bahan plastik dan suhu serta lamanya kontak. Jenis kemasan plastik yang aman untuk mengemas bahan pangan berdasarkan hasil praktikum adalah plastik PET, hal ini terlihat dari perubahan berat plastik yang terjadi tidak terlalu tinggi, hal tersebut menunjukkan kecilnya migrasi kemasan dalam bahan pangan atau sebaliknya, sedangkan jenis plastik yang tidak disarankan untuk mengemas bahan pangan adalah styrofoam karena perubahan berat bahan yang sangat signifikan dan memungkinkan akan membahayakan terhadap bahan pangan yang di kemas. Menurut Sulchan (2007) residu kemasan styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endokrin disrupter (EDC) suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Hasil berbagai penelitian yang sudah dilakukan sejak tahun 1930-an, diketahui bahwa stiren, bahan dasar styrofoam, bersifat mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen. Semakin lama waktu pengemasan dengan styrofoam dan semakin tinggi suhu, semakin besar pula migrasi atau perpindahan bahan-bahan yang bersifat toksik tersebut ke dalam makanan atau minuman. Apalagi bila makanan atau minuman tersebut banyak mengandung lemak atau minyak.



4.3



Permeabilitas Uap Air dari Film/Plastik Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami



penurunan kualias karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikroniologi.



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A Penurunan kualitas bahan tersebut dapat dipercepat dengan adanya oksigen, air, cahaya dan temperatur. Salah satu cara untuk mencegah atau memperlambat fenomena tersebut adalah dengan dilakukannya pengemasan yang tepat. Jenis kemasan yang tepat digunakan untuk pelindung bahan pangan harus disesuaikan dengan jenis bahan pangan yang dikemas. Permeabilitas kemasan yang digunakan menentukan besar kecilnya kerusakan yang terjadi. Semakin rendah permeabilitas kemasan yang digunakan maka semakin sulit uap air keluar dan masuk ke dalam bahan dan begitupun sebaliknya, semakin tinggi permeabilitas kemasan yang digunakan maka semakin mudah uap air keluar dan masuk ke dalam bahan. Bahan pangan kering seperti keripik membutuhkan jenis kemasan yang memiliki permeablitas uap air yang rendah, sedangkan bahan pangan segar seperti sayuran dan buah – buahan membutuhkan jenis kemasan yang memiliki permeabilitas tinggi karena sifatnya yang masih melakukan respirasi. Permeabilitas suatu kemasan adalah kemampuan untuk melewatkan partikel gas dan uap air pada suatu unit luasan bahan pada suatu kondisi tertentu. Nilai permeabilitas sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat kimia polimer, struktur dasar polimer, dan sifat komponen permeant. Umumnya nilai permeabilitas film kemasan berguna untuk memperkirakan daya simpan produk yang dikemas (Herudiyanto, 2008). Komponen kimia alamiah berperan penting dalam permeabilitas. Polimer dengan polaritas tinggi (polisakarida dan protein) umumnya menghasilkan nilai permeabilitas uap air yang tinggi dan permeabilitas terhadap oksigen rendah. Hal ini disebabkan polimer mempunyai ikatan hidrogen yang besar. Polimer kimia yang bersifat nonpolar (lipida), yang banyak mengandung gugus hidroksil, mempunyai nilai permeabilitas uap air rendah dan permeabilitas oksigen yang tinggi, sehingga menjadi penahan air yang baik tetapi tidak efektif menahan gas. Permeabilitas uap air merupakan suatu ukuan kerentanan suatu bahan untuk terjadinya proses penetrasi air (Shofyan, 2010). Plastik pengemas tidaklah secara absolut mampu menahan gas dan kelembaban tersebut karena film plastik permeabel terhadap gas dan uap air. Masing-masing plastik pengemas mempunyai tingkatan permeabilitas terhadap gas dan uap air yang berbeda dan besarnya dipengaruhi oleh faktor jenis plastik, ketebalan plastik, temperatur, dan beberapa parameter lainnya.



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A Permeabilitas terhadap gas dan uap air (gas or water vapor permeability = WVP) yang banyak digunakan dalam teknologi pengemasan didefinisikan sebagai gram air per hari per 100 in2 permukaan kemasan, untuk ketebalan dan temperatur tertentu, dan kelembaban relatif di satu sisi 0% dan pada sisi lainnya 95%. Metode pengukuran yang dilakukan adalam metode gravimetri yaitu menggunakan suatu desikan yang dapat menyerap uap air dan menjaga supaya tekanan uap air tetap rendah disimpan dalam suatu mangkuk aluminium yang kemudian ditutup dengan film plastik yang akan diukur permeabilitasnya. Praktikum kali ini dilakukan untuk mengetahui permeabilitas dari kemasan plastik yang biasa digunakan untuk bahan pangan. Pengujian permeabilitas ini bertujuan untuk mengetahui jenis plastik apa yang sebenarnya lebih tahan dari masuknya uap air dan gas dan mengetahui ukuran berapa banyak air yang bisa melewati kemasan. Pengujian permeabilitas ini dilakukan selama 4 hari. pengujian dilakukan pada 3 kondisi yang berbeda. Untuk satu jenis plastik dilakukan pengujian pada 3 cawan petri, 1 merupakan kontrol, 1 berisi air 10 mL dan 1 berisi desikan (silika gel). Setiap sampel plastik yang diuji digunakan untuk menutupi ketiga cawan petri tersebut dan dieratkan dengan menggunakan karet. Sebelumnya ditimbang terlebih dahulu berat dan diameter cawan petri. Plastik yang diuji juga di ukur ketebalannya pada kelima titik yang berbeda untuk mengetahui ketebaln plastik secara merata. Setelah semua cawan petri di tutup dengan menggunakan plastik, timbang berat awalnya dan kemudian simpan di dalam desikator yang RH nya sudah dikondisikan dengan menggunakan larutan garam jenuh NaCl. Pengamatan dilakukan selama 4 hari untuk mengetahui adanya perubahan berat yang terjadi. Perubahan berat tersebut akan menunjukan ketahanan plastik terhadap kontaminasi dari luar terutama faktor kontak dengan gas dan kelembaban (permeabilitas). Rumus yang digunakan untuk pengukuran permeabilitas plastik tersebut adalah : ∆𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙



WVTR = (𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎) 𝑥 (𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢)



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A Pengujian dilakukan pada empat jenis plastik yaitu PP, PE, HDPE dan Clingwrap. Berikut adalah hasil pengamatan WVTR pada keempat jenis kemasan tersebut.



Tabel 3. Hasil Pengamatan Permeabilitas Uap Air dari Film atau Plastik Berat hari keKetebalan D Kondisi (mm) (mm) 1 2 3 4 64,72 Kontrol 57,0670 57,1740 57,0820 57,1030 PP 0,06 63,49 Aquades 87,8540 87,3620 87,3310 87,7030 64,45 Desikan 85,5500 85,9960 86,3280 86,5510 63,03 Kontrol 46,2060 46,4730 46,4960 46,3510 PE 0,01 64,8 Aquades 87,8540 75,0970 74,8040 74,9620 60,03 Desikan 85,4450 87,0890 86,3740 86,4080 61,9 Kontrol 49,7130 50,4220 50,4110 50,9700 HDPE 0,01 59,96 Aquades 83,4450 83,4820 83,0100 82,6790 62,87 Desikan 80,9600 81,9950 82,8110 83,2580 63,52 Kontrol 57,9940 58,5310 58,7070 58,7830 Cling 0,01 60,32 Aquades 80,1010 78,6340 77,5750 76,4580 Wrap 64,33 Desikan 76,7480 78,5190 79,5090 79,9830 (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018) Tabel 4. Hasil Perhitungan WVTR Kemasan Plastik Perubahan r (mm) r (m) A (m2) Berat (Mv) 0,0360 32,3600 0,0324 0,0033 PP -0,1510 31,7450 0,0317 0,0032 1,0010 32,2250 0,0322 0,0033 0,1450 31,5150 0,0315 0,0031 PE -12,8920 32,4000 0,0324 0,0033 0,9630 30,0150 0,0300 0,0028 1,2570 30,9500 0,0310 0,0030 HDPE -0,7660 29,9800 0,0300 0,0028 2,2980 31,4350 0,0314 0,0031 0,7890 31,7600 0,0318 0,0032 Cling -3,6430 30,1600 0,0302 0,0029 Wrap 3,2350 32,1650 0,0322 0,0032 (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)



txA 0,0099 0,0095 0,0098 0,0094 0,0099 0,0085 0,0090 0,0085 0,0093 0,0095 0,0086 0,0097



WVTR 3,6495 -15,9065 102,3287 15,4982 -1303,7051 113,4746 139,3038 -90,4721 246,8722 83,0358 -425,1533 331,9375



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa setiap jenis kemasan plastik memiliki permeabilitas terhadap uap air yang berbeda – beda. Hasil penimbangan yang dilakukan selama 4 hari menunjukan adanya pertambahan maupun penurunan berat cawan petri. Hasil yang benar adalah jika terjadi penambahan berat, karena kenaikan bobot ini sebenarnya disebabkan oleh semakin besar berat silica gel karena adanya uap air yang diserap oleh silika gel tersebut. Penurunan berat yang terjadi mungkin saja disebabkan karena gas-gas yang berada pada wadah menguap dan ada sebagian uap air yang keluar lagi dari dalam wadah. Menguapnya gas-gas tersebut dikarenakan plastik memiliki densitas yang tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah perubahan suhu dan juga kelembaban lingkungan. Sebenarnya, ketebalan plastik film juga merupakan salah satu faktor utama yang sangat mempengaruhi permeabilitas plastik film (Bierley, 1988). Perubahan berat yang terjadi pada sampel daat dilihat pada grafik dibawah ini.



Plastik PP



Plastik PP 90.0000



Massa (gram)



85.0000 80.0000 75.0000



Kontrol



70.0000



Aquades



65.0000



Desikan



60.0000 55.0000 1



2



3



4



Hari ke-



Gambar 1. Grafik Permeabilitas Kemasan Plastik PP (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018) Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua perlakuan (kontrol, akuades, dan desikan) yang ditutupi oleh kemasan plastik PP mengalami penurunan berat dan pertambahan berat selama penyimpanan 4 hari di dalam desikator. Penurunan berat terjadi karena uap air atau gas yang berpindah atau keluar dari dalam gelas



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A melewati plastik PP. Pertambahan berat menunjukkan bahwa uap air dan gas yang masuk sedikit, artinya plastik ini memiliki permeabilitas yang cukup rendah juga, sedangkan penurunan berat terjadi mungkin karena garam tidak cukup baik sebagai desikan, garam cepat menyerap uap dan gas sehingga cepat jenuh juga dan menyebabkan garam tidak mampu mengikat uap air dan gas kembali. Hasil ini telah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa platik PP memiliki permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang, sehingga kurang baik untuk makanan yang peka terhadap oksigen (Syarief dkk.1989). Grafik PP kontrol menunjukkan perubahan berat setiap harinya. Namun hal ini tidak sesuai karena seharusnya tidak terjadi perubahan berat pada kontrol. Hal ini dapat disebabkan karena desikator yang digunakan tidak dapat menyeimbangkan RH lingkungan serta suhu yang tidak konstan. Contoh perhitungan WVTR kemasan plastik PP dengan perlakuan kontrol adalah sebagai berikut: WVTR =



=



𝑀𝑣 𝑡𝑥𝐴



0,0360 0,0099



= 3,6495 g/hari m2



Dimana: -



t = waktu (hari) A = luas edible film yang menutupi cawan (m2) = πr2 Sehingga: t x A = 3 x 0,0033 = 0,0099



-



Mv (Perubahan Berat) = Berat hari ke-4 – Berat hari ke-1 = 57,1030 – 57,0670 = 0,0360



Nilai WVTR yang dihasilkan pada kontrol adalah 3,6495 g/m2 hari, sedangkan akuades yang ditutup oleh plastik PP memiliki nilai WVTR 15,9065g/m2 hari dan pada silica gel sebesar 102,3287 g/m2 hari. Nilai permeabilitas terendah yaitu pada plastik PP tanpa perlakuan (kontrol) kemudian silica gel dan yang paling tinggi akuades. Hal ini tidak sesuai karena seharusnya silica gel memiliki permeabilitas paling rendah karena menurut Sulastri dan



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A Kristianingrum (2010), silica gel mempunyai kestabilan termal dan mekanik yang tinggi serta relatif tidak mengembang dalam pelarut organik jika dibandingkan dengan padatan resin polimer organik dan bersifat sangat inert sehingga tidak mudah bereaksi. Menurut Bost (1980) dalam Syarief (1989) PP mempunyai kekakuan yang lebih bila dibandingkan polietilen. Plastik PP mempunyai permeabilitas terhadap uap air yang rendah, permeabilitas terhadap gas sedang, tahan terhadap lemak, tahan terhadap suhu tinggi, tahan terhadap bahan kimia, mempunyai “impact strength” yang baik dan mempunyai permukaan yang mengkilap.



Plastik PE



Massa (gram)



Plastik PE 90.0000 85.0000 80.0000 75.0000 70.0000 65.0000 60.0000 55.0000 50.0000 45.0000 40.0000



Kontrol Aquades



Desikan



1



2



3



4



Hari ke-



Gambar 2. Grafik Permeabilitas Kemasan Plastik PE (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)



Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa akuades mengalami penurunan berat selama 4 hari penyimpanan dengan perubahan berat sebesar 12,8920 gram. Silica gel mengalami kenaikan berat selama 4 hari penyimpanan dengan perubahan berat sebesar 0,09630 gram. Pertambahan bobot sampel dapat disebabkan oleh uap air yang terserap dalam kemasan. Uap air dapat terserap oleh plastik dikarenakan plastik tidak kedap uap air dan gas. Kenaikan berat ini juga disebabkan penambahan silica gel pada cawan. Silica gel termasuk ke dalam



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A golongan desikan yang memiliki kemampuan penyerapan uap air yang baik dan dari hari kehari. Nilai WVTR pada plastik PE tanpa perlakuan, akuades, dan silica gel berturut-turut adalah 15,4982 g/m2 hari, -1303,7051 g/m2 hari, dan 113,4746 g/m2 hari. Nilai negatif pada WVTR akuades menunjukkan penurunan berat dan memiliki nilai WVTR tertinggi. Hal ini tidak sesuai karena seharusnya nilai WVTR tertinggi dimiliki kontrol, diikuti akuades dan yang paling rendah adalah silica gel. Kesalahan ini dapat disebabkan karena penggunaan desikator yang tidak sesuai sehingga dapat membuat RH dan suhu berubah. PE bersifat kedap air mungkin dikarenakan cara pembuatan PE itu sendiri. Menurut Syarief (1989), PE dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh sebagai hasil samping industri arang dan minyak. Plastik PE memiliki sifat permeabilitasnya yang rendah dan sifat mekaniknya yang baik, maka polietilen dengan ketebalan 0.001 – 0.01 inchi banyak digunakan unttuk mengemas bahan pangan.



Plastik HDPE



Massa (gram)



Plastik HDPE 90.0000 85.0000 80.0000 75.0000 70.0000 65.0000 60.0000 55.0000 50.0000 45.0000



Kontrol



Aquades Desikan



1



2



3



4



Hari ke-



Gambar 3. Grafik Permeabilitas Kemasan Plastik HDPE (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)



Grafik di atas menunjukkan perubahan berat pada akuades dan silica gel pada cawan yang ditutup plastik HDPE. Plastik HDPE dengan penambahan akuades mengalami penurunan berat dengan perubahannya sebesar -0,7660 gram,



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A sedangkan pada silica gel mengalami kenaikan berat dengan perubahannya sebesar 2,2980 gram. Penurunan berat ini terjadi karena uap air atau gas yang berpindah atau keluar dari dalam gelas melewati plastik HDPE. Peningkatan berat terjadi karena silica gel menyerap uap air dan gas dari lingkungan sehingga beratnya bertambah. Nilai WVTR pada plastik HDPE tanpa perlakuan (kontrol) adalah 139,3038 g/m2 hari, sedangkan dengan ditambahkan akuades didapat nilai WVTR sebesar –90,4721 g/m2 hari dan pada silica gel sebesar 246,8722 g/m2 hari.



Plastik Cling Wrap



Plastik Cling Wrap 85.0000



Massa (gram)



80.0000 75.0000 70.0000



Kontrol



65.0000



Aquades



60.0000



Desikan



55.0000 50.0000 1



2



3



4



Hari ke-



Gambar 4.Grafik Permeabilitas Kemasan Plastik Cling Wrap (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)



Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat terjadi kenaikan berat pada kontrol dan silica gel sedangkan akuades mengalami penurunan berat selama 4 hari penyimpanan. Kenaikan berat ini disebabkan oleh udara atau gas yang masuk menembus ke dalam gelas melalui kemasan yang disebut juga permeabilitas sebaliknya penurunan terjadi karena udara dari dalam gelas keluar menembus plastik uji melalui kemasan. Gas tersebut dapat melewati kemasan melalui mekanisme pori mikroskopik dan difusi teraktivasi karena perbedaan konsentrasi. Plastik cling wrap tanpa perlakuan (kontrol) mengalami kenaikan berat karena ada uap air yang masuk. Hal ini sudah sesuai karena dengan tidak diberikan perlakuan, akan lebih banyak uap air yang masuk karena tidak ada desikan yang menahan atau



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A menyerap uap air tersebut. Nilai WVTR pada cling wrap tanpa perlakuan adalah 83,0358 g/m2 hari, sedangkan pada silica gel sebesar 331,9375 g/m2 hari dan pada akuades adalah -425,1533 g/m2 hari. Silica gel memiliki kemampuan penyerapan uap air yang baik. Berdasarkan hasil keseluruhan dapat dilihat bahwa pada cawan petri kontrol beratnya cenderang tetap tidak mengalami penurunan ataupun penaikan berat yang signifikan. Perubahan berat justru terjadi pada desikan. Hal ini terjadi sesuai dengan fungsi desikan tersebut yang akan menyerap uap air untuk tetap menjaga tekanan uap airnya rendah. Berat cawan petri yang berisi desikan silika gel dan air mengalami perubahan berat. Desikan silika gel mengalami pertambahan berat selama penyimpanan hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya penyerapan uap air yang dilakukan oleh silika gel. Silika gel dapat menangkap uang air dari luar karena adanya perbedaan tekanan antara silika gel dan diluar silika gel. Tekanan uap air diluar yang lebih tinggi menyebabkan terjadinya perpindahan masa dari luat kedalam silika gel melewati kemasan. pengikatan uap air oleh silika gel ini disebabkan oleh terjadinya perubahan RH dan suhu pada lingkungan penyimpanannya. Desikan akuades mengalami penurunan berat yang signifikan pada semua jenis kemasan plastik. Hal ini kemungkinan terjadi karena dengan adanya perbedaan tekanan uap air di dalam desikan lebih banyak sehingga terjadi perpindahan massa air dari dalam keluar kemasan. Banyaknya air yang ditangkap menunjukan kemampuan uap air tersebut untuk menembus kemasan plastik yang digunakan. Menurut (Buckle, 1985) urutan plastik yang paling bagus berdasarkan tingkat permeabilitasnya dari tinggi ke rendah adalah PVC, HDPE, PE, dan PP. Apabila dilihat dari hasil nilai WVTR dari setiap jenis sampel plastik yang diuji permeabilitasnya menggunakan silica gel, diketahui urutan plastik dari yang paling rendah laju transmisi uap airnya sampai ke yang paling tinggi adalah PP – PE – HDPE – Cling Wrap. Urutan permeabilitas plastik yang diuji menggunakan akuades jika diurutkan dari yang paling rendah sampai tertinggi adalah PP – HDPE –Cling Wrap - PE. Plastik tanpa perlakuan (kontrol) memiliki nilai permeabilitas dari yang paling rendah sampai tertinggi yaitu PP – PE – Cling Wrap - HDPE. Kemasan cling wrap memiliki permeabilitas yang tinggi, hal ini ditunjukkan



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A dengan nilai WVTR yang besar. Kemasan cling wrap ini cocok digunakan untuk bahan pangan segar seperti sayur dan buah segar, karena dengan permeabilitasnya yang tinggi memungkinkan proses respirasi sayur dan buah masih tetap berjalan dan kerusakan dapat dikendalikan. Sifat terpenting bahan kemasan yang digunakan meliputi permeabilitas gas dan uap air, bentuk dan permukaannya. Permeabilitas uap air dan gas, serta luas permukaan kemasan mempengaruhi jumlah gas yang baik dan luas permukaan yang kecil menyebabkan masa simpan produk lebih lama. Kemasan PP adalah sampel plastik yang memiliki nilai WVTR paling kecil yang menunjukan bahwa permeabilitasnya terhadap uap air rendah, sehingga bagus dan cocok untuk dijadikan kemasan bahan pangan terutama bahan pangan yang kering yang harus terhindar dari uap air lingkungannya. Semakin banyak uap air yang diserap oleh desikan maka akan semakin besar pula nilai WVTR yang dihasilkan. Nilai WVTR yang semakin tinggi menunjukan bahwa permeabilitas plastik tersebut terhadap uap air semakin tinggi. Nilai WVTR akan mempengaruhi nilai WVP yaitu banyaknya uap air yang ditransmisikan melalui kemasan dan WV permeability yaitu banyaknya uap air yang melewati kemasan. Semakin besar nilai WVTR maka semakin besar pula nilai WV dan WVP nya. Semakin tinggi nilai WVTR maka semakin tinggi permebilitas kemasan tersebut. Hasil yang tidak sesuai dengan literatur dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ketidakakuratan dalam penimbangan, pelilinan disekeliling wadah tidak rapat sehingga selain dari permukaan plastik, uap air juga masuk dari celah antara cawan dengan plastik, selain itu faktor kelembaban dan suhu udara penyimpanan juga mempengaruhi nilai permeabilitas plastik film. Semakin tebal plastik maka kemungkinan permeabilitasnya semakin rendah (Herudiyanto, 2008).



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A V.



KESIMPULAN 1.



Kertas minyak memiliki waktu penetrasi yang lebih cepat dibandingkan dengan kertas roti, dimana kertas minyak memiliki rata – rata waktu penetrasi 4 detik dan kertas roti memiliki rata – rata waktu penetrasi 315 detik. Hasil ini sudah sesuai dengan literatur.



2.



Plastik HDPE ketika direndam dengan menggunakan larutan sabun 1%, asam sitrat 10% dan minyak goreng, plastik tersebut mengalami penambahan berat, sedangkan ketika direndam dengan menggunakan NaOH 10% dan H2O2 10% mengalami penurunan berat.



3.



Plastik Styrofoam (PS) mengalami penambahan berat yang sangat signifikan pada semua larutan yang digunakan.



4.



Plastik Styrofoam (PS) mengalami penambahan berat yang sangat signifikan pada semua larutan yang digunakan.



5.



Plastik PE ketika direndam dengan menggunakan larutan sabun 1%, asam sitrat 10%, NaOH 10%, dan minyak goreng, plastik tersebut mengalami penambahan berat, sedangkan ketika direndam dengan menggunakan H2O2 10% mengalami penurunan berat.



6.



Plastik PET mengalami penambahan berat pada semua perlakuan perendaman.



7.



Jenis plastik yang tidak disarankan untuk mengemas bahan pangan adalah styrofoam karena perubahan berat bahan yang sangat signifikan dan memungkinkan akan membahayakan terhadap bahan pangan yang di kemas.



8.



Jenis kemasan plastik yang aman untuk mengemas bahan pangan berdasarkan hasil praktikum adalah plastik PET, , hal ini terlihat dari perubahan berat plastik yang terjadi tidak terlalu tinggi, hal tersebut menunjukkan kecilnya migrasi kemasan dalam bahan pangan atau sebaliknya.



9.



Nilai WVTR plastik PP yang dihasilkan pada kontrol adalah 3,6495 g/m2 hari, sedangkan akuades yang ditutup oleh plastik PP memiliki nilai WVTR -15,9065g/m2 hari dan pada silica gel sebesar 102,3287 g/m2 hari.



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A 10. Nilai WVTR pada plastik PE tanpa perlakuan, akuades, dan silica gel berturut-turut adalah 15,4982 g/m2 hari, -1303,7051 g/m2 hari, dan 113,4746 g/m2 hari. 11. Nilai WVTR pada plastik HDPE tanpa perlakuan (kontrol) adalah 139,3038 g/m2 hari, sedangkan dengan ditambahkan akuades didapat nilai WVTR sebesar –90,4721 g/m2 hari dan pada silica gel sebesar 246,8722 g/m2 hari. 12. Nilai WVTR pada cling wrap tanpa perlakuan adalah 83,0358 g/m2 hari, sedangkan pada silica gel sebesar 331,9375 g/m2 hari dan pada akuades adalah -425,1533 g/m2 hari. 13. Urutan permeabilitas plastik yang diuji menggunakan menggunakan silica gel jika diurutkan dari yang paling rendah sampai tertinggi adalah PP – PE – HDPE – Cling Wrap. 14. Urutan permeabilitas plastik yang diuji menggunakan akuades jika diurutkan dari yang paling rendah sampai tertinggi adalah PP – HDPE – Cling Wrap - PE. 15. Urutan permeabilitas plastik yang diuji tanpa perlakuan (kontrol) jika



diurutkand dari yang paling rendah sampai tertinggi yaitu PP – PE – Cling Wrap - HDPE.



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A DAFTAR PUSTAKA Bierley, A.W., R.J. Heat and M.J. Scott. 1988. Plastic Materials Properties and Aplications. Chapman and Hall Publishing, New York. Buckle, K.A., R.A Edwards., G.H Fleet., dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Herudiyanto, Marleen. 2008. Teknologi Pengemasan Pangan. Penerbit Widya Padjadjaran, Jatinangor. Julianti, E. dan Mimi M. 2006. Bahan Ajar Teknologi Pengemasan. Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara. Mariati S. 1995. Studi Pembuatan Pulp Kraft untuk Kertas dari Campuran Kayu Daun Lebar Berdasarkan Pengelompokan Massa Jenis. Skripsi. Shofyan, Mohamad. 2010. Karakteristik Kemasan Plastik. Available online at : http://forum.upi.edu/. (Diakses pada tanggal 26 April 2018) Sulastri S, Kristianingrum S. 2010. Berbagai Macam Senyawa Silika: Sintesis, Karakterisasi, dan Pemanfaatan. Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Yogyakarta. Syarief, Rizal, dkk. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Institut Pertania Bogor, Bogor. Sulchan M, Endang N. W. 2007. Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan Styrofoam. Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang. Winarno, F.G. 1992. Mutu, Daya Simpan, Transportasi dan Penanganan Buahbuahan dan Sayuran. Konferensi Pengolahan Bahan Pangan dalam Swasemba da Eksport. Departemen Pertanian, Jakarta



Yushini Ayu Laras Ratri 240210150051 Kelompok 8A JAWABAN PERTANYAAN



1.



Proses apakah yang membuat kertas menjadi resistan terhadap minyak? Jawab : Memperpanjang waktu pengadukan pulp sebelum dimasukkan ke mesin pembuat kertas. Penambahan bahan-bahan lain seperti plastisizer bertujuan untuk menambah kelembutan dan kelenturan kertas, sehingga dapat digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang lengket.



2.



Berikan 3 contoh-contoh “grease proof paper” atau kertas minyak! Jelaskan secara singkat. Jawab :  Kertas glasin/minyak Mempunyai permukaan seperti gelas dan transparan, mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap lemak, oli dan minyak, tidak tahan terhadap air walaupun permukaan dilapisi dengan bahan tahan air seperti lak dan lilin.  Kertas perkamen Mempunyai ketahanan lemak yang baik, mempunyai kekuatan basah yang baik, tidak berbau/berasa, tidak memberikan penghambatan yang baik terhadap gas, kecuali jika dilapisi dengan bahan tertentu dan dapat digunakan untuk mengemas bahan pangan seperti mentega, margarin, keju, teh, kopi.  Kertas lilin Memiliki lapisan lilin dengan bahan dasar parafin; sifatnya dapat menghambat air, tahan minyak dan memiliki daya rekat panas yang baik.