4 0 133 KB
PEMBELAJARAN VERBALISME MENUJU KETERAMPILAN APLIKATIF Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Dosen pengampu: Haryono Fajar, M.Pd.
Disusun oleh: 1. Amelia Dwi Damayanti (2019840010) 2. Nadiva Salsabila (2019840051) 3. Bukhori Lapoo (2019840058) 4. Daivina (20198400
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Pembelajaran Verbalisme Menuju Keterampilan Aplikatif”. Penyusun juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Haryono Fajar, M.Pd selaku dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan kepercayaan kepada penyusun untuk menyelesaikan tugas ini. Penyusun sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga wawasan. Penyusun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan penyusun buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca. Penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Jakarta, 22 Maret 2020
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii DAFTAR ISI...........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 A. Latar Belakang...............................................................................................1 B. Rumusan Masalah..........................................................................................1 C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2 A. Pengertian Kongres Bahasa Indonesia..........................................................2 B. Hasil dan Keputusan Kongres Bahasa Indonesia I-IX..................................2 C. Upaya Mempertahankan Bahasa Indonesia...................................................5 BAB III PENUTUP.................................................................................................8 A. Kesimpulan....................................................................................................8 B. Saran..............................................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis, dapat dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis waktu. Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan tanggungjawab profesional seorang guru, misalnya melalui penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada tingkat makro, melalui sistem pembelajaran yang berkualitas, lembaga pendidikan bertanggungjawab terhadap pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan intelektual, sikap, dan moral dari setiap individu peserta didik sebagai anggota masyarakat. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran, baik secara eksternal maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksetrnal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi, situasi belajar dan sistem. Masih ada pendidik yang kurang menguasai materi dan dalam mengevaluasi siswa menuntut jawaban yang persis seperti yang ia jelaskan. Maka dari itu perlu adanya peningkatan menuju pembelajaran yang mampu membuat siswa menjadi aktif, terampil, dan mampu memahami dalam mengimplementasikan materi yang diberikan oleh gurunya di kelas dalam kehidupannya sehari-hari.
1
B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari pembelajaran verbalisme? 2. Apa pengertian dari keterampilan aplikatif? 3. Bagaimana upaya dalam mewujudkan pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif? C. Tujuan Penulisan 1.
Untuk mengetahui pengertian dari pembelajaran verbalisme.
2.
Untuk mengetahui pengertian dari keterampilan aplikatif.
3.
Untuk mengetahui apa saja upaya-upaya yang harus dilakukan dalam
mewujudkan
pembelajaran
keterampilan aplikatif.
2
verbalisme
menuju
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pembelajaran Verbalisme Verbalisme berasal dari kata Latin, verbum. Berarti perkataan atau ucapan. Verbalisme secara umum adalah istilah untuk menyebut sesuatu sebagai ungkapan verbal, pengungkapan lewat kata-kata untuk mengungkapkan gagasan dan menyatakan pengertian. Orang yang verbalistis menyebut tukisan tau uraian yang mempergunakan terlalu banyak kata, sedang isinya terlalu sedikit, tanpa isi atau terlalu sedikit, atau sama sekali tak menyentuh topik yang sedang dibicarakan, atau lebih gamblangnya, omong kosong. Verbalisme menurut pandangan sumardinata adalah penyakit akut guru Indonesia, kebanyakan guru di Indonesia hanya memiliki dua senjata dalam mengajar, yaitu tutur dan kapur. Dalam pembelajaran, seorang guru terkadang secara tak sadar menjadi penganut verbalisme, dan menjelaskan sesuatu secara verbalistis. Siswa tahu dan hafal tapi tidak memahaminya, menerapkan, menganalisis apalagi men-sintesis-nya. Hal ini terjadi apabila guru terlalu banyak atau hanya menggunakan kata-kata dalam menjelaskan isi pesan, memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang diperlukan. Sifat verbalisme menjadi merusak, apabila guru kurang memahami keadaan
latar
belakang
pengalaman
peserta
didiknya
dan
meneruskan cara penyajiannya, maka peserta didik akan cepat menjadi bosan dengan pelajaran itu.
3
B. Pengertian Keterampilan Aplikatif . Menurut Gordon (1994), Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan tepat. Pendapat tentang keterampilan ini lebih mengarah pada aktivitas yang bersifat psikomotorik. Adapun menurut Dunette (1976), Keterampilan merupakan pengetahuan yang didapatkan dan dikembangkan melalui latihan atau training dan pengalaman dengan melakukan berbagai tugas. Kemampuan seseorang dapat dibentuk melalui serangkaian latihan yang sungguh-sungguh secara berulangulang dan difokuskan pada kegunaan yang diharapkannya. Sedangkan aplikatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah mengenai atau berkenaan dengan penerapan. Metode drill aplikatif adalah satu kegiatan aplikatif, yang dilakukan berulang-ulang dengan sungguh-sungguh untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi bersifat permanen (adaptasi dari Nana Sudjana, 1991). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan seseorang dapat dibentuk melalui serangkaian latihan yang sungguh-sungguh secara berulangulang dan difokuskan pada kegunaan yang diharapkannya. Sehingga dapat tercipta suasana pembelajaran yang membuat siswa merasa aman, nyaman, dan menyenangkan. Dan Ini merupakan hal yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa. C.
Upaya
Mewujudkan
Pembelajaran
Verbalisme
Menuju
Keterampilan Aplikatif Di abad ke 21, orang harus memiliki kreativitas agar mampu menciptakan sesuatu yang baru, unik, dan diperlukan oleh masyarakat lain. Selain itu, kita juga harus mampu untuk berpikir secara kritis. 4
Agar tidak mudah terkecoh, dan dapat mengambil keputusan dari berbagai sudut pandang yang ada. Dalam sebuah pembelajaran disekolah perlu adanya kerjasama antara guru dengan siswa. Hal ini dimaksudkan agar para siswa lebih terampil, aktif, dan menguasai setiap pembelajaran yang diberikan oleh gurunya secara aplikatif. Adapun upaya untuk mewujudkan itu semua dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Learning How to Learn (belajar bagaimana belajar) Guru harus menganggap bahwa siswalah yang harus mengkontruksi konsep atau prinsip. Siswa harus menjadi agen aktif dalam pembelajaran. Meskipun demikian, guru tidak boleh semena-mena merespons pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Guru harus membantu mereka tanpa harus menghilangkan kemandirian atau self regulasi belajar mereka. b. Pembelajaran hendaknya memanfaatkan berbagai macam sumber belajar Didalam era yang maju saat ini, tentunya banyak sekali informasi dan pengetahuan up to date yang dapat kita cari dan temui. Biasanya seorang guru lah yang memberi kan informasi kepada
siswanya.
Anak-anak
diberi
tugas
dan
diminta
mengerjakannya dirumah. Namun sekarang, anak-anak bisa memanfaatkan media pembelajaran sebagai sumber untuk belajar, seperti buku, gadget, ataupun melihat dari lingkungan sekitar.
Karena
itu,
menggunakan
atau
memanfaatkan
profesional itu sendiri sebagai sumber belajar, jauh lebih baik daripada hanya mengandalkan pengetahuan guru itu saja. Sehingga, informasi yang diterima oleh siswa lebih akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
5
c. Pembelajaran tidak hanya diarahkan kepada pemahaman tekstual Pembelajaran bukan hanya dengan menghafal kata-kata, kalimat, atau pernyataan yang dianggap penting. Pembelajaran juga tidak hanya meminta anak-anak untuk membaca teks. Namun, mereka juga perlu dibantu dalam memahami kaitannya dengan konteks dan memanfaatkannya sebagai bahan berpikir dan bertindak dengan cara belajar dari mengamati peristiwa yang ada disekitarnya, bertanya kepada pakar, atau melakukan percobaan. d. Pembelajaran
lebih
diarahkan
kepada
pengembangan
kemampuan berpikir Kemampuan berpikir yang terkembangkan akan transferable daripada sekadar penguasaan konsep itu sendiri. Pembelajaran hendaknya
membantu
siswa
mengalami
proses
berpikir
matematis yang transferable dalam kondisi apapun, yakni: clarifying, sorting and classifying, encoding, representing, comparing and contrasting, counting, drawing a formula, generalizing, and confirming (Asari, 2014). e. Menemukan keterkaitan antar fakta Peserta didik harus dibantu untuk mengaitkan informasi yang baru dipelajari dengan informasi yang telah ada di dalam kognisinya, atau yang dikenal dengan istilah meaningful learning (Novak, 2011). Dimana mereka dibantu untuk melakukan defragmenting terhadap kumpulan informasi, konsep, atau prinsip yang ada didalam kognisinya. Dalam artian dapat mendorong terbentuknya pemahaman yang bermakna.
6
f. Pembelajaran
hendaknya
mendorong
terbentuknya
keseimbangan softskills (keterampilan mental) dan hardskills (keterampilan fisik) Keseimbangan fisik dan mental merupakan hal yang mesti didapat oleh peserta didik. Karena, keseimbangan dari keduanya merupakan yang ideal. Diharapkan mereka dapat memiliki keterampilan
motorik,
keterampilan
keterampilang olah rasa yang baik.
8
berpikir,
dan
juga
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari penjelasan mengenai pembelajaran verbalisme dan keterampilan aplikatif, dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah kegiatan belajar mengajar, siswa harus diajak lebih aktif. Tidak melulu guru yang menjelaskan dan memberikan informasi seputar materi yang diberikan. Hal ini bertujuan agar anak-anak mampu terampil dalam mengasah softskills maupun hardskillsnya. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara, Learning how to learn, memanfaatkan berbagai macam sumber
belajar yang ada, tidak hanya
dihadapkan dengan pemahaman tekstual saja, adanya pengembangan kemampuan berpikir, meaningful learning atau belajar mencari keterkaitan antar fakta, dan yang terakhir dengan pembentukan softskills dan hardskills yang mereka punya. B. Saran Penyusun sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat
banyak
kekurangan
sehingga
penulis
mengharapkan adanya kritik serta saran demi perbaikan makalah kedepannya.
9
DAFTAR PUSTAKA https://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertianverbalisme-dalam-pembelajaran.html?m=1 https://trys99.wordpress.com/2014/12/28/definisi-dankarakteristik-model-pembelajaran-drill-aplikatif/ https://www.researchgate.net/publication/273636240_Me ngupayakan_Pembelajaran_Yang_Sesuai_Tuntutan_Kur ikulum_2013
10
D. Di abad ke 21, orang harus memiliki kreativitas agar mampu menciptakan sesuatu yang E. baru yang “unique” dan diperlukan oleh masyarakat lain F. Di abad ke 21, orang harus memiliki kreativitas agar
mampu menciptakan sesuatu yang G. baru yang “unique” dan diperlukan oleh masyarakat lain H. Di abad ke 21, orang harus memiliki kreativitas agar mampu menciptakan sesuatu yang
I.
baru yang “unique” dan diperlukan oleh masyarakat la