Pemberontakan Di Tii [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DI/TII PEMBERONTAKAN DI/TII Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) adalah suatu gerakan yang menginginkan berdirinya sebuah negara Islam Indonesia. Pemberontakan DI/TII bermula di Jawa Barat, kemudian menyebar ke daerah-daerah lain, seperti Jawa Tengah, Aceh, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. TUJUAN Keinginan untuk mengubah Nusantara menjadi negara yang menerapkan dasar hukum berdasarkan syariat Islam menjadi tujuan pemberontakan DI/TII semakin gencar.



PEMBERONTAKAN DI/TII DI JAWA BARAT



Tokoh Nama : Sekarmadji Maridjan Kartosoewiryo Lahir : Cepu, Jawa Tengah, 7 Januari 1905 Meninggal : DKI Jakarta, 5 September 1962 Beliau merupakan seorang tokoh Islam Indonesia yang memimpin pemberontakan Darul Islam melawan pemerintah Indonesia dari tahun 1949 hingga tahun 1962, dengan tujuan mengamalkan Al-Qur'an dan mendirikan Negara Islam Indonesia berdasarkan hukum syariah. LATAR BELAKANG Pemberontakan DI/TII diawali setelah pada tanggal 17 Januari 1948, Perjanjian Renville mengharuskan pasukan TNI dikantong-kantong gerilya untuk berkumpul di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Akibatnya, pasukan Siliwangi yang memiliki basis di Jawa Barat harus meninggalkan wilayahnya untuk berhijrah Yogyakarta. Kekosongan



tentara di wilayah Jawa Barat membuat pasukan Belanda sudah siap menguasai wilayah ini kembali. Akan tetapi, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang memimpin pasukan Hisbullah dan Sabilillah tidak ingin meninggalkan Jawa Barat. Ia ingin menentang dan menghapuskan penjajahan Belanda di Indonesia.



UPAYA PENUMPASAN Penumpasan DI/TII Jawa Barat. Pada awal pemerintah RI berupaya menyelesaikan pemberontakan dengan cara damai dengan membentuk komite yang dipimpin oleh Moh. Natsir, namun gagal. Maka ditempuh operasi militer yang dinamakan Operasi Bharatayudha. Kartosuwiryo akhirnya tertangkap di Gunung Salak, Majalaya pada tanggal 4 Juni 1962 melalui operasi Bharatayudha dengan taktik Pagar Betis yang dilakukan oleh TNI dengan rakyat. Pagar Betis merupakan pelibatan masyarakat dalam mempersempit gerakan DI/TII. Pemberontakan ini pada awalnya sulit untuk dipadamkan dikarenakan beberapa faktor yaitu: 1. Adanya semangat jihad, 2. Wilayah yang mendukung untuk bergerilya, 3. Fokus tentara Indonesia terpecah untuk menghadapi Belanda, 4. Sebagian rakyat bersimpati terhadap perjuangan Kartosuwiryo. Namun pada akhirnya Kartosuwiryo ditangkap dan kemudian dijatuhi hukuman mati.



PEMBERONTAKAN DI/TII DI JAWA TENGAH



Tokoh : Amir Fatah bernama lengkap Amir Fatah Wijaya Kusumah, adalah salah satu pimpinan Hizbullah Fisabilillah di daerah Besuki, Jawa Timur sebelum bergolaknya pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah.



LATAR BELAKANG



Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah muncul berawal dari adanya Majelis Islam yang dipimpin oleh Amir Fatah. Amir Fatah yang merupakan komandan Laskar Hizbullah menggabungkan diri dengan TNI batalion 52 dan berdomisili di Brebes-Tegal. Setelah ia mendapatkan pengikut yang banyak maka pada tanggal 23 Agustus 1949 di desa Pengarasan, Tegal, ia memproklamasikan berdirinya Darul Islam (DI). Pasukannya diberinama Tentara Islam Indonesia (TII). Ia menyatakan gerakannya bergabung dengan Gerakan DI/TII Jawa Barat pimpinan Kartosuwiryo. Di Kebumen juga terdapat gerakan yang bernama Angkatan Umat Islam yang dipimpin Mohammad Mahfud Abdurrahman (Kyai Somolangu). Gerakan tersebut juga bermaksud membentuk Negara Islam Indonesia dan bergabung dengan Kartosuwiryo. Gerakan ini sebenarnya sudah dapat didesak oleh TNI akan tetapi pada tahun 1952, kembali menjadi kuat setelah adanya pemberontakan Batalion 423 dan 426 di Kudus dan Magelang yang menyatakan bergabung dengan mereka. UPAYA PENUMPASAN DI/TII Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah tidak terlalu lama. Kurangnya dukungan dari penduduk membuat perlawanannya cepat berakhir.Penyelesaian pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dilakukan dengan membentuk pasukan khusus yang diberi nama Banteng Raiders. Operasi penumpasannya diberi nama Operasi Gerakan Benteng Negara di bawah pimpinan Letkol Sarbini, kemudian dipimpin oleh Letkol M. Bachrun dan selanjutnya dipimpin oleh Letkol Ahmad Yani.



PEMBERONTAKAN DI/TII DI ACEH



Tokoh Nama : Teungku Muhammad Daud Beureu'eh Lahir : Beureu'eh, kabupaten Pidie, Aceh, 17 September 1899 Meninggal : Aceh, 10 Juni 1987 Beliau merupakan mantan Gubernur Aceh, pendiri NII di Aceh dan pejuang kemerdekaan Indonesia. LATAR BELAKANG Kekecewaan para tokoh pimpinan masyarakat di Aceh atas dileburnya provinsi Aceh ke dalam provinsi Sumatera Utara yang beribukota di Medan. UPAYA PENUMPASAN Pemerintah pusat berusaha untuk mengatasi pemberontakan Daud Beureuh dengan memberikan status daerah istimewa bagi Aceh dengan hak-hak otonomi yang luas. Atas inisiatif Kolonel yasin, diadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang berlangsung pada tanggal 17-21 Desember 1962. Akhirnya pemberontakan DI/TII di Aceh dapat diselesaikan dengan damai.



PEMBERONTAKAN DI/TII DI SULAWESI SELATAN



Tokoh Nama : Abdul Kahar Muzakkar (La Domeng) Lahir : Lanipa, Kabupaten Luwu, 24 Maret 1921 Meninggal : Sulawesi Selatan, 3 Februari 1965 Beliau merupakan seorang figur karismatik dan legendaris dari tanah Luwu, yang merupakan pendiri Tentara Islam Indonesia di Sulawesi. Ia adalah seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang terakhir berpangkat Letnan Kolonel atau Overste pada masa itu LATAR BELAKANG Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar mengirim surat terhadap pemerintah pusat. Dalam surat tersebut Kahar Muzakar menyebutkan supaya seluruh anak buah dari KGGS (Komando Gerilya Sulawesi Selatan) dimasukkan dalam APRIS. Kahar Muzakar juga menganjurkan pembentukan Brigade Hasanuddin. Tetapi, permintaan Kahar Muzakar tersebut ditolak oleh pemerintah pusat. UPAYA PENUMPASAN Untuk mengatasi pemberontakan Kahar Muzakar, pemerintah melancarkan operasi militer dengan mengirimkan pasukan dari Devisi Siliwangi. Pemberontakan Kahar Muzakar cukup sulit untuk ditumpas. MENGAPA SULIT DITUMPAS? Faktor yang menyebabkan pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan :



1. Pasukan dari Kahar Muzakkar sangat menguasai medan perang. 2. Kahar Muzakkar mendapat dukungan dari masyarakat. 3. Keberhasilan Kahar Muzakkar menghasut rakyat.



PEMBERONTAKAN DI/TII DI KALIMANTAN SELATAN



Tokoh Ibnu Hadjar alias Haderi bin Umar alias Angli adalah seorang bekas Letnan Dua TNI yang kemudian memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai bagian DI/TII Kartosuwiryo.



LATAR BELAKANG Penataan ketentaraan mulai dilakukan di Kalimantan Selatan oleh pemerintah pusat di Jawa, tidak sedikit anggota ALRI Divisi IV yang merasa kecewa karena diantara mereka ada yang harus didemobilisasi. Termasuk Ibnu Hajar yang kecewa terhadap tindakan pemerintah tersebut. Didasari rasa kekecewaan tersebut akhirnya pada 10 Oktober 1950 Ibnu Hajar membentuk pasukan yang bernama Kesatuan Rakyat Indonesia yang Tertindas (KRYT). Dengan cepat, ia berhasil mengumpulkan pengikut terutama di kalangan anggota ALRI Divisi IV yang kecewa terhadap pemerintah. Latar belakang pemberontakan di Kalimantan Selatan ini juga dikarenakan adanya kekecewaan dari para pejuang dari Kalimantan Selatan yang tidak mendapatkan sertifikat.



UPAYA PENUMPASAN Dalam menghadapi pemberontakan Ibnu Hajar, pemerintah pusat menggunakan tokoh-tokoh kharismatik local seperti Hasan Basery



(mantan komandannya Ibnu Khajar) dan Idham Khalid seorang politikus dari Nahdiatul Ulama (NU), dan ada juga dari keluarga Ibnu Hajar sendiri untuk mermbujuk Ibnu Khajar dan KRYTnya agar meletakan senjata atau biasa disebut juga jalan damai. Namun upaya pemerintah untuk menghentikan pemeberontakan ini dengan jalan damai ternyata gagal. Akhirnya pemerintah menggunakan operasi militer untuk menghentikan pemberontakan DI/TII Kalimantan Selatan. Pada tahun 1963, pasukan Ibnu Hajar dapat ditumpas dan Ibnu hajar dijatuhi hukuman mati.



DAMPAK DARI DI/TII Pemberontakan DI/TII telah menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Aksi aksi penculikan terutama dialamatkan pada tokoh masyarakat yang berpengaruh di suatu kampung dengan harapan menjadi kaki tangan DI/TII dalam gerakan massa. Kendatipun demikian tidak jarang dari para tokoh masyarakat tersebut yang tidak setuju atau tidak mau bekerjasama dengan DI/TII. Terhadap mereka minimal ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu melarikan diri atau mengungsi ke tempat yang sulit dijangkau oleh pasukan DI/TII terutama daerah yang mana terdapat aparat keamanan dan apabila tidak sempat menyingkir, maka akan terjadi pembunuhan yang bersangkutan. Oleh karena itu banyak warga yang harus menyingkir meninggalkan kampung halamannya demi untuk menyelamatkan diri dan kelangsungan hidupnya. Selain melakukan penculikan dan pembunuhan pasukan DI/TII juga melakukan perampokan barang-barang milik penduduk hampir dalam setiap kali aksi memasuki kampung kampung. Hal ini terkait dengan upaya penghimpunan dana dalam rangka mobilisasi dan kelangsungan gerakan DI/TII di daerah Maros.