Penalaran - Bahasa Indonesia Kelompok 10 PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENALARAN



Dosen Pengampu : Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd.



Kelompok 10: Maghfira Elfaini



11190600000004



Rizki Faiza Firdausi



11190600000013



Reyhan Setiawan



11190600000025



Muhammad Aniq Imaduddin



11190600000031



Fakultas Dirasat Islamiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2020



A. Pengertian Penalaran Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubunghubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar. Di sinilah letaknya kerja penalaran. Orang akan menerima data dan fakta yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang belum jelas kebenarannya. Data yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk kalimat pernyataan. Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut proposisi. Proposisi dan Term Term adalah kata atau kelompok kata yang dapat menjadi subjek atau predikat dalam kalimat proposisi. Misalnya, semua tebu manis. Semua tebu adalah term, manis juga term karena unsur-unsur tersebut menjadi subjek atau predikat kalimat bersangkutan. Proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau kesatuan term-term yang membentuk kalimat. kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan, dan kalimat inversi tidak dapat disebut proposisi. Kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral. Proposisi dapat dipandang dari empat kriteria, yaitu berdasarkan bentuknya, berdasarkan sifatnya, berdasarkan kualitasnya, dan berdasarkan kuantitasnya. Berdasarkan bentuknya, proposisi dapat dibagi atas proposisi tunggal dan proposisi majemuk. Proposisi tunggal hanya mengandung satu pernyataan. Contoh: Semua petani harus bekerja keras. Setiap pemuda adalah calon pemimpin. Proposisi majemuk mengandung lebih dari satu pernyataan. Contoh: Semua petani harus bekerja keras dan hemat. Proposisi majemuk ini sebenarnya terdiri atas dua proposisi, yaitu Semua petani harus bekerja keras. dan Semua petani harus hemat. Berdasarkan sifatnya, proposisi dapat dibagi atas proposisi kategorial dan proposisi kondisional. Dalam proposisi kategorial, hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengan tanpa syarat.



Contoh: Semua bemo beroda tiga. Sebagian binatang tidak berekor. Dalam proposisi kondisional, hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengan suatu syarat tertentu. Syarat itu harus dipenuhi atau diingat sebelum peristiwa dapat berlang Contoh: Jika air tidak ada, manusia akan kehausan. Proposisi ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian sebab dan bagian akibat. Dalam proposisi jika tidak ada air, manusia akan kehausan unsur sebab ialah jika air tidak ada dan unsur akibat ialah manusia akan kehausan. Unsur sebab disebut anteseden dan unsur akibat disebut konsekuen. Anteseden sebuah proposisi harus selalu mendahului konsekuen. Jika urutannya dibalik, kalimat itu bukanlah proposisi. Proposisi kondisional seperti di atas disebut proposisi kondisional hipotesis. Di samping itu, ada pula proposisi kondisional disjungtif. Proposisi kondisional disjungtif ini mengemukakan suatu alternatif atau pilihan. Contoh: Amir Hamzah adalah seorang sastrawan atau pahlawan. Berdasarkan kualitasnya, proposisi dapat dibagi atas proposisi positif (afirmatif) dan proposisi negatif. Proposisi positif (afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antara subjek dan predikat. Contoh: Semua dokter adalah orang pintar. Sebagian manusia adalah bersifat sosial. Proposisi negatif adalah proposisi yang menyatakan bahwa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan. Dengan kata lain, proposisi negatif meniadakan hubungan antara subjek dan predikat. Contoh: Semua harimau bukanlah singa. Sebagian orang jompo tidaklah pelupa. Berdasarkan kuantitasnya, proposisi dapat dibagi atas proposisi universal (umum) dan proposisi khusus. Pada proposisi universal (umum), predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjeknya. Contoh: Semua dokter adalah orang pintar. Tidak seorang dokter pun adalah orang yang tak pintar.



Semua gajah bukanlah kera. Tidak seekor gajah pun adalah kera. Kata-kata yang dapat membantu menciptakan proposisi universal ini ialah a) universal afirmatif: semua, setiap, tiap, masing-masing, apapun b) universal negatif: tidak satu pun, takseorang pun Pada proposisi khusus, predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya. Contoh: Sebagian mahasiswa gemar olahraga. Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi. Sebagian Pulau Jawa adalah Jawa Barat. Tidak semua Pulau Jawa adalah Jawa Barat. Kata-kata yang dapat membantu menciptakan proposisi khusus adalah kata sebagian, sebahagian, banyak, beberapa, sering, kadang-kadang, dalam keadaan tertentu. B. Jenis-jenis Penalaran Terdapat dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. 1. Penalaran Deduktif Penalaran deduktif adalah proses berpikir yang bertolak dari suatu proposisi yang sudah ada menuju kepada suatu proposisi baru. Proposisi yang menjadi dasar adalah proposisi umum, sedangkan proposisi baru yang disimpulkan adalah proposisi khusus. Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Simpulan yang diperoleh tidak mungkin lebih umum daripada proposisi tempat menarik simpulan itu. Proposisi tempat menarik simpulan itu disebut premis. Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tak langsung. 1) Menarik Simpulan secara Langsung Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis. Sebaliknya, konklusi yang ditarik dari dua premis disebut simpulan tak langsung. Misalnya: 1- Semua S adalah P. (premis) Sebagian P adalah S. (simpulan) Contoh:



Semua ikan berdarah dingin. (premis) Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan) 2- Tidak satu pun S adalah P. (premis) Tidak satu pun P adalah S. (simpulan) Contoh: Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis) Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan) 3- Semua S adalah P. (premis) Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan) Contoh: Semua rudal adalah senjata berbahaya. (premis) Tidak satu pun rudal adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan) 2) Menarik Simpulan secara Tidak Langsung Penalaran deduktif yang berupa penarikan simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis ini akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umun dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus. Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuan yang semua orang sudah tahu, umpamanya setiap manusia akan mati, semua ikan berdarah dingin, semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi, atau semua pohon kelapa berakar serabut. Beberapa jenis penalaran deduktif dengan penarikan secara tidak langsung sebagai berikut. a. Silogisme Kategorial Silogisme Kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan premis yang bersifat umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor. Contoh: Semua manusia bijaksana. Semua polisi adalah manusia. Jadi, semua polisi bijaksana. Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis mayor dan premis minor. Term penengah pada silogisme di atas ialah manusia. Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Jika term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil. Contoh: Semua manusia tidak bijaksana.



Semua kera bukan rnanusia. Jadi, (tidak ada simpulan). Jadi aturannya adalah silogisme harus terdiri atas tiga term, yaitu term mayor, term minor, dan term penengah. Contoh: Semua atlet harus giat berlatih. Gunawan adalah seorang atlet. Gunawan harus giat berlatih. Term minor = Gunawan Term mayor = harus giat berlatih Term menengah = atlet Jika lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi salah. Contoh: Gambar itu menempel di dinding. Dinding itu menempel di tiang. Dalam premis ini terdapat empat term yaitu gambar, menempel di dinding, dan dinding menempel di tiang. Oleh sebab itu, disini tidak dapat ditarik simpulan. b. Silogisme Hipotesis Silogisme Hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Contoh: Jika besi dipanaskan, besi akan memuai. Besi dipanaskan. Jadi, besi memuai. Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai. Besi tidak dipanaskan. Jadi, besi tidak akan memuai. c. Silogisme Alternatif Silogisme altematif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Jika premis minornya membenarkan salah satu alternatif, simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh: Dia adalah seorang kiai atau profesor. Dia seorang kiai. Jadi, dia bukan seorang profesor.



Dia adalah seorang kiai atau profesor. Dia bukan seorang kiai. Jadi, dia seorang profesor. d. Entimen Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan. Contoh: Semua sarjana adalah orang cerdas. Sarno adalah seorang sarjana. jadi, Sarno adalah orang cerdas. Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu "Sarno adalah orang cerdas karena dia adalah seorang sarjana" Contoh lain entimen: Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu. Dengan demikian, silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, sebuah entimen juga dapat diubah menjadi silogisme. 2. Penalaran Induktif Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain, simpulan yang diperoleh tidak lebih khusus daripada pernyataan (premis). Banyak penalaran induktif yang berupa fakta, tetapi banyak juga yang hanya berupa asumsi atau andaian. Andaian itu ialah fakta atau pernyataan yang dianggap benar walaupun belum atau tidak dapat dibuktikan. Pada penalaran induktif, kita mengamati sejumlah peristiwa khusus dan kemudian mengambil simpulan berupa generalisasi yang berlaku atas kejadian yang disaksikan dan yang kira-kira juga akan berlaku pada peristiwa sejenis pada waktu yang akan datang. Penalaran induktif sering diperkuat dengan contoh, perincian, penjelasan, pengkhususan, atau ilustrasi. Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut. a. Generalisasi Generalisasi ialah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Generalisasi diturunkan dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik,



sosial ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus itu, orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu. Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara generalisasi adalah sebagai berikut: 1)Berdasarkan pengalaman, seorang ibu dapat membedakan atau menyimpulkan arti tangisan bayinya, sebagai ungkapan rasa lapar atau haus, sakit atau tidak nyaman. 2)Berdasarkan pengamatannya, seorang ilmuwan menemukan bahwa kambing, sapi, onta, kerbau, kucing, harimau, gajah, rusa, kera adalah binatang menyusui. Hewan-hewan itu menghasilkan turunannya melalui kelahiran. Dari temuannya itu, ia membuat generalisasi bahwa semua binatang menyusui mereproduksi turunannya melalui kelahiran. Contoh lain: Jika ada udara, manusia akan hidup. Jika ada udara, hewan akan hidup. Jika ada udara, tumbuhan akan hidup. Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup. Jika dipanaskan, besi memuai. Jika dipanaskan, tembaga memuai. Jika dipanaskan, emas memuai. Jadi, jika dipanaskan, logam memuai. Benar atau tidak benarnya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dari hal hal yang berikut. 1- Data itu harus memadai jumlahnya. Makin banyak data yang dipaparkan, makin benar simpulan yang diperoleh. 2- Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan simpulan yang benar. 3- Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data. b. Analogi Analogi adalah cara penarikan penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Contoh: Jangan kita seperti katak dalam tempurung, yang kita merasa hebat dalam wilayah kita sendiri, namun sebenarnya kita belumlah apa-apa karena masih banyak yang belum kita ketahui di luar sana. Contoh lain: Winda adalah lulusan akademi A. Winda dapat menjalankan tugasnya dengan baik.



Haris adalah lulusan akademi A. Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Tujuan pemalaran secara analogi adalah sebagai berikut. 1) Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan. 2) Analogi digunakan untuk menyingkapkan kekeliruan. 3) Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi. c. Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan. Hujan turun dan jalan jalan becek. la kena penyakit kanker darah dan meninggal dunia. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah, yaitu sebagai berikut: 1- Sebab-Akibat Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Di samping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap sebuah akibat yang nyata. Contoh: Jika kita melihat sebiji buah mangga jatuh dari batangnya, kita akan memperkirakan beberapa kemungkinan penyebabnya. Mungkin mangga itu ditimpa hujan, mungkin dihempas angin, dan mungkin pula dilempari oleh anak-anak. Pastilah salah satu kemungkinan itu yang menjadi penyebabnya. Andaikata angin tiba-tiba bertiup (A), dan hujan yang tiba-tiba turun (B), ternyata tidak sebuah mangga pun yang jatuh (E), tentu kita dapat menyimpulkan bahwa jatuhnya buah mangga itu disebabkan oleh lemparan anak-anak (C). Pola seperti itu dapat kita lihat pada rancangan berikut. Angin hujan lemparan mangga jatuh (A) (B) (C) (E) Angin hujan mangga tidak jatuh (A) (B) (E) Oleh sebab itu, lemparan anak menyebabkan mangga jatuh.



2- Akibat-Sebab Akibat-sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter merupakan akibat, dan sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan entimen. Akan tetapi, dalam penalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan. Contoh: Perut Ani sakit karena tadi pagi ia tidak sarapan.



3- Akibat-Akibat Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa "akibat" langsung disimpulkan pada suatu "akibat" yang lan. Contoh: Ketika pulang dari pasar, Ibu Heni melihat tanah di halamannya becek. Ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah. Dalam kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan, yaitu hari hujan. Pola itu dapat dilihat seperti berikut ini. Hujan menyebabkan tanah becek (A) (B) Hujan menyebabkan kain jemuran basah (A) (C) Dalam proses penalaran, "akibat-akibat", peristiwa tanah becek (B) merupakan data, dan peristiwa kain jemuran basah (C) merupakan simpulan. Jadi, karena tanah becek, pasti kain jemuran basah. (B)



(C)



C. Syarat-Syarat Kebenaran dalam Penalaran Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi. Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah. Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.



D. Konsep dan Simbol dalam Penalaran Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan berupa argumen. Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian. E. Salah Nalar Gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut salah nalar. Salah nalar ini disebabkan oleh ketidaktepatan orang mengikuti tata cara pikirannya. Apabila kita perhatikan beberapa kalimat dalam bahasa Indonesia secara cermat, kadang-kadang kita temukan beberapa pernyataan atau premis tidak masuk akal. Kalimat-kalimat yang seperti itu disebut kalimat dari hasil salah nalar. Jika kita pilah-pilah beberapa bentuk salah nalar itu, kita dapat membagi salah nalar itu dalam beberapa macam, yaitu sebagai berikut. 1-Deduktif yang Salah Salah nalar yang disebabkan oleh deduktif yang salah merupakan salah nalar yang amat sering dilakukan orang. Hal ini terjadi karena orang salah mengambil simpulan dari suatu silogisme dengan diawali oleh premis yang salah atau tidak memenuhi syarat. Beberapa contoh salah nalar jenis ini adalah sebagai berikut:   



Pak Marjo tidak dapat dipilih sebagai lurah di sini karena dia miskin. Bunga anggrek sebetulnya tidak perlu dipelihara karena bunga anggrek banyak ditemukan dalam hutan. Dia pasti cepat mati karena dia menderita penyakit jantung.



2-Generalisasi Terlalu Luas Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besamya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah. Beberapa contoh salah nalar jenis ini adalah sebagai berikut:   



Gadis Palangkaraya cantik-cantik. Kuli pelabuhan jiwanya kasar. Orang Banjarmasin pandai berdayung.



3-Pemilihan Terbatas pada Dua Alternatif Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan "itu" atau "ini'".Beberapa contoh penalaran yang salah seperti itu adalah sebagai berikut:  



Engkau harus mengikuti kehendak ayah, atau engkau harus berangkat dari rumah ini. Engkau harus memilih antara hidup di Banjarmasin dengan serba kekurangan dan hidup di kampung dengan menanggung malu.



Penyebab yang Salah Nalar Salah nalar jenis ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadi pergeseran maksud. Orang tidak menyadari bahwa yang dikatakannya itu adalah salah. Beberapa contoh salah nilai yang temasuk jenis ini adalah sebagai berikut:   



Matanya buta sejak beberapa waktu yang lalu. Itu tandanya dia melihat gerhana matahari total. Sejak ia memperhatikan dan membersihkan kuburan para leluhurnya, dia hamil. Jika ingin dikenal orang, kita harus memakai kacamata.



Analogi yang Salah Salah nalar dapat terjadi apabila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain. Beberapa contoh jenis salah nalar seperti ini adalah sebagai berikut.   



Sunarti, seorang alumni Universitas Lambung Mangkurat, dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Oleh sebab itu, Dina, seorang alumni. Universitas Lambung Mangkurat, tentu dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Pada hari Senin, langit di sebelah barat menghitam angin bertiup kencang, dan tidak lama kemudian turun hujan. Pada hari Selasa, langit sebelah barat menghitam, angin bertiup kencang, dan tidak lama kemudian turun hujan. Pada hari Rabu, langit sebelah barat menghitam, angin bertiup kencang. Hal ini menandakan bahwa tidak lama lagi akan turun hujan.



Argumentasi Bidik Orang Salah nalar jenis ini adalah salah nalar yang disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya. Dengan kata lain, sesuatu itu selalu dihubungkan dengan orangnya. Beberapa contoh salah nalar jenis ini adalah sebagai berikut: 



Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karenapetugas keluarga berencana itu mempunyai anak enam orang.



 



Kamu tidak boleh kawin dengan Andre karena orang tua Andre itu bekas penjahat. Dapatkah dia memimpin kita Jika dia sendiri belum lama ini bercerai dengan istrinya?



Meniru-niru yang Sudah Ada Salah nalar jenis ini adalah salah nalar yang berhubungan dengan anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan Jika atasan kita melakukan hal itu. Beberapa contoh salah nalar jenis ini adalah sebagai berikut:  



Peserta penataran boleh pulang sebelum waktuya karena para undangan yang menghadiri acara pembukaan pun sudah pulang semua. Siswa SMA seharusnya dibenarkan mempergunakan kalkulator ketika menyelesaikan soal matematika sebab profesor pun menggunakan kalkulator ketika menyelesaikansoal matematika.



Penyamarataan Para Ahli Salah nalar ini disebabkan oleh anggapan orang tentang berbagai ilmu dengan pandangan yang sama. Hal ini akan mengakibatkan kekeliruan mengambil simpulan. Beberapa contoh salah nalar jenis ini adalah sebagai berikut.  



Perkembangan sistem pelayaran kita dapat dibahas secara panjang lebar oleh Parjono, seorang tukang kayu yang terkenal itu. Pembangunan pasar swalayan itu sesuai dengan saran Tono, seorang ahli di bidang perikanan.



DAFTAR PUSTAKA Sukartha, IN dkk. 2015. Bahasa Indonesia Akademik untuk Perguruan Tinggi. Denpasar: Udayana University Press. Djojosuroto, K, Romika. Bahasa Indonesia Untuk Teologi. Jakarta: The New STTB The Way. Syahroni, Ngalimun dkk. 2013. Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. Banjarmasin: Aswaja Pressindo. Alek. 2019. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi: Substansi Kajian dan Penerapannya. Jakarta: Erlangga.