Pencernaan Kelinci [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Saluran pencernaan merupakan saluran yang memanjang dimulai dari mulut hingga anus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan, dicerna, diabsorbsi dan tempat sisa pencernaan yang akan dikeluarkan. Dinding saluran pencernaan memiliki otot peristaltik yang melakukan kontraksi agar pakan mudah bergerak. Sebelumnya pakan dihaluskan secara mekanik di dalam mulut. Bertujuan untuk merubah pakan menjadi bagian-bagian kecil misalnya pada pati, glikogen dan dekstrin menjadi oligosakarida oleh enzim amilase. Pencernaan enzim amilase berlangsung selama pakan di dalam mulut, kemudian ditelan melalui esofagus yang nantinya akan masuk ke dalam lambung, dimana suasana asam menghentikan enzim amilase. Bagian paling penting dalam sistem pencernaan kelinci adalah lambung. Lambung mempunyai tiga bagian yaitu kardia, fundus dan pilorus. Bagian fundus berperan sebagai tempat penyimpanan dan termasuk bagian utama yang mensekresikan getah lambung. Konsentrasi asam dalam getah lambung dapat menurunkan pH pakan sampai 2,0 (Tillman et al., 1989). Keadaan asam ini mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin sehinnga dapat mencerna protein yang hasilnya berupa polipeptida. Sedangkan karbohidrat tidak dapat dicerna pada lambung oleh ternak monogastrik. Selanjutnya pakan menuju usus halus yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: duodenum, jejenum dan ileum. Perbedaan kelinci dengan ruminansia lain adalah bagian ujung dari ileum terdapat pelebaran yang disebut Saccus rotundus yang berperan dalam sistem kekebalan. Pati dan dekstrin akan didegradasi menjadi dekstrin sederhana dan maltosa oleh enzim amilase yang disekresikan dari pankreas (Anggorodi, 1990). Enzim lipase dari pankreas menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan monogliserida (Kamal, 1994). Karbohidrat yang tidak dapat dicerna pada lambung akan dicerna oleh enzim-enzim lainnya pada usus halus yang berasal dari getah villi. Enzim-enzim tersebut adalah sukrase yang menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, maltase yang menghidrolisis maltosa menjadi glukosa, laktase yang menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa (Anggorodi, 1990). Polipeptida akan dicerna kembali oleh enzim aminopeptidase dan enzim dipeptidase. Enzim aminopeptidase memecah peptida menjadi asam amino, sedangkan enzim dipeptidase memecah dipeptida menjadi asam amino (Kamal, 1994). Pakan yang tidak tercerna selanjutnya akan menuju sekum dan usus besar sedangkan yang tercerna dengan baik akan diabsorbsi oleh usus halus(Tillman et al., 1989). Bahan yang sudah mengalami proses pencernaan di dalam sekum akan masuk ke dalam kolon dengan adanya gerakan peristaltik. Gerakan peristaltik memisahkan partikel berserat dan tidak berserat. Partikel berserat akan terdorong kembali menuju sekum. Kelinci termasuk ternak pseudoruminant yang tidak mampu mencerna serat kasar sebanyak ternak ruminant. Kelinci memfermentasikan ransum di sekum kurang lebih merupakan 50 persen dari seluruh kapasitas saluran pencernaannya. Serat kasar akan dicerna secara aloenzimatis oleh mikroba. Terdapat berbagai jenis bakteri, ragi dan jenis lainnya yang mampu mencerna serat kasar dari sayuran yang dimakan oleh kelinci (Sarwono, 2003). Setelah tiga sampai delapan jam setelah makan, pelet berbentuk buah anggur yang dilapisi oleh mukus keluar dari anus. Pelet ini disebut Cecotrope. Kelinci memiliki dua jenis feses yaitu, feses normal dan feses lunak. Secara insting, kelinci akan memakan kotoran lunaknya sendiri. Sifat ini dinamakan koprophagy. Sifat ini dimulai dari umur tiga minggu. Dengan adanya sifat ini kelinci dapat memanfaatkan protein hijauan lebih efisien dibandingkan dengan ternak lainnya. Hal ini dikarenakan kelinci tidak mengunyahnya dalam mulut sehingga lapisan mukus tersebut tetap utuh. Feses lunak memiliki nutrien berupa protein dan vitamin B. Vitamin B nantinya akan disintesis oleh mikroba pada usus besar. Feses lunak diselaputi mukosa, mengandung bahan kering rendah (31 %) tetapi kandungan protein tinggi (28,5 %) kalau dibandingkan dengan feses keras yang mengandung 53 % bahan kering dan 9, 2 % protein (Sarwono, 2008).



Kamal, M., 1994. Nutrisi Ternak I. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Anggorodi, R., 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta. Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo, 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sarwono, B., 2003. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Kelinci Potong dan Hias. Agromedia Pustaka. Jakarta. Sarwono, B., 2008. Kelinci Potong dan Hias. Agro Media Pustaka. Jakarta