Penentuan Kadar Besi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENENTUAN KADAR BESI (Fe) DALAM SAMPEL DENGAN TEKNIK SPEKTROFOTOMETER UV-VIS A. Tujuan 1. Menentukan kadar Fe(II) dalam sampel dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. 2. Dapat mengoperasikan alat spektrofotometer UV-VIS B. Tinjauan Pustaka Spektrofotometri merupakan suatu perpanjangan dari penelitian visual dalam studi yang lebih terinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesi kimia, memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam perincian dan pengukuran kuantitatif. Pengabsorpsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi electron bonding, akibatnya panjang gelombang absorpsi maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul yang sedang diselidiki. Oleh karena itu spektroskopi serapan molekul berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu molekul. Akan tetapi yang lebih penting adalah penggunaan spektroskopi serapan ultraviolet dan sinar tampak untuk penentuan kuantitatif senyawa-senyawa yang mengandung gugus-gugus pengabsorpsi. Metode spektroskopi sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna. Oleh karena itu metode ini dikenal juga sebagai metode kalorimetri. Hanya larutan senyawa yang berwarna ynag dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna. Contohnya ion Fe3+ dengan ion CNS- menghasilkan larutan berwarna merah. Lazimnya kalorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan cuplikan yang dibuat pada keadaan yang sama. Dengan kalorimetri elektronik (canggih) jumlah cahaya yang diserap (A) berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Metode ini sering digunakan untuk menentukan kadar besi dalam air minum. Pada metode spektroskopi ultraviolet, cahaya yang diserap bukan cahaya tampak tapi cahaya ultraviolet. Dengan cara ini larutan tak berwarna dapat diukur, contoh aseton dan asetaldehid. Pada spektroskopi ini energy cahaya terserap digunakan untuk transisi electron.



Karena energy cahaya UV lebih besar dari energy cahaya tampak maka energy UV dapat menyebabkan transisi electron  dan . ( Kimia Analitik Instrumen,1994: 4-5) Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks berwarna antara besi (II) dengan orto-penantrolin yang dapat menyerap sinar tampak secara maksimal pada panjang gelombang tertentu. Kadar besi dalam suatu sample yang diproduksi akan cukup kecil dapat dilakukan dengan teknik spektrofotometri UV-Vis menggunakan pengompleksan orto-fenantrolin. Dasar penentu kadar besi (II) dengan orto-Fenantrolin. Senyawa ini memiliki warna sangat kuat dan kestabilan relatife lama dapat menyerap sinar tampak secara maksimal pada panjang gelombang tertentu. Pada persiapan larutan, sebelum pengembangan warna perlu ditambahkan didalamnya pereduksi seperti hidroksilamina. HCl yang akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. pH larutan harus dijaga pada 6-7 dengan cara menambahkkan ammonia dan natrium asetat. (Hendayana, S, dkk,2001 : 22) Dengan menggunakan penentuan kadar konsentrasi , suatu senyawa dilakukan dengan membandingkan kekuatan serapan cahaya oleh larutan contoh terhadap terhadap larutan standar yang telah diketahui kunsentrasinya. Terdapat dua cara standar adisi , pada cara yang pertama dibuat dahulu sederetan larutan standar, diukur serapannya, kemudian tentukan konsentrasinya dengan menggunakan cara kalibrasi. Cara yang kedua dilakukan dengan menambahjkan sejumlah larutan contoh yang sama kedalam larutan standar . (Hendayana, S, dkk,2001 : 12) Instrumen pada spektrofotometri UV-Vis terdiri dari 6 komponen pokok, yaitu : 1. sumber radiasi 



Lampu deuterium (λ= 190nm-380nm, umur pemakaian 500 jam)







Lampu tungsten, merupakan campuran dari flamen tungsten dan gas iodine. Pengukurannya pada daerah visible 380-900nm.







Lampu merkuri, untuk mengecek atau kalibrasi panjang gelombang pada spectra UV-VIS pada 365 nm. 2. Monokromator



Alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi dengan satu panjang gelombang. Monokromator untuk UV-VIS dan IR serupa, yaitu mempunyai celah, lensa, cermin dan prisma atau grating.



1. wadah sampel (sel atau kuvet) Wadah sampel umumnya disebut kuvet. Berikut jenis-jenis kuvet yang bisa digunakan: (a)



Gelas Umum digunakan (pada 340-1000 nm) Biasanya memiliki panjang 1 cm (atau 0,1, 0,2 , 0,5 , 2 atau 4 cm)



(b)



Kwarsa Mahal, range (190-1000nm) (c) Cell otomatis (flow through cells)



(d)



Matched cells



(e)



Polystyrene range ( 340-1000nm) throw away type



(f)



Micro cells. 2. detektor Radiasi yang melewati sampel akan ditangkap oleh detektor yang akan mengubahnya menjadi besaran terukur. Berikut jenis-jenis detektor dalam sperktrofotometer UVVIS. (a) Barrier layer cell (photo cell atau photo voltaic cell) (b) Photo tube, lebih sensitif daripada photo cell, memerlukan power suplai yang stabil dan amplifier (c) Photo multipliers, Sangat sensitif, respons cepat digunakan pada instrumen double beam penguatan internal



5. Recorder



Radiasi yang ditangkap detektor kemudian diubah menjadi arus listrik oleh recorder dan terbaca dalam bentuk transmitansi. 6. Read out (a) Null balance, menggunakan prinsip null balance potentiometer, tidak nyaman, banyak diganti dengan pembacaan langsung dan pembacaan digital (b) Direct readers, %T, A atau C dibaca langsung dari skala (c) Pembacaan digital, mengubah sinyal analog ke digital dan menampilkan peraga angka Light emitting diode (LED) sebagai A, %T atau C. Dengan pembacaan meter seperti gambar, akan lebih mudah dibaca skala transmitannya, kemudian menentukan absorbansi dengan A = - log T. (sumber:http://tjahkimiaunnes.blogspot.com/2010/03/instrumentasi-pada-spektrofotometeruv.html



Sumber radiasi untuk spektroskopi UV-Vis adalah lampu tungsten. Cahaya yang dipancarkan sumber radiasi adalah cahaya polikromatik. Cahaya polikromatik UV akan melewati monokromator yaitu suatu alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi dengan satu panjang gelombang (monokromator). Monokromator radiasi UV, sinar tampak dan infra merah adalah serupa yaitu mempunyai celah (slit), lensa, cermin dan perisai atau grating. Wadah sampel umumnya disebut sel/kuvet. Kuvet yang terbuat dari kuarsa baik untuk spektrosokopi UV dan juga untuk spektroskopi sinar tampak. Kuvet plastik dapat digunakan untuk spektroskopi sinar tampak. Radiasi yang melewati sampel akan ditangkap oleh detektor yang berguna untuk mendeteksi cahaya yang melewati sampel tersebut. Cahaya yang melewati detektor diubah enjadi arus listrik yang dapat dibaca melalui recorder dalam bentuk transmitansi absorbansi atau konsentrasi.



(Hendayana, S, dkk,2001 : 67) Reaksi reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ adalah : 2 Fe3+ + 4NH2OH + 2OH-



2Fe2+ + N2 + 4H2O



Prinsip dasar yang digunakan adalah hukum Lambert-Beer A=-Log T = a.b.c Keterangan : A= absorbansi (A) T = transmitan ( %T) ε = absorbtivitas molar (L/cm.mol b = panjang sel (cm) c = konsentrasi zat penyerap sinar (mol/L) Syarat hukum Lambert-Beer dapat digunakan , apabila : 1. larutan yang hendak dianalisis encer 2.



sifat kimia, yaitu : zat pengabsorbsi tidak terdisosiasi, berasosiasi/ bereaksi dengan pelarut, sehingga menghasilkan suatu produk pengabsorbsi spectra yang berbeda dari zat yang dianalisis.



3. sumber cahaya : monokromatis 4. syarat kejernihan : kekeruhan larutan yang disebabkan oleh partikel-partikel dapat menyebabkan penyimpangan hokum lambert beer. C. Alat Dan Bahan 1. Alat-alat yang digunakan Spektronik -20 Labu takar Labu takar Gelas kimia Botol semprot Spatula Corong pendek Kuvet Batang pengaduk



100 mL 25 mL 100 mL 250 mL



1 set 1 buah 5 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 3 buah 1 buah



2. Bahan-bahan yang digunakan Garam Fe(NH4OH)2SO4



0,03 gram



4.



Hidroksilamina-HCl 5% Fenantrolin 0,1% Natrium asetat 5% Aquades



2,5 gram 0,1 gram 5 gram Secukupnya



H2SO4



5



mL



D. Prosedur Kerja 1. Pembuatan Larutan Baku Fe(II) 100 ppm Untuk membuat larutan baku diawali dengan menimbang garam Fe(NH4OH)2SO4 sebanyak 0,03 gram, kemudian dilarutkan dalam labu takar 100mL dengan menggunakan corong pendek dan batang pengaduk. Lalu ditambahkan 5 mL larutan asam sulfat 2M untuk menghindari terjadinya proses hidrolisis. Selanjutnya ditambahkan aquades hingga tanda batas. 2. Pembuatan Larutan 1,10-Fenantrolin 0,1% dalam 100 mL air Untuk membuat larutan 1,10-Fenantrolin 0,1% dalam 100 mL air dibutuhkan 0,105 gram fenantrolin, kemudian dilarutkan dengan menambahkan aquades. Setelah larutan homogen, dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL. Dikeringkan bagian atas labu takar sebelum ditanda batasi, kemudian diaduk. Larutan siap dipakai.



3. Pembuatan larutan hidroksilamina-HCl 5% dalam 100 mL air Ditimbang 2,5 gram kemudian larutkan dengan menggunakan aquades dimasukkan kedalam labu takar 50 mL. Dikeringkan bagian atas labu takar sebelum ditanda batasi. Setelah ditanda batasi, kemudian diaduk. Larutan siap dipakai. Pembuatan larutan hidroksilamina-HCl 5% dalam 100mL air 2,5 g hidroksilamina-HCl dilarutkan dengan aquades, lalu dimasukka dalam labu takar 50mL. Kemudian diencerkan sampai tanda batas.



Pembuatan larutan CH3COONa 5% 5 gram CH3COONa dilarutkan dengan aquades, lalu dimasukkan dalam labu takar 100mL. Kemudian diencerkan sampai tanda batas. 6. Pembuatan larutan blanko dan pengukuran serapannya Dimasukkan 1 mL larutan hidroksilamina-HCl 5%, 5mL 1,10-fenantrolin 0,1% dan 8 mL Natrium asetat 5% kedalam labu takar 25 mL, diencerkan dengan menambahkan aquades, dikeringkan bagian atas labu takar sebelum ditanda batasi. Ditambahkan lagi aquades hingga tanda batas, kemudian diaduk. Diukur absorbansi larutan menggunakan spektronik-20 (345600)nm. 7. Preparasi Deret Standar dan Sampel Dibuat larutan deret standar Fe(II) 1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm, 2,5 ppm dan 3 ppm ke dalam labu takar 25 mL. Sebelum diencerkan, ditambahkan ke dalam masing-masing labu 1 mL larutan hidroksilamina-HCl 5%, 5 mL 1,10-fenantrolin 0,1% dan 8 mL Natrium asetat 5%. Untuk larutan sampel, pipet sejumlah sampel ke dalam labu takar 25 mL, kemudian ditambahkan pereaksi dengan jumlah yang sama dengan larutan deret standar sebelum diencerkan. Didiamkan larutan standar maupun sampel selama 10 menit. Diukur absorbansi larutan menggunakan spektronik-20. E. Analisis Dan Pembahasan Pada percobaan kali ini, dilakukan analisis penentuan kadar besi Fe(II) dalam sampel air dengan teknik spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri yang digunakan tepatnya adalah spektrofotometri cahaya tampak, karena logam besi mempunyai panjang gelombang lebih dari 400nm, sehingga jika menggunakan spktrofotometri UV, logam besi dalam sampel tidak terdeteksi. Syarat analisis menggunakan visibel adalah cuplikan yang dianalisis bersifat stabil membentuk kompleks dan larutan berwarna. Oleh karena itu, dalam pennetuan kadar besi dalam air, perlu ditambahakan hidroksilamin-HCl 5% untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Besi dalam keadaan Fe2+ akan lebih stabil dibandingkan besi Fe 3+. Dalam keadaan dasar, larutan besi tidak



berwarna sehingga perlu ditambhankan larutan orto-fenantrolin agar membentuk kompleks larutan berwarna. Reaksi antara besi dengan orto-fenantrolin merupakan reaksi kesetimbangan dan berlangsung pada pH 6 sampai 8. Karena alasan tersebut, pH larutan hrus dijaga tetap dengan cara menmbahkan garam natrium asetat. Penambahan larutan natrium asetat seharusnya dilakukan sebelum penambahan orto-fenantrolin. Namun pada prakteknya telah dilakukan kesalahan didalam percobaan yaitu membahkan natrium asetat setelah penambahan ortofenantrolin sehingga kemungkinan terdapat endapan Fe(OH)2 atau endapan fosfat. Endapan ini membuat cahaya yang diterima, dihamburkan oleh larutan sehingga absorbansinya kecil. Kemungkinan yang lain yaitu kesalahan dalam menandabataskan dan memipet larutan sampel. Dalam penentuan kadar fe dalam sampel menggunakan spektrofotometri visibel perlu dibuat larutan standar. Tujuannya adalah untuk membuat kurva kalibrasi yang nantinya akan digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sampel air. Sebelumnya dilakukan pematchingan kuvet dengan larutan CoCl2 berwarna merah muda. Sedangkan dalam pengukuran larutan standar dan sampel digunakan blanko berupa campuran larutan hidroksilamin-HCl, larutan natrium asetat, orto-fenantrolin dan aquades. Larutan kompleks yang terbentuk berwarna orange. Langkah selanjutnya adalah penentuan panjang gelombang maksimum. Rentang panjang gelombang yang diuji adalah 400-600 nm. Dari percobaan, pada panjang gelombang yang berbeda zat sampel menyerap cahaya dengan absorbansi yang berbeda pula. Semakin besar panjang gelombang yang diberikan semakin besar pula absorbansinya, namun pada keadaan tertentu nilai absorbansi kembali menurun dengan bertambahnya panjang gelombang. Jika dilihat dari data percobaan, pada panjang gelombang 400 nm molekul-molekul dalam larutan standar hanya mampu memperoleh absorbansi sebesar 0,125 atau hanya 12,5% cahaya yang diserap pada panjang gelombang tersebut. Nilai absorbansi ini terus meningkat hingga pada panjang gelombang 520 nm dengan absorbansi 0,453 atau 45,3 % cahaya diserap. Kemudian absorbansi kembali menurun dengan meningkatnya panjang gelombang. Hal ini berarti pada panjang gelombang tersebut kemampuan molekul-molekul menyerap cahaya kembali menurun. Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa larutan standar tersebut menyerap cahay secara naksimal terjadi pada panjang gelombang 520 nm.



Kemudian dilakukan pengukuran absorbansi pengukuran deret standar pada panjang gelombang maksimum 520 nm. Sesuai hukum Lambert beer, A = ε b c, dimana absorbansi sebanding dengan konsentrasi larutan. Semakin besar konsentrasi larutan, maka absorbansi yang diperoleh juga akan semakin besar. Dari data absorbansi deret standar ini dibuat kurva kalibrasi dengan persamaan garis y = 0,207x (persamaan garis y = ax karena melalui titik (0,0)). Selanjutnya dilakukaan pengukuran absorbansi sampel. Dari percobaan, diperoleh absorbansi sampel yaitu 0,119. Dari data ini diketahui bahwa konsentrasi sampel sebesar 0,572 ppm dengan persen kesalahan 43,03%. Kesalahan ini terjadi karena penambahan natrium asetat setelah orto-fenantrolin, sehingga pembentukan kompleks tidak maksimal dikarenakan larutan tidak terjaga pH nya. Hal ini membuat larutan tersebut bisa bersifat asam atau basa, sehingga absorbansi larutan juga ikut terpengaruh. Dari pengukuran deret larutan standar diperoleh data konsentrasi dan % transmitansi. Nilai %transmitansi, kemudian dikonversikan dalam nilai absorbansi yaitu A= -log T. Dari data tersebut dibuat kurva kalibrasi yaitu plot kedalam grafik hubungan antara konsentrasi dan transmitansi sehingga grafik yang dihasilkan adalah sebagai berikut :



Dari grafik tersebut diperoleh nilai persamaan garis y = 0.207x. Persamaan garis tersebut digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sample air sumur. Secara analisis kualitatif dan data yang diperoleh, data absorbansi sample air sample dibanding dengan larutan deret standar. Jika ada salah satu deret larutan standar mempunyai nilai absorbansi yang sama dengan nilai absorbansi sample air sumur, maka kemungkinan konsentrasi sample tersebut mengandung kadar besi yang sama dengan konsentrasi salah satu larutan deret standard tersebut.



Untuk memastikan hasil analisis kualitatif tersebut, maka dilakukan analisis kuantitatif, dengan menggunakan persamaan garis y = 0.207x. Melalui perhitungan, diperoleh hasil bahwa konsentrasi besi dalam sample air sumur yang dianalisis adalah 0,57488 ppm. D. Kesimpulan Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sampel air sumur yang dianalisa memiliki konsentrasi sebesar 0,57488 ppm. Daftar pustaka Hendayana, Sumar. (1994). Kimia Analitik Instrumen.Semarang:Semarang Press. Hendayana, Sumar (2009). Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Bamdung:Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Tim kimia analitik instrumen. (2009). Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Wiryawan, A, dkk. (2008). Kimia Analitik SMK E-Book. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.



Lampiran 1. Perhitungan a. Pembuatan larutan baku Fe(II) 100 mL air dari garam Fe (NH4OH)2SO4 Diketahui: Mm Fe = 56 g/mol Mm (NH4)2.Fe(SO4)2.6H2O = 392 g/mol Konsentrasi = 100 ppm V = 100 mL = 0,1 L Ditanya: Massa (NH4)2.Fe(SO4)2.6H2O? Jawab: mg Fe = 10 mg = 0,01 g maka garam yg ditimbang adalah:



b. Pembuatan larutan 1,10-fenantrolin 0,1% dalam 100 mL Massa fenantrolin = 0,1 % x 100 mL = 0,1 gram c.



Pembuatan larutan hidroksilamina-HCl 5% dalam 50 mL Massa hidroksilamin-HCl 5% = 5 % x 50 mL = 2,5 gram



d.



Pembuatan larutan Natrium asetat 5%. dalam 100 mL massa CH3COONa = 5% x 50 mL = 2,5 gram



e.



Pembuatan larutan standar Fe (II) dalam 25 mL Konsentrasi larutan baku Fe(II): Massa (NH4)2.Fe(SO4)2.6H2O yang ditimbang sebesar 0,0706 g, sehingga konsentrasi larutan Fe (II) menjadi M1 = konsentrasi larutan baku Fe (II) = 10,0857 ppm M2= konsentrasi larutan standar (1, 1,5, 2, 2,5 dan 3, ppm)



V1= volume larutan baku Fe (II) V2= volume larutan standar Fe(II) =25 mL Untuk menentukan V1 yang akan digunakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus pengenceran, yaitu : M1 x V1 = M2 x V2, maka V1 =( M2 x V2)/M1 



V1 untuk larutan M2= 1,00857 ppm V1 =( M2 x V2)/M1 , maka V1= (1 ppm x 25 mL) / 10,0857 ppm V1 = 2,5 mL







V1 untuk larutan M2= 1,512855 ppm V1 =( M2 x V2)/M1 , maka V1= (1,5 ppm x 25 mL) / 10,0857 ppm V1 = 3,75 mL







V1 untuk larutan M2= 2,10714 ppm V1 =( M2 x V2)/M1 , maka V1= (2 ppm x 25 mL) / 10,0857 ppm V1 = 5 mL







V1 untuk larutan M2= 2,52143 ppm V1 =( M2 x V2)/M1 , maka V1= (2,5 ppm x 25 mL) / 10,0857 ppm V1 = 6,25 mL 



V1 untuk larutan M2= 3,02571 ppm V1 =( M2 x V2)/M1 , maka V1= (3 ppm x 25 mL) / 10,0857 ppm V1 = 7,5 mL f.



Perhitungan konsentrasi Fe dalam sample sampel air Hasil Pengukuran Absorbansi sample ( Y ) = 0,0119 Persamaan garis yang diperoleh Y = 0,207x Konsentrasi Fe dalam sample (x) adalah sebagai berikut :



Y = 0,207x 0,119 = 0,207x x = 0,57488 Data pengamatan



uan panjang gelombang maksimum pada konsentrasi 2 ppm λ 400 410 420 430 440 450 460 470 480 490 500



A 0.125 0.163 0.213 0.251 0.271 0.304 0.325 0.357 0.392 0.411 0.42



Λ 510 520 530 540 550 560 570 580 590 600



kuran deret standard dan sample pada (λ) maks = 520 nm. konsentrasi



absorbansi



0



0



1,00857



0,090



1,51286



0,187



2,01714



0,453



2,52143



0,565



3,02571



0,679



penentuan panjang gelombang maksimum



A 0.445 0.453 0.432 0.372 0.27 0.173 0.107 0.068 0.05 0.039



pengukuran deret standar dan sample pada λmaks=520 nm



Diposkan oleh Yaktiva Dwi Purnama di 06:39 http://tivachemchem.blogspot.com/2010/10/penentuan-kadar-besi-fe-dalamsampel.html



F. Pembahasan Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai



panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda Pada percobaan kali ini, dilakukan analisis penentuan kadar besi Fe(II) dalam sampel air dengan teknik spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri yang digunakan tepatnya adalah spektrofotometri cahaya tampak, karena logam besi mempunyai panjang gelombang lebih dari 400nm, sehingga jika menggunakan spktrofotometri UV, logam besi dalam sampel tidak terdeteksi. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Syarat analisis menggunakan visibel adalah cuplikan yang dianalisis bersifat stabil membentuk kompleks dan larutan berwarna. Oleh karena itu, dalam pennetuan kadar besi dalam air, perlu ditambahakan hidroksilamin-HCl 5% untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Besi dalam keadaan Fe2+ akan lebih stabil dibandingkan besi Fe3+. Dalam keadaan dasar, larutan besi tidak berwarna sehingga perlu ditambhankan larutan orto-fenantrolin agar membentuk kompleks larutan berwarna. Reaksi antara besi dengan orto-fenantrolin merupakan reaksi kesetimbangan dan berlangsung pada pH 6 sampai 8. Karena alasan tersebut, pH larutan harus dijaga tetap dengan cara menambahkan garam natrium asetat. Penambahan larutan natrium asetat dilakukan sebelum penambahan orto-fenantrolin. Dalam penentuan kadar fe dalam sampel menggunakan spektrofotometri visibel perlu dibuat larutan standar. Tujuannya adalah untuk membuat kurva kalibrasi yang nantinya akan digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sampel air. Pada percobaan, mula-mula diukur absoransi larutan standar (FeCl 3) dengan panjang gelombang sebesar 495 nm. Larutan standar tersebut dimasukkan dalam lima tabung berbeda dengan konsentrasi yang berbeda pula, yakni pada konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm. Setelah absorbansi pada kelima larutan standar tersebut, dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi larutan standar, maka semakin besar pula absorbansinya. Selanjutnya, dilakukan pengukuran absorbansi sampel air dengan panjang gelombang sebesar 495 nm. Pada percobaan yang telah dilakukan, diambil tiga sampel air berbeda dengan masing-masing sampel sebanyak 25ml, yakni air sungai, air PAM, dan air selokan. Setelah dilakukan pengukuran, diperoleh data bahwa air sungai memiliki nilai absorbansi sebesar -0,026, air PAM memiliki nilai absorbansi sebesar -0,042, sedangkan air selokan memiliki nilai absorbansi sebesar 0,584. Dari data tersebut dibuat kurva kalibrasi yaitu plot kedalam grafik



hubungan antara konsentrasi dan transmitansi sehingga grafik yang dihasilkan adalah sebagai berikut : Dari grafik tersebut diperoleh nilai persamaan garis y = 0,094x + 0,125. Persamaan garis tersebut digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sample air sumur. Dari persamaan agris tersebut y menyatakan absorbansi sampel, sedangkan x menyatakan kadar Fe yang dikandungnya. Melalui perhitungan diperoleh data kandungan besi pada ketiga sampel air yang telah diuji. G. Kesimpulan Melalui percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa sampel air sungai memiliki kadar besi sebesar -1,606. Sampel air PAM memiliki kadar besi sebesar -0,776. Sedangkan sampel air selokan, memiliki kadar besi sebesar 4,883. Besi adalah metal berwarna putih keperakan, liat, dan dapat dibentuk, biasanya di alamdidapat sebagai hematit. Besi merupakan elemen kimiawi yang dapat dipenuhi hampir di semua tempat di muka bumi, pada semua bagian lapisan geologis dan semua badan air. Pada air permukaan, jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/L, tetapi didalam air, kadar tanah Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi dapat dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas dapur, selain itu juga menimbulkan pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, kekeruhan karena adanya koloidal yang terbentuk. Tubuh manusia hanya mengandung besi sebanyak 4g. Adanya unsur besi di dalam tubuh berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan unsur tersebut dalam mengatur metabolisme tubuh. Dalam tubuh, sebagian besar unsur besi terdapat dalam hemoglobin, pigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah. Karena itulah masukan besi setiap hari sangat diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air kencing, dan kulit. Namun masukan zat besi yang dianjurkan juga harus dipenuhi oleh dua faktor yaitu kebutuhan fisiologis perseorangan dan persediaan zat besi di dalam makanan yang disantap (Trianjaya, Zunaedi. 2009). Besi secara farmakologi digunakan sebagai zat penambah darah bagi penderita anemia. Salah satu bentuk garam besi yang digunakan sebagai komponen zat aktif dalam sediaan penambah darah adalah besi(II) sulfat, yaitu bentuk besi bervalensi dua atau ferro. Hal ini berkaitan dengan kondisi tubuh manusia yang lebih mudah menyerap besi dua daripada besi



bervalensi tiga. Sifat kimia besi yang sangat dikenal adalah mudah teroksidasi oleh oksigen dari udara dan oksidator lainnya, sehingga besi umumnya dijumpai sebagai besi bervalensi tiga. Pada kondisi tertentu dimana kurang kontak dengan udara, besi berada sebagai besi bervalensi dua. Metode analisis besi yang sering digunakan adalah dengan spektrofotometri sinar tampak, karena kemampuannya dapat mengukur konsentrasi besi yang rendah. Analisis kuantitatif besi dengan spektrofotometri dikenal dua metode, yaitu metode orto-fenantrolin dan metode tiosinat. Besi bervalensi dua maupun besi bervalensi tiga dapat membentuk kompleks berwarna dengan suatu reagen pembentuk kompleks dimana intensitas warna yang terbentuk dapat diukur dengan spektrofotometri sinar tampak. Karena orto fenantrolin merupakan ligan organik yang dapat membentuk kompleks berwarna dengan besi(II) secara selektif (Kartasasmita, et al. 2009). http://punyaastrid.blogspot.com/2011/07/laporan-spektrofotometri.html



PENDAHULUAN Latar Belakang Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme hidup yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme dapat berinteraksi dengan organisme lain dengan cara yang menguntungkan atau merugikan (Akhiarif 2011). Interaksi mikroorganisme dengan bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang menguntungkan. Selain itu, interaksi mikroorganisme semacam bakteri, jamur dan cendawan dalam bahan pangan juga dapat mengakibatkan kerusakan atau pembusukan (Afrianti 2004). Kerusakan bahan pangan dapat berlangsung cepat atau lambat tergantung dari jenis bahan pangan atau makanan yang bersangkutan dan kondisi lingkungan dimana bahan pangan atau makanan diletakkan (Wijayanti 2011). Kerusakan bahan makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme terjadi karena mikroorganisme tersebut berkembangbiak dan bermetabolisme sehingga bahan makanan mengalami perubahan. Secara rinci menurut Buckle et al. (1987) kerusakan bahan pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme terjadi akibat struktur seluler bahan pangan rusak sehingga mudah diserang mikroorganisme. Mikroorganisme akan memecah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana agar disintesa yang pada akhirnya akan mempengaruhi perubahan tekstur, warna, bau, dan rasa. Menurut Fardiaz (1989) faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme antara lain meliputi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, faktor proses, dan faktor implisit. Faktor intrinsik meliputi pH, aktivitas air (activity of water, aw), kemampuan mengoksidasi-reduksi



(redoxpotential, Eh), kandungan nutrien, bahan antimikroba, dan struktur bahan makanan. Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah suhu penyimpanan, kelembaban, tekanan gas (O2), cahaya dan pengaruh sinar ultraviolet. Selain faktor intrinsik dan ekstrinsik menurut Yudhabuntara (2010) terdapat juga faktor proses dan faktor implisit. Semua proses teknologi pengolahan bahan makanan (pemanasan, pengeringan, modifikasi pH, penggaraman, curing, pengasapan, iradiasi, tekanan tinggi, pemakaian medan listrik dan pemberian bahan tambahan pangan) mengubah bahan makanan tersebut yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Sedangkan faktor implisit adalah adanya sinergisme atau antagonisme di antara mikroorganisme di dalam bahan makanan. Ketika mikroorganisme tumbuh pada bahan makanan dia akan bersaing untuk memperoleh ruang dan nutrien. Dengan demikian akan terjadi interaksi di antara mikroorganisme yang berbeda yang dapat saling mendukung maupun saling menghambat. Salah satu indikator kerusakan produk pangan adalah bila jumlah mikroorganisme tumbuh melebihi batas yang telah ditetapkan. Praktikum kali ini menggunakan sampel berupa teh yang dijual di warung. Pembuatan teh di warung tersebut tidak menutup kemungkinan terkena pencemaran mikroba yang berasal dari sanitasi dan higienitas alat-alat yang digunakan serta cara dan lama penyimpanan produk teh. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengujian total mikroba pada minuman teh. Salah satu metode pengujian yang dapat dilakukan adalah metode Standard Plate Count (SPC) yang menjelaskan cara menghitung koloni pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni di dalam suatu contoh. TINJAUAN PUSTAKA Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sanitasi dan Higienis Setiap bahan pangan selalu mengandung mikroba yang jumlah dan jenisnya berbeda. Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak langsung dengan sumber-sumber pencemar mikroba, seperti tanah, air, debu, saluran pencernaan dan pernafasan manusia atau hewan. Dalam batas-batas tertentu kandungan mikroba pada bahan pangan tidak banyak berpengaruh terhadap ketahanan bahan pangan tersebut. Akan tetapi, apabila kondisi lingkungan memungkinkan mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat, maka bahan pangan akan rusak karenanya (Dwidjoseputro 2005). Menurut Fardiaz (1992), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah zat makanan, pH, air, oksigen, dan senyawa penghambat pertumbuhan. Adapun menurut Buckle (1987), selain zat makanan, suhu, pH, dan aktifitas air, pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh waktu, potensial reduksi oksidiasi (redoks), struktur biologi, dan faktor pengolahan. 1. Zat Makanan



Komponen kimiawi dan bahan makanan dapat ikut menentukan jenis mikroorganisme yang dominan di dalam bahan makanan tersebut. Komponen kimiawi tersebut sangat menentukan jumlah zat-zat gizi yang paling penting untuk perkembangan mikroorganisme (Buckle 1987). 1. Suhu Pertumbuhan Menurut Buckle (1987), suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dengan dua cara yang berlawanan yaitu (1) apabila suhu mengalami kenaikan sekitar suhu optimalnya, kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat sedangkan bila suhu turun sekitar suhu optimalnya, kecepatan metabolisme akan menurun dan pertumbuhan juga diperlambat. Selanjutnya, Winarno (2002) menyebutkan bahwa setiap penurunan suhu 8°C akan membuat kecepatan reaksi berkurang menjadi setengahnya. (2) bila suhu naik hingga diatas suhu maksimal atau turun dibawah suhu minimal, maka pertumbuhan mungkin akan terhenti, komponen sel menjadi tidak aktif dan sel-sel mengalami kematian. 1. Nilai pH Setiap organisme memiliki kisaran pH tertentu yang masih memungkinkan bagi pertumbuhannya dan juga mempunyai pH optimum. Pada umumnya, mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran suhu 6,6-8,0 dan nilai pH luar pada kisaran 2,0-1,0 sydah bersifat merusak (Buckle 1987). Mikroorganisme juga memerlukan pH tertentu untuk pertumbuhannya, namun pada umumnya bakteri memiliki kisaran pH yang sempit, yaitu sekitar pH 6,5-7,5 atau pada pH netral. 1. Aktifitas Air Jumlah air yang terkandung didalam bahan makanan atau larutan disebut sebagai aktivitas air (water activity). Jenis mikroorganisme yang berbeda membutuhnkan jumlah air yang berbeda pula untuk pertumbuhannya. Bakteri umumnya memerlukan media yang memiliki nilai aw tinggi (0,91), khamir membutuhkan nilai aw 0,87-0,91 sedangkan kapang membutuhkan nilai aw yang lebih rendah lagi, yaitu 0,80-0,87 (Buckle 1987). 1. Ketersediaan Oksigen Masing-masing organisme membutuhkan jumlah oksigen yang berbeda untuk metabolismenya. Ada organisme yang tidak membutuhkan oksigen sama sekali untuk pertumbuhannya (anaerob), ada yang membutuhkan sedikit oksigen (mikroaerofil) dan ada yang dapat tumbuh dan berkembang biak pada kondisi lingkungan yang cukup oksigen maupun tidak ada oksigen sama sekali (anaerob fakultatif). 1. Senyawa penghambat Pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh senyawa-senyawa dalam bahan makanan yang bersifat antimikroba yang secara ilmiah ada didalam bahan makanan tersebut maupun yang sengaja ditambahkan seperti asam benzoat dan asam sorbat. 1. Waktu



Menurut Fardiaz (1992), perbedaan dalam sifat-sifat sel suatu organism dan mekanisme pertumbuhannya menyebabkan perbedaan dalam kecepatan pertumbuhan. Umumnya, semakin komplek dalam sifat-sifat sel suatu organisme, maka waktu yang dibutuhkan oleh sel untuk membelah semakin lama. Bakteri membelah lebih cepat dari pada khamir, sedangkan khamir lebih cepat dari pada kapang. Bakteri membelah secara cepat dan tumbuh maksiimal dalam waktu 45 menit, khamir baru membelah dengan cepat dalam waktu 90 menit, kemudian kapang membelah dalam waktu 180 menit. 1. Potensial Reduksi Oksidiasi ( Redoks ) Potensial reduksi oksidasi menunjukkan kemampuan substrat untuk melepaskan elektron (oksidasi) atau menerima elektron (reduksi). Potensial redoks sangat berpengaruh terhadap kehidupan mikroba. Mikroba memerlukan potensial redoks positif (teroksidasi), sedangkan pada mikroba anaerob memerlukan potensial redoks negatif (tereduksi). 1. Struktur Biologi Struktur biologi seperti kulit dan kulit pada telur, kulit kacangkacangan dan kulit buah berperan mencegah masuknya mikroba ke dalam bahan pangan tersebut. 1. Faktor Pengolahan Mikroba spesifik yang terdapat di dalam bahan pangan dapat dikurangi jumlahnya oleh berbagai jenis metode pengolahan atau pengawetan pangan. Jenis-jenis pengolahan atau pengawetan pangan yang berpengaruh terhadap kehidupan mikroba, antara lain suhu tinggi, suhu rendah, penambahan bahan pengawet dan irradiasi. Cara Menghitung Jumlah Mikroba dan Pengaruh Faktor Pengenceran Analisis mikroorganisme digunakan untuk mengetahui jenis dan jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam bahan pangan. Analisis tersebut dapat menggunakan standar yang disebut Standar Plate Count (SPC), menjelaskan mengenai cara menghitung koloni pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni di dalam suatu bahan pangan yang dianalisis. Cara menghitung koloni adalah sebagai berikut: 1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 sampai 300. 2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu koloni. 3. Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni. Adapun rumus untuk menghitung jumlah koloni per ml adalah sebagai berikut:



Jumlah koloni per ml = jumlah koloni per cawan x (1/Fp) Keterangan: Fp = Faktor pengenceran PEMBAHASAN Praktikum yang dilakukan adalah untuk mengetahui pada sampel. Angka lempengan total yaitu jumlah bakteri mesofil aerob yang hidup pada sampel. Bakteri mesofil aerob adalah golongan bakteri yang tumbuh baik pada suhu 25-40˚C dalam suasana mengandung asam.Pada praktikum ini sebelumnya alat disterilisasi terlebih dahulu pada autoclave selama 15 menit pada suhu 121˚C agar semua alat dan bahan yang akan digunakan steril/tidak



ada



mikroorganisme



penganggu



sehingga



tidak



akan



mempengaruhi hasil akhir. Sterilisasi adalah suatu proses untuk mematikan semua organism yang terdapat pada atau di dalam suatu benda.



Sampel yang akan diuji adalah air keran dan bakso, praktikum dilakukan dua kali dan praktikum pertama adalah mengetahui Angka Lempengan Total pada air keran sedangkan pada praktikum kedua adalah air keran dan bakso. Sebelum semua kegiatan dilakukan, terlebih dahulu meja kerja dan tangan praktikan disemprot dengan alkohol 70% karena untuk menghindari terkontaminasi dengan mikroba lain yang ada disekitar. Media yang digunakan adalah PCA (Plate Count Agar) karena mempunyai susunan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan substrat bakteri mesofil aerob yang akan dianalisa. Yang terkandung dalam PCA (Plate Count Agar) adalah:  Yeast: 2,5 gram  Pancreatic digest of Caseine: 5 gram  Glucose: 1 gram



 Agar: 15-20 gram  Air suling: 1 liter



Semua bahan dilarutkan pada pH 7,0 yaitu netral karena bakteri dapat tumuh baik pada suasana netral. Media dipanaskan agar semua bahan homogen, pemanasan dibantu dengan magnetic sterrer untuk meratakan pemanasan.



Pada praktikum pertama yaitu sampel air keran dipipet 25 ml dan dimasukan ke dalam toples yang berisi 225 ml aquadest steril, proses ini dilakukan didekat api agar aseptis. Kemudian dikocok 25 kali tujuannya agar homogen,



dan



dilakukan



pengenceran



yaitu



dipipet



1



ml



dengan



menggunakan mikropipet yang dilengkapi tip yang telah disterilkan dan dimasukan ke dalam tabung reaksi 10ˉ3 yang berisi 9 ml aquadest yang telah steril. Untuk memasang tip pada mikropipet adalah dengan menekan ujung mikropipet dan memasukan lubang yang ada diujung mikropipet pada tip, proses ini juga dilakukan didekat api agar aseptis. Pemasangan tip untuk mikropipet tidak dilakukan dengan tangan karena dikhawatirkan akan terkontaminasi karena tip sudah steril dan walaupun tangan sudah disemprot alkohol 70% tidak menutup kemungkinan akan terkontaminasi dengan mikroba lain karena mikroba tidak terlihat oleh mata secara langsung. Memipet dilakukan secara aseptis dengan cara didekat sumber api/lampu spirtus agar tidak terkontaminasi dengan mikroba-mikroba lain. Tabung reaksi tersebut divortex tujuannya agar pengenceran homogen, setelah divortex kemudian memipet 1 ml dari tabung reaksi dimasukan ke dalam tabung reaksi pengenceran 10ˉ4 yang berisi 9 ml aquadst yang sudah steril



dan 1 ml dimasukan ke dalam cawan petri steril yang dilakukan secara aseptis. Pengenceran dilakukan sampai 10ˉ8 dan setiap sesudah pengenceran dilakukan pergantian tip dengan yang baru agar tidak mempengaruhi dalam pengenceran berikutnya dan pengenceran harus divortex. Cawan petri yang telah



diisi



digoyang-goyangkan



agar



merata,



setelah



itu



dilakukan



penunagan media pada masing-masing cawan petri. Media PCA dituangkan secukupnya karena bila terlalu sedikit maka bakteri tidak akan tumbuh dengan baik, suhu media jangan terlalu dingin karena media sudah membeku/mengental sebelum dituangkan karena akan mempengaruhi hasil akhir dan kemungkinan bakteri tumbuh tidak seperti yang diharapkan, juga jangan terlalu panas karena akan langsung membunuh bakteri sehingga hasil akhir yang diharapkan tidak akan sempurna. Masing-masing media pada cawan petri dibiarkan membeku dan posisinya dibalikan. Setelah semua media membeku kemudian dimasukan ke dalam incubator untuk diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu ±35˚C yang merupakan suhu optimum tumbuhnya bakteri. Dilakukan juga blanko untuk sebagai pembanding, blanko hanya berisi media saja. Masa pertumbuhan bakteri adalah cepat, sehingga bakteri mesofil aerob dapat dihitung sebagai koloni Angka Lempengan Total per ml. Berdasarkan SNI jumlah koloni yang dihitung yaitu antara 25-250 koloni. Cawan petri yang telah diinkubasi sela 24-48 jam diamati dan dihitng. Berdasarkan data yang telah diperoleh dan dihitung bahwa jumlah Angka Lempengan Total pada air keran yaitu 2,4x10 4 koloni/ml. Angka lempengan Total yang terdapat pada sampel air keran ini membuktikan bahwa kualitas air tersebut cukup baik, bersih dan mengandung bakteri yang tidak banyak karena jumlah Angka Lempengan Total sedikit.



Pada praktikum kedua yaitu dengan sampel air keran dan bakso yang bertujuan



Menghitung



Angka



Lempengan



Total.



Sepertihalnya



pada



praktikum pertama maka langkah kerja untuk sampel air pada praktikum ini juga sama, hanya saja proses pengenceran sampai pengenceran 10 ˉ8. Berdasarkan data yang telah diperoleh dan dihitung bahwa jumlah Angka Lempengan Total pada air keran yaitu 0,6x104 koloni/ml. Pada sampel kedua yaitu bakso sebelumya dihancurkan terlebih dahulu dengan cara diblender, hal ini dilakukan agar sampel bakso dapat homogen karena bila sampel bakso berbentuk bulat tidak dihancurkan maka tidak akan homogen saat dilarutkan pada pengencer aquadest 225 ml/10ˉ1. Sampel bakso yang telah hancur ditimbang sebanyak 25 gram. Media yang digunakan masih tetap PCA (Plate Count Agar) karena adalah tempat bakteri tumbuh dan berkembangbiak dengan baik. Sebelum kegiatan dilakukan maka meja kerja dan tangan praktikan disemprot dengan alkohol 70%. Sampel bakso yang telah ditimbang dimasukan dalam larutan pengencer 225 steril/aquades, langkah ini dilakukan didekat api agar tidak terkontaminasi dengan mikroba lain. Kemudian sampel bakso dan pengencer dalam toples tersebut dikocok 25 kali agar homogen. Langkah selanjutnya yaitu mengencerkan pada tabung reaksi yang berisi 9 ml aquadest yang telah steril yaitu tabung 10 ˉ2, memipet 1 ml dengan mikropipet dan memasukannya ke dalam tabung reaksi pengenceran 10ˉ3. Setelah itu memvortex beberapa detik agar homogen dan memipet 1 ml untuk dimasukan ke dalam tabung reaksi pengenceran 10 ˉ4 dan 1 ml untuk dimasukan ke dalam cawan petri yang telah steril, setiap pergantian pengenceran maka tip diganti agar aseptis dan tidak terjadi kontaminasi. Pengenceran dilakukan hingga pengenceran 10ˉ8. Setelah semua cawan petri terisi maka dituangkan media secukupnya, posisi cawan dibalikan dan dibiarkan hingga beku/mengental menjadi agar, penuangan dilakukan secara aseptis dekat sumber api agar tidak terganggu atau terkontaminasi oleh



mikroba yang tidak diharapkan. Jika media sudah menjadi agar maka langsung dimasukan dalam incubator selama 24-48 jam selama ±35˚C. Bakteri mesofil akan tumbuh karena suhu tersebut merupakan suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri. Masa pertumbuhan bakteri adalah cepat, sehingga bakteri mesofil aerob dapat dihitung sebagai koloni Angka Lempengan Total per ml. Berdasarkan SNI jumlah koloni yang dihitung yaitu antara 25-250 koloni. Cawan petri yang telah diinkubasi sela 24-48 jam diamati dan dihitng. Berdasarkan kedua data yang telah diperoleh dan dihitung rata-rata jumlah Angka Lempengan Total pada bakso yaitu 4,65x10 6 koloni/gram dari pengenceran 10ˉ5. http://endrah.blogspot.com/2010/03/angka-lempengan-total-metode-plate.html