Penerapan Senam Dismenore Untuk Menghilangkan Nyeri Haid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



PENERAPAN SENAM DISMENORE UNTUK MENGHILANGKAN NYERI HAID



KARYA TULIS ILMIAH



NAVA NOCICKA PO.71.20.2.17.061



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN BATURAJA TAHUN 2020



Poltekkes Kemenkes Palembang



2



STUDI LITERATUR



PENERAPAN SENAM DISMINORE UNTUK MENGHILANGKAN NYERI HAID



Diajukan Kepala Poltekkes Kemenkes Palembang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan



NAVA NOCICKA PO.71.20.2.17.061



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN BATURAJA TAHUN 2020



Poltekkes Kemenkes Palembang



3



Poltekkes Kemenkes Palembang



4



Poltekkes Kemenkes Palembang



5



Poltekkes Kemenkes Palembang



6



Poltekkes Kemenkes Palembang



7



MOTTO DAN PERSEMBAHAN



MOTTO “Berusahala jangan sampai terlengah walau sedetik saja karena atas kelengahan kita tak akan bisa di kembalikan seperti semula .”



PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati, laporan tugas akhir ini kupersembahkan kepada: Teruntuk papaku mansyur dan mamaku nurmala dewi, terima kasih selama ini selalu memberiku semangat, doa, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat dan sabar dalam menjalani setiap rintangan yang ada didepanku, semoga Allah meridhoiku agar aku dapat menjadi alasan kebahagiaan kalian dan semoga allah memberikan balasan setimpal syurga firdaus kepada kalian berdua. Kalian luar biasaa… Teruntuk kakak-kakak ku happy novrita, yucke sepriani dan edwin fernando, terima kasih telah mendukungku selama ini serta memberikan doa terhadapku. Teruntuksahabatku laras,indahps,indahwulandari,intan,vera,dianps,riyul,devan,megik,dan sahabat muhasabah cintakku,yaitu kak santri,deta,diana,tri,wilda,fidya, marelna,diankey,putri puji,sity dan mbak ita dan teman-teman tingkat 3B terimakasih selalu menemani sekaligus memberikan semangat di saat saya lelah dengan kesulitan yang datang dalam pembuatan KTI ini Kepada seluruh angkatan XVI terimakasih telah menjadi teman, rekan berbagi ilmu pengetahuan sekaligus saudara selama 3 tahun terakhir. Semoga kebersamaan ini terus berlanjut hingga kita menuju kesuksesan masing-masing. Teruslah berjuang dan semoga kita dapat berkumpul kembali dikemudian hari.



Poltekkes Kemenkes Palembang



8



DAFTAR RIWAYAT HIDUP



IDENTITAS DIRI Nama Lengkap



: NAVA NOCICKA



Tempat/Tanggal Lahir



: Baturaja, 06 Desember 1998



Jenis Kelamin



: Perempuan



Agama



: Islam



Alamat



: Rss.sriwijaya blok GA Nomor 28



IDENTITAS ORANG TUA Nama Ayah



: Cik Mansyur



Nama Ibu



: Nurmala Dewi



RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun 2005-2011



: SD NEGERI 43 OKU



Tahun 2011-2014



: SMP NEGERI 32 OKU



Tahun 2014-2017



: SMA NEGERI 01 OKU



Tahun 2017-2020



: Politeknik Kesehatan Palembang Program Studi Keperawatan Baturaja Tahun 2017-2018



: Tingkat I



Tahun 2018-2019



: Tingkat II



Tahun 2019-2020



: Tingkat III



Poltekkes Kemenkes Palembang



9



KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktu. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi Keperawatan Baturaja Poltekkes Kemenkes Palembang. Pada kesempatan ini izinkan saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada : 1.



Bapak Muhamad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang



2.



Ibu Devi Mardianti, S.Pd, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang



3.



Bapak H. Gunardi Pome, S.Ag, S.Pd, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi Keperawatan Baturaja beserta Staf Dosen dan Tata Usaha Program Studi Keperawatan Baturaja.



4.



Ibu Hj. Eni Folendra Rosa, SKM, MPH selaku pembimbing I dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah



5.



Ibu Lisdahayati, SKM, MPH selaku pembimbing II dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah



6.



Bapak H .Umar HM, SKM.M.Kes selaku penguji I



7.



Bapak Nelly Rustiati, SKM. M.Kes selaku penguji II



Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan maka kiranya mohon saran dan masukan demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah saya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi diri saya sendiri dan pengembangan ilmu pengetahuan. Baturaja,



Agustus 2020



Penulis



Poltekkes Kemenkes Palembang



10



ABSTRAK Nava Nocicka. Juli 2020. Penerapan Senam dismenore untuk menghilangkan nyeri haid. Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan Baturaja Pembimbing (I) : Nelly Rustiati, SKM, M.Kes (II) : Lisdahayati, SKM, MPH. Latar belakang : Menurut WHO, 50% perempuan disetiap negara rata-rata mengalami dismenorea. Studi epidemiologi di Amerika menyebutkan 60% perempuan mengeluhkan nyeri haid dan prevalensi di Swedia keluhan nyeri haid sejumlah 72% dari seluruh jumlah perempuan di negara tersebut. Sedangkan di Indonesia tidak diketahui secara pasti prevalensinya karena masih kurangnya kesadaran untuk memeriksakan ke pelayanan kesehatan. (Omidvar, 2012 dalam Ulfa, 2015). Penelitian yang dilakukan di Swedia melaporkan dismenore terjadi pada 90% wanita yang berusia kurang dari 19 tahun dan 67% wanita yang berusia 24 tahun (French, 2005 dalam Laili, 2012). Prevalensi dismenore di Indonesia tahun 2008 sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Santoso, 2008 dalam Ulfa, 2015). Begitu pula angka kejadian di indonesia cukup tinggi yaitu sebesar 58,89% disminore primer dan 9,36% disminore skunder (Dahlan 2017).adapun angka kejadian disminore di jawa barat tahun 2015 yaitu sebesar 72,89% disminore primer dan 27,11% disminore skunder (Andriyani,2016) Tujuan : tujuan studi kasus ini adalah diperoleh gambaran implementasi penerapan terapi senam dismenore pada klien dengan gangguan nyeri haid. Metode : Penelitian ini adalah penelitian naratif studi literatur yang menggambarkan implementasi penerapan terapi senam dismenore pada klien dengan gangguan nyeri haid. Hasil : hasil penelitian ini menunjukan bahwa senam disminore yang dilakukan klien secara mandiri dan berkelanjutan melalui pendidikan kesehatan yang diberikan peneliti mampu meringankan nyeri pada saat haid. Kesimpulan : Setelah dilakukan Penerapan Senam Disminore Untuk Mengurangi Nyeri Haid yaitu klien tersebut tahu apa pengertian senam disminore, manfaat senam disminore, tahu cara melakukan senam disminore tersebut secara mandiri



Kata kunci : Disminore, penerapan senam disminore



Poltekkes Kemenkes Palembang



11



ABSTRACT



Nava Nocicka. July 2020. The application of dysmenorrhea to relieve menstrual pain. Poltekkes Kemenkes Palembang Baturaja Nursing Study Program Advisor (I): Nelly Rustiati, SKM, M.Kes (II): Lisdahayati, SKM, MPH. Background: According to WHO, 50% of women in every country have dysmenorrhea on average. Epidemiological studies in America say 60% of women complain of menstrual pain and the prevalence in Sweden of complaints of menstrual pain is 72% of all women in the country. Meanwhile, in Indonesia, the prevalence is not known for sure because there is still a lack of awareness to go to health services. (Omidvar, 2012 in Ulfa, 2015). Research conducted in Sweden reports dysmenorrhea occurs in 90% of women aged less than 19 years and 67% of women aged 24 years (French, 2005 in Laili, 2012). The prevalence of dysmenorrhea in Indonesia in 2008 was 64.25% consisting of 54.89% primary dysmenorrhea and 9.36% secondary dysmenorrhea (Santoso, 2008 in Ulfa, 2015). Likewise, the incidence rate in Indonesia is quite high, namely 58.89% primary dysminore and 9.36% secondary dysminore (Dahlan 2017). secondary dysminore (Andriyani, 2016) Purpose: the purpose of this case study is to obtain an overview of the implementation of dysmenorrhea exercise therapy in clients with menstrual pain disorders. Methods: This study is a narrative study of literature that describes the implementation of the application of dysmenorrhea exercise therapy in clients with menstrual pain disorders. Results: the results of this study indicate that the dysminorrhea exercises carried out by clients independently and continuously through health education provided by researchers are able to relieve pain during menstruation. Conclusion: After implementing the Dysminore Exercise to Reduce Menstrual Pain, the client knows what the Dysminore exercise is, the benefits of Dysminore exercise, knows how to do the dysminore exercise independently.



Keywords: Disminore, application of dysminore gymnastics



Poltekkes Kemenkes Palembang



12



DAFTAR ISI Halaman Halaman Sampul depan ............................................................................. i Halaman Sampul Dalam ........................................................................... ii Halaman Bebas Plagiasi ........................................................................... iii Halaman Orisinilitas................................................................................. iv Pernyataan Keaslian Tulisan ..................................................................... v Halaman Halaman Persetujuan ................................................................ vi Halaman Lembar pengesahan ................................................................ vii Halaman Daftar riwayat hidup .............................................................. viii Halaman Motto dan persembahan ............................................................ ix Halaman Kata pengantar ........................................................................... x Halaman Abstrak Bahasa Indonesia......................................................... xi Halaman Abstrak Bahasa Inggris ........................................................... xii Halaman Daftar Isi ................................................................................. xiii Halaman Daftar Tabel ............................................................................. xv Halaman Daftar Lampiran ..................................................................... xvi BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 1 1.3 Tujuan Studi Kasus .......................................................... 1 1.4 Manfaat Studi Kasus ........................................................ 2



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Disminore ........................................................... 3 2.1.1. Definisi Disminore ................................................ 3 2.1.2. Klasifikasi dismenore ............................................ 4 2.1.3. Tanda dan Gejala Dismenore .................................. 5 2.1.4. Etiologi dismenore ................................................. 6 2.1.5. Patofisiologi Dismenore .......................................... 7 2.1.6. Pathway ................................................................... 7 2.1.7. Faktor penyebab dan resiko ..................................... 8 2.1.8. Derajat Dismenore ................................................... 9



Poltekkes Kemenkes Palembang



13



2.1.9. Penatalaksanaan Dismenore .................................... 9



2.2. Konsep Senam Disminore ............................................... 10 2.2.1. Pengertian .............................................................. 10 2.2.2. Tujuan Senam ........................................................ 11 2.2.3. Gerakan senam dismenore ..................................... 11 2.2.4. Lama dan Frekuensi Senam ................................... 12 2.3. Konsep Nyeri.................................................................. 13 2.3.1. Pengertian .............................................................. 13 2.3.2. Klasifikasi Nyeri ................................................... 13 2.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri ........... 21 2.4. Konsep Asuhan Keperawatan pada klien disminore ...... 21 2.2.1. Pengkajian menurut ...................................................... 21 2.2.2. Pengkajian fisik disminore ........................................... 22



2.2.3. Diagnosa Keperawatan ......................................... 24 2.2.4. Intervensi Keperawatan ......................................... 25 2.2.5. Implementasi ........................................................ 27 2.2.6. Evaluasi ................................................................. 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ............................................................. 31 3.2. Variabel ........................................................................... 31 3.3. Kriteria literatur yang digunakan .................................... 31 3.4. Sumber Artikel ............................................................... 31 3.5. Langkah studi literatur .................................................... 31 3.6. Analisis data dan penyajian hasil penelitian ................... 32 3.7. Etika Studi Kasus ............................................................ 36



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



Poltekkes Kemenkes Palembang



14



DAFTAR TABEL



Tabel 2.1



Kriteria Hasil.........................................................................30



Tabel 3.1.



Tabel review .........................................................................33



Poltekkes Kemenkes Palembang



15



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1



Jadwal kegiatan



Lampiran 2



Artikel / hasil penelitian / full teks



Lampiran 3



Lembar konsultasi pembimbing I



Lampiran 4



Lembar konsultasi pembimbing II



Poltekkes Kemenkes Palembang



16



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO, 50% perempuan disetiap negara rata-rata mengalami dismenorea. Studi epidemiologi di Amerika menyebutkan 60% perempuan mengeluhkan nyeri haid dan prevalensi di Swedia keluhan nyeri haid sejumlah 72% dari seluruh jumlah perempuan di negara tersebut. Sedangkan di Indonesia tidak diketahui secara pasti prevalensinya karena masih kurangnya kesadaran untuk memeriksakan ke pelayanan kesehatan. (Omidvar, 2012 dalam Ulfa, 2015). Penelitian yang dilakukan di Swedia melaporkan dismenore terjadi pada 90% wanita yang berusia kurang dari 19 tahun dan 67% wanita yang berusia 24 tahun (French, 2005 dalam Laili, 2012). Prevalensi dismenore di Indonesia tahun 2008 sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Santoso, 2008 dalam Ulfa, 2015). Begitu pula angka kejadian di indonesia cukup tinggi yaitu sebesar 58,89%



disminore



primer



dan



9,36%



disminore



skunder



(Dahlan



2017).adapun angka kejadian disminore di jawa barat tahun 2015 yaitu sebesar 72,89% disminore primer dan 27,11% disminore skunder (Andriyani,2016) Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: Penerapan Senam Disminore Untuk Mengurangi Nyeri Haid Di Wilayah Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2020.



1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana memperoleh gambaran senam disminore untuk menghilangkan nyeri haid



1.3 Tujuan Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam karya tulis meliputi tujuan umum dan tujuan khusus:



Poltekkes Kemenkes Palembang



17



1.3.1. tujuan umum Diperoleh gambaran implementasi penerapan terapi senam dismenore pada klien dengan gangguan nyeri haid 1.3.2. Tujuan Khusus Dalam penyusunan karya tulis secara ilmiah ini, penulis diharapkan dapat : 1. Diperoleh gambaran masalah pada klien dengan gangguan nyeri haid 2. Diperoleh gambaran penerapan terapi senam dismenore pada klien nyeri haid 3. Diperoleh gambaran hasil penerapan terapi senam dismenore pada klien dengan gangguan nyeri haid



1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1. Bagi klien / keluarga Diharapkan klien atau keluarga diharapakan dapat meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penerapan senam disminore. Sehingga keluarga bisa menjaga anggota keluarga yang lain terhindar dari nyeri pada saat haid. 1.4.2. Bagi Tenaga Kesehatan Hasil studi kasus ini dapat menjadi nilai ukur kemampuan peneliti dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri haid sesuai dengan ilmu yang sudah didapat. serta menambah refrensi tentang asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan kejadian gastritis.



Menggetahui



tingkat



kemampuan



dan



cara



untuk



mengevaluasi materi yang telah diberikan.



Poltekkes Kemenkes Palembang



18



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Konsep Disminore 2.1.1. Definisi Disminore Disminore adalah rasa sakit pada masa menstruasi yang cukup parah sehingga bisa menganggu aktivitas sehari-hari. Disminore lebih dikenal dengan sebutan “sakit menstruasi” atau sakit menstruasi yang parah. Rasa sakit disminore bisa bermacam-macam, mulai dari ras sakit yang tajam, tumpul, berdenyut, mual, terbakar atau menusuk dan biasanya bersamaan dengan menorrhagia. Disminore bisa dirasakan beberapa hari sebelum menstruasi atau saat menstruasi dan biasanya berkurang saat pendarahan menstruasi mulai surut. Disebut disminore sekunder jika gejala-gejalanya berhubungan dengan penyakit, kelainan atau abnormalitas truktural didalam atau diluar rahim, sedangkan disminore primer tidak berkaitan dengan salah satu dari penyakit diatas. (Verawati, 2011) Dismenore adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari (Proverawati, 2009). Dismenore dalam bahasa Indonesia adalah nyeri menstruasi, sifat dan derajat rasa nyeri ini bervariasi. Mulai dari yang ringan sampai yang berat. Keadaan yang hebat dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat menstruasi. Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan relaksasi. Umumnya, kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang hebat dan sering menyebabkan aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul rasa nyeri (Aulia, 2009).



3



Poltekkes Kemenkes Palembang



19



Dismenore, baik primer atau sekunder, merupakan salah satu penyebab utama keluhan sistem reproduksi pada remaja perempuan yang mengalami menstruasi serta merupakan penyebab utama hilangnya waktu sekolah.



Dismenore



primer



merupakan



bagian



adanya



kontraksi



miometrium yang dirangsang oleh prostaglandin yang terasa nyeri. Prostaglandin F2 (PGF2a) menginduksi kontraksi miometrium dan diproduksi dalam jumlah banyak pada endometrium perempuan yang mengalami dismenore. Sebagian besar prostaglandin dilepas dalam 2 hari pertama siklus menstruasi, bersamaan dengan bertambahnya rasa tidak enak. Karena berkaitan dengan siklus ovulasi, dismenore primer tidak menjadi masalah,sampai satu tahun atau lebih setelah menarke. Dismenore sekunder berhubungan dengan fisiologik dan patologik spesifik termasuk infeksi



pelvis (endometritis,



PID)



kehamilan ektopik, kehamilan



intrauterin, endometriosis, AKDR, dan kelainan anatomik (Rudolph, 2006).



2.1.2. Klasifikasi dismenore a. Dismenore primer Dismenore primer adalah kondisi yang berhubungan dengan siklus ovulasi. Penelitian menunjukan bahwa dismenore primer memiliki dasar biokimia dan terjadi akibat pelepasan prostaglandin selama



mens.



Selama



fase



luteal



dan



menstruasi



berjalan



prostaglandin F2alfa (PGR, Pelepasan (PGF2a) yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme dari arteriol uterus, menyebabkan iskemia dan perut bagian bawah. Respons sistemik terhadap PGF2a meliputi nyeri pinggang, kelemahan, berkeringat, gejala gastrointestinal (anoreksia, mual, muntah, dan diare) dan gejala sistem saraf pusat (rasa mengantuk, sinkop, sakit kepala, dan konsentrasi buruk). Nyeri biasanya dimulai pada saat onset menstruasi dan berlangsung selama 8-4 jam Lentz, 2007b dalam Lowdermilk (2013).



Poltekkes Kemenkes Palembang



20



b. Dismonore Sekunder Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi belakangan dalam kehidupan, umurnnya setelah usia 25 tahun. Hal ini berhubungan dengan abnormalitas panggul seperti adenomiosis endometriosis, penyakit radang panggul, polip endometrium, mioma submukosa atau interstisial (fibroid uterus), atau penggunaan alat kontrasepsi dalam kandungan. Nyeri sering kali dimulai beberapa hari sebelum mens, namun hal ini dapat terjadi pada saat ovulasi dan berlanjut selama hari-hari pertama menstruasi atau dimulai setelah menstruasi terjadi. Berbeda dengan dismenore primer, nyeri pada



dismenore sekunde sering kali bersifat tumpul, menjalar dari perut bagian bawal ke arah pinggang atau paha. Wanita sering kali mengalam perasaan membengkak atau rasa penuh dalam panggul. (Lowdermilk, 2013). 2.1.3. Tanda dan Gejala Dismenore Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah (Nugroho, 2014) Menurut Wratsongko Kowalak (2011), tanda dan gejala yang mungkin terdapat pada dismenore meliputi rasa nyeri yang tajam, rasa kram pada abdomen bagian bawah yang biasanya menjalar ke bagian punggung, paha, lipat paha, serta vulva. Rasa nyeri ini secara khas dimulai ketika keluar darah menstruasi atau sesaat sebelum keluar darah menstruasi dan mencapai puncak dalam waktu 24 jam.



Poltekkes Kemenkes Palembang



21



Menurut Kowalak (2011) dismenore dapat pula disertai tanda dan gejala yang memberikan kesan kuat ke arah sindrom premenstruasi, yang meliputi gejala sering kencing (urinary frequency), mual muntah, diare, sakit kepala, lumbagia (nyeri pada punggung), menggigil, kembung (bloating), payudara yang terasa nyeri, depresi, dan,iritabilitas.



2.1.4.Etiologi dismenore 1. Dismenore primer Dismenore primer adalah proses normal yang dialami ketika menstruasi. Kram menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat intens, yang dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi. Dismenore primer disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan merangsang otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga makin



kuat.



Biasanya,



pada



hari



pertama



menstruasi



kadar



prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri menstruasi pun akan berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar prostaglandin (Sinaga, 2017). 2. Dismenore sekunder Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenore sekunder dapat diatasi hanya dengan mengbati atau menangani penyakit atau kelainan yang menyebabkannya (Sinaga, 2017).



Poltekkes Kemenkes Palembang



22



2.1.5. Patofisiologi Dismenore Selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin disekresi. Pelepasan prostaglandin yang berlebihan meningkatkan frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon sistemik terhadap prostaglandin meliputi nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, dan diare) dan gejala system syaraf pusat meliputi: pusing, sinkop, nyeri kepala dan konsentrasi buruk (Bobak, 2004).



2.1.6. Pathway



Poltekkes Kemenkes Palembang



23



2.1.7. Faktor penyebab dan resiko Menurut Hendrik (2006), wanita yang mempunyai resiko menderita dismenore primer adalah: 1. Mengkonsumsi alkohol Alkohol



merupakan



racun



bagi



tubuh



dan



hati



bertanggungjawab terhadap penghancur estrogen untuk disekresi oleh tubuh. Fungsi hati terganggu karena adanya konsumsi alkohol yang terus menerus, maka estrogen tidak bisa disekresi dari tubuh, akibatnya estrogen dalam tubuh meningkat dan dapat menimbulkan gangguan pada pelvis. 2. Perokok Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan meningkatkan lamanya dismenore. 3. Tidak pernah berolah raga Kejadian dismenore akan meningkat dengan kurangnya aktifitas selam menstruasi dan kurangnya olah raga, hal ini dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada uterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan menyebabkan nyeri. 4. Stres Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot-otot punggung bawah sehingga menyebabkan dismenore. Karakteristik dan faktor yang berkaitan dengan dismenore primer (Morgan & Hamilton, 2009) adalah sebagai berikut : a. Dismenore primer umumnya dimulai 1-3 tahun setelah haid. b. Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 2327 tahun, lalu mulai mereda. c. Umumnya terjadi pada wanita nulipara. d. Dismenore primer lebih sering terjadi pada wanita obesitas. e. Kejadian ini berkaitan dengan aliran haid yang lama. f. Jarang terjadi pada atlet. g. Jarang terjadi pada wanita yang memiliki status haid tidak teratur.



Poltekkes Kemenkes Palembang



24



2.1.8. Derajat Dismenore Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan. Menurut Manuaba (2009) dismenore dibagi 3 yaitu: a. Dismenore Ringan. Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari- hari. b. Dismenore Sedang. Pada dismenore sedang ini penderita memerlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya. c. Dismenore Berat. Dismenore berat membutuhkan penderita untuk istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, nyeri pinggang, diare dan rasa tertekan. Derajat Dismenore menurut (Hakim, 2016) a. Derajat 0, tanpa rasa nyeri, aktivitas sehari-hari tidak terpengaruh. b. Derajat I, nyeri ringan, jarang memerlukan analgesik, aktivitas seharihari jarang terpengaruh. c. Derajat II, nyeri sedang, memerlukan analgesik, aktivitas sehari-hari terganggu. d. Derajat III, nyeri berat, nyeri tidak banyak berkurang dengan analgesik, timbul keluhan, nyeri kepala, kelelahan, mual, muntah dan diare.



2.1.9. Penatalaksanaan Dismenore Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan nonsteroid (misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi (Nugroho, 2014).



Poltekkes Kemenkes Palembang



25



Menurut Nugroho (2014) selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan: a. Istirahat yang cukup. b. Olah raga yang teratur (terutama berjalan). c. Pemijatan. d. Yoga atau senam e. Orgasme pada aktivitas seksual. f. Kompres hangat di daerah perut. Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi. Gejala juga bisa dikurangi dengan istirahat yang cukup serta olah raga secara teratur (Nugroho, 2014). Apabila nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau diberikan medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi



pembentukan



prostaglandin,



yang



selanjutnya



akan



mengurangi beratnya dismenore. Jika obat ini juga tidak efektif, maka



dilakukan



pemeriksaan



tambahan



(misalnya



laparoskopi).



Jika



dismenore sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas. Pengobatan untuk dismenore sekunder tergantung kepada penyebabnya (Nugroho, 2014).



2.2. Konsep Senam Disminore 2.2.1. Pengertian Senam dismenore merupakan aktivitas fisik yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Saat melakukan senam, tubuh akan menghasilkan endorphin. Hormon endorphin yang semakin tinggi akan menurunkan atau meringankan nyeri yang dirasakan seseorang sehingga seseorang menjadi lebih nyaman, gembira, dan melancarkan pengiriman oksigen ke otot (Sugani, 2010).



Poltekkes Kemenkes Palembang



26



Latihan senam dismenore mampu meningkatkan produksi endorphin (pembunuh rasa sakit alami dalam tubuh), dan dapat meningkatkan kadar serotonin. Latihan atau senam ini tidak membutuhkan biaya yang mahal, mudah dilakukan dan tentunya tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh (Sugani, 2010). 2.2.2. Tujuan Senam a. Membantu remaja yang mengalami dismenore untuk mengurangi dan mencegah dismenore. b. Alternatif terapi dalam mengatasi dismenore. c. Intervensi yang nantinya dapat diterapkan untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan bagi masalah dismenore yang sering dialami remaja. d. Memberikan pengalaman baru remaja.



2.2.3. Gerakan senam dismenore Teknik pergerakan senam dismenore terdiri dari pemanasan, inti dan pendinginan Puji (2009). a. Gerakan Pemanasan 1) Tarik nafas dalam melalui hidung, sampai perut menggelembung. Tahan sampai beberapa detik dan hembuskan nafas lewat mulut. 2) Kedua tangan di perut samping, tunduk dan tegakkan kepala (2x 8 hitungan) 3) Kedua tangan di perut samping, tengokkan kepala ke kanan –kiri (2 x 8 hitungan). 4) Kedua tangan di perut samping, patahkan leher ke kiri – ke kanan (2 x 8 hitungan). 5) Putar bahu bersamaan keduanya (2 x 8 hitungan)



b. Gerakan Inti Gerak badan I 1) Berdiri dengan tangan direntangkan ke samping dan kaki diregangkan kira-kira 30 sampai 35 cm. 2) Bungkukkan ke pinggang berputar ke arah kiri, mencoba meraba kaki kiri dengan tangan kanan tanpa membengkokkan lutut.



Poltekkes Kemenkes Palembang



27



3) Lakukan hal yang sama dengan tangan kiri menjamah kaki kanan. 4) Ulangilah masing-masing posisi sebanyak empat kali.



Gerak badan II 1) Berdirilah dengan tangan di samping dan kaki sejajar 2) Luruskan tangan dan angkat sampai melewati kepala. Pada waktu yang sama tendangkan kaki kiri anda dengan kuat ke belakang. 3) Lakukan bergantian dengan kaki kanan. 4) Ulangi empat kali masing-masing kaki.



c. Gerakan Pendinginan 1) Lengan dan tangan, genggam tangan kerutkan lengan dengan kuat tahan, lepaskan 2) Tungkai dan kaki, luruskan kaki (dorsi fleksi), tahan beberapa detik, lepaskan 3) Seluruh tubuh, kontraksikan/kencangkan semua otot sambil nafas dada pelan teratur lalu relaks (bayangkan hal menyenangkan). 2.2.4. Lama dan Frekuensi Senam Menurut Anurogo (2011), senam dismenore sebaiknya dilakukan 5-7 hari sebelum haid. Menurut Brick dalam Solihatunisa (2015) frekuensi dan lama latihan senam menggunakan pola yang sama dengan takaran olahraga secara umum, yaitu prinsip frekuensi, intensitas dan time (FIT) yang meliputi: 1. frekuensi latihan 2-4 kali dalam 1 minggu 2. lama latihan 20-60 menit dalam satu kali latihan



2.3 Konsep Nyeri 2.3.1 Pengertian Menurut Mc. Ceffery (1979), nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya. Menurut Wolf Waifsel Feusest (1974) mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara



Poltekkes Kemenkes Palembang



28



fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan. Menurut Arthur C. Curfon (1983) mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan rasa nyeri. Sedangkan, secara umum mengatakan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut syaraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologi dan emosional. 2.3.2 Klasifikasi Nyeri Klasifikasi nyeri dibagi menjadi 2 yakni nyeri akut dan nyeri kronis. 1. Nyeri akut adalah nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang yang tidak memiliki atau melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. 2. Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu yang lama. Yang lebih dari 6 bulan, yang termasuk nyeri psikomatis. Dan ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, diantaranya nyeri tersusun dan nyeri terbakar. Alat Ukur Nyeri 1. Jenis-Jenis Skala Nyeri Skala nyeri secara umum digambarkan dalam bentuk nilai angka, yakni 1-10. Berikut adalah jenis skala nyeri berdasarkan nilai angka yang perlu Anda ketahui. a. Skala 0, tidak nyeri b. Skala 1, nyeri sangat ringan c. Skala 2, nyeri ringan. Ada sensasi seperti dicubit, namun tidak begitu sakit d. Skala 3, nyeri sudah mulai terasa, namun masih bisa ditoleransi e. Skala 4, nyeri cukup mengganggu (contoh: nyeri sakit gigi) f. Skala 5, nyeri benar-benar mengganggu dan tidak bisa



Poltekkes Kemenkes Palembang



29



didiamkan dalam waktu lama g. Skala 6, nyeri sudah sampai tahap mengganggu indera, terutama indera penglihatan h. Skala 7, nyeri sudah membuat Anda tidak bisa melakukan aktivitas i. Skala 8, nyeri mengakibatkan Anda tidak bisa berpikir jernih, bahkan terjadi perubahan perilaku j. Skala 9, nyeri mengakibatkan Anda menjerit-jerit dan menginginkan cara apapun untuk menyembuhkan nyeri k. Skala 10, nyeri berada di tahap yang paling parah dan bisa menyebabkan Anda tak sadarkan diri



1. Cara Menghitung Skala Nyeri Mengetahui skala nyeri menjadi penting karena metode ini membantu para tenaga medis untuk mendiagnosis penyakit, menentukan metode pengobatan, hingga menganalisis efektivitas dari pengobatan tersebut. Dalam dunia medis, ada banyak metode penghitungan skala nyeri. Berikut ini beberapa cara menghitung skala nyeri yang paling populer dan sering digunakan. 1. Visual Analog Scale (VAS) Visual Analog Scale (VAS) adalah cara menghitung skala nyeri yang paling banyak digunakan oleh praktisi medis. VAS merupakan skala linier yang akan memvisualisasikan gradasi tingkatan nyeri yang diderita oleh pasien. Pada metode VAS, visualisasinya berupa rentang garis sepanjang kurang lebih 10 cm, di mana pada ujung garis kiri tidak mengindikasikan



nyeri,



sementara



ujung



satunya



lagi



mengindikasikan rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Selain dua indicator tersebut, VAS bisa diisi dengan indikator redanya rasa nyeri.



Poltekkes Kemenkes Palembang



30



VAS adalah prosedur penghitungan skala nyeri yang mudah untuk digunakan. Namun, VAS tidak disarankan untuk menganalisis efek nyeri pada pasien yang baru mengalami pembedahan. Ini karena VAS membutuhkan koordinasi visual, motorik, dan konsentrasi. Berikut adalah visualisasi VAS:



sumber: unud.ac.id



2. Rating Scale (VRS) Verbal Scale (VRS) hampir sama dengan VAS, hanya, pernyataan verbal dari rasa nyeri yang dialami oleh pasien ini jadi lebih spesifik. VRS lebih sesuai jika digunakan pada pasien pasca operasi bedah karena prosedurnya yang tidak begitu bergantung pada koordinasi motorik dan visual. Skala nyeri versi VRS:



sumber: unud.ac.id 3. Numeric Rating Scale (NRS) Kalau tadi penghitungan skala nyeri didasari pada pernyataan, maka metode Numeric Rating Scale (NRS) ini



Poltekkes Kemenkes Palembang



31



didasari pada skala angka 1-10 untuk menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS diklaim lebih mudah dipahami, lebih sensitif terhadap jenis kelamin, etnis, hingga dosis. NRS juga lebih efektif untuk mendeteksi penyebab nyeri akut ketimbang VAS dan VRS. Skala nyeri dengan menggunakan NRS:



sumber: unud.ac.id



NRS di satu sisi juga memiliki kekurangan, yakni tidak adanya pernyataan spesifik terkait tingkatan nyeri sehingga seberapa parah nyeri yang dirasakan tidak dapat diidentifikasi dengan jelas. 4. Wong-Baker Pain Rating Scale Wong-Baker



Pain



Rating



Scale



adalah



metode



penghitungan skala nyeri yang diciptakan dan dikembangkan oleh Donna Wong dan Connie Baker. Cara mendeteksi skala nyeri dengan metode ini yaitu dengan melihat ekspresi wajah yang sudah dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan rasa nyeri.



sumber: wongbakerfaces.org



Poltekkes Kemenkes Palembang



32



Saat menjalankan prosedur ini, dokter akan meminta pasien untuk memilih wajah yang kiranya paling menggambarkan rasa nyeri yang sedang mereka alami. Seperti terlihat pada gambar, skala nyeri dibagi menjadi: a. Raut wajah 1, tidak ada nyeri yang dirasakan b. Raut wajah 2, sedikit nyeri c. Raut wajah 3, nyeri d. Raut wajah 4, nyeri lumayan parah e. Raut wajah 5, nyeri parah f. Raut wajah 6, nyeri sangat parah 1. McGill Pain Questinonnaire (MPQ) Metode penghitungan skala nyeri selanjutnya adalah McGill Pain Questinnaire (MPQ). MPQ adalah cara mengetahui skala nyeri yang diperkenalkan oleh Torgerson dan Melzack dari Universitas Mcgill pada tahun 1971. Sesuai dengan namanya, prosedur MPQ berupa pemberian kuesioner kepada pasien.Kuesioner tersebut berisikan kategori atau kelompok rasa tidak nyaman yang diderita. Terdapat 20 kelompok yang masing-masing terdiri dari sejumlah kata sifat (adjektiva). Pasien diminta untuk memilih kata-kata yang kiranya paling menggambarkan kondisi mereka saat ini 1. Kelompok 1-10 Menggambarkan kualitas sensorik dari nyeri. Gejala yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya: a. Berdenyut b. Menusuk c. Panas d. Kesemutan e. Gatal f. Perih



Poltekkes Kemenkes Palembang



33



g. Kram h. Koyak 2. Kelompok 11-15 Kelompok 11-15 menggambarkan efektivitas nyeri, seperti: a. Melelahkan b. Memuakkan c. Menakutkan d. Celaka e. Kejam f. Membunuh



3. Kelompok 16 Sementara itu, adjektiva pada kelompok 16 lebih ke dimensi evaluasi, terdiri atas: a. Menjengkelkan b. Menyusahkan c. Sengsara d. Tak tertahankan 4. Kelompok 17-20 Terakhir, kelompok 1-20 berisi kata-kata yang sifatnya spesifik, seperti: a. Menyiksa b. Mengerikan c. Dingin d. Memancarkan e. Menembus Lazimnya, dokter akan meminta pasien memilih tiga kata dari kelompok 1-10, dua kata dari kelompok 11-15, satu katan dari kelompok 16, dan satu kata dari kelompok 17-20. Setelah itu, dokter menjumlahkan kata-kata yang dipilih oleh pasien sehingga menghasilkan angka total yang digunakan untuk menentukan skala nyeri.



Poltekkes Kemenkes Palembang



34



5. Oswetry Disability Index (ODI) Diperkenalkan pertama kali pada tahun 1980 oleh Jeremy Fairbank, Oswetry Disability Index (ODI) adalah metode deteksi skala nyeri yang bertujuan untuk mengukut derajat kecacatan, pun indeks kualitas hidup dari pasien penderita nyeri, khususnya nyeri pinggang. Pada penerapannya, pasien akan diminta melakukan serangkaian tes guna mengidentifikasi intensitas nyeri, kemampuan gerak motorik, kemampuan berjalan, duduk, fungsi seksual, kualitas tidur, hingga kehidupan pribadinya. Dari sini, dokter dapat mengetahui skala nyeri dan memastikan apa penyebab utama dari nyeri yang dirasakan tersebut. 6. Brief Pain Inventory (BPI) Awalnya, metode ini digunakan untuk menghitung skala nyeri yang dirasakan oleh penderita kanker.Namun.Saat ini BPI juga digunakan untuk menilai derajat nyeri pada penderita nyeri kronik. 7. Memorial Pain Assessment Card Cara mengukur skala nyeri dengan metode Memorial Pain Assessment Card ini dinilai cukup efektif, terutama untuk pasien penderita nyeri kronik. Dalam penerapannya, MPAC akan berfokus pada empat indicator, yakni intensitas nyeri, deskripsi nyeri, pengurangan nyeri, dan mood.



Skala nyeri sifatnya subjektif. Anda bisa saja berpendapat bahwa nyeri yang sedang dirasakan masuk ke dalam kelompok nyeri berat. Jangan berspekulasi. Segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan informasi jelas perihal tingkat keparahan nyeri yang sebenarnya Anda alami.



Poltekkes Kemenkes Palembang



35



2.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal diantaranya: 1. Artisi nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri tersebut merupakan arti yang negatif. Seperti membahayakan, merusak dan lain-lain. Keadaan ini mempengaruhi oleh beberapa faktor seperti : usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan dan pengalaman. 2. Persis nyeri, merupakan penilaian yang sangat subyektif tempatnya pada konteks. 3. Toleransi nyeri, toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri.Faktor yang mempengaruhi antara lain : alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat. 4. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri seperti: nyeri tingkat persepsi, nyeri pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial kesehatan fisik dan mental.



2.4. Konsep Asuhan Keperawatan pada klien disminore 2.4.1 Pengkajian menurut Muhlisin, 2012 adalah : Pengkajian keperawatan memfokuskan pada bagaimana perubahan yang berhubungan usia yang mempengaruhi status fungsional dan termasuk hal-hal berikut : a. Tinggi badan, berat badan, postur tubuh b. Aktivitas dan pola istirahat c. Pengkajian diet d. Pengobatan termasuk obat-obat e. Kombinasi mobilitas, kekuatan,dan keseimbangan f. Cidera pada masa lalu



Poltekkes Kemenkes Palembang



36



2.4.2. Pengkajian fisik disminore a. Pengkajian 1. Data biografi a. Nama b. Alamat c. Umur d. Diagnose medis e. Penanggung jawab b. Riwayat kesehatan 1. Keluhan utama : Biasanya pasien mengeluhkan kepala terasa pusing dan bagian kuduk terasa berat, tidak bias tidur. 2. Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya pada saat dilakukan pengkajian pasien masih mengeluh nyeri kepala terasa sakit dan berat, penglihatan berkunang-kunang, tidak bisa tidur. 3. Riwayat kesehatan dahulu : biasanya penyakit hipertensi ini adalah penyakit yang sudah lama di alami oleh pasien, dan biasanya pasien mengkonsumsi obat rutin seperti captopril. 4. Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya penyakit hipertnsi ini adalah penyakit keturunan. c. Data dasar pengkajian a. Aktivitas / istirahat Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.



Poltekkes Kemenkes Palembang



37



b. Sirkulasi Gejala : riwayat hiperensi, aterosklerosis, penyakit jantung kkooner, penyakit serebrovaskuler Tanda : kenaian TD, hipotensi postural, takhikardi, pperubahan warna kulit,suhu dingin. c. Itegritas ego Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas,depresi, euphoria, fakor stress multifel. Tanda : letupan suasana hati, elisah, penyempitan continue perhatian, tagisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningktan pola bicara. d. Eliminasi Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu. e. Makanan /cairan Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan. tingggi garam, lemak dan kolesterol. Tanda : BB nmal atau obesitas, adanya edema. f. Neurosensori Gejala : keluhan pusing /pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut,ganguan penglihatan, episode epistaksis. Tanda



: perubahan orientasi, penurunan kekuatan



genggaman, perubahan retinal optic. g. Nyeri / ketidaknyamanan Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,nyeri abdomen. h. Pernapasan Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk denggan atau tanpa sputum, riwayat merokok.



Poltekkes Kemenkes Palembang



38



Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis. i. Keamanan Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan Tanda : episode parestesiaunilateral transien, hipoteensi postural. j. Pembelajaran / penyuluhan Gejala : factor rsiko keluarga; hipertensi, aterosklerosis, penyakit



jantung,



DM,



penyait



ginjal,factor risiko



etnik,penggunaan pil KB atau hormon. 2.4.3 Diagnosa Keperawatan Berdasarkan



PPNI



(2016),



Standar



Diagnosis



Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI. Diagnosis Keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Jenis-jenis diagnosa keperawatan dapat diuraikan sebagai berikut (Carpenito 2013, Potter & Perry, 2013). 1. Diagnosis Aktual Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan. Tanda/gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi pada klien.



Poltekkes Kemenkes Palembang



39



2. Diagnosis Resiko Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien beresiko mengalami masalah kesehatan. Tidak ditemukan tanda/gejala mayor dan minor pada klien, namun klien memiliki faktor resiko mengalami masalah kesehatan. 3. Diagnosis Promosi Kesehatan Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau optimal. Diagnosis Keperawatan yang mungkin timbul : 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (imflamasi, iskemia, neoplasma). (PPNI,



2018



Standar



Diagnosis



keperawatan



indonesia:Defenisi dan indikator diagnostik, edisi 1 Jakarta: DPP PPNI (D.0077)



2.4.4. Intervensi Keperawatan Setelah dilakukan perawatan 3×24 jam diharapkan rasa sakit kepala berkurang bahkan hilang dengan kriteria : a. Pasien tampak nyaman b. Rasa nyeri berkurang bahkan hilang. Adapun intervensiyang dilakukan adalah manajemen nyeri: Observasi a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri b. Identifikasi skala nyeri c. Identifikasi respons nyeri non verbal d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri



Poltekkes Kemenkes Palembang



40



f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respons nyeri g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan i. Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik a. Berikan tekhnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, tekhnik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain) b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) c. Fasilitas istirahat dan tidur d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri. Edukasi a. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri b. Jelaskan strategi meredakan nyeri c. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat e. Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu. Sumber:((PPNI,



2018



Standar



Intervensi



keperawatan



indonesia:Defenisi dan indikator Intervensi, edisi 1 Jakarta: DPP PPNI (I.08238)



2.4.5. Implementasi Implementasi melaksanakan



adalah



berbagai



proses strategis



keperawatan keperawatan



dengan (tindakan



Poltekkes Kemenkes Palembang



41



keperawatan) yaitu telah direncanakan.(Aziz Alimuml. 2001:h 11) Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai



tujuan



peningkatan



yang



kesehatan



telah



ditetapkan



pencegahan



yang



penyakit.



mencakup Pemulihan



kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien tindakan. Adapun implementasi manajemen nyeri adalah : Observasi a. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri b. Mengidentifikasi skala nyeri c. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal d. Mengidentifikasi



faktor



yang



memperberat



dan



memperingan nyeri e.



Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri



f.



Mengidentifikasi pengaruh budaya terhadap respons nyeri



g.



Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup



h.



Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan



i.



memonitor efek samping penggunaan analgetik



Terapeutik a. Memberikan tekhnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, tekhnik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)



Poltekkes Kemenkes Palembang



42



b. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) c. Memfasilitasi istirahat dan tidur d. Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri. Edukasi a. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri b. Menjelaskan strategi meredakan nyeri c. Menganjurkan monitor nyeri secara mandiri d. Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat e. Mengajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu. Sumber:((PPNI, 2018 Standar Diagnosis keperawatan indonesia:Defenisi dan indikator diagnostik, edisi 1 Jakarta: DPP PPNI (I.08238) 2.2.6 Evaluasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan yakni dengan penerapan manajemen nyeri selama 3 kali melakukan pengamatan atau observasi, hasil dengan metode subjektif, objektif, asesement, planning (SOAP) diharapkan klien mengetahui, dan memahami tentang Penerapan Manajemen Nyeri. Pada tahapan evaluasi ini, perawat melakukan penilaian terhadap penelitian yang sudah dilaksanakan. Evaluasi disusun dengan metode SOAP secara operasional.



Poltekkes Kemenkes Palembang



43



S : Hal yang ditemukan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan O : Hal yang ditemui oleh perawat secara objektif dilakukan intervensi keperawatan. A : Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon keluarga. Tabel 2.1 Kriteria Hasil Kemampuan



Menurun



Cukup



Sedang



Menurun



menuntaskan



Cukup



Meningkat



Meningkat



aktivitas



1



2



3



4



5



Keluhan nyeri



1



2



3



4



5



Meringis



1



2



3



4



5



Sikap Protektif



1



2



3



4



5



Gelisah



1



2



3



4



5



Kesulitan Tidur



1



2



3



4



5



Frekuensi Nadi



1



2



3



4



5



Pola Nafas



1



2



3



4



5



Tekanan Darah



1



2



3



4



5



Poltekkes Kemenkes Palembang



44



BAB III METODE PENELITIAN



3.1. Desain Penelitian Penelitian



ini



adalah



penelitian



naratif



studi



literatur



yang



menggambarkan penerapan seman disminore untuk mengurangi nyeri haid



3.2. Variabel Penelitian Penerapan seman disminore



Nyeri haid pada klien menstruasi



3.3. Kriteria literatur yang digunakan Kriteria artikel/ hasil penelitian yang digunakan dalam penelitian di peroleh penelitian melalui eksplorasi pada sumber Google Scoral 5 artikel. 3.4. Sumber Artikel Artikel/ hasil penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh peneliti melalui eksplorasi pada sumber Google Scholar berjumlah 5 artikel



3.5. Langkah Studi Literatur 1. Peneliti menetapkan topik/masalah penelitian yaitu penerapan senam disminore untuk menghilangkan nyeri haid pada klien menstruasi dengan masalah nyeri 2. Menetapkan kata kunci yaitu senam disminore 3. Dengan kata kunci tersebut peneliti melakukan pencarian artikel menggunakan data base dari Google Scholar 4. Selanjutnya dari 20 artikel penelitian tersebut melakukan penelaahan dan terpilih 10 artikel prioritas yang memiliki relevansi yang baik dengan topik/masalah riset penelitian



Poltekkes Kemenkes Palembang



45



5. Dari 10 artikel prioritas tersebut selanjutnya peneliti menetapkan 5 artikel yang digunakan sebagai artikel yang dianalisis untuk menjawab tujuan penelitian yang dikembangkan peneliti.



3.6. Analisis data dan penyajian hasil penelitian Analisa data penelitian ini dilakukan peneliti dengan menyajikan 5 artikel penelitian yang memiliki relevansi dengan topik atau masalah penelitian, selanjutnya peneliti menuangkan rangkuman hasil penelitian dari 5 artikel dalam table review seperti berikut:



Poltekkes Kemenkes Palembang



46



Tabel 3.1 Tabel review Sumber artikel



Peneliti dan judul Tujuan penelitian penelitian



Design



Sampling



Hasil penelitian



Simpulan dan saran



Google scholar



Ayu ida ningsih Mengetahui pengaruh dan fitri oktarini efektifitas senam (2019) disminore terhadap penurunan intensitas nyeri disminore Pengaruh senam disminore pada remaja putri



Pretestpostes control group desain



Remaja putri Menyatakan bahwa Besarnya penurunan di SMK YPIB sebelum senam intensitas nyeri majelengka disminore lebih sebelum senam dari setengah disminore sebesar (66,7%)remaja 1,8 putri



Google scholar



mengetahui Prestes Kemudian Di dapatkan tingkat Noraisatrinovadela Untuk pengaruh senam posttes with menetukan disminore sebelum Desmenore pada disminore terhadap control grup jumlah sample pelaksaan seman remaja (2017) tingkat disminore pada dengan simple disminore pada remaja kelompok random sampling yaitu intervensi siswa 2 SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung



Tingkat disminore sebelum peningktan nilai rata rata sebesar 3,19 dan pada kelompok kontrol sebesar 3,06



Poltekkes Kemenkes Palembang



47



Google scholar



Meilinav



Untuk mengetahui efektivitas senam Menurunkan disminore terapi tingkat nyeri haid alternatif menurunkan (2016) menurunnya tingkat nyeri haid



Adalah Apabila sering systematic dikosumsi review dengan melakukan analisa terhadap 14 penelitian



Senam disminore dapat menurunkan nyeri haid dengan nilai means 4.006



Senam disminore dapat menurunkan tingkat nyeri haid dan lebih baik dilakukan pada waktu sore ini



Google scholar



Nyna ningrum



puspita Untuk mengetahui efektifitas senam disminore dan yoga Efektif senam dalam mengurangi disminore dan nyeri menstruasi yoga untuk mengurangi disminore



Penelitian ini bersifat analitik kuantitatif dengan pendekatan group pretest posttest dan di hitung dengan metode Chi Square



Mahasiswa semester III,IV dan VI pada tahun akademik 2016/2017 prodi DIII Kebidanan Universitas Adi Buana Surabaya



Senam disminore lebih efektif dari pada yoga dalam mengurangi keluhan nyeri menstruasi pada mahasiswa prodi kebidanan unipa surabaya



Bahwa senam disminore dari pada yoga dalam mengurangi rasa nyeri menstruasi (Disminore)



Google schalar



Desi siagian



Penelitian yang di gunakan adalah Quasi Eksperimen



Pada mahasiswa tingkat 1 prodi DIII keperawatan di Asrama



Menunjukan penurunan skala nyeri haid setelah senam dysmenorrhoeadan hasil bivariad



Penelitian menyimpulkan sebelim senam disminore tingkat skala nyeri sedang sebanyak 57.9%



Untuk mengetahui perbedaan tingkat Peningkatan nyeri haid sebelum tingkat nyeri haid dan sesudah senam sebelum dan sesudah senam



Poltekkes Kemenkes Palembang



48



(2015)



Poltekkes Tanjung Karang tahun 2014



dengan wilcoxon test di dapat nilai p value=0,000 hall ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengukuran pertama (sebelum dilalukan senam) dan kedua (sesudah dilakukan senam)



,setelah senam dysmenorrhoea tingkat skala nyeri ringan sebanyak 37%,dan terdapat perbedaan yang bermakna antara skala nyeri haid sebelum dan sesudah dengan P value=000



Poltekkes Kemenkes Palembang



49



3.7. Etika Penelitian Penelitian studi literature ini mengimplementasikan aspek etik berupa penghargaan atas karya orang lain, atas hal ini peneliti melakukan pencantuman sumber atas setiap kutipan baik langsung maupun tidak langsung, yang dilakukan peneliti. Penghindaran atas oplagiarism peneliti akan melakukan uji plagiarism setelah laporan penelitian dibuat dan sebelum kegiatan ujian akhir penelitian dilaksanakan. Implementasi aspek kejujuran dilakukan peneliti dengan menyampaikan hasil studi dari sejumlah artikel secara objektif, jujur dan tanpa kebohongan serta peneliti akan melampirkan artikel yang digunakan sebagai data hasil studi kasus.



Poltekkes Kemenkes Palembang



50



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



4.1. Hasil Penelitian Hasil penelitian studi



literatur ini disajikan secara naratif untuk



menggambarkan hasil penelitian dari 5 artikel/ hasil penelitian yang relevan dengan topik/masalah implementasi senam disminore untuk menurunkan nyeri haid. 1. Artikel 1 penelitian Ayu Idaningsih dan Fitri Oktarini (2019) yang berjudul Pengaruh Efektivitas Senam Dismenore Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri Di SMK YPIB Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2019. Jenis penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain penelitian Pretest-Postest Control Group Design. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 orang yang sedang mengalami dismenore. Responden tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang dismenore dan diberi perlakuan dan kelompok kontrol yang dismenore tidak diberi perlakuan masing-masing berjumlah 15 orang. Penelitian ini telah dilakukan di SMK YPIB Majalengka Kabupaten Majalengka pada tanggal 15 April-15 Mei 2019. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalahkuesioner lembar observasi. Kuesioner pada penelitian ini yaitu tentang pengukuran skala nyeri model Visual Analog Scale (VAS). a. Berdasarkan dari hasil Gambaran Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Senam Dismenore Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum senam dismenore lebih dari setengah (66,7%) remaja putri pada kelompok eksperimen mengalami intensitas nyerinya sedang saat dismenore dan sesudah senam dismenore lebih dari setengah (77,3%) remaja putri pada kelompok eksperimen mengalami



Poltekkes Kemenkes Palembang



51



intensitas nyerinya ringan saat dismenore. Sementara pada kelompok kontrol, lebih dari setengah (80,0%) remaja putri mengalami intensitas nyerinya sedang saat dismenore pada saat pengukuran yang ke-1 dan lebih dari setengah (73,3%) remaja putri mengalami intensitas nyerinya sedang saat dismenore pada saat pengukuran yang ke-2. Hal ini menunjukkan bahwa pada remaja puteri yang diberi perlakuan senam dismenore mengalami perubahan intensitas nyeri yang signifikan dibanding yang tidak diberi perlakuan. Pada remaja puteri yang diberi senam dismenore, banyak yang mengalami penurunan nyeri dari skala sedang menjadi ringan, sedangkan pada remaja puteri yang tidak diberi perlakuan cenderung tetap atau tidak ada perubahan. Siswi yang mengalami intensitas nyeri saat dismenore pada penelitian dapat dikarenakan kurang informasi tentang penanganan nyeri secara non farmakologis seperti senam dismenore yang mudah dan tanpa biaya. Kurang mengetahui cara tersebut sehingga apabila siswi mengalami nyeri dismenore cenderung tidak dilakukan penanganan apa pun. Hal ini juga didukung kondisi mading (majalah dinding) di SMK YPIB Majalengka yang minim informasi berkaitan dengan kesehatan respoduksi remaja khususnya tentang pencegahan dan penanganan nyeri diosmenore. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan hasil penelitian Sormin (2014) di SMP Negeri 2 Siantan Kabupaten Pontianak menurut hasil penelitiannya senam dismenore terbukti efektif dalam mengurangi dismenore dan dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan non-farmakologis dalam mengurangi dismenorea. Demikian juga hasil penelitian Marlinda (2013) pada remaja putri di Desa Sidoharjo Kecamatan Pati menunjukkan bahwa intensitas nyeri pada remaja puteri sebelum senam sebagian besar adalah nyeri sedang (65%) dan sesudah senam sebagian besar menurun menjadi nyeri ringan (70,0%). b. Efektivitas Senam Dismenore Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa senam Poltekkes Kemenkes Palembang



52



dismenore berpengaruh terhadap terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di SMK YPIB Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2019. Besarnya penurunan intensitas nyeri sebelum dan sesudah senam dismenore sebesar 1,8. Adanya pengaruh hal ini dikarenakan senam dismenore dapat mengurangi kekhawatiran yang timbul ketika menstruasi. Latihan-latihan olahraga yang ringan sangat dianjurkan untuk mengurangi dismenorea. Hal ini disebabkan karena saat melakukan olahraga/senam, otak dan susunan saraf tulang belakang akan menghasilkan endorphin, hormon yang berfungsi sebagai obat penenang alami dan menimbulkan rasa nyaman. Sama halnya dengan penelitian (Rahayu, 2015) mengenai pada mahasiswa Program Studi D III Kebidanan Karawang menunjukakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara derajat dismenore sebelum senam dan sesudah senam. Juga hasil penelitian (Nuraeni, 2015) pada remaja putri SMK 1 Tapango Kabupaten Polewali Mandar menunjukan bahwa ada pengaruh diberikan dan tidak diberikan senam dismenore terhadap penurunan nyeri. Demikian juga dengan (Deharnita, 2014) tentang mengurangi nyeri dengan senam dismenore menunjukkan adanya perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah intervensi senam dismenore. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori bahwa senam dismenore merupakan salah satu bentuk relaksasi yang sangat dianjurkan. Tujuan dilakukannya senam dismenore adalah mengurangi dismenore yang dialami oleh beberapa wanita tiap bulannya (Suparto, 2015). Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga atau senam, tubuh akan menghasilkan hormon endorphin. Endorphin dihasilkan oleh otak dan susunan saraf tulang belakang. Hormon ini berperan sebagai obat penenang alami yang diproduksi oleh otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Haruyama, 2014). 2. Artikel 2 penelitian Nora Isa Tri Novadela, dkk (2017) yang berjudul pengaruh senam dismenore terhadap tingkat dismenore pada remaja putri Poltekkes Kemenkes Palembang



53



di SMA Al- Azhar 3 Bandar Lampung tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan rancangan penelitian pretest posttest with control grup. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara bertingkat dimulai denganpurposive sampling, kemudian menentukan jumlah sampel dengan simple random sampling. Jumlahsampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing 16 yang diambil dari populasi, yaitu siswi kelas 2 SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang berjumlah 211 siswi dan yang mengalami dismenore. Penelitiandilakukan dengan cara memberikan intervensi senam disminore pada kelompok intervensi. Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat dengan Uji-tindependen dan Uji-tdependen. Hasil penelitian didapatkan tingkat dismenore sebelum pelaksanaan senam dismenore pada kelompok eksperimen diketahui nilai rata- rata sebesar 3,19 dan pada kelompok kontrol sebesar 3,06, tingkat dismenore sesudah pelaksanaan senam dismenore pada kelompok eksperimen diketahui nilai rata- rata sebesar 1,94 dan pada kelompok kontrol sebesar 3,38, dan hasil analisis didapatkan p=0,000 (p< 0,05) berarti ada perubahan yang amat sangat bermakna pada tingkat dismenore sebelum dan sesudah senam dismenore pada remaja yang mendapat terapi senam dismenore. Hasil penelitian dari 16 responden berjumlah 10 orang (62,5 %) yang mengalami dismenore. Tingkat dismenore kelompok eksperimen setelah senam diperoleh tingkat dismenore paling dominan adalah nyeri ringan berjumlah 6 orang (37,5 %). Hal ini menunjukkan adanya penurunan intensitas nyeri pada kelompok eksperimen. Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji T dependen untuk menguji tingkat dismenore



sebelum



senamdan



setelah



senam



pada



kelompok



eksperimen diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,000. Nilai signifikasi tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan tingkat dismenore antara sebelum dan setelah senam pada kelompok eksperimen. Hal ini amat sangat bermakna bahwa senam disminore berpengaruh dalam mengurangi dismenore. Poltekkes Kemenkes Palembang



54



Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Laili (2012) tentang Perbedaan Tingkat Dismenore Sebelum dan Sesudah Senam Dismenore Pada Remaja Putri Di SMAN 2 Jember diperoleh hasil bahwa senam dismenore dapat mengurangi dismenore pada remaja. Peneliti tersebut menyatakan bahwa setelah melakukan senam dismenoreterbukti sebagian besar siswa melaporkan adanya perubahan dalam rasa nyeri yang mereka rasakan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Puji (2009) menunjukkan sebanyak 100% remaja mengalami penurunan tingkat dismenore mulai dari nyeri ringan menjadi tidak nyeri, nyeri sedang menjadi nyeri ringan dan nyeri berat menjadi nyeri sedang setelah melakukan senam dismenore. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Harry (2007) dalam Sari (2015) yang mengatakan bahwa olahraga/senam merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga/senam tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relaks/tenang. Endorphin dihasilkan otak dan susunan saraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami 3. Artikel 3 penelitian Mei Lina Fitri Kumalasari (2017) yang berjudul Efektivitas Senam Dismenore Sebagai Terapi Alternatif Menurunkan Tingkat Nyeri Haid. Penelitian merupakan systematic review. Sumber literatur dari pubmed dan google scholar. Pencarian sumber literatur menggunakan kata kunci efektivitas senam dismenorea, exercise dysmenorrhea. Hasil pencarian dibatasi penelitian 5 tahun terakhir dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016. Dari Pubmed diperoleh 24 penelitian sedangkan pada situs google scholar didapatkan 61 penelitian dari dalam negeri. Penelitian tersebut dianalisis dengan kriteria inklusi berupa penelitian kuantitatif, publikasi dalam waktu 5 tahun terakhir dan terapi senam dismenorea tanpa dikombinasikan dengan terapi yang lainnya. Sehingga didapatkan 14 penelitian dengan rincian 12 penelitian dari dalam negeri dan 2 penelitian dari luar negeri. Jumlah sampel dalam Poltekkes Kemenkes Palembang



55



penelitian ini Jumlah sampel yang digunakan cukup beragam antara 15215 orang. Teknik pengambilan sampel dengan Desain penelitian yang digunakan sebagian besar menggunakan quasi experiment. Penggunaan literatur penelitian berkisar antara 3 sampai dengan 56 literatur yang sebagian besarnya berupa penelitian terdahulu, artikel ilmiah, jurnal, textbook dan buku ilmiah populer. Penelitian dari luar negeri banyak menggunakan referensi berupa jurnal dan penelitian sebelumnya, sedangkan penelitian dari dalam negeri lebih banyak menggunakan referensi buku. Penelitian-penelitian ini sebagian besar menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang berisi tentang skala nyeri. Berdasarkan dari hasil 14 penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa semua penelitian mempunyai nilai p x² tabel 3.841. dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak yakni “yoga lebih efektif daripada senam dismenore dalam mengurangi keluhan nyeri menstruasi (dismenore) pada mahasiswi prodi kebidanan Unipa Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa yoga lebih efektif daripada senam dismenore dalam mengurangi rasa nyeri



Poltekkes Kemenkes Palembang



57



menstruasi (dismenore). 5. Artikel 5 Desi Siagian, dkk (2015) berjudul perbedaan tingkat nyeri haid (dysmenorrhoea) sebelum dan sesudah senam pada mahasiswi tingkat 1 Prodi D III Keperawatan di Asrama Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang tahun 2014, Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen (one group pre test-post test design) dengan sampel sebanyak 52 orang. Hasil penelitian menunjukan penurunan skala nyeri haid setelah senam dysmenorrhoea dan hasil bivariat dengan Wilcoxon Test didapat nilai p value = 0,000 hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengukuran pertama (sebelum dilakukan senam) dan kedua (sesudah dilakukan senam). Hasil penelitian menyarankan mahasiswi yang memgalami nyeri haid rutin melakukan senam dysmenorrhoea agar terhindar dari nyeri haid. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar (59.6%) skala nyeri haid (dysmenorrhoea) sebelum senam dysmenorrhoea adalah tingkat nyeri sedang, sedangkan setelah senam dysmenorrhoea tingkat skala nyeri haid (dysmenorrhoea) peserta penelitian berubah menjadi tingkat nyeri ringan (65.3%). Hal ini dapat dikatakan bahwa senam dysmenorrhoea



dapat



menurunkan



skala



nyeri



haid



(dysmenorrhoea).Setelah dilakukan uji Wilcoxon didapat nilai p value = 0.000 dan α 0.05 Jadi dapat terdapat perbedaan yang signifikan antara nyeri



haid



sebelum



senam



dysmenorrhoea



dan



setelah



senam



dysmenorrhoea. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Istiqomah Puji. A (2009) yang berjudul “ Efektifitas Senam Dismenore dalam Mengurangi Dismenore pada remaja Putri di SMUN 5 Semarang”. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2009, menggunakan quasi eksperimen (one group pre test – post test design). Sampel berjumlah 15 orang. Hasil uji Paired Sample t-Test yaitu 0,000 sehingga dapat diartikan hipotesis efektivitas senam dismenore dalam mengurangi nyeri dismenore pada remaja diterima.



Poltekkes Kemenkes Palembang



58



Banyak cara untuk mengurangi nyeri haid dysmenorrhoea salah satunya



dengan



senam



dysmenorrhoea.



Senam



dysmenorrhoea



merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri karena saat melakukan senam, otak dan susunan saraf tulang belakang akan menghasilkan endorphin, hormon yang berfungsi sebagai obat penenang alami dan menimbulkan rasa nyaman (Marlinda, Rofli; Rosalina; Purwaningsih, Puji 2013:118). Ketika seseorang melakukan latihan gerakan senam maka endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor yang ada di dalam hipotalamus dan sistem limbik akan mengatur emosi. Peningkatan endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, meningkatkan nafsu makan, tekanan darah, dan pernafasan, sehingga latihan gerakan senam dapat efektif dalam mengurangi masalah nyeri terutama nyeri dysmenorrhoea. Menurut Thermacare (2010) dengan melakukan senam maka akan mengurangi kelemahan/keletihan otot terutama pada abdomen bagian bawah sehingga tingkat nyeri dapat berkurang. Adapun gerakan- gerakan senam disini lebih ditekankan pada peregangan otot pada perut bagian bawah yang dirancang untuk meningkatkan kekuatan otot, daya tahan dan fleksibilitas otot sehingga dapat mengurangi nyeri dysmenorrhoea. Brayshow (2008:44) mengatakan olahraga senam juga bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, agar tidak terjadi kram atau nyeri, karena sirkulasi yang lambat dapat menyebabkan kram atau nyeri. Senam dysmenorrhoea juga salah satu managemen non farmakologis yang lebih aman digunakan dan bersifat preventif. Selanjutnya review artikel /hasil penelitian yang digunakan sebagai data dalam studi literatur ini digambarkan dalam tabel review literatur berikut :



Poltekkes Kemenkes Palembang



59



Tabel 4.1 Review Literatur implementasi perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe II yang mengalami perfusi perifer tidak efektif



Sumber artikel



Peneliti dan Tujuan judul penelitian penelitian



design



sampling



Hasil penelitian



Simpulan dan saran



Google scholar



Ayu ida ningsih dan fitri oktarini (2019)



Mengetah ui pengaruh efektifitas senam disminore Pengaruh terhadap senam penurunan disminore intensitas pada remaja nyeri putri disminore



Pretestpostes control group desain



Remaja putri di SMK YPIB majelengk a



Menyatakan bahwa sebelum senam disminore lebih dari setengah (66,7%)remaj a putri



Besarnya penurunan intensitas nyeri sebelum senam disminore sebesar 1,8



Google scholar



Noraisatrinov adela



Untuk mengetahu i pengaruh Desmenore senam pada remaja disminore (2017) terhadap tingkat disminore pada remaja



Prestes posttes with control grup



Kemudian menetukan jumlah sample dengan simple random sampling yaitu siswa 2 SMA AlAzhar 3 Bandar Lampung



Di dapatkan tingkat disminore sebelum pelaksaan seman disminore pada kelompok intervensi



Tingkat disminore sebelum peningktan nilai rata rata sebesar 3,19 dan pada kelompok kontrol sebesar 3,06



Google scholar



Mei lina



Adalah Apabila systemati sering c review dikosumsi dengan melakuk an analisa



Senam disminore dapat menurunkan nyeri haid dengan nilai means 4.006



Senam disminore dapat menurunkan tingkat nyeri haid dan lebih baik dilakukan



Untuk mengetahu Menurunkan i tingkat nyeri efektivitas haid (2016) senam disminore terapi



Poltekkes Kemenkes Palembang



60



alternatif menurunk an menurunn ya tingkat nyeri haid



terhadap 14 penelitia n



pada waktu sore ini



Google scholar



Nyna puspita Untuk ningrum mengetahu i Efektif senam efektifitas disminore senam dan yoga disminore untuk dan yoga mengurangi dalam disminore menguran gi nyeri menstruasi



Penelitia n ini bersifat analitik kuantitati f dengan pendekat an group pretest posttest dan di hitung dengan metode Chi Square



Mahasisw a semester III,IV dan VI pada tahun akademik 2016/2017 prodi DIII Kebidanan Universita s Adi Buana Surabaya



Senam disminore lebih efektif dari pada yoga dalam mengurangi keluhan nyeri menstruasi pada mahasiswa prodi kebidanan unipa surabaya



Bahwa senam disminore dari pada yoga dalam mengurangi rasa nyeri menstruasi (Disminore)



Google schalar



Desi siagian



Penelitia n yang di gunakan adalah Quasi Eksperi men



Pada mahasiswa tingkat 1 prodi DIII keperawat an di Asrama Poltekkes Tanjung Karang tahun 2014



Menunjukan penurunan skala nyeri haid setelah senam dysmenorrho eadan hasil bivariad dengan wilcoxon test di dapat nilai p value=0,000 hall ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengukuran pertama



Penelitian menyimpulkan sebelim senam disminore tingkat skala nyeri sedang sebanyak 57.9% ,setelah senam dysmenorrhoea tingkat skala nyeri ringan sebanyak 37%,dan terdapat perbedaan yang bermakna antara skala nyeri haid sebelum dan sesudah dengan P value=000



Untuk mengetahu Peningkatan i tingkat nyeri perbedaan haid sebelum tingkat dan sesudah nyeri haid senam sebelum (2015) dan sesudah senam



Poltekkes Kemenkes Palembang



61



(sebelum dilalukan senam) dan kedua (sesudah dilakukan senam) Hasil penelitian/artikel diatas menemukan bahwa senam disminore yang dilakukan klien secara mandiri dan berkelanjutan melalui pendidikan kesehatan yang diberikan mampu meringankan nyeri pada saat haid. Kemampuan senam disminore secara mandiri yang menjadi topik bahasan dalam penelitian ini memiliki relevansi dengan sejumlah penelitian yang disajikan pada tabel. Kemampuan melakukan senam disminore secara mandiri digambarkan melalui pengetahuan responden tentang senam disminore.



4.2 Pembahasan Pembahasan penelitian ini difokuskan pada hasil penelitian dari lima (5) artikel yang didapatkan bahwa penerapan olahraga/senam disminore dapat menghilangkan nyeri haid. Hasil penelitian ini sependapat dengan menunjukkan bahwa senam dismenore berpengaruh terhadap terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di SMK YPIB Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2019. Besarnya penurunan intensitas nyeri sebelum dan sesudah senam dismenore sebesar 1,8. Adanya pengaruh hal ini dikarenakan senam dismenore dapat mengurangi kekhawatiran yang timbul ketika menstruasi. Latihan-latihan olahraga yang ringan sangat dianjurkan untuk mengurangi dismenorea. Hal ini disebabkan karena saat melakukan olahraga/senam, otak dan susunan saraf tulang belakang akan menghasilkan endorphin, hormon yang berfungsi sebagai obat penenang alami dan menimbulkan rasa nyaman. Sama halnya dengan penelitian (Rahayu, 2015) mengenai pada mahasiswa Program Studi D III Kebidanan Karawang menunjukakn bahwa



Poltekkes Kemenkes Palembang



62



ada perbedaan yang signifikan antara derajat dismenore sebelum senam dan sesudah senam. Juga hasil penelitian (Nuraeni, 2015) pada remaja putri SMK 1 Tapango Kabupaten Polewali Mandar menunjukan bahwa ada pengaruh diberikan dan tidak diberikan senam dismenore terhadap penurunan nyeri. Demikian juga dengan (Deharnita, 2014) tentang mengurangi nyeri dengan senam dismenore menunjukkan adanya perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah intervensi senam dismenore. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori bahwa senam dismenore merupakan salah satu bentuk relaksasi yang sangat dianjurkan. Tujuan dilakukannya senam dismenore adalah mengurangi dismenore yang dialami oleh beberapa wanita tiap bulannya (Suparto, 2015). Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga atau senam, tubuh akan menghasilkan hormon endorphin. Endorphin dihasilkan oleh otak dan susunan saraf tulang belakang.Hormon ini berperan sebagai obat penenang alami yang diproduksi oleh otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Haruyama, 2014).



Poltekkes Kemenkes Palembang



63



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN



5.1. Kesimpulan 1. Penerapan Senam Disminore Untuk Mengurangi Nyeri Haid yaitu klien tersebut tahu apa pengertian senam disminore, manfaat senam disminore, tahu cara melakukan senam disminore tersebut secara mandiri 2. Implementasi senam disminore yang diimplementasikan dalam artikel memiliki variasi dalam pelaksanaan, sehingga dibutuhkan kajian tentang metode Penerapan Senam Disminore Untuk Mengurangi Nyeri Haid.



5.2. Saran 5.2.1. Bagi fasilitas pelayanan kesehatan Diharapkan kepada fasilitas pelayanan kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan khususnya pendidikan kesehatan tentang penerapan senam disminore untuk mengurangi nyeri haid. 5.2.2. Bagi pengembangan keilmuan Diharapkan kepada pengembangan keilmuan dapat menyediakan sarana dan prasarana serta memperbanyak bahan literatur guna mendukung penelitian selanjutnya khususnya tentang penerapan senam disminore untuk mengurangi nyeri haid. 5.2.3. Bagi Penelitian lanjutan Diharapkan



kepada



peneliti



selanjutnya



agar



dapat



mengembangkan berbagai macam tipe penerapan senam disminore untuk mengurangi nyeri haid yang bisa dilakukan klien sehingga dapat memaksimalkan hasil penelitian di masa yang akan datang



DAFTAR PUSTAKA



Poltekkes Kemenkes Palembang



64



Ayu ida ningsih dan fitri oktarini (2019). Pengaruh senam disminore pada remaja putri Noraisatrinovadela. Desmenore pada remaja (2017) Meilinav. Menurunkan tingkat nyeri haid (2016) Nyna puspita ningrum. Efektif senam disminore dan yoga untuk mengurangi disminore Desi siagian. Peningkatan tingkat nyeri haid sebelum dan sesudah senam. (2015)



Poltekkes Kemenkes Palembang



65



LAMPIRAN



Poltekkes Kemenkes Palembang



66



Poltekkes Kemenkes Palembang



67



Poltekkes Kemenkes Palembang



68



Poltekkes Kemenkes Palembang