3 0 244 KB
PENGANTAR MANAJEMEN
MENGELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA
ANDI MAULINA A031181329
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seberapa maju dan berkembangnya sebuah organisasi dapat diukur dari seberapa besar tanggung jawab yang dia pikul. Manajer selalu saja dihadapkan pada keputusan yang mempunyai dimensi tanggung jawab sosial dalam berbagai hal. Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan? Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi atau perusahaan memiliki berbagai bentuk tanggung jawab kepada seluruh pemangku kepentingannya, yang diantaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Situasi yang dihadapi oleh para manajer ataupun karyawan, dimana mereka harus membuat keputusan mengenai perilaku apa yang harus dilakukannya. Apakah perilaku yang dipilih tersebut baik atau buruk sehingga mereka dapat dikategorikan memiliki perilaku etis atau tidak etis. Masyarakatkan
tentunya
mengharapkan
perusahaan
dapat
menjalankan bisnisnya dengan mengembangkan perilaku etis, yaitu sesuai dengan norma-norma sosial dan budaya serta bermanfaat untuk orang banyak. Namun, etika di setiap negara berbeda-beda, sehingga manajer harus mempelajari apa yang dapat diterima di negara ia bekerja. Manajer harus menjadi panutan yang baik dalam memberi contoh kepada
karyawannya
sehingga
mendorong
perilaku
etis
dari
karyawannya. Tetapi, tidak semua orang mampu selalu berbuat etis dalam situasi tertentu. Sehingga, harus selalu diantisipasi. Ketika ada seorang saksi dalam aksi tidak etis tersebut, maka tugas manajer untuk melindungi saksi tersebut dari risiko yang dapat menyerangnya.
2. PERMASALAHAN A. Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial dan faktor apa saja yang memengaruhinya? B. Apa yang dimaksud dengan manajemen hijau dan bagaimana organisasi menjadi hijau? C. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perilaku etis dan tidak etis? D. Bagaimana peran manajer dalam mendorong perilaku etis? E. Isu-isu apa saja yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial dan etika?
3. PEMBAHASAN A. Tanggung Jawab Sosial Dari Kewajiban ke Responsivitas ke Tanggung Jawab. Tanggung jawab sosial memiliki penjelasan yang berbeda-beda. Dari hanya sebatas mencari
keuntungan
perusahaan
hingga
untuk
meningkatkan
kesejahteraan sosial, hal tersebut merupakan beberapa konsep tanggung jawab sosial. Untuk memahami konsep yang sebenarnya, sebaiknya kita membandingkannya dengan dua konsep serupa, yaitu kewajiban sosial dan responsivitas sosial. Kewajiban sosial merupakan keterlibatan sebuah perusahaan ke dalam aksi sosial karena kewajibannya
terhadap tanggung jawab
ekonomi dan hukum yang harus mereka penuhi. Ada dua pandangan kewajiban sosial : 1) Pandangan Klasik, tanggung jawab sosial yang dipegang oleh manajemen hanya mendapatkan keuntungan yang besar. 2) Pandangan Sosioekonomi, tanggung jawab sosial yang dipegang manajemen tidak hanya memperoleh keuntungan, namun juga mensejahterakan masyarakat. Responsivitas sosial adalah keterlibatan sebuah perusahaan dalam aktivitas sosial yang popular. Jadi, perusahaan yang bertanggung jawab sosial melakukan lebih dari apa yang wajib dilakukan atau dilakukan karena kebutuhan sosial yang popular
dan
membantu
mengembangkan
masyarakat
karena
itu
merupakan hal yang benar untuk dilakukan. Tanggung jawab sosial berarti sebuah niatan bisnis, melampaui kewajiban legal dan ekonomi, untuk melakukan hal yang benar dan bertindak dengan cara yang baik bagi masyarakat.
Apakah Organisasi Harus Terlibat secara Sosial? Untuk mengetahui apakah perusahaan harus terlibat secara sosial, kita perlu memeriksa argumen yang mendukung dan menentang keterlibatan sosial. Selain itu, dengan melihat dana Investasi Tanggung Jawab Sosial (SRI) yang menjadi cara bagi investor individu untuk mendukung perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial. Dana ini menggunakan beberapa jenis pemilahan sosial (menerapkan kriteria osial untuk memutuskan investasi). Dapat disimpulkan bahwa tindakan sosial tidak dapat dipastikan sangat berpengaruh terhadap kinerja ekonomi perusahaan.
B. Manajemen Hijau Bagaimana Organisasi Menjadi Hijau? Manajer dan organisasi dapat melakukan banyak hal untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Manajemen
hijau
adalah
sebuah
bentuk
manajemen
yang
mempertimbangkan dampak organisasi terhadap lingkungan. Cara organisasi menjadi hijau melalui beberapa pendekatan, yaitu : 1) Pendekatan Hukum (Hijau Muda), organisasi hanya melaksanakan apa yang diharuskan oleh hukum, menunjukkan hanya sedikit sensivitas. 2) Pendekatan Pasar, organisasi akan menyediakan produk yang ramah lingkungan yang diminta oleh konsumen. 3) Pendekatan Pemangku Kepentingan, organisasi bekerja untuk memenuhi tuntutan dari karyawan, pemasok, atau komunitas. 4) Pendekatan
Aktivis
sensivitas
tertinggi
(Hijau
Tua),
terhadap
merupakan
tahap
dengan
lingkungan
dan
sudah
menggambarkan taggung jawa sosial, mereka mencari cara agar sumber daya alam di bumi tetap terlindungi. Mengevaluasi Tindakan Manajemen Hijau. Banyak perusahaan yang memberikan laporan kinerja lingkungan mereka menggunakan panduan yang dikembangkan oleh Global Reporting Initiative (GRI). Cara lain organisasi menunjukkan komitmen hijau mereka adalah dengan mengikuti standar yang dikembangkan oleh Organisasi Standardisasi Internasional (ISO), yaitu meminimalkan efek dari aktivitas perusahaan terhadap lingkungan dan meningkatkan kinerja lingkungan mereka. Cara terakhir mengevaluasi tindakan hijau sebuah perusahaan adalah menggunakan daftar Global 100 dari korporasi yang paling berkelanjutan di dunia (www.global100.org).
C. Perilaku Etis dan Tidak Etis Semakin baik moral seseorang, maka semakin baik pula orang tersebut dalam beretika dan sebaliknya. Etika didefenisikan sebagai prinsip, nilai, dan kepercayaan yang diartikan sebagai keputusan dan tindakan yang benar dan yang salah. Keputusan yang akan dibuat oleh seorang manajer harus mempertimbangkan dampak dari keputusan itu. Faktor yang Menentukan Perilaku Etis dan Tidak Etis.
Saat
dihadapkan dengan sebuah masalah, seseorang dapat berperilaku etis ataupun tidak etis yang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti : 1) Tingkatan Perkembangan Moral a. Prakonvensional a) Mengikuti peraturan untuk menghindari hukuman fisik. b) Mengikuti
peraturan
hanya
bila
sesuai
dengan
kepentingan pribadi. b. Konvensional a) Hidup sesuai dengan harapan orang-orang sekitar. b) Menjaga
tatanan
konvensional
dengan
memenuhi
kewajiban yang telah disetujui. c. Prinsipal a) Menghargai hak orang lain dan menjunjung nilai dan hak absolut tanpa memedulikan opini mayoritas. b) Mematuhi prinsip etika yang dipilih sendiri walaupun melanggar hukum. 2) Karakteristik Individual Nilai dan kepribadian merupakan karakteristik individual yang menentukan seseorang dapat berperilaku etis. Walaupun nilai tampak sama dengan tingkatan perkembangan, perbedaannyaadalah nilai
bersifat luas dan mencakup berbagai masalah, sedangkan tingkat perkembangan moral adalah ukuran kemandirian dari pengaruh luar. Ada dua faktor kepribadian yang memengaruhi tindakan seseorang memilih benar dan salah, yaitu kekuatan ego dan lokus kendali. Kekuatan
ego
merupakan
ukuran
kepribadian
dari
keyakinan
seseorang. Lokus kendali adalah tingkat di mana orang-orang merasa yakin bahwa mereka dapat mengendalikan nasib mereka sendiri. 3) Desain Struktur Organisasi Struktur yang memiliki ambiguitas yang rendah dengan aturan dan regulasi formal dan terus mengingatkan karyawan tentang hal-hal yang etis lebih mungkin mendorong perilaku etis. 4) Budaya Organisasi Budaya organisasi memengaruhi perilaku etis. Setiap budaya organisasi memiliki nilai-nilai yang dipahami bersama. Nilai-nilai ini menggambarkan tujuan organisasi dan apa yang diyakininya, nilai-nilai ini juga memengaruhi perilaku etis ataupun tidaknya karyawan. Budaya yang mendorong standar etika yang tinggi adalah budaya yang memiliki toleransi risiko, kendali, dan toleransi konflik yang tinggi sehingga dapat menciptakan perilaku etis. Nilai-nilai yang dibagi bersama
sangat
berpengaruh
jadi
banyak
organisasi
yang
menggunakan manajemen berbasis nilai, yang di mana nilai-nilai organisasi memandu karyawan dalam melaksanakan pekerjaan mereka. 5) Intensitas Masalah Intensitas isu atau masalah ialah faktor akhir yang memengaruhi perilaku etis. Intensitas masalah itu sendiri, yakni konsensus kesalahan,
probabilitas
kerusakan,
kesegeraan
konsekuensi,
kedekatan
dengan
korban,
konsentrasi
pengaruh,
dan
besar
kerusakan. Etika dalam Konteks Internasional. Standar etika di setiap negara berbeda-beda, etika tidak bersifat universal karena budaya setiap negara berbeda-beda dan budaya meruakan variabel penting dalam menentukan perilaku etis dan tidak etis. Sebagai seorang manajer yang bekerja di bukan negara asalnya, harus memahami pengaruh sosial, budaya, dan politik tentang perilaku apa yang dapat diterima negara tempatnya bekerja.
D. Mendorong Perilaku Etis Manajer dapat mendorong perilaku etis dengan cara menerima karyawan dengan standar etika tinggi, membuat kode etik, memimpin dengan memberi teladan, dan masih banyak hal lainnya. Namun, tidak ada jaminan jika merancang program etika akan membawa hasil seperti yang
diinginkan.
Variabel
kuncinya
hanyalah
berpotensi,
dengan
menciptakan program etika yang komprehensif. Seleksi Karyawan. Pada kesempatan ini dapat digunakan untuk mempelajari tingkat perkembangan moral, nilai pribadi, kekuatan ego, dan lokus kendali seorang individu melalui wawancara, tes, pengecekan latar belakang, dan cara lainnya. Kode Etik dan Peraturan Keputusan. Kode etik merupakan pernyataan formal tentang nilai utama organisasi dan peraturan etika yang mereka harapkan diikuti oleh karyawan. Kepemimpinan Manajemen Tingkat Atas. Komitmen dari para manajer tingkat atas dalam melaksanakan bisnis yang etis sangat dibutuhkan karena merekalah yang menyangga nilai-nilai bersama dan memberikan nuansa budaya. Apa yang mereka lakukan jauh lebih penting dari apa yang mereka katakan. Tujuan Pekerjaan dan Penilaian Kinerja. Di bawah tekanan tujuan yang tidak realistis, karyawan yang seharusnya beretika mungkin akan berpikir untuk melakukan hal yang perlu dilakukan untuk memenuhi tujuan tersebut. Jika penilaian kinerja berfokus hanya pada tujuan ekonomis, hasil akhir akan mulai membenarkan caranya. Untuk mendorong perilaku etis, baik proses maupun hasil akhir itu harus diproses. Pelatihan Etika. Dengan mengajarkan penyelesaian masalah etika dapat memberikan perbedaan pada perilaku etis. Pelatihan dapat
meningkatkan tingkat perkembangan moral seseorang dan meningkatkan kesadaran isu etika dalam bisnis. Audit Sosial Independen. Yang mengevaluasi keputusan dan praktik manajemen
berdasarkan
kode
etik
organisasi,
meningkatkan
kemungkinan bila seseorang takut ditangkap dapat mencegah perilaku tidak etis. Untuk mempertahankan integritas, auditor harus bertanggung jawab kepada dewan direksi perusahaan dan mempresentasikan penemuan mereka secara langsung kepada dewan. Mekanisme Protektif. Karyawan yang merasakan dilema etika memerlukan mekanisme protektif sehingga mereka dapat melakukan apa yang benar tanpa takut mendapat balasan. Sebuah organisasi dapat menugaskan konselor etika bagi karyawan yang menghadapi dilema etika.
E. Isu-isu Tanggung Jawab Sosial dan Etika Mengelola Kegagalan Moral dan Kebobrokan Sosial. Organisasi akan kesulitan ketika menerapkan standar etika yang tinggi ketika karyawan mereka bersedia menerima perilaku tidak etis. Manajer dapat mencegah kegagalan moral dan kebobrokan sosial dengan menjadi pemimpin yang beretika karena memiliki pengaruh yang kuat kepada keputusan karyawan untuk berperilaku etis dan tidak etis. Dengan menjadi panutan yang baik kepada karyawannya, mendorong karyawan untuk berperilaku etis. Memberikan perlindungan kepada karyawan yang mengangkat isu etika juga harus dilakukan seorang manajer. Kebanyakan karyawan jika melihat karyawan lainnya berperilaku tidak etis, hanya akan membiarkannya karena takut mendapat risiko. Karyawan yang mengangkat isu etika harus dijamin tidak mendapatkan risiko pribadi ataupun karir. Orang ini disebut juga pengadu. Cara agar mereka berani untuk melakukan pengaduan atas perbuatan tidak etis yang mereka ketahui adalah dengan menyediakn saluran langsung bebas biaya tentang etika. Selain itu, manajer perlu menciptakan budaya di mana berita buruk dapat terdengar dan ditindaklanjuti sebelum terlambat. Kewirausahaan Sosial. Wirausahawan sosial ialah individu atau organisasi yang mencari kesempatan untuk memajukan masyarakat dengan menggunakan pendekatan praktis, inovatif, dan berkelanjutan. Cara Bisnis Mempromosikan Perubahan Sosial yang Positif dapat dengan filantropi perusahaan dan upaya sukarela karyawan.
4. KESIMPULAN Tanggung jawab sosial berarti sebuah niatan bisnis, melampaui kewajiban legal dan ekonomi, untuk melakukan hal yang benar dan bertindak dengan cara yang baik bagi masyarakat. Keberadaan sebuah perusahaan di tengah-tengah masyarakat, mendorong mereka untuk melakukan tanggung jawab sosial dengan memperhatikan apa yang dibutuhkan atau yang perlu dijaga dalam wilayah lingkungan tersebut. Manajemen
hijau
adalah
sebuah
bentuk
manajemen
yang
mempertimbangkan dampak organisasi terhadap lingkungan. Akan tetapi, saat dihadapkan dengan sebuah masalah, seseorang dapat berperilaku etis ataupun tidak etis yang dipengaruhi oleh beberapa hal. Untuk
mendorong
seseorang
berperilaku
etis
manajer
dapat
menggunakan cara menerima karyawan dengan standar etika tinggi, membuat kode etik, memimpin dengan memberi teladan, dan masih banyak hal lainnya. Manajer senantiasa dihadapkan pada tantangan untuk bertanggung jawab baik secara sosial maupun secara moral, yaitu dengan mengelola kegagalan moral dan kebobrokan sosial, mendorong kewirausahaan sosial, dan mempromosikan perubahan sosial yang positif.
DAFTAR PUSTAKA Robbins, Stephen P., dan Mary Coulter. 2016. Manajemen edisi ketigabelas jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. https://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan