Pengertian Geografi Pariwisata Menurut para Ahli [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GEOGRAFI PARIWISATA Diajukan untuk Memenuhi Nilai Tugas Semester 1 Pada Mata Kuliah Pengantar Geografi Pariwisata Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS. Rico Arrasyid, S.Pd.,M.Pd



Disusun Oleh : Bilqis Putri Taqiyudhini NIM 2000089 MPP - A



PRODI MANAJEMEN PEMASARAN PARIWISATA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2020



PENGERTIAN GEOGRAFI PARIWISATA MENURUT PARA AHLI 1. Pearce Douglas, G (1989): Geografi pariwisata merupakan hubungan timbal balik dan fenomena yang muncul dari adanya perjalanan sementara orang-orang dengan tujuan utamanya untuk istirahat (leisure) dan rekreasi. 2. Bonaface dan Cooper (1987): Geografi pariwisata sebagai ekspresi keruangan dari kepariwisataan sebagai salah satu aktivitas manusia, dengan fokus kepada daerah asal wisatawan, daerah penerima wisatawan, dan kaitan antara keduanya. 3. Robinson (1976): Geografi pariwisata merupakan aplikasi dari geografi yang dilakukan melalui pengamatan dan penelitian. Hasil penelitian tersebut memberikan arahan secara praktis untuk perencanaan wilayah, perkembangan kota, dan perencanaan fisik lainnya. 4. Leszezyeku (1976) dalam Nuryanti (1999): Geografi pariwisata adalah kegiatan mengadakan kajian tentang lingkungan fisik yang bernilai bagi perkembangan rekreasi dan perjalanan wisata, mengkaji tentang aspek-aspek manusia yang bernilai untuk rekreasi dan perjalanan wisata, serta mengkaji tentang permasalahan sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh adanya objek wisata dan perjalanan wisata. 5. Gamal Suwantoro (1997): Segi-segi geografi umum yang dikaji dalam pariwisata antara lain iklim, flora, fauna, keindahan alam, adat istiadat, laut, dan sebagainya. 6. Heru Pramono (2012): Geografi pariwisata adalah studi terapan dari konsepkonsep, teori-teori, dan pendekatan-pendekatan geografi terhadap aspek-aspek pariwisata pada wilayah permukaan bumi. 7. Pearce (1989) dalam Heru Pramono (2012): Terdapat enam wilayah topik yang menyusun komponen geografi pariwisata yaitu : 1) Pola keruangan penawaran 2) Pola keruangan permintaan 3) Geografi tempat-tempat wisata



4) Geografi dan aliran wisatawan 5) Dampak pariwisata 6) Model-model keruangan pariwisata 8. Sujali (1989), geografi pariwisata sesuai dengan bidang atau lingkupnya, sasaran atau objek adlah objek wisata, sehingga pembahasannya ditekankan pada masalah bentuk, jenis, persebaran, dan juga termasuk wisatawannya sendiri sebagai konsumen dari objek wisata.



KESIMPULAN Geografi pariwisata adalah suatu kajian tentang kepariwisataan dari sudut padang geografi yang membahas mobilitas manusia dari satu tempat ke tempat lain serta interaksi antar manusia dan lingkungannya pada sebuah objek wisata yang dikunjunginya.



PENDEKATAN GEOGRAFI DALAM MENGANALISIS KEPARIWISATAAN Pengertian geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan (Suharyono dan Moch Amien, 1994: 15). Geosfer adalah lapisan yang ada di permukaan bumi yang mencakup keseluruhan baik fisik maupun non-fisik. Lapisan-lapisan tersebut terdiri atas: 1) Atmosfer (lapisan udara): iklim dan cuaca. 2) Lithosfer (lapisan batuan): pegunungan, perbukitan, dataran, plato, gunung api, dan lapisan tanah. 3) Hidrosfer (lapisan air): laut, danau, sungai, dan air tanah. 4) Biosfer (lapisan kehidupan): flora dan fauna. 5) Antroposfer (lapisan manusia): tempat berlangsungnya kehidupan manusia, termasuk jumlah populasi, perkembangan manusia, sistem sosial, ekonomi, poltik, bahasa, sistem religi, dan teknologi. Komponen yang berada di lapisan-lapisan tersebut merupakan sumber daya penting bagi kepariwisataan. 1. Pendekatan Keruangan Motivasi wisatawan untuk melakukan pariwisata pada dasarnya adalah ingin menikmati variasi ruang yang berbeda untuk menghilangkan kejenuhan, refreshing, ataupun ber-rekreasi. Variasi ruang tersebut berisi komponenkomponen sebagai berikut: a) Alami: berupa iklim dan cuaca, pegunungan, bukit, dataran, tanah, bentang air, hewan, dan tumbuhan. b) Manusia: meliputi kuantitas dan kualitas penduduk, kesenian, adat istiadat, rumah tradisional. Arsitektur, museum, hasil teknologi, dunia fantasi, taman hiburan, dan hasil industri kreatif lainnya. Menurut Chapman (1979) terdapat tiga konsep yang saling terkait yaitu:







Konteks Keruangan Konteks keruangan berhubungan dengan isi dan dimensi ruang. Isi tersebut terdiri dari unsur alam dan manusia yang berinteraksi dalam memanfaatkan ruang sehingga terjadi berbagai kenampakkan dan fenomena. Sedangkan, dimensi ruang terdiri dari unsur lokasi dan jarak. Dalam lokasi terdapat karakteristk internal dan eksternal. Jarak bisa dihitung karena adanya dua atau lebih lokasi suatu objek wisata. Menghitung jarak memudahkan



kepariwisataan



untuk



mengetahui



aksesibilitas



atau



keterjangkauan (distribusi keruangan), sehingga membentuk Kesatuan Pengembangan Wisata (SPW). 



Pola Keruangan Pola adalah hasil dari berulangnya suatu objek di lokasi berbeda, sehingga membentuk distribusi keruangan. Pola dipengaruhi oleh faktor fisis (morfologi, air, kesuburan lahan, iklim) dan faktor manusia (budaya, adat istiadat, jumlah, mata pencaharian, hasil teknologi lain), atau gabungan antara keduanya. Menata distribusi dan pola keruangan tersebut adalah tugas geografi pariwisata.







Proses Keruangan Proses keruangan adalah hubungan timbal balik antara konteks keruangan, gerakan dan waktu, sehingga menghasilkan struktur keruangan. Struktur keruangan ini tersusun oleh seperangkat unsur sosial, ekonomi, dan fisis. Analisis keruangan ini sangat penting untuk memahami potensi pariwisata suatu wilayah, proses pengembangan objek dan kawasan wisata, serta dampak pengembangannya.



2. Pendekatan Ekologis Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dalam membentuk ekosistem. Ekosistem bisa dikatakan sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Setiap unsur tersebut



memiliki peran dan fungsinya masing-masing dalam kehidupan. Jika setiap unsur tersebut berada pada taraf yang wajar, lingkungan dapat mengalami pembaharuan secara alami. Namun, apabila perubahan cukup besar, di luar kemampuan alam untuk memulihkannya, maka terjadi kerusakan lingkungan. Manusia dipandang lebih dari makhluk lainnya dalam memanfaatkan lingkungan. Manusia semakin banyak dan pintar. Banyak teknologi yang dibuat untuk mengekploitasi alam. Hal ini menyebabkan timbulnya kerusakan yang berdampak pada kehidupan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, butuh etika dan moralitas lingkungan untuk menjaga ekosistem kehidupan. Pada dasarnya, pariwisata selalu membutuhkan kelestarian lingkungan, keamanan, kebersihan, keteduhan, kenyamanan, keragaman kehidupan flora dan fauna, keragaman budaya, serta keharmonisan dan keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata harus selaras dengan pelestarian lingkungan melalui pendekatan ekologi. 3. Pendekatan Komplek Wilayah atau Region Pada nyatanya, permukaan bumi sangat kompleks dan beragam. Untuk mempermudah



mempelajarinya



yaitu



dengan



pendekatan



region



(pengelompokkan permukaan bumi berdasarkan kesamaan dan perbedaan menurut kriteria tertentu). Kriteria yang dapat menjadi oembatas suatu region dapat berupa bentang alam, manusia, atau gabungan antara keduanya. Contohnya, region menurut morfologi (pegunungan, perbukitan, daratan), region berdasarkan iklim (tropis, subtropis, kutub), region menurut agama, region berdasarkan aktivitas ekonomi (pertanian, perkebungan, kehutanan), region berdasarkan budaya (Sunda, Jawa, Bugis, Makasar), dan sebagainya. Melalui pendekatan region, pariwisata dianalisis keterkaitannya baik secara mikro, mes, maupun makro antarkomponen pariwisata pembangunan yang lebih merata.



KONSEP GEOGRAFI DALAM MENGANALISIS KEPARIWISATAAN 1. Lokasi Salah satu unsur dari pariwisata adalah tempat asal menuju tempat tujuan/objek wisata. Unsur tersebut berkaitan dengan lokasi yang merupakan posisi suatu tempat, benda, peristiwa, atau suatu gejala di permukaan ini. Terdapat dua macam lokasi , yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut adalah posisi suatu tempat berdasarkan acuan yang relatif tetap seperti koordinat garis lintang dan garis bujur. Sebagai contoh, sebagai contoh slah satu potensi wisata Indonesia adalah iklim tropis, hal ini berkaitan dengan waktu penawaran potensi tersebut ke negara Australia, Eropa, dan Amerika. Sedangkan, lokasi relatid adalah posisi suatu tempat berdasarkan kondisi dan situasi daerah sekitarnya. Dapat berupa kondisi fisik, sosial, ekonomi, budaya, dan keberadaan transportasi. Sebagai contoh, Indonesia terletak di antara dua samudera dan dua benua, serta dilalui oleh dua jalur pegunungan dunia. Apabila ditinjau dari segi lokasi relatid, secara sosial budaya Indonesia merupakan tempat yang strategis, karena berada di daerah persilangan antara dua budaya yang berbeda, yaitu Asia dan Australia. Pemahaman



lokasi dalam



pariwisata



bermanfaat



untuk menentukan



penawaran dan permintaan wisata, menyusun jadwal perjalanan, waktu tempuh, kondisi kelelahan fisik, ekstensifikasi tempat, dan harga. 2. Tempat Tempat dibentuk oleh karaktakter fisik dan sosial yang melekat keberadaanna di suatu daerah. Nama tempat dapat mencerminkan identitas diri secara spesifik. Sebagai contoh, ketika menyebut nama Bali, maka orang-orang akan membayangkan tempat wisata yang melekat antara alam dengan budaya penduduknya. Keindahan, keunikan, dan kekhasan suatu tempat menjadi daya tarik utama wisatawan.



3. Hubungan Setiap gejala di permukaan bumi pada dasarnya merupakan hasil hubungan timbal balik antara berbagai faktor. Dapat berupa faktor fisik (tempat dan iklim secara vertikal dengan jenis tumbuhan dan hewan), faktor fisik dengan manusia (kesuburan lahan dan iklim dengan jenis udaha tani), dan berbagai faktor manusia (perdagangan, komunikasi, pranata-pranata sosial, dan politik). Hubungan antarkomponen pariwisata sangat diperlukan, yaitu kemenarikan, akomodasi, keterjangkauan, dan fasilitas lain. Promosi dan informasi menjadi penghubung pertama antara daerah asal dengan daerah tujuannya. 4. Gerakan Garakan timbul karena adanya interaksi. Gerakan ini menjadi kajian geografi untuk dapat memahami bagaimana latar belakang terjadi suatu gejala atau fenomena lain. Sebagai contoh, gerakan angin, gerakan batuan, tanah, dan sebqagainya. Dalam



pariwisata,



ketika



wisatawan



melakukan



pergerakan



dan



memanfaatkan berbagai komponen pariwisata, kepuasan mereka akan terlihat. Memahami gerakan tersebut sangat penting untuk mengetahui: sejauh mana daya tarik wisata yang dimiliki oleh suatu tempat, perkembangan dan kecenderuangan di suatu tempat, bahan perencanaan dan pengembangan daerah wisata, dan menganalisa segmen pasar sehingga pembangunan pariwisata dapat diarahkan. 5. Regionalisasi Region dalam pariwisata tercermin dari adanya wilayah pengembangan wisata, daerah tujuan wisata, dan kawasan wisata. Berdasarkan Buku Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) tahun 1997 sampai 2018, Indonesia dibagi atas enam willayah pengembangan wisata. Kemudian pengembangan wisata tersebut dijabarkan kedalam wilayah-wilayah yang lebih kecil.



Perwilayahan tersebut dilatarbelakangi oleh faktor pasar dan keanekaragaman sumber daya wisata yang tersebar dalam suatu wilayah geografis yang luas. Tujuannnya adalah unruk mewujudkan pariwisata masa depan Indonesia yang memiliki citra yang jelas, dan untuk pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA Maryani, Enok. 2019. Geografi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Ombak http://eprints.uny.ac.id/8536/3/BAB%202%20-%2008405241008.pdf