Pengertian Irob Dan Pembagiannya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGERTIAN I’ROB DAN PEMBAGIANNYA Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliyah : Bahasa Arab Dosen Pengampu : Rukhaini Fitri Rahmawati, M.Pd.I.



Oleh : 1. M. Ali Shofwan



(1810110211)



2. Ayu Maghfiroh



(1810110222)



3. Alfa Syifa Q. N.



(1810110223)



Kelas : Pendidikan Agama Islam F



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TAHUN 2018



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Upaya dalam memudahkan pengkajian ilmu nahwu telah ada sejak munculnya ilmu nahwu itu sendiri. Berbagai konsep dan metode telah dikemukakan oleh paratokoh nahwu. Disadari atau tidak, bahwa perjalanan ilmu nahwu terus berjalan dariabad klasik hingga abad modern bahkan kontemporer saat ini. Tentunya terdapat banyak sejarah tokoh, pemikiranpemikiran, serta perdebatan yang terjadi yang telah banyak memberikan warna tersendiri dalam khazanah ilmu nahwu. Dengan landasan itu, kiranya perlu banyak kajian terhadap ilmu nahwu dalam rangka menggali lebih dalam sejarah perkembangan nahwu hingga sekarang. Karena sesungguhnya hal itu akan menjadi bukti eksistensi suatu peradaban. Seperti halnya bahasa-bahasa yang lain, Bahasa Arab mempunyai kaidah-kaidah tersendiri di dalam mengungkapkan atau menuliskan sesuatu hal, baik berupa komunikasi atau informasi. Terutama dalam memahami ilmu agama yang mana bersumber dari Al-qur’an dan Al-hadist yang harus memerlukan kaidah nahwu yang mana di dalamnya terdapat sebagian kajian tentang I’rob. Yang akan dijelaskan oleh kelompok kami tentang “Pengertian I’rob dan pembagiannya”.



B.



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka dapat diambil Rumusan Masalahnya : 1.



Apa pengertian I’rob?



2.



Apa saja tanda-tanda I’rob?



3.



Sebutkan macam-macam i”rob?



C.



Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu : 1.



Untuk mengetahui pengertian I’rob



2.



Untuk mengetahui tanda-tanda I’rob



3.



Menjelaskan macam-mcam I’rob.



BAB II PEMBAHASAN



A.



Pengertian I'rob (‫)اإلعراب‬ Kata I’rab (‫ )إعراب‬secara bahasa memiliki arti “baris” atau juga “harakat”, sebenarnya kata harakat ini juga berasal dari bahasa arab hanya saja sudah diserap kedalam ejaan bahasa indonesia. Adapaun pengertian i’rab yaitu : 1.



Menurut ilmu nahwu ً ‫علَي َها لَ ْف‬ ‫اخ ِر‬ ِ ‫ير اَ َو‬ ِ َ‫ف ال َع َو ِام ِل الد‬ ِ ‫ال َك ِل ِم ِِل ْخ ِت ََل‬ ُ ‫ِيرا ت َ ْغ ِي‬ ً ‫ظا اَ ْو تَ ْقد‬ َ ‫اخلَ ِة‬ Arrtinya : “Berubahnya (harokat) akhir suatu kalimat yang disebabkan adanya perbedaan ‘amil (yang memerintah) yang menempel pada kalimat tersebut, baik dalam segi lafadznya atau pun kira-kiranya”1. Perhatikan beberapa contoh berikut ini: ‫ = َجا َء زَ يْد‬Zaid telah datang ‫ = َراَى خَا ِلد زَ ْيدًا‬Khalid telah melihat Zaid ‫ = َم َّر خَا ِلد بِزَ يْد‬Khalid telah bersua dengan Zaid Dari contoh diatas, perhatikan harokat terakhir. Disana ada dhommatain, fathatain, kasrohtain. Jadi itulah perubahan akhir kalimat, setiap harkat pada akhir kalimat berubah-berubah, tergantung 'amil yang memasuki sebelumnya. Apabila kita menemukan Kalimat yang selalu berubah-ubah akhirnya, itu dinamakan MU'ROB. Apabila kita menemukan suatu kalimat yang tidak berubah harokat akhirnya, itu dinamakan MABNI. Harokat akhir yang tidak akan berubah dinamakan BINA'



1



Azhar Arsyad, Dasar-Dasar Penguasaan Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), Halm.24.



2.



Disalam matan Al Jurumiyah I'rob adalah perubahan akhir kata karena perbedaan 'amil yang masuk pada kata tersebut, baik secara lafadz (jelas) atau muqoddaroh (tersembunyi). (Sumber: matan Al Ajrumiyyah). Maksudnya adalah perubahan dari dhommah ke fathah, dari fathah ke kasroh, dari dhommah ke sukun, dan seterusnya. I'rob hanya membahas akhir kata saja, tidak di depan dan tidak di tengah kata. Perbedaan 'amil akan mengakibatkan perbedaan kedudukan suatu kata di dalam kalimat. Jadi perubahan akhir kata disebabkan oleh kedudukannya (sebagai subjek, dan objek,) yang berbeda-beda di dalam kalimat. Dalam membahas tentang masalah I’rob ini kita perlu memasuki dan membahasa tentang apa itu Ilmu Nahwu, karena di dalam ilmu inilah kita bisa mengetahui lebih banyak tenatang I’rob. Macam-Macam/Pembaginnya I’rob



B.



Para ulama nahwu telah menjelaskan bahwasanya i'rab itu terbagi menjadi empat macam yaitu : i'rab rafa', i'rab nashab, i'rab khafadh, dan i'rab jazm. Perlu diketahui, dari ke empat macam i'rob tersebut. Tidak semua bisa masuk pada kalimat tertentu, karena tiap i'rob punya bagiannya tersendiri2. Untuk lebih jelasnya. Perhatikan keterangan dibawah ini macam-macam i'rob terdiri dari 4 bagian, yaitu :  Rofa' (‫ )الرفع‬masuk kepada Kalimah Isim dan Kalimah Fi’il  Nashob (‫ )النصب‬masuk kepada Kalimah Isim dan Kalimah Fi’il  Jar (‫ )الجر‬hanya masuk kepada Kalimah Isim (‫)اِلسم‬  Jazm (‫ )الجزم‬hanya masuk kepada Kalimah Fi’il (‫)الفعل‬



2



M. Sholihuddin Shofwan, Alfiyyah Ibnu Malik, (Lirboyo: Darul Hikmah, 2005), Halm.3738.



Diatas (pengertian i'rob) dijelaskan ada 'amil yang masuk secara jelas maupun perkiraan atau samar. Pemahamannya sebagai berikut : 1.



I’rob Zhahir/Jelas I’rob Zhahir/Jelas adalah pengucapan pada akhir kalimah tidak ada penghalang yang mencegah dalam mengucapkannya. Contohnya : – ‫زَ يْد‬ ‫زَ ْيدًا – زَ يْد‬



2.



I’rab Taqdir/perkiraan I’rab Taqdir/perkiraan Adalah pengucapan pada akhir kalimah, terdapat penghalang yang mencegah dalam melafalkannya. Baik penghalang tersebut karena Udzur semisal ‫ َجا َء ْالفَتَى‬, atau karena berat semisal ‫اض ْي‬ ‫ا َ ِب ْي َجا َء‬. ِ َ‫ َجا َء ْالق‬, atau karena demi kesesuaian semisal Tanda-Tanda I’rob



C.



setelah mengetahui jenis – jenis i’rob, perlu juga membahas tentang tanda – tanda i’rob. Masing – masing i’rob mempunyai tanda – tanda yang berbeda – beda. 1.



Tanda I’rob Rafa’ Setiap kalimah, ketika rafa’ pasti menggunakan salah satu dari 4 tanda tersebut. Dan setiap tanda mempunyai tempat – tempat tersendiri yang akan dibahas di bawah ini. a. Dlommah Kalimah – kalimah yang ketika rafa’ ditandai dengan dlommah itu ada 4 : 1)



Isim mufrod (yang mempunyai makna satu) Contoh :



‫( َجا َء َر ُجل‬satu oarang lelaki datang) 2)



Jama’ taksir (yang mempunyai arti banyak) Yaitu isim yang mempunyai arti banyak dan berubah dari bentuk bentuk mufrodnya (tunggal), dengan ditambah huruf, atau dikurangi, atau diganti hurufnya. Contoh : ‫ام ِر َجال‬ َ َ‫(ق‬beberapa lelaki berdiri)



Keterangan : Lafadz ‫ ِر َجال‬adalah jama’ taksir. Mufrodnya adalah ‫ َر ُجل‬yang berarti satu orang lelaki. Jama’ Mu’annats Salim (yang mempunyai arti perempuan



3)



banyak) Yaitu isim yang mempunyai arti wanita banyak, dan tandanya adalah dengan ditambah alif dan ta’ Contoh : ُ‫ت ْال ُم ْس ِل َمات‬ ِ َ ‫( َجائ‬para wanita muslimah datang) Keterangan : Lafadz



ْ ُ‫ال ُم ْس ِل َمات‬adalah jama’ mu’annats salim.



Mufrodnya adalah ُ‫ا َ ْل ُم ْس ِل َمة‬yang berarti seorang wanita muslimah. Ta’ – nya ُ‫ا َ ْل ُم ْس ِل َمة‬dibuang, lalu ditambahkan alif dan ta’ alamat jama’. Fi’il Mudlori’ yang huruf akhirnya tidak bertemu dengan alif



4)



tatsniyyah, wawu jama’, dan ya’ mu’annatsah mukhothobah. Fi’il mudlori’ adalah fi’il yang di awali huruf ya’, ta’, hamzah, atau nun yang zaidah (tambahan). Contoh : ‫ نُقَاتِ ُل‬, ‫ ا َ ْفت َ ُح‬, ُ‫ تَض ِْرب‬, ‫ص ُر‬ ُ ‫يَ ْن‬ b.



Wawu Kalimah – kalimah yang ketika rafa’ di alamati dengan wawu ada 2 : 1)



Jamak mudzakkar salim ada dua ·



Haqiqi Contoh : َ‫( َجا َء ْال ُم ْس ِل ُم ْون‬orang –orang muslim datang) Sama dengan jika diucapkan : ‫( َجا َء ْال ُم ْس ِل ُم ْال ُم ْس ِل ُم ْال ُم ْس ِل ُم‬Seorang muslim, seorang muslim, seorang muslim datang); atau jika dibuat athaf :



‫( َجا َء ْال ُم ْس ِل ُم َو ْال ُم ْس ِل ُم َو ْال ُم ْس ِل ُم‬telah datang seorang



muslim dan seorang muslim dan seorang muslim). ·



Majazi Contoh : َ‫ام ْالأل َ ْهلُ ْون‬ َ َ‫(ق‬para ahli sudah berdiri)



Asma’ Khomsah



ٌ َ‫ أ‬,‫ب‬ Yaitu lafadz ‫ ذُ ْو‬,‫ فُ ْو‬,‫ َح ٌم‬,‫خ‬ ٌ َ ‫أ‬yang sudah mudlof (di sandarkan) pada lafadz lain. Contoh : ‫ام أَب ُْوبَ ْكر‬ َ َ‫(ق‬Abu Bakar sudah berdiri) c.



Alif Kalimah yang ketika rafa’ dialamati dengan alif adalah : 1.)



Isim Tatsniyyah Isim tatsniyyah dibagi menjadi 2 : a)



Haqiqi Contoh : ‫( َجا َء َر ُج ََل ِن‬dua orang lelaki telah datang).



b)



Majazi Contoh :



‫اس‬ ِ ‫ان ُخ ِلقَت َا ِلل َّن‬ ِ ‫(ا َ ْلقَ َم َر‬rembulan dan mentari telah



diciptakan untuk manusia) Keterangan : lafadz ‫ان‬ ِ ‫ اَ ْلقَ َم َر‬sebenarnya bukan isim tatsniyyah, karena yang dimaksud bukan dua rembulan, melainkan bulan dan matahari. d.



Nun Kalimah yang ketika rafa’ ditandai dengan nun adalah fi’il mudlori’ yang bertemu dengan : 1)



Dlomir alif tatsniyyah Contoh : ‫ان‬ ِ َ‫(يَض ِْرب‬dua orang lelaki akan / sedang memukul)



2)



Dlomir wawu jamak Contoh : َ‫( َيض ِْرب ُْون‬beberapa lelaki akan / sedang memukul)



3)



Dlomir ya’ mu’annatsah muhothobah Contoh : َ‫(تَض ِْربِيْن‬dia perempuan akan / sedang memukul)



2.



Tanda-tanda Irob Nasob



I'rab nashab mempunyai lima alamat3, yaitu: fathah, alif, kasrah, ya dan menghilangkan huruf nun yang menjadi tanda i'rab rafa'. a.



Lafadz-lafadz yang di-nashab-kan dengan memakai fathah Fathah menjadi tanda bagi i'rab nashab itu berada pada tiga tempat, yaitu pada : 1)



Isim mufrad, seperti dalam contoh: ‫( رءيت زيدا‬aku melihat zaid)



2)



Jamak taksir, seperti dalam contoh: ‫( رءيت زيائد‬aku melihat zaid-zaid)



3)



Fi'il mudhari', yaitu yang kemasukan amil yang menashab-kan dan akhir fi'il itu tidak bertemu dengan alif dhamir tatsniyah, wawu jamak, ya muannats mukhathabah dan nun taukid, seperti dalam contoh: ‫( لن يفعلن‬dia tidak akan dapat berbuat)



b.



Lafazh-Iafazh yang di-nashab-kan dengan memakai alif Alif menjadi tanda bagi i'rab nashab itu hanya terdapat pada asmaul khamsah saja. Contoh : ‫ يفعَلن‬dan ‫تفعَلن‬



c.



Lafazh-lafazh yang di-nashab-kan dengan memakai kasrah Contohnya seperti : ‫(عذب هللا المشركات‬bentuk jamak dari lafazh : ‫)المشركة‬ Catatan : Nashab-kanlah dengan kasrah jamak muannats salim yang telah diketahui.



d.



Lafazh-lafazh yang di-nashab-kan dengan memakai ya Ya menjadi alamat bagi i'rab nashab pada isim tatsniyah dan jamak (mudzakkar salim).



3



H. Taufikul Hakim, Progam Pemula Membaca Kitab Kuning, (Klaten: Al-Falah Offset,2004), Halm. 21-23.



Contoh yang berada pada isim tatsniyah seperti: ‫( قرءت الكتابين‬aku telah membaca dua buah kitab). Huruf ya yang di-sukun-kan dan huruf yang sebelumnya di-fathahkan. Contoh yang berada pada jamak mudzakkar salim seperti: ‫( رءيت المدرسين‬aku telah melihat guru-guru). Huruf ya yang di-sukun-kan dan huruf sebelumnya di-kasrah-kan.



e.



Lafazh yang di-nashab-kan dengan membuang huruf nun Membuang (menghilangkan) nun menjadi alamat bagi i'rab nashab pada af'alul khamsah yang di-rafa'-kannya dengan memakai nun nitsbat(tetap)4. Seperti lafazh : ‫( يفعَلن‬hendaknya mereka berdua mengetahui) ‫( تفعَلن‬hendaknya kamu berdua mengetahui) ‫( يفعلون‬hendaknya mereka mengetahui) ‫( تفعلون‬hendaknya kalian mengetahui) ‫( تفعلين‬hendaknya engkau (perempuan) mengetahui).



3. Tanda I'rob Jar Tanda I'rob jar[1] adalah kasroh, ya dan fathah. a.



Kasroh, masuk pada tiga tempat, yaitu : · ·



Isim mufrod, ‫ب‬ ِ َ‫( قَلَ ِم ْي َعلَى ْال َم ْكت‬penaku diatas meja) Jamak taksir, ‫( ِل ْال ِ ِّر َجا ِل ِه َّمة َعا ِليَة‬para lelaki itu mempunyai cita-cita



yang tinggi)



4



Abu Hamzah Yusuf Al Atsary, Pengantar Mudah Bahasa Arab, (Bandung: Pustaka



Adhawa, 2007), Halm.33.



َّ ‫سلَّ ْمتُ َعلَى ال‬ Jamak muanas salim, ‫ت‬ ِ ‫طا ِلبَا‬ َ (saya memberi salam



·



kepada siswi-siswi). b.



Ya, masuk pada tiga tempat, yaitu : ·



Asma’ul khomsah, ‫( أَتَذْهَبُ اِلَى أ َ ِخيْكَ ؟‬apakah kamu akan pergi kepada saudaramu?).



·



َ ‫( َس ِم ْعتُ َهذَا ْال َخ َب َر ِم ْن‬saya mendengar berita Isim tasniyah, ‫طا ِل َبي ِْن‬ ini dari dua orang siswa).



·



Jamak muzakar salim, َ‫( اَللَّ ُه َّم اجْ َع ْلنَا ِمنَ ْالفَائِ ِزيْن‬ya Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendapatkan kemenangan).



c.



Fathah, masuk pada satu tempat, yaitu : Isim ghoir munsorif (isim yang tidak menerima tanwin), َ‫شة‬ َ ِ‫َّارة ُ ِل َعائ‬ َّ ‫ِه ِذ ِه ال‬ َ ‫سي‬ (mobil ini milik Aisyah).



4.



I’rab jazm I’rab jazm merupakan i’rab yang dikhususkan untuk kalimat fiil. Adapun tanda irab jazm yang akan kita bahas disini ada dua, yaitu sukun dan membuang (nun+huruf ‘illat). Adapun tanda irab jazm yang menjadi bagian terakhir dalam pembagian i’rab dalam ilmu nahwu adalah sebagai berikut : ·



Sukun, yang menjadi tanda pokok dalam i’rab jazm.Contoh : ْ‫ لَ ْم يَض ِْرب‬Asalnya ُ‫يَض ِْرب‬



·



Membuang nun yang menjadi tanda rafa’. Contoh : ‫ لَ ْم تَ ْف َعلُ ْوا‬Asalnya َ‫تَ ْف َعلُ ْوان‬



·



Membuang huruf ‘illat. Contoh : ‫ش‬ َ ‫ لَ ْم يَ ْخ‬Asalnya ‫يَ ْخشَى‬



BAB III PENUTUP A.



Kesimpulan I’rab adalah “pengubahan” atau “perubahan” akhir masing-masing kata karena perbedaan faktor yang memasukinya, menganggap bahwa i’rab itu adalah suatu proses perubahan yang abstrak, tidak kelihatan konkret. Berubahnya akhir kata itu tidak kelihatan, tiba-tiba saja tanda i’rab itu berubah menjadi tanda i’rab yang lain. Definisi ini menganggap bahwa i’rab itu berada di antara ketentuan tanda i’rab yang satu dengan yang lainnya. Padahal masing-masing i’rab, yakni i’rab rofa’, nashab, jar dan jazm itu adalah ketentuan setelah selesainya ‘perubahan’ itu, misalnya berubah menjadi i’rab nashab, berubah menjadi i’rab jar atau menjadi i’rab jazm atau menjadi i’rab rofa’. Jadi i’rab itu bukan berada pada saat perubahan itu tetapi pada saat ketentuan setelah selesai perubahan itu. Pada saat perubahan itu tidak ada namanya, hanya sekedar proses perubahan saja.



B.



Saran Penulis menyarankan kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa Universitas Sekolah Tinggi Muhamadiyah (STAIM) khususnya Bahasa III agar mempelajari bahasa Arab bukan hanya bersifat formal, akan tetapi bahasa Arab juga mesti dipelajari secara informal. Dengan kata lain, bahasa Arab dipelajari bukan hanya dilingkungan kampus saja, akan tetapi dapat dipelajari juga diluar kampus karena bahasa Arab tergolong kedalam bahasa yang penting untuk menunjang keanekaragaman bahasa yang dimiliki oleh mahasiswa.



DAFTAR PUSTAKA Abu Hamzah Yusuf Al Atsary, Pengantar Mudah Bahasa Arab, (Bandung: Pustaka Adhawa, 2007). Arsyad Azhar, Dasar-Dasar Penguasaan Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004). Shofwan M. Sholihuddin, Alfiyah Ibnu Malik, (Lirboyo: Darul Hikmah, 2005). Hakim H. Taufikul, Prgam Pemula Membaca Kitab Kuning, (Klaten: Al-Falah Offset, 2004).