Pengertian Pioderma [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pengertian Pioderma Pioderma adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau streptococcus beta hemoliticus. Pioderma itu berasal dari kata pio dan derma. Pio berarti nanah, dan derma berarti kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah. Nanah dalam pioderma berisi bakteri hidup dan bisa menular. Pioderma yang merupakan infeksi bakteri pada kulit ini dapat bersifat superficial (hanya sebatas di epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai dermis). Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut di kulit yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus. Jadi pioderma adalah terminologi umum untuk penyakit-penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus beta hemolyticus atau Staphylococcus aureus. Epidemiologi Bisul merupakan penyakit ringan, tapi sangat mengganggu. Dalam sebuah



penelitian



Departemen Kesehatan (Depkes RI) pada 2001 terungkap dari 326 responden, ternyata 26 persen pernah bisulan. Angka tersebut dianggap cukup tinggi mengingat bisul bukan penyakit berat, dan rata-rata bisa sembuh dengan sendirinya. Di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, insidennya menduduki tempat ketiga, dan berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi. Etiologi Penyebab yang utama ialah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus B hemolitikus. Penyebab pioderma adalah infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut di kulit, yang disebabkan oleh bakteri misalnya Staphylococcus aureus yang merupakan sel-sel berbentuk bola atau coccus Gram positif yang berpasangan berempat dan berkelompok. Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase. positif, ini yang membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama bagi manusia. Pada Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal manusia. Staphylococcus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan streptococcus. Faktor Predisposisi a.Higiene yang Buruk Seseorang dengan higiene yang buruk. Kulit yang kotor banyak mengandung bakteri yang didapat di luar, wajah yang jarang dicuci dapat menjadi tempat kolonisasi bakteri. Bila jumlah koloni bakteri telah mencukupi, bakteri dapat saja masuk dan



menginfeksi kulit itu mengapa kita harus rajin membersihkan wajah. tentu dengan sabun yang tepat b.Daya Tahan Tubuh yang Lemah Seseorang dengan daya tahan tubuh yang lemah. Semua infeksi akan dilawan dengan sistem imun tubuh, namun bila imun tubuh kita lemah maka infeksi akan merajalela, itu mengapa pada orang dengan imun yang lemah seperti pada orang HIV AIDS, malnutrisi, terkena penyakit kronik, kanker, diabetes melitus, akan lebih mudah terserang infeksi kulit. c.Penyakit Lain di Kulit Seseorang dengan penyakit lain di kulit. Penyakit kulit lain dapat mengganggu fungsi proteksi dari kulit, sehingga seseorang yang sedang memiliki sakit kuliy rentan untuk terserang penyakit kulit lainnya. d.Luka pada Kulit Seseorang dengan luka pada kulit. Sekecil apapun luka dapat menjadi celah jalan masuk kuman. Klasifikasi a.Impetigo Impetigo merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh stafilokokus aurea atau kadangkadang oleh streptokokus dan hanya terjadi pada lapisan kulit dermis. Biasanya tak disertai gejala konstitusi (gejala infeksi pada tubuh manusia seperti demam, nyeri, lesu,dan lainnya). Pada kulit penderita terlihat lepuh dan gelembung yang berisi cairan. Penyakit ini mudah menular pada anak lain atau dirinya sendiri. Impetigo ada 2, yaitu : 1)Impetigo krustosa/kontagiosa (istilah awamnya, cacar madu) merupakan kelainan yang terjadi di sekitar lubang hidung dan mulut. Ciri-cirinya, yaitu kemerahan kulit dan lepuh yang cepat memecah sehingga meninggalkan keropeng tebal warna kuning serupa madu. Bila keropeng dilepaskan, terlihat luka lecet di bawahnya. Pengobatanna meliputi; obat topikal : salep antibiotik eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik : Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan. 2)Impetigo bulosa/vesiko bulosa (cacar monyet atau cacar api) yang sering terjadi di ketiak, dada, dan punggung. Ciri-cirinya yaitu kemerahan di kulit dan gelembung-gelembung (seperti kulit yang tersundut rokok



hingga dikenal dengan cacar api), berisi nanah yang mudah pecah. Cacar api sangat mudah menular dan berpindah dari satu bagian kulit ke bagian lain. Jika terjadi pada bayi baru lahir, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. kelainan ini dapat disertai demam dan menimbulkan infeksi serius.



pengobatannya meliputi; obat topikal : bula



diaspirasi, lalu diberi salep antibiotik eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan b.Folikuitis Folikuitis adalah infeksi yang mengenai satu folikel rambut. Ciri-cirinya berupa bintil padat atau bintil bernanah yang kemerahan dengan rambut di tengahnya. Biasanya sering ditemukan pada tungkai bawah. Pengobatannya meliputi: obat topikal: salep antibiotik eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan. c.Furunkel Furunkel adalah radang pada folikel yang meluas ke jaringan di sekitar folikel rambut. Ciricirinya, yaitu di kulit akan terlihat benjolan kemerahan dengan mata di bagian tengah yang dapat melunak menjadi abses. Kelainan terutama terjadi di daerah yang sering mengalami gesekan dan banyak berkeringat seperti ketiak, bokong, leher, dada, dan paha. Biasanya terdapat keluhan rasa nyeri, apalagi bila kelainan terjadi di dasar yang keras misalnya di hidung atau liang telinga luar. Pengobatan yang diberikan sama dengan pengobatan pada folikuitis. d.Karbunkel Karbunkel merupakan kumpulan Furunkel. Ini biasanya disebabkan oleh Stapyhlococcus aureus, keluhan biasanya nyeri. e.Erisipelas Erispelas adalah infeksi pada kulit yang umumnya didahului oleh luka atau trauma, baik nyata maupun mikroskopis. Pada bayi umumnya terjadi di pusar. Ciri-cirinya, yaitu di kulit terlihat kemerahan berbatas tegas, disertai gejala berupa demam dan kelesuan. Pengobatan dapt dilakukan dengan; obat topikal: tungkai di elevasi, kompres dengan antiseptik topikal,



PK dengan konsentrasi 1: 10000 (larutkan dalam air sampai warnanya pink), obat sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan. f.Selulitis Selulitis merupakan kelanjutan erisipelas. Bedanya, pada selulitis radang meluas sampai ke jaringan di bawah kulit. Pengobatan sama dengan obat erisipelas. g.Flegmon Flegmon merupakan selulitis yang mengalami supurasi. Terapinya sama dengan selulitis hanya ditambah insisi. h.Ektima Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya disebabkan infeksi oleh Streptococcus. Ciri-cirinya adalah krusta tebal bewarna kuning, di tungkai bawah. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat topikal : kompres ulkus dengan kalikus permanganas (PK) dengan konsentrasi 1:5000 (larutkan dalam air sampai warnanya ungu), dapat ditambahkan antibiotik topikal eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik : Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan. i.Pionika Radang disekitar kuku oleh piokokus, disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan streptococcus B hemolyticus, biasanya didahului dengan trauma atau infeksi. Pengobatan dapat dilakukan dengan; obat topikal: kompres dengan antiseptik topikal, PK dnegan konsentrasi 1: 10000 (larutkan dalam air sampai warnanya pink), obat sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan, bila terjadi abses subungual kuku. j.Abses multiple kelenjar keringat Merupakan infeksi di kelenjar keringat. Faktor predisposisinya yaitu daya tahan tubuh yang menurun dan banyak berkeringat. Kelainan ditandai benjolan seperti kubah di daerah yang banyak berkeringat seperti dada, punggung atas, kepala



bagian belakang, bokong, dan



lainnya, banyak terjadi pada anak. Pengobatan dapat diberikan dengan; obat sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.



k.Staphylococcal scalded skin syndrome Merupakan infeksi kulit oleh staphylococcus aureus galur tertentu dengan ciri yang khas berupa epidermolisis. Pada umumnya terdapat demam tinggi disertai infeksi di saluran napas bagian atas. Kelainan kulit awalnya berupa eritema yang timbul mendadak pada muka, leher, ketiak, telapak tangan dan kaki serta lipat paha, kemudian menyeluruh dalam waktu 24-48 jam. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan Patofisiologi Banyak hal yang mempengaruhi seseorang sampai terjadinya pioderma antara lain faktor host, agent, dan lingkungan seperti yang telah dipaparkan diatas dimana adanya ketidakseimbangan antara ketiga faktor tersebut. Staphylococcus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer



polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang



terangkai, merupakan eksoskeleton kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau lisozim. Hal ini merupakan penting dalam potogenitas infeksi : zat ini menyebabkan monosit membuat interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik, dan zat ini



juga menjadi zat kimia penarik (kemotraktan) untuk leukosit polimorfonuklear,



mempunyai aktifitas mirip endotoksin, mengaktifkan komplement. Patologi prototipe lesi staphylococcus adalah furunkel atau abses setempat lainnya. Kelompok-kelompok S. aureus yang tinggal dalam folikel rambut menimbulkan nekrosis jaringan. Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin disekitar lesi dan didalam saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan dinding yang membatasi proses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan kemudian jaringan fibrosis. Di tengah-tengah lesi, terjadi pencairan jaringan



nekrotik



(dibantu oleh hipersensitivitas tipe lambat) dan abses mengarah pada daerah yang daya tahannya paling kecil, setelah jaringan nekrotik mengalir keluar, rongga secara perlahanlahan diisi dengan jaringan granulasi dan akhirnya sembuh. Bakteri masuk ke dalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis dan perifolikulitis, tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri. Pada keadaan yang berat dapat disertai gejala demam, malaise, dll. Setelah 2-4 hari terjadi proses supurasi dan terbentuk abses ini dapat diketahui dengan adanya fluktuasi. Pada



bagian tengah lesi terdapat bintik kekuningan yang merupakan



jaringan nekrotik, dan disebut mata bisul (core). Bila abses pecah inti jaringan nekrotik tersebut akan keluar. Perawatan khusus ialah pada furunkel maligna yaitu furunkel yang



timbul pada daerah segitiga yang dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam intra kranial. Masalah lain yaitu bisa terjadi penyebaran bakteri yang lebih dalam atau lebih luas sehingga bisa juga terjadi selulitis atau bakterimia. Dan apabila higinis penderita jelek atau menderita diebetes militus, furunkel menjadi sering kambuh. Predileksi penyakit ini biasanya pada daerah yang berambut misalnya pada wajah, punggung, kepala, ketiak, bokong dan ekstrimitas, dan terutama pada daerah yang banyak bergesekan.



Tanda dan Gejala Tanda dan gejala pada fase ringan/biasa: a.Ada benjolan merah di kulit, membesar dan menjadi bernanah setelah beberapa hari dan akan pecah dengan sendirinya. b. Nyeri yang berdenyut-denyut Pada keadaan yang berat dapat disertai gejala seperti : a.Demam b.Malaise c. Nyeri Pemeriksaan Diagnostik Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi hanya bersifat menyokong. Pengobatan Pada pengobatan umum kasus pioderma , faktor hygiene perorangan dan lingkungan harus diperhatikan. untuk pengobatan secara sistemik, ada berbagai obat yang dapat digunakan, meliputi: a.Penisilin G prokain dan semisintetiknya 1)Penisilin G prokain, Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota besar perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin sering terjadi syok anafilaktik. 2)Ampisilin Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.



3)Amoksisilin Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi. 4)Golongan obat penisilin resisten-penisilinase Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk anak anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. b.Linkomisin dan Klindamisin Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten- penisilinase. Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis



pseudomembranosa, belum pernah



ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh adanya makanan dalam lambung. c.Eritromisin Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering member rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis. d.Sefalosporin Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Selain obat sistemik, obat-obatan topikal (salep) juga sering diberikan. Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma. Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram.Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap atau krim. Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 % yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil mengalami



sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit. Tindakan Perawatan Selain penanganan dengan menggunakan obat, tindakan perawatan pada pioderma (bisul) dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut: a.Kompres hangat selama 15 menit satu/dua kali sehari b.Setelah bisul pecah, jaga bagian tersebut selalu bersih sampai kulit sembuh c.Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk mencegah penularan infeksi d.Periksa dokter bila gejala tidak berkurang. Prognosis Prognosis penyakit ini biasanya baik, asalkan mendapatkan penanganan yang adekuat dan faktor penyebab dapat dihilangkan, dan prognosis menjadi kurang baik bila terjadi komplikasi. Komplikasi a.Furunkel malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary dan juga pada vena tersebut tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke sinus cavernosus yang nantinya bisa menjadi meningitis. b.Selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas. c.Bakterimia dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat mengenai katup jantung, sendi, spine, tulang panjang, organ viseral khususnya ginjal. d.Furunkel yang berulang, hal ini disebabkan oleh hygiene yang buruk



KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian



a.Data subyektif : Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada kulit, terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya. b.Data obyektif : Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius (pada kasus berat), ekspresi wajah meringis, menggaruk-garuk di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup diri/menarik diri, porsi makan tidak dihabiskan, kulit tampak lecet/luka, mual-muntah, pasien bertanya tentang penyakitnya Diagnosa a.Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi b.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit c.Nyeri berhubungan dengan lesi kulit d.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik e.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatankulit dan cara menangani kelainan kulit