Pengertian Ulumul Hadist Dan Ruang Lingkupnya [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Rio
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ULUMUL HADIST DAN RUANG LINGKUPNYA Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Al- Hadist Dosen pengampu : Bpk. Suismanto



Disusun oleh : Khamdan Mubarok 10470039



PRODI KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014



1 Tugas Ulumul Hadits



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh . Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan jahiliyah menuju zaman terang benderang addinul islam . Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Suismanto selaku dosen pembimbing Ilmu Hadist yang telah membimbing kami, kami juga ingin mengucapkan rasa terima kasihh kepada pihak-pihak yang telah membatu kami menyelesaikan makalah ini . Mungkin tugas yang kami buat ini, belum sempurna oleh karena itu, kami meminta maaf jika makalah ini masih terdapat kekurangannya. Kami mohon saran dan kritiknya untuk memperbaiki pembahasan makalah ini. Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh .



penulis



2 Tugas Ulumul Hadits



BAB I PENDAHULUAN A. HADITS PADA MASA RASULULLAH  Kedudukan Hadits yaitu sebagai sumber ajaran islam yang kedua setelah sumber Al-Qur’an  Proses Penyampaian Hadits dari Rasulullah SAW kepada para sahabat melalui dua cara : Langsung Proses Penyampaian Tidak Langsung



o Langsung Nabi langsung bersabda, berkhotbah didepan para sahabat. a) Nabi



mengatakan



sesuatu,



kemudian



para



sahabat



mendengarkannya ( ‫) قولي‬. b) Nabi melakukan sesuatu, kemudian para sahabat melihat ( ‫) فعلي‬. c) Para Sahabat melakukan sesuatu, Nabi Menyetujuinya (‫) تقريرى‬ o Tidak Langsung Tidak langsung mendengar atau melihat dari Rasulullah a) Ada sahabat yang malu / sukar bertanya kepada Rasulullah khususnya kaum perempuan b) Ada sahabat yang tinggalnya jauh dari Rasulullah



‫قولي‬ ‫فعلي‬ ‫تقريرى‬ ‫قدسى‬



3 Tugas Ulumul Hadits



‫حديث‬



 Penulisan Hadits a.



Larangan Larangan penulisan hadits ditunjukan kepada masyarakat umum yang



tidak ahli baca dan tulis pada masa itu. Sabda Rasul:



‫لتكتب عني غير القران و من كتب عني غير القران فاليمحه‬ Artinya : Janganlah engkau menulis tentang diri ku selain Al-Qur’an, barang siapa yang menulis selain Al-Quran hendaklah dihapuskan b.



Perintah Perintah penulisan hadits ditunjukan kepada orang-orang yang bisa



baca tulis pada masa itu. Sabda Nabi:



‫اكتب عني فواللذي نفسي بيده ما خرج من فمي ال حق‬ Artinya : Tulislah apa yang engkau dengar dariku, demi Allah yang dijiwaku, ditanganku tidak keluar dari mulutku selain kebenaran B. HADITS PADA MASA SAHABAT 



Para sahabat sangat berhati-hati dalam periwayatan hadits terutama sahabat-sahabat besar (Khalifatur Rasyid) karena takut pada ancaman Rasul. Dimana rasul pernah menyatakan dalam hadisnya menyatakan :



‫لتكتب عني غير القران و من كتب عني غير القران فاليمحه‬ Artinya : Janganlah engkau menulis tentang diri ku selain Al-Qur’an, barang siapa yang



menulis



selain Al-Quran hendaklah



dihapuskan 



Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Sahabat tentang Hadits : 4



Tugas Ulumul Hadits



a.



Para Sahabat yang lebih dahulu masuk islam.



b.



Orang yang tinggal satu rumah dengan Rasulullah.



c.



Orang – orang yang selalu menyertai Nabi ( misalnya Abu Hurairah)



d.



Sahabat yang hidup lama setelah Rasulullah SAW wafat.



i.



PERKEMBANG AN PEMBUKUAN HADITS Pembukuan Hadits dilakukan pada awal abad kedua. Tingkatan buku-buku hadits sesuai dengan kwalitasnya: 



Soheh Bukhori







Soheh Muslim







Sunan Abi Daud







Sunan Tirmidzi







Sunan An-Nasa’i







Sunan Ibnu Majah



5 Tugas Ulumul Hadits



BAB II PENGERTIAN HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR A.



Pengertian Hadits 1. Menurut Bahasa ‫ ا لحديد‬Artinya Baru ‫ القريب‬Artinya Dekat ‫ الخبر‬Artinya Barita 2. Menurut Istilah



‫م قول كان او فعل او تقريرا او صفة‬.‫ما اضف الي رسول ال ص‬ Artinya : Sesuatu yang disandarkan pada Rasulullah SAW. baik berupa ucapan, perbuatan, maupun persetujuan Ulumul Hadits adalah istilah ilmu hadits di dalam tradisi Ulama Hadits (arabnya : ‘Ulum al-Hadits). ‘Ulum al-Hadits terdiri atas dua kata, yaitu ‘Ulum dan al-Hadits. Kata ‘Ulum dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, jadi berati “ilmu-ilmu”; sedangkan al-Hadits di kalangan Ulama Hadits berarti “segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW dari perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat. Dengan demikian Ulumul Hadits adalah ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan hadits Nabi SAW. Menurut Ulama Mutaqaddimin Ilmu Hadits adalah: Artinya: “Ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang cara-cara persambungan hadits sampai kepada Rasul SAW dari segala hal ihwal para perawinya, kedhabitan, keadilan, dan dari bersambung tidaknya sanad dan sebagainya.” Pembukaan hadits di sekitar abad ke dua hijriyah yang dilakukan para pemuka hadits dalam rangka menghimpun dan membukukannya semata-mata di dorong oleh kemauan yang kuat agar hadits nabi itu tidak hilang begitu saja bersama wafatnya para penghafalnya. Mereka menghimpun dan membukukan semua hadits yang mereka dapatkan beserta riwayat dan sanadnya masing-masing tanpa mengadakan penelitian terlebih dahulu terhadap pembawanya (para rawi) begitu pula terhadap keadaan riwayat dan marwinya. Barulah di sekitar pertengahan abad ke-3 6 Tugas Ulumul Hadits



Hijriyah sebagian Muhadditsin merintis ilmu ini dalam garis-garis besarnya saja dan masih berserakan dalam beberapa mushafnya. Diantara mereka adalah Ali bin Almadani (238 H), Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, Imam At-Turmudzi dan lain-lain. Adapun perintis pertama yang menyusun ilmu ini secara fak(spealis) dalam satu kitab khusus ialah Al-Qandi Abu Muhammad ArRamahurmuzy(360 H) yang di beri nama dengan Al-Muhaddisul Fasil Bainar Wari Was Sami’. Kemudian bangkitlah Al-Hakim Abu Abdilah anNaisaburi (321-405 H) menyusun kitabnya yang bernama Makrifatu Ulumil Hadits. Usaha beliau ini diikuti oleh Abu Nadim al-Asfahani (336430 H) yang menyusun kitab kaidah periwayatan hadits yang diberi nama Al-Kifayah dan Al-Jam’u Liadabis Syaikhi Was Sami’ yang berisi tentang tata cara meriwayatkan hadits. B.



Pengertian Sunnah  Menurut Bahasa ‫ العادة‬Artinya Kebiasaan ‫ الطريقة‬Artinya Jalan  Menurut Istilah a.



Menurut Ahli Hadits ( Pencatan Sejarah )



‫م قول كان او فعل او تقريرا او صفة اما‬.‫لسنة هو ما اضف الي رسول ال ص‬ ‫بعد بعثة او قبلها امايتعلق بالحكام او ل‬ Artinya : Sesuatu yang disandarkan pada Rasulullah SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, ataupun persetujuan atau sifat baik setelah diangkat menjadi rasul maupun sebelum baik menyangkut hukum atau tidak b.



Menurut Ahli Ushul Fiqh ( Pencatan Sejarah )



‫م قول كان او فعل او تقريرا ويحد علي‬.‫السنة هو ما اضف الي رسول ال ص‬ ‫ما بعد بعثة ويحد علي ما يتعلقبالحكام‬ 7 Tugas Ulumul Hadits



Artinya : Sesuatu yang disandarkan pada Rasulullah SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, ataupun persetujuan, terbatas pada yang muncul setelah pengangkatan Rasul dan terbatas pada masalah yang terait dengan hukum. c.



Menurut Fuqoha : Sunnah adalah salah satu dari hukum yang lima, adapun hukum yang lima itu adalah : Wajib, Sunah, Haram, Makruh, Mubah.  Menurut Mazhab Hanafi Sunah yaitu sesuatu yang dituntut dengan tuntutan yang tidak mutlaq.  Menurut Mazhab Syafi’I Sunah:



‫ما يثاب علي فعله ول يعاقب علي تركه‬ sesuatu yang diberi pahala bila dikerjakan, tapi tidak dosa atau tidak disiksa bila ditinggalkan. C.



Pengertian Khabar 



Teori I



‫الخبر مرادف للحد يث يعني ما جاء من رسول‬ Artinya : Khabar adalah sinonim dengan hadits yang artinya adalah sesuatu yang datang dari Rasulullah.  Teori II



‫الخبر مغير للحد يث يعني ما جاء من غير رسول‬ Artinya : Khabar itu berbeda dengan hadits yaitu berita yang datang dari selain Rasulullah.  Teori III



‫الخبر أعم من الحد يث يعني يشمل علي ما جاء من رسول و من غيره‬ Artinya : Khabar itu lebih umum dari hadits karena meliputi berita yang datang dari Rasulullah dan berita dari selain Rasulullah.



8 Tugas Ulumul Hadits



D.



Pengertian Atsar Menurut Bahasa adalah Bekas atau peninggalan orang – orang terdahulu seperti bangunan, dll a.



Teori I



‫الرثر مرادف للسنة يعني ماجاء من رسول‬ Artinya : Atsar adalah sinonim dari sunnah yakni sesuatu yang datang dari Rasulullah. b.



Teori II



‫الرثر مغير للسنة يعني ماجاء من غير رسول‬ Artinya : Atsar adalah bebeda dengan sunnah yakni sesuatu yang tatang dari selain Rasulullah.



9 Tugas Ulumul Hadits



BAB III RUANG LINGKUP ULUMUL HADITS o Ilmu Hadits Riwayah



‫ قول كان أو فعل أوتقريرا‬.‫ م‬.‫علم يعرف به نقل م أضف إلي رسول ص‬ Artinya Ilmu yang membahas pemindahan sesuatu (berita / riwayat) yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, maupun persetujuan. Tujuannya adalah untuk mengetahui sesuatu yang datang dari Nabi dan membedakan yang datang dari selain Nabi, sehingga dapat dipastikan yang datang dari Nabi itu menjadi tuntunan yang harus diikuti. Rasulullah SAW. Sahabat Besar ( Senior ) Sahabat Urutan Sanad



Sahabat Kecil (Yunior ) Tabi’in Besar (Senior )



Tabi’in



Tabi’in Kecil (Yunior ) Tabiut Tabi’in



‫مخرج الحديث‬ o Ilmu Hadits Dirayah



‫علم يعرف به احوال الراوى والمروى من حيث قبول و الرد وما يتبع بذا لك من حيث‬ ‫التحمل والضبط‬ Artinya Ilmu yang membahas keadaan para perawi dan yang diriwayatkannya ditinjau dari diterima, ditolak, dan yang terkait hal itu dari segi tahammul dan kedlobitannya.



Contoh Perawi yang



Contoh Perawi yang tidak 10



Tugas Ulumul Hadits



diterima -



Islam



-



-



Aqil



-



-



Baligh



-



Tidak



diterima Fasik Bukan orang islam



-



Pendusta



Fasik -



Orang yang menjauhi dosadosa kecil



-



Adil



-



Dhabit



-



Bukan Pendusta



o Cabang-Cabang Ilmu Hadits a) Ilmu Rijalul hadits adalah ilmu yang mempelajari sejarah dan keadaan perawi hadits. b) Ilmu al jarhu wat ta’dil adalah ilmu yang mempelajari tentang cacat dan keadilan para perawi. c) Ilmu fannil mubhamat adalah ilmu yang mempelajari tentang orang yang tidak disebut namanya baik dalam sanad maupun matan. d) Ilmu tashif wat Tahrif adalah ilmu yang mempelajari perubahan yang terjadi pada kata yang ada dalam hadits yang sudah dirubah titik maupun bentuknya ( hurufnya ). e) Ilmu ‘ilalil hadits adalah ilmu yang mempelajari cacat yang tersembunyi dalam hadits. f) Ilmu goriibul Hadits adalah ilmu yang mempelajari kata-kata asing yang terdapat dalam sebuah hadits. g) Ilmu naskhi wal mansukh adalah ilmu yang mempelajari hadits yang menghapus dan hadits yang dihapus h) Ilmu Asbabul wuruudul hadits adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab-sebab atau latar belakang yang menyebabkan munculnya sebuah hadits 11 Tugas Ulumul Hadits



i) Ilmu Talfiqil hadits adalah ilmu yang mempelajari cara mengkompromikan dua hadits yang bertentangan. j) Ilmu mustalahul hadits adalah ilmu yang mempelajari istilah-istilah yang digunakan dalam ilmu hadits. o Sanad dan Pembahasannya Sanad secara etimologi berarti :‫ مااضرتفع من الضرض‬artinya :bagian bumi yang paling menonjol. Sebagian ulama mengartikan : ‫المعتمد‬ (sandaran, tempat bersandar, yang menjadi sandaran). Bentuk jama’nya adalah isnad, adapun musnad artinya adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada yang lain. Secara terminologi sanad bisa didefinisikan sebagai : ‫الطريقة الموصل الى المت‬ (jalan yang menyampaikan kepada matan hadis) atau secara sederhana dapat diartikan bahwa sanad adalah rentetan, deretan atau silsilah nama perawi yang jalin menjalin membentuk satu mata rantai yang mengantarkan pembacanya pada matan atau isi hadis nabi. Sanad itu sesungguhnya bermaterikan nama-nama, kuniyah, laqab-laqab dan gelaran lainnya yang dimiliki oleh seorang perawi yang merupakan sumber periwayatan dan penyandaran sebuah hadis. Sanad adalah kumpulan orang yang berfungsi sebagai mediator penyampaian dan periwayatan hadis nabi. Ketiadaan sanad berakibat pada ditolaknya sebuah berita yang dianggap dan berasal dari nabi. Istilah lain yang semakna dan sering dipergilirkan penggunaannya dalam konteks yang sama adalah at thoriqoh, dan al Wajh. Studi tentang sanad sesungguhnya bisa dimulai semenjak masamasa awal perkembangan kebudayaan dan peradaban bangsa arab jahiliyyah lama. Nasiruddin Asad (1962:255) mengatakan pada penggunaannya yang paling awal, sanad lebih sering dipakai untuk periwayatan syair-syair yang dimiliki oleh mereka. Satu kebiasaan yang umum berlaku di kalangan bangsa arab adalah di adakannya perlombaan 12 Tugas Ulumul Hadits



pembacaan syair yang mereka ciptakan atau sayir-syair yang mereka dapatkan secara turun temurun dari generasi sebelumnya. Bagi pemenang perlombaan pembacaan syair itu, atau jika syair-syair itu mendapatkan perhatian yang sangat besar dikalangan bangsa arab, maka hal itu merupakan suatu kebanggaan ruhani dan serta merta meningkatkan derajat sosial pemenangnya. Salah satu diantara unsur penilaian kebagusan dan keunggulan syair-syair tersebut adalah ketersambungan pemilik syair tersebut sampai pada generasi yang jauh di atasnya, terlebih jika namanama itu adalah pribadi-pribadi yang memiliki status sosial yang tinggi dikalangan masyarakat arab jahiliyah. Syair yang, berasal dari panglima perang, kepala suku, tabib, kahin dan jabatan sosial yang bermartabat lainnya meningkatkan popularitas dan secara tak langsung memberi nilai surplus pada kualitas syair tersebut. Inilah awal mula penggunaan sanad dalam masyarakat arab pra islam. Kebiasaan ini tidak disia-siakan oleh umat islam dan pada generasi selanjutnya ia dipakai sebagai alat ukur penilaian sahih dan tidaknya sebuah hadis. Dengan kata lain tradisi sanad dalam masyarakat jahiliyyah telah diintrodusir secara besar-besaran oleh ulama muhadisin, dan pada gilirannya dianggap sebagai suatu ciri yang inheren dalam masyarakat islam, bahwa tidak ada satu kebudayaanpun di dunia ini yang memiliki kemampuan yang sama dalam kekayaan dan ketelitian mencatat namanama orang dalam sejarah masa lalu. Pada generasi nabi, sanad tidaklah mendapat perhatian yang sama besarnya sebagaimana berlaku pada masa-masa generasi berikutnya. Kesahihan hadis pada masa kenabian tidaklah terlalu sulit untuk membuktikannya. Hal ini mengingat keberadaan nabi masih berada ditengah-tengah lingkungan para sahabat. Sehingga jika ada sebuah berita yang berkaitan dengan pribadi nabi, sahabat bisa langsung melakukan konfirmasi kepada beliau tanpa mengalami kesulitan. Semenjak maraknya kegiatan pemalsuan hadis yang dipicu oleh adanya pertikaian politik dan sentimen keagamaan yang berkembang disebagian fikiran umat islam, maka para ulama mulai mengembangkan 13 Tugas Ulumul Hadits



sikap berhati-hati di dalam meriwayatkan dan menerima sebuah hadis. Pertikaian politik yang berimbas pada perpecahan di bidang agama mendorong sebagian pengikut hawa nafsu untuk menciptakan hujahhujah palsu dan dasar argumen buatan yang dimaksudkan untuk memperkuat dan melegalkan apa-apa yang menjadi pendapat mereka. Sesungguhnya pertikaian yang terjadi dikalangan mereka itu, memberi inspirasi bagi mereka untuk mencari keterangan agama yang bisa membenarkan ajaran-ajaran yang dikembangkan dan diyakini kebenarannya oleh masing-masing kelompok yang sedang bertikai. Dampak serius yang ditimbulkan akibat pertikaian itu merembes pada pemalsuan besar-besaran hadis nabi. Pada akhirnya ulama merasa perlu untuk membendung kejahatan para pemalsu hadis itu dengan mengembangkan suatu metodologi ilmiah di dalam menerima dan menilai kesahihan sebuah hadis. Semenjak itu sebuah berita tentang hadis tidak begitu saja bisa diterima kecuali setelah diketahui nama orang yang menjadi perantara hadis tersebut atau bisa dilacak dari mana sumber hadis itu berasal. Proses pelacakan terhadap rentetan sanad atau sumber periwayatan itu pada akhirnya mewujud pada apa yang kini di kenal di dalam istilah teknis ulumul hadis sebagai as sanad. Satu hal yang bisa dicatat bahwa al qur’an tidak menyediakan cukup dalil yang bisa digunakan untuk mendukung pendapat yang mereka pegangi itu. Memang benar, beberapa pengikut dari kelompok yang bertikai itu, mencoba untuk menafsirkan dan mena’wilkan beberapa ayat al qur’an yang sesuai dengan aqidah dan ajaran mereka sendiri. Hanya saja ta’wil yang mereka lakukan terhadap ayat-ayat itu dilakukan dengan tanpa memperhatikan qaida-qaidah pena’wilan yang berlaku dalam disiplin ilmu tafsir yang telah disepakati oleh para ulama sebagaimana yang telah diwarisi oleh generasi sekarang ini. Pena’wilan itu sama sekali jauh dari nilai kebenaran dan amat lemah dihadapan prinsip-prinsip metodologi ilmiah bagi sebuah upaya pena’wilan sebuah teks. Sudah barang tentu pena’wilan yang dibuat itu tidak mendapatkan sokongan dan pembenaran dari para ulama di 14 Tugas Ulumul Hadits



bidangnya. Sehingga pada akhirnya ta’wilan itu hilang dengan sendirinya. Oleh karenanya mereka mencoba beralih pada bidang hadis yang memberi peluang yang cukup terbuka untuk menguatkan pendapat kelompoknya di hadapan pendapat kelompok musuhnya. Mulailah mereka membuat hadis palsu yang mereka sandarkan kepada Nabi Muhamad yang bermaterikan hujah palsu demi kepentingan kelompoknya. Di sinilah awal mula motivasi dan pendorong utama munculnya hadis palsu dan yang mendesak para ulama untuk menciptakan metode penelitian terhadap hadis nabi. Kegiatan para ulama itu pada akhirnya memunculkan satu istilah baru yang pada masa sekarang di kenal dengan ungkapan as sanad. o Rawi dan Pembahasannya Adapun Rawi maksudnya adalah orang yang memperoleh atau menerima hadis dengan cara yang sah dan kemudian menyampaikan atau meriwayatkan hadis itu kepada orang lain dengan cara atau metode yang sah pula. Metode menerima dan menyampaikan hadis itu dalam kajian para jumhur muhadisin biasa dikenal dengan istilah : Tahammulu wa ’Ada’ al Hadis. Ilmu ini menjelaskan tentang kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang perawi agar hadis yang diterimanya dan kemudian ketika dia harus meriwayatkan hadis itu memiliki derajat kesahihan di kalangan para ulama jumhur muhadisin. Rawi yang berada dalam generasi sahabat disebut sebagai rawi awal dan rawi yang menceritakan, menyampaikan dan menulis hadis dalam sebuah kitab hadis tertentu di sebut sebagai rawi akhir. Rawi akhir ini biasanya adalah orang atau ulama yang menuliskan semua hadis yang pernah diterimanya dalam sebuah kitab disertai penyebutan sanad-sanadnya. o Matan dan Pembahasannya Matan dari segi bahasa artinya membelah, mengeluarkan, dan mengikat. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud 15 Tugas Ulumul Hadits



dengan Matan adalah makna-makna ( ucapan, perbuatan dan keputusan) yang terkandung dalam hadis Nabi, atau sebagaimana pendapat ulama berikut ini matan adalah : ‫ما انتهى اليه السند من الكل م فهو نفس الحديث الذي ذكر النسناد له‬ (perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi SAW yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya) Dengan kata lain matan adalah susunan redaksi kata-kata yang menginformasikan tentang ucapan, kelakuan dan ketetapan serta sifat dari pribadi Nabi. Kadangkala apa yang dimaksud dengan matan tidak melulu berupa berita tentang nabi, acapkali ucapan seorang sahabat, bahkan preseden yang berasal dari tabi’inpun sering menghiasi kandungan matan hadis. Nampaknya sebagian ulama tidak merasa keberatan untuk memasukkan berita yang berasal dari sahabat dan tabi’in termasuk bagian yang inheren dari al hadis. o Mukharrij dan Pembahasannya Istilah lain yang erat kaitannya dengan materi al hadis adalah al Mukharij. Al Mukharij biasa diartikan sebagai orang yang mengumpulkan dan meriwayatkan serta menuliskan hadis-hadis yang di perolehnya dalam sebuah catatan-catatan tertentu atau di dalam buku yang diterbitkan oleh si mukharij tersebut. Penulisan hadis-hadis yang diriwayatkannya itu tentunya disertai adanya sejumlah nama yang menjadi jalur periwayatannya. Artinya hadis tersebut haruslah memuat nama-nama perawi yang menjadi sanad (Transmiter) antara dirinya dengan guru-guru yang meriwayatkan hadis padanya. Pengabaian ketentuan ini berakibat pada kurangnya perhatian para ulama terhadap kitab yang dikarangnya, dan dampak yang lebih lanjut kitab hadisnya tidak menjadi ajang kajian dan pegangan bagi umat islam dan ulama yang berniat mengkajinya. Imam Bukhary dan Imam Muslim merupakan dua contoh nama bagi ulama yang pantas disebut sebagai mukharrij. Hal ini didasarkan pada suatu kenyataan bahwa kedua ulama ini memiliki suatu kitab hadis 16 Tugas Ulumul Hadits



tersendiri hasil dari upaya dan kerja kerasnya di dalam meneliti dan mengkritisi hadis-hadis yang diriwayatkan oleh orang lain kepada kedua beliau tersebut. Masing-masing dari kedua imam ini memiliki proses periwayatan yang berbeda dan penggunaan nama atau sanad yang berbeda pula di dalam mendukung keabsahan hadis-hadis yang mereka riwayatkan. Pada akhirnya semua hadis yang mereka riwayatkan itu didokumentasikan dalam sebuah karya yang dalam catatan sejarah islam karya mereka termasuk karya yang monumental dan tiada yang dapat menandinginya sepanjang sejarah hingga kini. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Sanad adalah rangkaian nama perawi hadis yang sambung menyambung semenjak dari awal rawi (sahabat) sampai kepada akhir rawi (Mukharrij). Sanad dalam pengertian yang sederhana dapat diartikan dengan suatu jalan yang mengantarkan kita kepada matan hadis. Sementara itu dalam kajian ulumul hadis sanad-sanad yang ada itu memiliki derajat yang berbeda-beda, ada yang mencapai derajat tinggi dan ada pula yang mempunyai derajat rendah. Tinggi dan rendahnya derajat sanad sangat berpengaruh terhadap kualitas pengklasifikasian sebuah hadis. Tinggi rendahnya sanad sangat bergantung pada tingkat kekuatan hafalan (dhabith) sang perawi dan keadilan perawi dalam silsilah sanadnya. Bila sanadnya termasuk ashah al asanid, maka hadisnya bisa dijadikan sebagai hujjah ( hadis yang maqbul). Sebaliknya bila sanadnya termasuk adl’af al asanid, maka dengan sendirinya hadis yang diriwayatkan oleh jalur periwayatan tersebut tidak bisa dijadikan sebagai hujah ( hadis mardud ). Para muhadisin membagi tingkatan sanad menjadi tiga kelompok : 1. Ashah al asanid (sanad-sanad yang yang paling shahih) 2. Ahsan al asanid (sanad-sanad yang paling hasan) 3. Adl’af al asanid (sanad-sanad yang paling lemah) Berdasarkan kategori dan pengklasifikasian sanad tersebut, maka orang-orang yang termasuk dalam kategori ashah al asanid hadisnya bisa dipastikan untuk diterima menjadi hujjah agama. Sementara untuk perawi yang masuk dalam kategori ahsan al asanid, hadisnya bisa dijadikan 17 Tugas Ulumul Hadits



hujah meskipun ia tidak termasuk dalam kategori atau peringkat pertama. Adapun untuk kelompok yang ketiga, maka sebagian besar periwayatan mereka ditolak.Para ahli hadis sangat hati-hati dalam menerima suatu hadis kecuali apabila mengenal dari siapa mereka menerima setelah benar-benar dapat dipercaya. Pada umumnya riwayat dari golongan sahabat tidak disyaratkan apa-apa untuk diterima periwayatannya. Akan tetapi mereka pun sangat hati-hati dalam menerima hadis . Pada masa Abu bakar r.a. dan Umar r.a. periwayatan hadis diawasi secara hati-hati dan tidak akan diterima jika tidak disaksikan kebenarannya oleh seorang lain. Ali bin Abu Thalib tidak menerima hadis sebelum yang meriwayatkannya disumpah. Meminta seorang saksi kepada perawi, bukanlah merupakan keharusan dan hanya merupakan jalan untuk menguatkan hati dalam menerima yang berisikan itu. Jika dirasa tak perlu meminta saksi atau sumpah para perawi, mereka pun menerima periwayatannya. Adapun meminta seseorang saksi atau menyeluruh perawi untuk bersumpah untuk membenarkan riwayatnya, tidak dipandang sebagai suatu undang-undang umum diterima atau tidaknya periwayatan hadis. Yang diperlukan dalam menerima hadis adalah adanya kepercayaan penuh kepada perawi. Jika sewaktu-waktu ragu tentang riwayatnya, maka perlu didatangkan saksi/keterangan. Kedudukan sanad dalam hadis sangat penting, karena hadis yang diperoleh/ diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad suatu periwayatan hadis dapat diketahui mana yang dapat diterima atau ditolak dan mana hadis yang sahih atau tidak, untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk menetapkan hukumhukum Islam. Berikut ini akan dijelaskan secara skematis batang tubuh hadis agar memudahkan kita di dalam memahami apa yang dinamakan sanad, rawi dan Mukharrij tersebut. Pemuatan skema tidak dimaksudkan untuk menentukan kualitas hadis apakah ia bernilai sebagai hadis shahih ataukah hadis hasan ataupun hadis dlaif. Pembuatan skema sekali lagi



18 Tugas Ulumul Hadits



hanya ditujukan untuk hal-hal yang berkaitan dengan upaya memperjelas posisi as sanad, ar rawi dan al mukharrij



19 Tugas Ulumul Hadits



BAB IV HADITS DI TINJAU DARI KUALITASNYA HADITS SHAHIH KUALITASNYA A.



Hadits Shahih



HADITS HASAN HADITS DAIF



‫الحديث الصحيح وهو ما اتصل سنده بنقل العدل الضابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ و ل علة‬ Hadits Shahih adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh perawi yang adil, dhobit, tidak ada illat, dan tidak ada syadz. Kesimpulannya ada 5 syarat hadits Shahih







Sanad







Artinya :



langsung dari gurunya dan demikian



Bersambung Adil







Seorang perawi menerima hadits secara



Artinya :



terus sampai nyembung pada Rasulullah Kualitas dan komitmen dalam



Artinya :



pelaksanaan Ajaran Agama a. Memiliki Hafalan yang



Dlabit







kuat Artinya :



b. Memiliki Karya tulis Illat adalah : Cacat maksudnya tidak cacat yang tersembunyi seperti tidak tercantum nama perawi dalam sanad.



Ghoiru Illat







Cara



mengetahuinya



yaitu



dengan



mencari tahun lahir dan meninggalnya Artinya : Ghoiru Syadz







perawi.1 Syadz adalah Hadits yang diriwayatkan oleh



perawi



yang



makbul



yang



bertentangan dengan sanad yang lebih kuat atau perawinya lebih kuat



Macam – macam Hadits Shahih



 o



Shahih Lidzatih



1



Dalam hal ini lebih detailnya nanti kita perdalam dengan menggunakan Tarik ar-ruwat buku sejarah yang membahas tentang biografi para perawi hadis



20 Tugas Ulumul Hadits



Adalah hadits shahih yang sudah memenuhi persyaratan hadits shahih dari awal. Shahih Lighairih



o



Adalah hadits dhaif yang mengikat menjadi hadits shahih karena diperkuat oleh hadits shahih yang lain. B. Hadits Hasan Adalah hadits yang memenuhi persyaratan hadits shahih tetapi di riwayatkan oleh perawi yang kurang kedlabitannya.  Macam-macam hadits hasan  Hasan Lidzatihi Adalah hadits hasan yang sudah memenuhi hadits hasan dari awal.  Hasan Lighoirihi Adalah hadits dhaif yang meningkat kepada hadits hasan karena diperkuat oleh hadits yang shahih. C.



Hadits Dhoif ‫ما فقد شرطا من شروط الصحح و الحسنى‬ Hadits Dhoif adalah hadits yang kehilangan salah satu syarat hadits shahih / hasan.  Macam-macam hadits dhoif  Dhoif pada sanad ‫السند هو سلسلة الراوىالموصصله الىالمتن‬ Sanad adalah rangkaian nama-nama orang yang meriwayatkan hadits dari awal hingga matan.  Dhoif pada matan ‫امانتهى اليه سند من الكلم‬ Matan adalah ucapan yang berada pada ujung sanad Dhoif pada sanad yaitu disebabkan :



1.



Terputus sanad



21 Tugas Ulumul Hadits







Mursal



:



hadits yang terputus sanadnya diawal (generasi sahabat)







Muallaq



:



hadits yang terputus sanadnya diakhir (tabiut-tabi’in)







Munqoti



:



hadits yang terputus sanadnya ditengah satu orang (tabi’in besar atau kecil )







Mu’dlal



:



hadits yang terputus sanadnya ditengah dua orang







Mudallas



:



hadits yang terputus sanadnya karena perawi tidak menyebutkan nama gurunya.



2.



Cacat Perawi / Matan ada 10 macam yaitu : 



Maudlu



:



hadits yang dinisbahkan kepada rasul secara sengaja, berbohong, dan mengada-ada.







Matruk



:



yang diriwayatkan oleh orang yang tertuduh dusta.







Munqothi



:



yang diriwayatkan oleh orang yang banyak lalai, salah, fasik.







Mudraj



:



yang disisipi oleh ucapan perawi, yang seharusnya ucapan rasul







Mushohaf



:



yang didalamnya sudah trdapat perubahan kata karena ada kesalahan penempatan titik.







Muharraf



:



yang didalamnya terdapat perubahan kata karena salah penempatan huruf







Mudldharib :



yang didalamnya terdapat perubahan kata karena tertukar pada kata-kata yang berlawanan.







Maqlub



:



yang didalamnya terdapat kata yang tertukar yaitu kata yang didepan dibelakangkan begitu pula sebaliknya.







Muallal



:



yang didalamnya terdapat illat.



22 Tugas Ulumul Hadits







Syadz



:



hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang makbul bertentangan dengan sanad atau perawinya lebih kuat.



23 Tugas Ulumul Hadits



BAB V HADITS DI TINJAU DARI JUMLAH PERAWINYA o Mutawatir  Menurut Bahasa



‫ التتابع‬Artinya Beriringan  Menurut Istilah



‫مارواه عدد كثير تحيل العادة تواطئهم عن الكذ ب‬ Artinya : Hadits yang driwayatkan oleh banyak orang yang menurut adat tidak mungkin sepakat untuk berbohong.  Macam-macam hadits hasan  Mutawair lafdzi



‫ما تواتر لفظه و معنه‬ Artinya : Lafadnya diriwayatkan oleh para perawi persis seperti yang diucapkan Nabi Muhammad SAW.  Mutawatir Maknawi



‫ماتواتر معنه دون لفظه‬ Artinya : Hadits yang mutawatir maknanya bukan lafalnya.. B. Ahad Menurut Bahasa







‫ الواحد‬Artinya Tunggal  Menurut Istilah



‫مارواه واحد اوارثنان او رثلرثة لم يبلغدرجةالمتواتر‬ Artinya



:



Hadits yang diriwayatkan oleh satu perawi, atau dua, atau tiga yang belum mencapai derajat mutawatir



 Pembagian Hadits Ahad



24 Tugas Ulumul Hadits



Hadits Ahad



Hadits Masyhur



Hadits Ghorib



Hadits ‘Aziz



1.



Masyhur ( ‫) المشهور‬  Menurut Bahasa Yaitu terkenal  Menurut Istilah



‫مارواه رثلرثة فأكثرلم يبلغ درحجةالمتواتر‬ Artinya : Hadits yang diriwayatkan oleh tiga perawi atau lebih di setiap tingkatan dengan syarat belum mencapai derajat mutawatir. 2.



‘Aziz ( ‫)العزيز‬  Menurut Bahasa ‫ قصل و ندر‬Artinya sedikit dan jarang  Menurut Istilah



‫مالىيقل فى روايته من انتخل‬ Artinya : Hadits yang diriwatkan sedikitnya dua orang perawi di setiap tingkatan 3.



Ghorib ( ‫) الغريب‬  Menurut Bahasa Yaitu Aneh (Asing)  Menurut Istilah



‫مارواه واحد فىاحدى طبقات روايته‬ Artinya : Hadits yang diriwatkan satu orang dalam salah satu tingkatannya



25 Tugas Ulumul Hadits



DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Muhammad, dan Mudzakir, Muhammad, Ulumul Hadits, Bandung: CV Pustaka Setia, 2000 Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2010 Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1987 Suparta, Munzier, Ilmu Hadits, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003 Yuslem, Nawir, Ulumul Hadits, Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya, 200 Mudasir. Ilmu Hadis. Pustaka Setia. Bandung: 2005 Muhammad Ahmad & M. Mudzakir. Ilmu Hadis. Pustaka Setia. Bandung: 2000. Munzier Suprapta. Ilmu Hadis. Grafindo Persada. Jakarta: 200



26 Tugas Ulumul Hadits