Penggunaan Fungisida Dan Herbisida [PDF]

  • Author / Uploaded
  • DEA
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DEA PRISKA KUSUMA WARDHANI E2A 008 162 / R2 2008 TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN



PENGGUNAAN FUNGISIDA DAN HERBISIDA PADA KEBUN TEH Perkebunan teh merupakan salah satu aspek dari sektor pertanian yang menguntungkan di Indonesia. Teh merupakan produk alami yang langsung dikonsumsi oleh manusia. Dalam pengelolaan perkebunan teh secara umum penggunaan



bahan



kamia



adalah



mutlak.



Baik



pupuk



untuk



memicu



pertumbuhan tanaman, maupun pestisida untuk menekan serangan hama dan penyakit herbisida untuk menekan pertumbuhan gulma yang merugikan tanaman,



berbahankan



zat



kimia.



Praktek



pertanian



seperti



ini



dapat



menimbulkan pengaruh negatif bagi lingkungan maupun kesehatan manusia yang mengkonsumsinya. Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Sasarannya bermacammacam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Ada berbagai macam jenis pestisida. Berdasarkan Fungsi/sasaran penggunaannya, pestisida dibagi menjadi 6 jenis yaitu : Insektisida, Bakterisida, Rodentisida, Nematisida, Fungisida, Herbisida. Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi). Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemik local. Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dan non sistemik, pembagian ini erat hubungannya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad sasarannya. 1. Fungisida Nonsistemik Fungisida nonsistemik tidak dapat diserap dan ditranslokasikan didalam jaringan Tanaman. Fungisida nonsistemik hanya membentuk lapisan penghalang di permukaan tanaman (umumnya daun) tempat fungisida disemprotkan. Fungisida ini hanya berfungsi mencegah infeksi cendawan dengan cara menghambat perkecambahan spora atau miselia jamur yang menempel di permukaan tanaman. Karena itu, fungisida kontak berfungsi sebagai protektan dan hanya efektif bila digunakan sebelum tanaman terinfeksi oleh penyakit. Akibatnya, fungisida nonsistemik harus sering diaplikasikan agar tanaman secara terus-menerus terlindungi dari infeksi baru.



DEA PRISKA KUSUMA WARDHANI E2A 008 162 / R2 2008 TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN



2. Fungisida Sistemik Fungisida



sistemik



diabsorbsi



oleh



organ-organ



tanaman



dan



ditranslokasikan ke bagian tanaman lainya melalui pembuluh angkut maupun melalui jalur simplas (melalui dalam sel). Pada umumnya fungisida sistemik ditranslokasikan ke bagian atas (akropetal), yakni dari organ akar ke daun. Beberapa fungisida sistemik juga dapat bergerak ke bawah, yakni dari daun ke akar (basipetal). Kelebihan fungisida sistemik antara lain : 



Bahan aktif langsung menuju ke pusat infeksi didalam jaringan tanaman, sehingga mampu menghambat infeksi cendawan yang sudah menyerang di dalam jaringan tanaman.







Fungisida ini dengan cepat diserap oleh jaringan tanaman kemudian didistribusikan ke seluruh bagian tanaman sehingga bahan aktif dan residunya tidak terlalu tergantung pada coverage semprotan, selain itu bahan aktif juga tidak tercuci oleh hujan. Oleh karena itu, aplikasinya tidak perlu terlalu sering.



3. Fungisida Sistemik Lokal Fungisida sistemik local diabsorbsi oleh jaringan tanaman, tetapi tidak ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya. Bahan aktif hanya akan terserap ke sel-sel jaringan yang tidak terlalu dalam dan tidak sampai masuk hingga pembuluh angkut. Menurut mekanisme kerjanya, fungisida dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:  Multisite Inhibitor Multisite inhibitor adalah fungisida yang bekerja menghambat beberapa proses metabolisme cendawan. Sifatnya yang multisite inhibitor ini membuat fungisida tersebut tidak mudah menimbulkan resistensi cendawan. Fungisida yang bersifat multisite inhibitor (merusak di banyak proses metabolisme) ini umumnya berspektrum luas. Contoh bahan aktifnya adalah maneb, mankozeb, zineb, probineb, ziram, thiram.



DEA PRISKA KUSUMA WARDHANI E2A 008 162 / R2 2008 TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN 



Monosite Inhibitor



Monosite inhibitor disebut juga sebagai site specific, yaitu fungisida yang bekerja dengan menghambat salah satu proses metabolisme cendawan, misalnya hanya menghambat sintesis protein atau hanya menghambat respirasi. Sifatnya yang hanya bekerja di satu tempat ini (spectrum sempit) menyebabkan mudah timbulnya resistensi candawan. Contoh bahan aktifnya adalah metalaksil, oksadisil, dan benalaksil. Selain fungisida adapun jenis pestisida yang lain yaitu herbisida. Herbisida



adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman



pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll.. Penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma pertanian atau perkebunan dapat meningkatkan hasil pertanian; salah satu bahan aktif herbisida yang digunakan secara luas adalah paraquat. Senyawa ini berupa racun kontak yang sangat aktif pada bagian tanaman yang hijau. Paraquat tidak bekerja sistemik jadi tidak merusak perakaran, struktur tanah dan tidak mengganggu tanaman utama. Senyawa ini banyak digunakan di perkebunan seperti perkebunan teh, kopi, karet, kelapa sawit.. Sifat racun paraquat tidak spesifik dan absorbsi lambat yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan paru-paru (fibrosis), gangguan fungsi hati dan fungsi ginjal manusia yang terpapar. Pada



umumnya



herbisida



bekerja



dengan



mengganggu



proses



anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang "normal" dalam proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan



mengganggu



keseimbangan



produksi



bahan-bahan



kimia



yang



diperlukan tumbuhan. Contoh:  glifosat (dari Monsanto) mengganggu sintesis asam amino aromatik karena berkompetisi dengan fosfoenol piruvat  fosfinositrin mengganggu asimilasi nitrat dan amonium karena menjadi substrat dari enzim glutamin sintase.



DEA PRISKA KUSUMA WARDHANI E2A 008 162 / R2 2008 TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN



Adapun pengaruh penggunaan Fungisida dan herbisida pada lingkungan antara lain :  Herbisida Roundup Roundup mengancam keanekaragaman hayati. Salah satu produsen glifosat menyatakan bahwa glifosat adalah zat pemusnah ilalang yang sangat efektif, aman bagi pengguna, dan bebas dari bahaya terhadap lingkungan. Namun beberapa penelitian telah mengungkapkan bukti adanya efek beracun yang ditimbulkan dari zat tersebut bagi manusia, seperti halnya juga terhadap lingkungan, serta kerusakan lingkungan yang tidak langsung dalam sifat resistensi yang muncul dari beberapa jenis target ilalang. Selain itu, meskipun kadar racun glifosat lebih rendah dibanding paraquat, beberapa surfaktan (zat pencair) yang digunakan dalam persiapan penyemprotan sangat beracun. Roundup dapat menimbulkan gangguan kesehatan serius pada para pekerja yang menanganinya (iritasi pada kulit, rasa mual, serangan pada paru-paru), dan herbisida itu dalam jangka panjang meracuni makanan yang diproduksi. 



Fungisida



Dampak penggunaan pestisida terutama fungisida dapat meliputi dampaknya terhadap produk teh itu sendiri serta lingkungan. Kontaminasi pestisida dalam dosis tinggi akan menurunkan kualitas produk teh dan kualitas tanah, air dan berbagai komoditas disekitarnya, baik komoditas yang dikonsumsi setempat maupun komoditas eksport selain teh. Penggunaan pestisida berdampak terhadap produk teh dan lingkungannya. Selain itu, fungisida yang telah lama dipergunakan oleh perkebunan teh dapat mempengaruhi hubungan alamiah mangsa-pemangsa. Pada umumnya, kemampuan mentoleransi pestisida dan tingkat resurjensi tungau hama termasuk tungau jingga (mangsa), sangat tinggi. Jenis fungisida yang dipergunakan di perkebunan teh di daerah Jawa Tengah termasuk dalam kelompok tembaga oksida yang menyebabkan gangguan permeabilitas kutikula. Fungisida tembaga oksida bersifat akumulatif yang nantinya akan berdisosiasi dan menghasilkan ion kupri yang



DEA PRISKA KUSUMA WARDHANI E2A 008 162 / R2 2008 TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN



bebas. Ion bebas ini akan mengendapkan atau mendenaturasi protein. Referensi :



http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16_StatusKesehatanPetani.pdf/16_ StatusKesehatanPetani.pdf http://fantasticrab.wordpress.com/2009/09/11/efek-herbisida-roundupterhadap pertumbuhan-ilalang/2009