Pengolahan Polarimetrik Menggunakan Asf [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS BESAR RADARGRAMETRI PENGOLAHAN POLARIMETRIK MENGGUNAKAN SOFTWARE ASF (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Radargrametri)



Disusun oleh : Seruntiningrum



21110119120012



Dosen Pengampu: Dr. Yudo Prasetyo, S.T., M.T.



DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS DIPONEGORO Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang Semarang Telp. (024) 76480785, 76480788 e-mail: [email protected] 2022



BAB I TAHAPAN PELAKSANAAN Tahapan pelaksanaan pengolahan polarimetrik menggunakan software ASF adalah sebagai berikut: 1.



Buka POLSARPRO, lalu klik ENTER.



Gambar I-1 Tampilan POLSARPRO 2.



Setelah masuk ke halaman project dari POLSARPRO, selanjutnya klik ikon Alos/Palsar



Gambar I-2 Setting ALOS/PALSAR 3.



Pilih Data processing level 1.1  Quad-Pol seperti di bawah ini



Gambar I-3 Setting Quad-Pol



4.



Selanjutnya, buka ASF Map Ready pada POLSARPRO



Gambar I-4 Buka ASF MAP READY 5.



Klik run ASF MAP READY



Gambar I-5 Run MAP READY 6.



Selanjutnya, akan muncul kotak di bawah ini



Gambar I-6 Tampilan ASF



7.



Pada General, masukkan meta data citra ALOS dan centang sesuai Gambar I-8.



Gambar I-7 Input Citra



Gambar I-8 Select Processing Steps



8.



Pada Calibration, pilih sigma.



s Gambar I-9 Calibration 9.



Masukkan DEM SRTM pada Terrain Correction. DEM Jawa Barat diunduh melalui portal Indonesia Geospasial.



Gambar I-10 Insert DEM SRTM



10. Pada Geocode, pilih UTM.



Gambar I-11 Atur Geocode 11. Pada Polarimetry, pilih Entropy, Anisotropy, Alpha.



Gambar I-12 Algoritma Polarimetry



12. Export dengan format GeoTIFF.



Gambar I-13 Export 13. Setelah itu, klik Process All, lalu tunggu hingga proses selesai.



Gambar I-14 Proses Selesai



14. Buka ArcGIS, lalu masukkan hasil pengolahan.



Gambar I-15 Alpha



Gambar I-16 Anisotropy



Gambar I-17 Entropy 15. Potong citra hasil pengolahan dengan shp batas administrasi salah satu daerah di Jawa Barat. Dalam hal ini, penulis memilih Kecamatan Blanakan sebagai wilayah studi. 16. Setelah dilakukan pemotongan citra olahan entropi, anisotropi, dan alfa, kemudian lakukan simbolisasi sesuai dengan ketentuan, bahwa sudut alfa dari 0° – 40° merupakan surface scattering, nilai 40° – 60° adalah volume scattering, dan 60° – 90° termasuk multiple scattering. Sedangkan untuk entropi, nilai 0 – 0,5 termasuk low entropy, 0,5 – 0,9 termasuk medium entropy, dan 0,9 – 1 termasuk ke dalam high entropy. Nilai-nilai tersebut didasarkan pada diagram wishart bagian sudut alfa dan entropi. Untuk nilai anisotropi berkisar antara 0 – 1, dimana semakin tinggi nilai anisotropi, maka semakin menunjukkan daerah yang heterogen.



Gambar I-18 Hasil Alpha



Gambar I-19 Hasil Entropy



Gambar I-20 Hasil Anisotropy



BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN Algoritma yang digunakan penulis dalam pengolahan polarimetrik citra ALOS PALSAR adalah Entropy, Anisotropy, Alpha.



Berikut adalah hasil pengolahan polarimetrik entropi,



anisotropi, dan alfa. 1. Entropi Nilai entropi berkisar antara 0 – 1.



Gambar II-1 Layout Entropi Pada peta Gambar II-1 dapat dilihat bahwa untuk hasil dekomposisi polarimetrik di Kecamatan Blanakan, Subang menggunakan algoritma entropi bernilai 0,008497179 – 0,5 termasuk ke dalam entropi rendah yang ditunjukkan dengan warna biru, lalu nilai entropi 0,5 – 0,9 termasuk ke dalam entropi medium yang ditunjukkan dengan warna hijau. Sedangkan nilai entropi 0,9 – 0,924451232 termasuk ke dalam entropi tinggi, namun pada hasil klasifikasi tersebut, tidak didapatkan daerah yang termasuk ke dalam kategori nilai entropi tinggi.



2. Anisotropi Nilai anisotropi berkisar antara 0 – 1.



Gambar II-2 Layout Anisotropi Pada peta Gambar II-2 didapatkan bahwa nilai anisotropi di Kecamatan Blanakan, Subang yaitu terendah sebesar 0,0545023 dan tertinggi sebesar 0,995324. Dimana nilai anisotropi dari rendah ke tinggi ditunjukkan dengan warna hijau ke merah seperti pada legenda di layout peta. Nilai anisotropi rendah menunjukkan daerah yang homogen seperti hutan. Sedangkan daerah dengan anisotropi tinggi terdapat pada daerah yang heterogen seperti permukiman.



3. Alfa Nilai alfa berkisar antara 0 – 90.



Gambar II-3 Layout Alfa Peta Gambar II-3 menunjukkan hasil dekomposisi polarimetrik di Kecamatan Blanakan, Subang, berdasarkan nilai sudut alfa. Berdasarkan peta, didapatkan nilai sudut alfa 1,507821321° - 40° yaitu menunjukkan adanya surface scattering yang ditunjukkan dengan warna merah. Kemudian nilai sudut alfa 40,00000001° – 60° menunjukkan adanya volume scattering yang ditunjukkan dengan warna hijau, dan nilai 60,00000001° – 82,86431122° menunjukkan adanya multiple scattering yang ditunjukkan dengan warna biru.