12 0 557 KB
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
VI UJI KEKERASAN (HARDNESS TEST)
2.1
Sub Kompetensi Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul ini adalah sebagai berikut: 1) Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test) terhadap suatu material dengan metode Vickers. 2) Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test) terhadap suatu material dengan metode Brinell. 3) Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test) terhadap suatu material dengan metode Rockwell.
2.2
Uraian Materi Kekerasan (hardness) suatu bahan boleh jadi merupakan sifat mekanik yang paling penting, karena pengujian ini dapat digunakan untuk menguji homogenitas suatu material. Selain itu kekerasan dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik yang lain. Bahkan nilai kekuatan tarik yang dimiliki suatu material dapat dikonversi dari kekerasannya tabel 2.1. Beberapa sifat bahan yang berhubungan dengan kekerasan ditunjukkan pada gambar 2.1. Semakin keras suatu material, maka semakin tinggi kekuatan tariknya (tensile strength), semakin tinggi pula tingkat kegetasannya (brittleness) dan semakin rendah keuletannya (ductility). Sebaliknya, semakin lunak suatu material, semakin rendah pula tensile strength-nya, semakin turun kegetasannya dan semakin naik keuletannya. Atau dengan kata lain hardness suatu material berbanding lurus dengan strength dan brittleness serta berbanding terbalik dengan ductility. Strength Hardness
Brittleness Ductility
Gambar 2.1 Hubungan Hardness dengan sifat bahan yang lain. (Sumber : Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Bahan (Praktikum)
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
Tabel 2.1 Konversi Hardness ke Tensile Strength Vickers Hardness Tensile Brinell Hardness Strength(MPa) (BHN) (DPH)
Rockwell Hardness (HRB)
Rockwell Hardness (HRC)
285
86
90
320
95
100
56.2
350
105
110
62.3
385
114
120
66.7
415
124
130
71.2
450
133
140
75.0
480
143
150
78.7
510
152
160
81.7
545
162
170
85.0
575
171
180
87.1
610
181
190
89.5
640
190
200
91.5
675
199
210
93.5
705
209
220
95.0
740
219
230
96.7
770
228
240
98.1
800
238
250
99.5
820
242
255
23.1
850
252
265
24.8
880
261
275
26.4
900
266
280
27.1
930
276
290
28.5
950
280
295
29.2
995
295
310
31.0
1030
304
320
32.2
1060
314
330
33.3
1095
323
340
34.4
1125
333
350
35.5
1155
342
360
36.6
1190
352
370
37.7
1220
361
380
38.8
1255
371
390
39.8
Lanjutan tabel 2.1 Konversi Hardness ke Tensile Strength
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
(DPH)
Rockwell Hardness (HRB)
Rockwell Hardness (HRC)
380
400
40.8
1320
390
410
41.8
1350
399
420
42.7
1385
409
430
43.6
1420
418
440
44.5
1455
428
450
45.3
1485
437
460
46.1
1520
447
470
46.9
1555
456
480
47.7
1595
466
490
48.4
1630
475
500
49.1
1665
485
510
49.8
1700
494
520
50.5
1740
504
530
51.1
1775
513
540
51.7
1810
523
550
52.3
1845
532
560
53.0
1880
542
570
53.6
1920
551
580
54.1
1955
561
590
54.7
1995
570
600
55.2
2030
580
610
55.7
2070
589
620
56.3
2105
599
630
56.8
2145
608
640
57.3
Tensile Strength(MPa)
Brinell Hardness (BHN)
1290
Vickers Hardness
2180 618 650 57.8 (Applies for plain carbon and low-alloy steels and cast steel and to a limited extent for high-alloy and/or work hardened steel)
Istilah kekerasan (hardness) sebenarnya sangat sulit untuk didefinisikan secara tepat, karena setiap bidang ilmu memberikan definisinya sendiri-sendiri sesuai persepsi dan keperluan yang melatar belakangi. Meskipun demikian dalam tinjauan teknik (engineering) yang menyangkut logam, satu
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
definisi yang cukup mewakili menyatakan bahwa kekerasan adalah kemampuan suatu bahan untuk tahan terhadap indentasi/penetrasi atau abrasi. Pengujian hardness dilakukan dengan mesin uji hardness yang sketsanya sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.2 Ada beberapa metode pengujian kekerasan yang digunakan untuk menguji kekerasan logam, yaitu : 1) Metode Pengujian Kekerasan Brinell 2) Metode Pengujian Kekerasan Vickers 3) Metode Pengujian Kekerasan Rockwell 4) Metode Pengujian Kekerasan Rockwell Superficial 5) Metode Pengujian Kekerasan Knoop 6) Metode Pengujian Kekerasan Shore Scleroscope 7) Metode Pengujian Kekerasan Sonodur 8) Metode Pengujian Kekerasan Moh 9) Metode Pengujian Kekerasan File Dari kesembilan metode tersebut, hanya tiga saja yang akan dibahas, yaitu Brinell, Vickers dan Rockwell. 2.2.1 Metode Pengujian Kekerasan Brinell Brinell merupakan metode pengujian kekerasan yang paling tua, meskipun demikian masih banyak digunakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode pengujian kekerasan Brinell adalah sebagai berikut : 1) Spesimen harus memenuhi persyaratan : a) rata dan halus. b) ketebalan minimal 6 mm. c) dapat ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus horisontal. 2) Indentor yang digunakan adalah bola baja yang telah dikeraskan, namun untuk bahan yang sangat keras (sampai 650 BHN) digunakan bola dari karbida tungsten. Jarak antara titik pengujian minimal dua kali diameter tapak indentasi.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN PRAKTEK UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
D4 TEKNIK PERPIPAAN
LAB. UJI BAHAN PRAKTEK UJI BAHAN
Gambar 2.2 Sketsa Mesin Uji Hardness (Sumber : Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Bahan (Praktikum))
3) Pemakaian beban (P) dan diameter indentor (D) harus memenuhi syarat perbandingan : P/D2 = k Dimana k = 30 untuk baja k = 10 untuk tembaga dan paduannya k = 5 untuk aluminium dan paduannya. 4) Pada pelaksanaannya, pengujian kekerasan ini dilakukan dengan menekankan indentor pada permukaan spesimen selama 10 – 30 detik (gambar 2.3. a-c).
d1 d2 b. Saat indentasi a. Sebelum indentasi
c. Setelah indentasi d. Pengukuran diameter indentasi pada layar
Gambar 2.3 Metode Pengujian Kekerasan Brinell (Sumber : Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Bahan (Praktikum))
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
5) Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan BHN (Brinell Hardness Number) yang dihitung berdasarkan diameter indentasi dengan persamaan sebagai berikut : BHN = 2P/[(D){D – (D2 – d2)1/2}]...........................................................................( 2.1 ) Dimana :
P
= gaya tekan (kg)
D
= diameter bola indentor (mm)
d
= diameter indentasi ([d1+d2]/2) dalam mm
6) Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 150 BH 2,5/150 – 10 Dimana :
150
= nilai kekerasan
BH
= metode pengujian Brinell
2,5
= diameter indentor
150
= gaya pembebanan (kg)
10
= waktu pembebanan (detik)
7) Karena pengukuran dilakukan secara manual, maka memberi peluang untuk terjadinya kesalahan ukur. Kesalahan itu dimungkinkan terutama pada saat pemfokusan obyek pada layar, peletakan alat ukur pada obyek dan pembacaan pengukurannya. 2.2.2 Metode Pengujian Kekerasan Vickers Pada dasarnya metode pengujian kekerasan Vickers hampir sama dengan Brinell, hanya indentornya saja yang berbeda. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode pengujian kekerasan Vickers adalah sebagai berikut : 1)
Spesimen harus memenuhi persyaratan : a)
Rata dan halus (sangat sensitif terhadap kekasaran permukaan)
b)
Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus horizontal.
2) Indentor yang digunakan adalah intan yang berbentuk piramida beralas bujur sangkar dengan sudut puncak antara dua sisi yang berhadapan 1360 (gambar 2.4).
136 0
d1 d2 136
a. Indentor0piramida intan
b. Tapak indentasi
c. Pengukuran diagonal indentasi pada layar
Gambar 2.4 Metode Pengujian Hardness Vickers
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
(Sumber : Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Bahan (Praktikum))
3) Pada dasarnya semua beban bisa digunakan, kecuali untuk pelat yang tipis harus digunakan beban yang ringan sehingga tidak terjadi anvile effect. Anvile effect ini terjadi kalau spesimen uji hardness terlalu tipis, sementara beban pengujian cukup besar sehingga indentor seakan mengindetasi anvilenya. 4) Pada pelaksanaannya, pengujian kekerasan ini dilakukan denganmenekan indentor pada permukaan spesimen selama 10 – 30 detik. 5) Selain dengan HVN atau HV,nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan juga dengan satuan DPH (Vickers Diamond Pyramidal Hardness) yang dihitung berdasarkan panjang diagonal indentasi dengan persamaan sebagai berikut : DPH= [2P sin (/2)]/d2................................................................................................(2.2) Untuk = 1360 DPH= 1,854P/d2..........................................................................................................(2.3) Dimana P = gaya tekan (kg) d = diagonal indentasi (mm) = (d1+d2)/2 6) Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 150 DPH 150/10 Dimana : 150
= Nilai kekerasan
DPH = Metode pengujian Vickers 150
= Gaya pembebanan (kg)
10
= Waktu pembebanan (detik)
7) Sama dengan metode Brinell, karena pengukuran dilakukan dengan cara manual, maka memberi peluang untuk terjadinya kesalahan ukur. Kesalahan itu dimungkinkan terutama pada saat pemfokusan obyek pada layar, peletakan alat ukur pada obyek dan pembacaan pengukurannya. 2.2.3 Metode Pengujian Kekerasan Rockwell Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers yang masih menggunakan pengukuran manual, dengan metode Rockwell nilai kekerasan langsung dapat dibaca pada skala yang terdapat pada mesin. Dengan metode ini nilai kekerasan spesimen langsung dapat dibaca dari skala yang terdapat pada mesin. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode pengujian kekerasan Rockwell adalah sebagai berikut: 1) Spesimen harus memenuhi persyaratan : a) Rata dan halus.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
b) Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus horisontal. 2) Metode Rockwell mempunyai beberapa skala pengukuran, dimana pemakaiannya tergantung pada kombinasi jenis indentor dan beban utama yang digunakan. Ada tiga jenis indentor dengan tiga jenis beban utama, sehingga terdapat sembilan kombinasi sebagaimana ditunjukkan pada (gambar 2.5) Sedangkan jenis skala dan kombinasi jenis indentor dengan beban utama ditunjukkan pada (tabel 2.2). 1/8
1/16
DP
150 100 60
a. 3 jenis indentor
b. 3 jenis beban utama
150
150
150 100 60 DP
DP
100
100 DP
60
60 1/16
1/16
1/8
1/16
1/8
1/8
c. 9 kombinasi jenis indentor dengan jenis beban utama
Gambar 2.5. Jenis indentor dan jenis beban utama serta kombinasinya pada metode Rockwell (Sumber : Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Bahan (Praktikum)) Tabel 2.2 Jenis –jenis skala pada pengujian kekerasan Rockwell
Skala Rockwell
Indentor
Beban
Satuan
C D A G B F K E H
Kerucut Intan (DP) Kerucut Intan (DP) Kerucut Intan (DP) bola 1/16 “ bola 1/16 “ bola 1/16 “ bola 1/8“ bola 1/8“ bola 1/8“
(kg) 150 100 60 150 100 60 150 100 60
RC RD RA RG RB RF RK RE RH
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
3) Pada pelaksanaan metode ini, mula-mula spesimen diberi indentasi awal dengan beban minor 10 kg, setelah itu baru diberi beban utama (60 kg, 100 kg atau 150 kg) selama 10 – 30 detik. 4) Setelah spesimen dibebaskan dari kedua beban tersebut maka jarum skala akan menunjukkan berapa nilai kekerasan dari spesimen tersebut. 5) Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 73 Rc, dimana 73 nilai kekerasannya, sedangkan Rc adalah skala yang digunakan
150
150
150
150
DP
DP
DP
DP
b. Indentasi beban minor
c. Indentasi beban mayor
a. Sebelum indentasi
d. Setelah indentasi
Gambar 2.6 Metode pengujian Rockwell skala C (Sumber : Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Bahan (Praktikum))
6) Selain tergantung kombinasi jenis indentor dan jenis beban, maka pemakaian skala dalam Rockwell juga tergantung pada jenis material yang akan diuji. Sebagai contoh, Rockwell B untuk logam secara umum, Rockwell C untuk logam yang keras dan Rockwell A untuk logam yang sangat keras. Kesalahan pemakaian kombinasi indentor dan beban dengan jenis material yang diuji akan menyebabkan tidak akuratnya hasil pengujian. 2.3
Alat 1) Mesin uji kekerasan 2) Satu set indentor uji kekerasan 3) Hand grinding 4) Stopwatch 5) Obeng 6) Kertas gosok dengan grit 60 dan 120
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
7) Tissue 2.4
Bahan 1) Spesimen kekerasan aluminium 2) Spesimen kekerasan tembaga 3) Spesimen kekerasan baja (HSS)
2.5
Gambar Benda Kerja
(a)
(b)
(c)
Gambar 1.7 (a)Spesimen uji kekerasan brinell (b) Spesimen uji kekerasan vickers (c) Spesimen uji kekerasan rockwell C 2.6
Prosedur Keselamatan Sebelum praktikum pengujian bahan dilaksanakan, mahasiswa harus meyakikan dahulu telah melengkapi diri dengan APD (Alat Pelindung Diri) sebagai berikut: 1) Pakaian dan celana bengkel 2) Safety shoes
2.7
Langkah Kerja 1) Meratakan dan menghaluskan spesimen a)
Mengambil kertas gosok paling kasar (grid 60) yang telah digunting sesuai bentuk piringan hand grinder dan dipasang pada hand grinder.
b)
Menyalakan motor hand grinder, kemudian membuka katup sehingga air mengalir pada kertas gosok yang berputar pada hand grinder.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA c)
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
Mengambil spesimen, ditelungkupkan dengan sedikit tekanan di atas kertas gosok tersebut dan ditahan + 2 menit.
d)
Mengangkat spesimen dan mengamati permukaan yang digosok. Apabila masih ada goresan yang tidak searah dengan orientasi gosokan, digosok lagi sampai tidak ada lagi goresan yang tidak searah.
e)
Apabila goresan sudah searah, mematikan motor dan aliran air, kemudian mengganti kertas gosok dengan grid yang lebih halus yaitu 120 dan digosok lagi seperti langkah sebelumnya.
f)
Apabila proses grinding telah selesai, mematikan motor dan aliran air hand grinder serta mencuci spesimen dengan air dan dikeringkan dengan tissue.
2) Pengujian kekerasan dengan metode Vickers a) Mengatur handle pada posisi Vickers. b) Mengambil indentor untuk Vickers dan memasang indentor pada tempatnya dengan menggunakan obeng. c) Menekan pen beban sebesar 30 kg dan kemudian dicatat pada lembar kerja. d) Meletakkan spesimen pada anvile dan mengatur tepat pada titik penetrasi. e) Menggeser handle beban dengan tangan kanan pada posisi siap untuk penetrasi. f) Memutar handwheel dengan tangan kiri sehingga permukaan spesimen tepat menyentuh ujung indentor. g) Mengambil stopwatch dengan tangan kiri dan menyalakan ketika tangan kanan melepaskan handle beban. h) Setelah 15 detik, menarik handle beban dan mengunci pada tempatnya. i) Menyalakan lampu dan mengatur posisi spesimen serta fokus lensa sehingga bekas indentasi tampak pada layar. j) Mengukur diagonal indentasi pada posisi datar dan tegak serta menghitung rata-ratanya. Setelah itu mencatat pada lembar kerja. k)Mengulangi lagi untuk titik kedua dan ketiga. l) Apabila sudah selesai, melepas kembali indentor dan meletakkan pada tempatnya 3) Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell C a) Mengatur handle pada posisi Rockwell. b) Mengambil indentor untuk Rockwell C (kerucut intan (DP)), dan memasang indentor pada tempatnya dengan obeng. c) Menekan pen beban 150 kg, kemudian mencatat pada lembar kerja.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
d) Meletakkan spesimen pada anvile dan mengatur tepat pada titik penetrasi. e) Memutar handwheel sehingga permukaan spesimen menyentuh ujung indentor dan melanjutkan memutar handwheel untuk pembebanan minor hingga jarum kecil menunjuk angka 3. f) Mengatur skala Rockwell C pada mesin uji hardness sehingga jarum penunjuk tepat pada angka nol. g) Mengambil stopwatch dengan tangan kiri dan menyalakan ketika tangan kanan melepaskan handle beban. h) Setelah 15 detik, menarik handle beban dan mengunci pada tempatnya. i) Mencatat pada lembar kerja nilai kekerasan yang ditunjukkan jarum. j) Mengulangi lagi untuk titik kedua dan ketiga. k) Apabila sudah selesai, melepas kembali indentor dan meletakkan pada tempatnya. 4) Pengujian kekerasan dengan metode Brinell a) Mengatur handle pada posisi Brinell b) Mengambil indentor untuk Brinell yang ukuran diameternya 2,5 mm, mencatat diameternya pada lembar kerja. c) Memasang indentor pada tempatnya dengan menggunakan obeng. d) Menentukan pemakaian beban (P) dan diameter indentor (D) harus memenuhi syarat perbandingan. P/D2
= 10 (untuk tembaga), dengan D = 2.5 mm
P/(2,5)2
= 10
P/(6,25)
= 10
P
= 62,5 kg.
e) Menekan pen beban 62,5 kg f) Meletakkan spesimen pada anville dan mengatur tepat pada titik penetrasi. g) Menggeser handle beban dengan tangan kanan pada posisi siap untuk penetrasi. h) Memutar handwheel dengan tangan kiri sehingga permukaan spesimen tepat menyentuh ujung indentor. i) Mengambil stopwatch dengan tangan kiri dan menyalakan ketika tangan kanan melepaskan handlebeban. j) Setelah 15 detik, menarik handle beban dan mengunci pada tempatnya.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
k) Menyalakan lampu dan mengatur posisi spesimen serta fokus lensa sehingga bekas indentasitampak pada layar. l) Mengukur diameter indentasi pada posisi datar dan tegak serta menghitung rata-ratanya, mencatat pada lembar kerja. m)Mengulangi lagi untuk titik kedua dan ketiga. n) Apabila sudah selesai, melepas kembali indentor dan meletakkan pada tempatnya. 2.7
Hasil Pengujian dan Analisa
2.7.1 Metode Pengujian Kekerasan Brinell 1) Menentukan Nilai Kekerasan Nilai kekerasan dinyatakan dalam satuan BHN (Brinell Hardness Number) a) Pengujian Pertama Diketahui : d1
= 1,24 mm
d2
= 1,26 mm
d (rata-rata)
= (d1 +d2)/2 = (1,24 + 1,26)/2 = 1,25 mm
BHN
=
= = 142,47 BH b) Pengujian Kedua Diketahui : d1
= 1,22 mm
d2
= 1,24 mm
d (rata-rata)
= (d1 +d2)/2 = (0,940+ 0,910)/2 = 0,925 mm
BHN
= =
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
= 142.52 BH Rata - rata nilai kekerasan : (142,47+142,52)/2 = 142,495 BH 2,5/187,5 – 20 2) Penulisan Nilai Kekerasan Pengujian rata-rata 142,495 BH 2,5/187,5 – 20 Dimana : 142,495
= nilai kekerasan
BH
= metode pengujian Brinell
2,5
= diameter indentor
187,5
= gaya pembebanan (kg)
20
= waktu pembebanan (detik)
Nilai Brinell dapat dikonversikan ke nilai Vickers dengan metode extrapolasi dan interpolasi, dengan nilai kekerasan Brinell pada pengujian pertama 142.47 BHN dan pengujian kedua 142,52 BHN. 2.7.2 Metode Pengujian Kekerasan Vickers 1) Menentukan Pemakaian Beban Pada dasarnya semua beban dapat digunakan, kecuali pada pelat yang tipis, harus menggunakan beban yang ringan sehingga tidak terjadi anvile effect. Gaya tekan (P) yang digunakan adalah 20kg.
2) Menentukan Nilai Kekerasan Nilai kekerasan dinyatakan dengan satuan DPH (Vickers Diamond Piramidal Hardness). Pengujian Diketahui: d1
= 0,42 mm
d2
= 0,41 mm
d (rata-rata)
= (d1 + d2 )/2 = (0,42+ 0,41)/2 = 0,415 mm
DPH
= [ 2P sin (α / 2)] / d2, (untuk α = 136˚)
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
= [2 . 20 sin (136o/2)] / 0,4152 = 40 . 0.927/0,4152 = 218,12 DPH Rata - rata nilai kekerasan : (218,12)/1 = 218,12 DPH 20/20 Penulisan Nilai Kekerasan Pengujian 218,12 DPH 20/20 Dimana: 218,12
= nilai kekerasan
DPH
= metode pengujian vickers
20
= gaya pembebanan (kg)
20
= waktu pembebanan (detik)
2.7.3 Metode Pengujian Kekerasan Rockwell 1) Menentukan Pemakaian Beban Metode Rockwell mempunyai beberapa skala pengukuran tergantung pada kombinasi jenis Indentor dan beban utama yang dipakai. Dari metode vickersyang telah dilakukan didapat beban (P) sebesar 10 kg dengan indentor intan berbentuk piramida beralas bujur sangkar dengan sudut puncak antara 2 sisi yang berhadapan 136º. Kemudian dengan melihat tabel konversi Hardness ke Tensile Strength, dapat dihitung dengan cara interpolasi, dan didapatkan skala rockwell yaitu tipe RC. Sehingga dapat diketahui jenis indentornya yaitu Kerucut Intan dengan gaya pembebanan (P) 150 kg.
2) Menentukan Nilai Kekerasan Pengujian pada Base Metal a) Lokasi Uji 1 Nilai kekerasan = 88,2 Rc b) Lokasi Uji 2 Nilai kekerasan = 90,1 RC c) Lokasi Uji 3 Nilai kekerasan = 96,5 RC Rata – rata nilai kekerasan :
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
D4 TEKNIK PERPIPAAN
LAB. UJI BAHAN PRAKTEK UJI BAHAN
(88,2+ 90,1+ 96,5)/3 = 91,6 RC Untuk mengecek ketepatan metode Rockwell dan metode Brinell dapat dilakukan dengan cara mengkonversikan kedua nilai tersebut kedalam Vickers, yang dikalibrasi hanyalah untuk metode Vickers.Pengecekan nilai ini dilakukan dengan metode extrapolasi dan interpolasi. Analisa Pengujian Hasil konversi nilai kekerasan Brinell dengan Vickers Tabel 2.3 extrapolasi dan interpolasi Brinell dengan Vickers BRINELL PERTAMA (BH) 133 142,47 143
VICKERS (HV)
BRINELL PERTAMA (BH) 133 142,52 143
140 X 150
1) Lokasi uji pertama menggunakan intrapolasi 133 BH
140
DPH
142,47 BH
X
DPH
143 BH
150
DPH
=
= X = 140 + 9,47 X = 149,47 DPH 2) Lokasi uji kedua menggunakan intrapolasi 133 BH
140 DPH
142,52 BH
X DPH
143 BH
150 DPH =
VICKERS (HV) 133 X 150
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
= 9,52 = 150 – X X = 149,52 DPH Hasil konversi nilai kekerasan Rockwell C ke Vickers Tabel 2.4 Interpolasi Rockwell C dengan Vickers ROCKWELL
ROCKWELL
ROCKWELL
PERTAMA
VICKERS
KEDUA
VICKERS
KETIGA
VICKERS
(Rc) 57,3 57,8 89
(DPH) 640 650 X
(Rc) 57,3 57,8 92
(DPH) 640 650 X
(Rc) 57,3 57,8 91
(DPH) 640 650 X
1.
Lokasi uji pertama menggunakan extrapolasi 57,3 Rc
640 DPH
57,8 Rc
650 DPH
88,2 Rc
X DPH
= 0,015 = 0,015X – 9,,6 = 10 X = 1306,66 DPH 2.
Lokasi uji kedua menggunakan extrapolasi 57,3 Rc
640 DPH
57,8 Rc
650 DPH
90,1 Rc
X DPH =
0,014
=
0 ,014X – 8,96 = 10 X = 1354,28 DPH
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 3.
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
Lokasi uji ketiga menggunakan extrapolasi 57,3 Rc
640 DPH
57,8 Rc
650 DPH
96,5 Rc
X DPH =
0,0148 = 0,0148X – 9,47 X
= 10 = 1315,55 DPH
Tabel 1.5 Rata - Rata Nilai Kekerasan Vickers Metode
Brinell
Nilai Asli
Nilai Konversi
142,47 BH 142,52 BH
149,47DPH 149,52 DPH
Rata - Rata Nilai Konversi 148,896DPH
218,12 DPH Vickers Rata - Rata Nilai Konversi 162,152DPH
Rockwell
88,2 Rc
1306,66 DPH
90,1 Rc
1354,28 DPH
96,5 Rc
1315,55 DPH
Rata - Rata Nilai Konversi 1325,49 DPH 2.8
Kesimpulan 1) Brinell Hasil pengujian dengan metode brinell lebih mudah diamati karena bekas indentasinya cukup besar. Namun metode ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan metode vickers, sebab metode
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN
PRAKTEK UJI BAHAN
ini membutuhkan perhitungan terlebih dahulu untuk menentukan beban yang digunakan. Pengujian secara manual mengakibatkan penguji harus lebih teliti dalam membaca hasil pengamatan. 2) Rockwell Hasil pengujian metode rockwell merupakan pengujian yang paling mudah diamati, karena penguji cukup membaca skala pada mesin untuk mendapatkan nilai kekerasan. Tetapi jika terjadi kesalahan dalam mengkombinasikan beban dan indentor, maka hasil pengujian pun salah. 3) Vickers Pengujian dengan metode vickers sama mudahnya dengan metode brinell tetapi waktu yang dibutuhkan lebih cepat karena tidak ada penentuan beban terlebih dahulu. Bekas indentasi yang relatif kecil menuntut penguji lebih teliti dalam membaca hasil pengujian. 4) Dari data yang diperoleh rata-rata nilai kekerasan setelah dikonversikan dari hasil pengujian material aluminium dengan metode brinell sebesar 148,896 DPH, material aluminium dengan metode vickers sebesar 218,12 DPH dan material baja karbon (HSS) dengan metode Rockwell C sebesar 1325,49 DPH. Jadi, material yang mempunyai nilai kekerasan paling tinggi adalah material baja (HSS).
Daftar Pustaka
Budi Prasojo, ST, MT. 2012. Jobsheet Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, PPNS
Daniel, A. Brandt. 1985. Metallurgy Fundamental, The Goodheart –Willcox. Inc,USA
Dosen Metallurgi. 1986. Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI.ITS
M.M. Munir. 2000. Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan Kapal. PPNS
Suherman Wachid, Ir .1987. Diktat pengetahuan Bahan. Jurusan Teknik Mesin FTI. ITS
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB. UJI BAHAN PRAKTEK UJI BAHAN
D4 TEKNIK PERPIPAAN