Pengujian Ikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tabel Hasil Pengujian Ikan Jenis ikan Uji Eber Ikan kakap + (Positif) Ikan tenggiri + (Positif) Ikan tongkol Ikan tuna + (Positif)



Uji Postma + (Positif) + (Positif) + (Positif) + (Positif)



Uji Ies - (negative) + (Positif) - (negative) - (negative)



Pengamatan secara objektif dilakukan tiga pengujian diantaranya pengujian eber dengan memberikan larutan eber pada daging ikan yang dicampur didalam tabung reaksi. Perlakuan itu ditujukan untuk mengetahui apakah daging ikan tersebut mengandung NH3 atau tidak. Gas NH3 yang dihasilkan dengan pencampuran larutan eber menandakan bahwa ikan tersebut sudaah mulai busuk atau sudah mulainya pertumbuhan bakteri pembusuk. Ketika otot ikan mulai kaku hal tersebut disebabkan oleh karena hilangya adenosine tripospat akibat pembusukan autolisis. Pengkakuan otot ikan disebabkan penggabungan searah molekul-molekul myosin dan actin. Ikan yang masih segar memiliki penampilan yang menarik dan mendekati kondisi ikan baru mati. Ikan tampak cemerlang, mengkilap keperakan sesuai jenisnya. Permukaan tubuh tidak berlendir, atau berlendir tipis dengan lendir bening dan encer. Sisik tidak mudah lepas, mata ikan cembung, cerah dan putih jernih, tidak berdarah dengan pupil hitam. Ingsang masih tampak merah cerah dan tidak berlendir. Jika berlendir, lendir tersebut hanya sedikit, tipis, dan bening. Lendir yang dihasilkan ikan mengandung senyawa nitrogen yang sangat besar dan senyawa tersebut menyediakan makanan bagi mikro organisme pencemar ikan yang berasal dari lingkungan. Ikan masih lentur atau kaku dengan tekstur daging pejal, lentur, dan jika ditekan cepat pulih. Bau segar atau sedikit agak amis. Kondisi tersebut masih dapat dikenali dengan baik menandakan bahwa ikan masih dapat dikatagorikan sebagai ikan yang masih segar dan bermutu tinggi. Pengamatan diberikan jika adanya gelembung atau udara di dalam tabung yang diberikan reagen eber dapat dikatakan positif atau menunjukkan adanya perubahan mutu pada ikan serta dapat dikatakan bahwa ikan sudah mulai mengalami pembusukan. Reagen eber yaitu campuran yang terdiri dari HCL pekat, alkohol 90% dan ether dengan perbandingan 1:1:1. Dari keempat jenis ikan yang digunakan, dihasilkan bahwa keempat ikan tersebut memiliki hasil positif yang ditandai adanya gelembung atau udara di dalam tabung, akan berarti keempat ikan tersebut tidak baik untuk dikonsumsi.



Pengujian kedua yaitu menggunakan pengujian postma. Hasil pemeriksaan uji postma menunjukkan bahwa sampel ikan mulai terjadi pembusukkan dikarenakan adanya perubahan warna kertas lakmus merah menjadi warna biru pada cawan petri. Pada prinsipnya, daging yang sudah mulai membusuk akan mengeluarkan gas NH3. NH3 bebas akan mengikat reagen MgO dan menghasilkan NH3OH. Pada daging ikan yang segar tidak terbentuk hasil NH 3OH karena belum adanya NH3 yang bebas. Jika terjadinya perubahan warna kertas lakmus karena MgO merupakan ikatan kovalen rangkap yang sangat kuat sehingga walaupun terdapat unsur basa pada MgO tersebut, namun basa tersebut tidak lepas dari ikatan rangkapnya. Jika adanya NH3 maka ikatan tersebut akan terputus sehingga akan terbentuk basa lemah NH 3OH yang akan merubah warna kertas lakmus merah menjadi biru. Berdasarkan pengujian postma untuk keempat sampel yang dilakukan pengujian didapatkan hasil bahwa ikan kakap, ikan tenggiri, ikan tongkol dan ikan tuna memiliki hasil positif yaitu adanya perubahan warna kertas lakmus merah menjadi biru pada cawan petri yang digunakan namun warna biru yang dihasilkan tidak terlihat sempurna. Kemungkinan adanyan penanganan yang salah dalam jangka waktu yang singkat sehingga mengakibatkan ikan tersebut sudah mulai mengalami pembusukan. Pengujian ketiga yaitu menggunakan pengujian IES. Uji IES ini memiliki hasil pengujian H2S. Pengujian H2S ini pada dasarnya adalah uji untuk melihat H 2S yang dibebaskan oleh bakteri yang menginvasi ikan tersebut. H2S yang dilepaskan pada daging membusuk akan berikatan dengan Pb asetat menjadi Pb sulfit (PbSO3) dan menghasilkan bintik-bintik berwarna coklat pada kertas saring yang diteteskan Pb asetat tersebut. Hanya kelemahan uji ini, bila bakteri penghasil H2S tidak tumbuh maka uji ini tidak dapat dijadikan ukuran. Pembusukan dapat terjadi karena dibiarkan ditempat terbuka dalam waktu relative lama sehigga aktivitas bakteri pembusuk meningkat dan terjadi proses fermentasi oleh enzim-enzim yang membentuk asam sulfida dan ammonia. Berdasarkan pengujian IES untuk keempat sampel yang dilakukan pengujian didapatkan hasil bahwa ikan kakap, ikan tongkol dan ikan tuna memiliki hasil negative yaitu tidak adanya perubahan warna coklat pada kertas saring yang diteteskan Pb asetat sedangkan untuk ikan tenggiri memiliki hasil positif yaitu adanya warna coklat yang terbentuk pada kertas saring yang digunakan. Warna coklat yang terbentuk menandakan adanya pembentukan bakteri penghasil H2S. Bakteri ini akan mengganggu system pencernaan jika dikonsumsi.