Penjasorkes Bola Kasti [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR MEMUKUL BOLA DALAM PERMAINAN KASTI MELALUI METODE BERPASANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN 3 KECAMATAN KABILA BONE KABUPATEN BONE BOLANGO Mansur Zakaria Abstrak : Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti. Peningkatan keterampilan siswa memukul bola dalam permainan kasti dikatakan meningkat jika presentase rata-rata jumlah siswa yang sudah mampu melakukan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti dapat di tingkatkan minimal 75 %. Data diambil dengan menggunakan lembaran pengamatan kegiatan guru dan siswa, serta evaluasi terhadap materi yang diajarkan pada setiap siklus. Berdasarkan analisis data maka diketahui bahwa penggunaan metode berpasangan dapat meningkatkan keterampilan siswa memukul bola dengan tepat,dari observasi awal 63,08 % menjadi 69,83 % pada siklus satu. Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian adalah metode berpasangan mempunyai pengaruh positif terhadap keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti,pengaruh ini dapat dilihat peningkatan hasil penguasaan siswa dari observasi awal 63,08 %. Siklus I 69,83 %. Meningkat menjadi 76,18 % pada siklus II. Dalam melaksanakan tugas sebagai guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan hendaknya dapat memotivasi siswa agar lebih kreatif dan mengembangkan kemampuannya, khususnya permainan kasti. Kata kunci : Keterampilan dasar memukul bola, metode berpasangan Penyelenggaraan pendidikan jasmani olahraga kesehatan disekolah dasar (SD) bertujuan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik (siswa). Proses rangsangan itu dilakukan melalui pemanfaatan permainan olahraga sebagai medianya, seperti permainan bola. Permainan bola yang diselenggarakan disekolah secara umum dikelompokan kedalam dua kategori, yakni permainan bola besar dan bola kecil. Sedangkan ditingkat sekolah dasar (SD), permainan digolongkan kedalam permaianan tanpa bola dan dengan bola. Permainan tanpa bola ditujukan pada kelas rendah (kelas I, II, dan II) dan permainan dengan bola ditujukan pada kelas tinggi (kelas IV, V, dan VI).



Permainan kasti merupakan permainan dengan menggunakan bola dan tergolong kedalam permainan bola kecil. Permainan kasti ini pula merupakan salah satu meteri yang hanya dibelajarkan pada tingkat sekolah dasar pada kelas tinggi. Pembelajaran permainan kasti di sekolah dasar (SD) dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan jasmani dan tujuan pendidikan secara umum. Tugas utama dalam penyelenggaraan pengajaran pendidikan jasmani adalah membantu siswa untuk menjalani proses pertumbuhan, baik yang berkenaan dengan fisik maupun dalam aspek sikap dan pengetahuanya. Demikian halnya juga dalam membelajarkan permainan kasti disekolah dasar (SD), aspek psikomotor, afektif, dan kognitif itu merupakan sasaran utama yang harus dikembangkan. Ketiga aspek ini dikembagkan secara bersamaan (tidak terpisah-pisah). Aspek psikomotorik berorientasi pada kebugaran jasmani, gerak dasar (basic motor sklil) dan sebagainya. Dengan demikian pembelajaran permainan kasti disekolah dasar (SD) juga diarahkan pada gerak dasar permainan kasti itu sendiri, termasuk untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa, tetapi bukan berarti aspek kognitif dan efektif diabaikan hanya saja dalam penelitian yang dilakukan nanti, hanya akan dipusatkan pada hasil belajar segi psikomotorik. Gerak dasar dalam permainan kasti diantaranya adalah keterampilan dasar memukul bola. Gerak dasar ini merupakan bagian terpenting dalam permainan kasti, untuk dapat bermain kasti dengan baik, keterampilan dasar memukul bola perlu dikuasai. Seseorang pemain atau para pemain dalam satu tim yang mampu memukul bola dengan tepat, tidak menutup kemungkinan akan dapat memenangkan permainan. Keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti merupakan bagian terpenting untuk dapat bermain kasti dengan baik. Keterampilan dasar memukul bola perlu dikuasai seseorang pemain atau para pemain dalam satu tim. Baik dari teman ataupun dari pukulan pemain regu pemukul, memungkinkan ia dapat mematikan pemain regu pemukul tersebut. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan akan dapat memenangkan permainan. Memukul bola yang dilambungkan dan pukulan jauh kedepan dari berbagai arah dan jarak serta memukul bola lurus dan mendatar, menghadap kearah sasaran dan ayunkan kayu pemukul kedepan bola, pemukul tepat mengenai sehingga bola meluncur jauh



kedepan. Teknik gerakan bola dipukul dan dilambungkan dari samping dan depan. Bola yang digunakan adalah bola yang lunak/lembut agar tidak memantul terlalu jauh. Ketentuan lain sama dengan kegiatan pertama, setelah melakukan pukulan terhadap bola dengan baik dan benar maka pemain harus berlari menuju tiang hinggap pertama. Cara memegang tangkai kayu pemukul seperti sikap tangan saat berjabat tangan. Pukulan depan yang harus diutamakan karena mudah dilakukan, juga memberi kemungkinan jarak pukul lebih jauh. Masalalah yang sering ditemukan dalam permainan kasti diantaranya ketidak mampuan siswa dalam memukul bola dengan tepat, teknik dasar pukulan lurus, pukulan atas atau pukulan lambung dan pukulan samping. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sebaik mungkin agar siswa benar-benar mampu belajar dengan optimal. Dengan proses pembelajaran yang lebih terpusat pada siswa serta dengan keragaman strategi dan metode memungkinkan proses pembelajaran tersebut akan semakin berkesan bagi siswa. Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti Pada hakekatnya keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti merupakan bagian terpenting. Menurut Mulyaningsih (2010 : 58) keterampilan utama yang lain dalam permainan kasti adalah memukul bola. Hal ini penting untuk diperhatikan supaya kita nantinya dapat memukul bola yang diarahkan secara tepat. Latihan memukul bola dapat dilakukan secara mandiri. Pantulkan bola ketanah setinggi dada agar mudah untuk dipukul. Selanjutnya menurut Sukrisno (2007 : 2) setiap pemain berhak 1 kali memukul kecuali pemain terakhir berhak memukul 3 kali pukulan. Sesudah memukul, pemain harus meletakan alat pemukul didalam ruangan pemukul. Apabila alat itu berada diluar tempat yang telah ditentukan, pemain tersebut tidak mendapatkan nilai kecuali ia segera membetulkannya kembali. Menurut Sahudi (2004 : 3-4) cara memegang pemukul adalah Setiap pemain kasti bisa memukul bola sejauh-jauhnya. Oleh karena itu harus menguasai cara-cara memukul yang baik agar pukulan. Berlatih memegang pemukul kayu dan cara mengayun pemukul. Ada tiga cara yang baik memegang pemukul, yakni pegangan panjang, pegangan sedang (menengah) dan pegangan pendek. Menurut Sahudi (2004 : 4) pukulan dalam permainan kasti terdiri atas 4 macam yaitu:



1) Pukulan melambung jauh Pukulan ini dilakukan dengan cara tangan kanan yang memegang pemukul diserongkan 45



0



kebawah. Pukulan dilakukan dengan sikap rileks, agar ayunan



tangan kanan bisa bebas mencapai samping kiri atas. Dengan demikian hasil pukulan itu benar-benar melambung tinggi. Untuk bisa memukul dengan bagus harus berlatih secara teratur. 2) Pukulan mendatar Kaki kiri didepan, tangan kanan memegang pemukul posisi pemukul sejajar bahu. Pukulan ini menghasilkan gerak bola sangat cepat melesat kedepan. Dengan gerak bola yang sangat cepat, regu penjaga akan sukar menangkap bola yang dipukul. Jadi tujuan pukulan ini menyulitkan regu penjaga, sehingga sipemukul bisa berlari dengan cepat mencapai tiang bebas dan dapat kembali dengan mudah keruang bebas. 3) Pukulan menukik Pukulan macam ini dipakai untuk memukul bola dengan cepat, tetapi bila pukulan tidak tepat, maka bolanya pelan dan dekat. Jadi jenis pukulan ini harus benarbenar dikuasai, agar pukulan tidak meleset dan bola jauh didalam garis pukul. Jenis pukulan menukik sangat memudahkan larinya bola secara tak terduga-duga baik oleh pemukul maupun oleh penjaga. 4) Pukulan menyamping Posisi badan agak miring/menyamping. Kaki dibuka sejajar, Berat badan tertumpuk pada kaki belakang. Pada saat bola sampai, badan segera diputar kekanan sehingga bola akan jatuh disamping kiri lapangan. Pukulan ini sangat berguna untuk mengecoh penjaga. Metode Berpasangan Metode sebagai cara dalam meyajikan materi pelajaran. Pembelajaran merupakan proses interaksi yang melibatkan guru, siswa dan lingkungan serta sumber belajar lainnya untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi tersebut merupakan proses belajar.



Perkembangan mental siswa disekolah, antara lain, meliputi kemampuan untuk bekerja secara abstraksi menuju konseptual. Implikasinya pada pembelajaran, harus memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metode yang efektif dan efisien. Pembelajaran harus memperhatikan minat dan kemampuan siswa. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Berikut pengertian metode yang diperoleh dari beberapa sumber. Menurut Fahrudin (2009 : 3), metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya, Arikunto (2008 : 30) mengemukakan bahwa metode pembelajaran merupakan cara atau teknik yang digunakan dalam pembelajaran. Selanjutnya al-Syaibany (dalam Fahrudin, 2009 : 12), memberikan takrif metode jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar sebagai berikut: “metode mengajar bermakna segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian mata pelajaran yamg diajarkan, ciri-ciri perkembangan murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka. Selanjutnya menolong mereka memperoleh maklumat, pengetahuan, Kemampuan, kebiasan, sikap, minat dan nilai-nilai yang diinginkan”. Berdasarkan pengertian tentang metode yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa pada intinya, metode merupakan cara yang dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran



yang disusun secara terarah dan sistematis guna



mengimplementasikan rencana yang disusun dalam kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Merujuk pada konsepsi belajar, pembelajaran, dan metode diatas, maka belajar melempar bola dalam permainan kasti akan disajikan melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode berpasangan. Pembelajaran



melalui



metode



berpasangan



dalam



pelaksanaannya



pada



hakikatnya melibatkan dua orang dalam berkelompok atau biasa disebut dengan pembelajaran gotong royong, dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil



untuk membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Fatirul (2008 : 7) menjelaskan bahwa kelompok-kelompok kecil dimaksud bekerja melalui tugas hingga semua kelompok berhasil memahami dan menyelesaikan tugas tersebut. Dalam pembelajaran kelompok berpasangan, pada siswa diharapkan dapat bergotong royong, saling membantu, saling mendiskusi dan beragumentasi, untuk mengasah pengetahuan Kemampuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Lie, (2007 : 31) merumuskan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu: 1. Saling ketergantungan positif, 2. Tanggung jawab perseorangan 3. Tatap muka 4. Komunikasi antara anggota, dan 5. Evaluasi proses kelompok. Sehubungan dengan kelompok dalam pembelajaran, terdapat beberapa variasi jumlah tiap kelompok, yakni dimulai dari 2 sampai dengan 5 orang menurut kesukaan guru dan kepentingan tugas. Untuk kelompok yang berjumlah dua orang, disebut dengan kelompok berpasangan. Tentu saja, masing-masing kelompok berpasangan ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Lie (2007 : 56) menguraikan kelebihan dan kekurangan dari kelompok berpasangan, yakni sebagai berikut : kelebihannya : 1. Meningkatkan partisivasi 2. Cocok untuk tugas sederhana 3. Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok 4. Interaksi lebih mudah, dan 5. Lebih mudah dan cepat membentuknya. Kekurangannya : 1. Banyak kelompok yang akan melapor dan perlu dimonitor Lebih sedikit ide yang muncul, jika ada perselisihan maka tidak ada penengah.



Teknik Dasar Permainan Kasti Permaianan kasti merupakan permainan yang menyenangkan. Kita perlu menguasai teknik-teknik permainan agar dapat memainkan kasti dengan baik. Teknikteknik permainan kasti yang perlu dikuasai adalah melempar dan menagkap bola, memukul bola serta cara berlari. Latihan melempar dan menagkap bola dapat dilakukan secara berpasangan. Aturlah jarak lempar tangkap bola ketika berlatih. Pertama-tama lakukan latihan lempar tangkap bola dalam jarak dekat. Setelah cukup menguasai, lakukan dalam jarak yang agak jauh. Latihan dan melempar dan memukul bola juga dapat dilakukan secara berpasangan. Aturlah jarak melempar dan memukul bola ketika berlatih (Sukrisno, 2007 : 4). Menurut Sukrisno (2007 : 2-3) dalam peraturan permainan kasti jumlah pemain tiap regu dapat disesuaikan dengan keadaan di sekolah. a. Regu pemukul Setiap pemain berhak 1 kali memukul, kecuali pemain terakhir berhak memukul sebanyak tiga kali pukulan. Sesudah memukul, pemain harus meletakan alat pemukul didalam ruangan pemukul. Apabila alat itu berada diluar tempat yang telah ditentukan, pemain tersebut tidak dapat nilai, kecuali ia segera membetulkannya kembali. b. Regu penjaga. Regu penjaga bertugas: Mematikan lawan. Menangkap langsung bola yang dipukul. Membakar ruang bebas jika ruang bebas kosong. c. Pelambung Pelambung bertugas: Melambungkan bola secara wajar sesuai dengan permintaan pemukul. Jika bola dilambungkan tidak terpukul, sipelambung harus mengulanginya lagi.



Jika sampai 3 kali berturut-turut bola tidak terpukul, sipemukul dapat lari bebas ketiang pemberhentian 1. d. Pukulan benar Pukulan dinyatakan benar apabila bola yang dipukul melampaui garis pukul. Selain itu, saat dipukul bola tidak boleh mengenai tangan dan tidak boleh jatuh diruangan bebas. e. Penghitungan nilai Nilai permainan kasti dihitung menurut aturan berikut: Jika pemain memukul bola lalu berlari kepemberhentian I, II, III, dan ruang bebas secara bertahap; mendapat nilai 1. Jika pukulan benar dan dapat kembali keruang bebas tanpa berhenti pada tiangtiang pemberhentian; mendapat nilai 2. Regu penjaga mendapat nilai 1 apabila berhasil menangkap langsung bola yang dipukul. Pemenang adalah regu yang berhasil memukul mengumpulkan nilai terbanyak. f. Waktu permainan Permainan ini berlangsung 2 babak. Tiap babak berlangsung selama 30 menit. Tiap babak diselingi waktu istirahat 10 menit. g. Pergantian tempat Pergantian tempat antara regu pemukul dan penjaga terjadi jika: Salah seorang regu pemukul terkena lemparan. Boal ditangkap 3 kali berturut-turut oleh penjaga. Alat pemukul lepas saat memukul. Salah seorang regu pemukul memasuki ruang bebas melalui garis belakang. Salah seorang regu pemukul keluar dari ruang bebas atau keluar dari batas lapangan. Teknik Memukul Pada prinsipnya bahwa teknik memukul bola dalam permainan kasti sangat penting. Menurut Sutisna (2004 : 5) pukulan yang baik dapat dilakukan jika kita



memegang kayu pemukul dengan benar. Caranya antara lain tangan saat memukul bola tidak kaku. bagian pemukul yang rata dihadapkan kearah pukulan. Teknik memukul bola dalam permainan kasti yang harus dikuasai terdiri atas teknik pukulan lurus, teknik pukulan atas atau lambung, dan teknik pukulan samping. 1. Teknik pukulan lurus Posisi badan menghadap pelambung. Memegang pemukul harus kuat agar tidak terlepas dan posisi kaki agak terbuka. Sebelum memukul bola, minta pada pelambung agar bola datang lurus, mengarah kedada, dan tidak terlalu cepat. Untuk menghasilkan pukulan yang keras, ayunkan tangan diikuti gerakan badan. Posisi kaki disesuaikan dengan gerakan tangan, misalnya bila tangan kanan memukul maka posisi kaki kiri didepan. 2. Teknik pukulan atas atau lambung Posisi badan tegak dengan kedua kaki terbuka. Tangan yang memegang pemukul mengayun dari bawah keatas. Pandangan agak keatas kearah bola yang akan dipukul. Tangan menggenggam pemukul dengan baik. Posisi kaki sama dengan posisi kaki pada teknik pukulan lurus. 3. Teknik pukulan samping Pukulan ini agak berbeda karena posisi badan agak miring atau menyamping. Kedua kaki terbuka sama seperti pada pukulan atas. Misalnya, memukul dengan tangan kanan, posisi kaki kanan berada didepan. Kemudian, pukul sekuatnya dengan arah menyamping. HASIL Berdasarkan observasi yang dilakukan pada bulan November 2013 tentang kegiatan pembelajaran pada materi permainan kasti ditemukan beberapa kelemahan yang terjadi, anatara lain metode pembelajaran. Sebelumnya metode pembelajaran yang diterapkan guru mencerminkan kepasifan siswa dalam melakukan aktivitas gerak. Kegiatannya lebih banyak dilakukan secara individual yang hanya menggunakan media terbatas. Kondisi tersebut terpaksa siswa harus sabar menunggu giliran. Akibatnya lama kelamaan siswa merasa jenuh. Untuk menghindari kejenuhan ini, siswa melakukan aktivitas-aktivitas lain



yang tidak ada kaitannya dengan materi pembelajaran, seperti bercanda sesama teman didekatnya, duduk dan sebagainya. a.



Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti. Sebagai konsekwensi dari pelaksanaan pembelajaran yang kurang efektif,



maka setelah dilakukan evaluasi hasil belajar siswa dalam hal ini keterampilan dasar memukul bola dengan tepat dinyatakan rendah. Data yang akan dilampirkan dalam bentuk tabel dan diagram, adapun tabel dan diagram dibawah ini bertujuan untuk menjelaskan hasil evaluasi belajar dari observasi awal hingga siklus dua, tabel yang dimaksud adalah sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Observasi Awal, Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti Melalui Metode Berpasangan No



Indikator yang dinilai



1



Teknik pukulan lurus



2 3



Nilai Rata-rata Ketuntasan



Keterangan



60.70



Kurang



63,09



Kurang



Teknik pukulan samping



65,47



Cukup



Rata-rata



63,08



Kurang



Teknik pukulan atas atau melambung



Dari tabel diatas jelas bahwa keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti dikategorikan sedang / cukup, hal ini disebabkan oleh metode yang diterapkan guru mencerminkan kepasihan siswa dalam melakukan aktivitas gerak. Untuk itu lebih jelas memahami hasil



dari pada data observasi pada tabel diatas, maka berikut ini



penjelasannya melalui diagram berikut ini :



65.47% 66.00% 65.00%



63.09%



64.00% 63.00% 62.00%



60.70%



61.00% 60.00% 59.00% 58.00% Teknik Pukulan Lurus



Teknik Pukulan Atas / Lambung



Teknik Pukulan Samping



Gb. 1 : Diagram Observasi Awal Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam



Permainan



Kasti Berdasarkan tabel dan gambar diagram diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata keterampilan memukul bola dalam permainan kasti perlu diberi tindakan, alasan yang menarik karena rata-rata seluruh siswa dalam penguasaan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti rata-rata belum memenuhi standar indikator yang diharapkan. Berdasarkan alasan tersebut diatas tindakan yang akan diberikan kepada siswa yaitu melalui metode berpasangan dan sistematika prosedur pada saat pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran. Adapun capaian yang diperoleh pada observasi awal dijabarkan sebagai berikut : a. Teknik pukulan lurus rata-rata 60,70 % peningkatannya minimal sebesar 14,3 % dari indikator kinerja 75 % b. Teknik pukulan atas atau lambung 63,09 % peningkatannya minimal sebesar 11,91 % dari indikator kinerja 75 % c. Teknik pukulan samping 65,47 % peningkatannya minimal sebesar 9,53 % dari indikator kinerja 75 %. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada observasi awal maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan gerak dasar memukul bola dalam permainan kasti perlu ditindaki melalui metode berpasangan.



Berdasarkan hasil data pada pelaksanaan siklus satu jelas bahwa keterampilan dasr memukul bola dalam permainan kasti, masih perlu diberi tindakan, salah satu pemberian tindakan yang akan diberikan yaitu melalui cara pembelajaran metode berpasangan, untuk membuktikan motivasi belajar siswa dalam menemukan cara belajarnya dan membuat siswa lebih cepat dalam menguasai dan memiliki keterampilan gerak dasar memukul bola dalam permainan kasti. Adapun tindakan yang telah diberikan pada siklus pertama menghasilkan data sebagai berikut : Tabel 2. Hasil Siklus I, Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti Melalui Metode Berpasangan No 1 2 3



Indikator yang dinilai Teknik pukulan lurus Teknik pukulan atas atau melambung Teknik pukulan samping Rata-rata



Nilai Rata-rata Ketuntasan



Keterangan



66,18



Cukup



69,99



Cukup



73,33



cukup



69,83



Cukup



Dari tabel diatas jelas bahwa keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti rata-rata mereka dikategorikan cukup, hal ini disebabkan pada intinya bahwa keterampilan memukul bola dalam permainan kasti sulit dilakuka. Untuk itu lebih jelas memahami hasil dari pada data siklus satu pada tabel diatas, maka berikut ini penjelasannya melalui diagram berikut :



73.33% 74.00% 72.00%



69.99% 70.00%



68.00%



66.18%



66.00% 64.00% 62.00% Teknik Pukulan Lurus



Teknik Pukulan Atas / Lambung



Teknik Pukulan Samping



Gb. 2 : Diagram Siklus I Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti Melalui Metode Berpasangan. Dari tabel II dan diagram diatas nampak bahwa keterampilan dasar dalam permainan kasti masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat diperlihatkan pada indikator kinerja yang diharapkan. Dimana siswa diupayakan untuk dapat melakukan beberapa komponen dalam memukul bola. Akan tetapi belum seenuhnya siswa mampu melakukannya. Hal ini dapat diamati pada komponen indikator yang dinilai yaitu : (a) Teknik pukulan lurus rata-rata 66,18 %. (b) teknik pukulan atas atau lambung rata-rata 69,99 %. (c) teknik pukulan samping rata-rata 73,33 %. Berdasarkan perlakuan siklus ke dua dilapangan maka diperoleh hasil peningkatan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti. Adapun hasil perlakuan pada siklus ke dua disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 3. Hasil Siklus II, Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti Melalui Metode Berpasangan



No 1 2 3



Indikator yang dinilai Teknik pukulan lurus



Nilai Rata-rata Ketuntasan



Keterangan



72,37



Cukup



77,14



Baik



Teknik pukulan samping



79,04



Baik



Rata-rata



76,18



Baik



Teknik pukulan atas atau melambung



Dari tabel diatas jelas bahwa keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti rata-rata keterampilan mereka dikategorikan telah meningkat hingga melebihi standar indikator kinerja yang diharapkan lebih jelasnya untuk memenuhi hasil dari pada siklus dua pada tabel diatas, maka berikut ini penjelasanya melalui diagram sebagai berikut :



79.04% 80.00%



77.14%



78.00% 76.00% 74.00%



72.37%



72.00% 70.00% 68.00% Teknik Pukulan Lurus



Teknik Pukulan Atas / Samping



Teknik Pukulan Samping



Gb. 3 : Diagram Siklus II Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti Melalui Metode Berpasangan. Berdasarkan hasil yang tercantum pada tabel tiga dan diagram diatas jelas bahwa keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti rata-rata meningkat secara keseluruhan. Perolehan hasil peningkatan tersebut yaitu : (a) Teknik pukulan lurus ratarata 72,37 %. (b) Teknik pukulan atas atau Lambung rata-rata 77,14 %. (c) Teknik pukulan samping 79,04 % meningkat sebesar 76,18 % ini berarti bahwa siswa telah memiliki keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti sesuai diharapkan. Melihat keberhasilan peningkatan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan metode berpasangan dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar siswa atau salah satu upaya peningkatan keterampilan siswa dalam pembelajaran pendidkan jasmani olahraga dan kesehatan pada umumnya dan pada khususnya pada permainan kasti.



PEMBAHASAN Pada pembahasan ini akan dijelaskan proses pelaksanaan penelitian sehingga menghasilkan data yang diperoleh pada observasi awal hingga siklus kedua. Seperti yang telah dikemukakan diatas hasil observasi awal rata-rata penguasaan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti sebesar 63,08 % kemudian setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan metode berpasangan keterampilan gerak dasar siswa meningkat secara bertahap walaupun pengambilan siklus pertama hasilnya belum begitu memuaskan yaitu sebesar 69,83 % . Ini berarti bahwa peningkatan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti dari observasi awal hingga siklus satu sebesar 6,75 % . dengan kata lain hasil pada siklus pertama tersebut masih perlu untuk diberi tindakan pada siklus berikutnya. Lebih lanjut pada siklus berikutnya yaitu siklus kedua keterampilan dasar memukul bola dalam permaian kasti meningkat hingga 76,18% . Ini berarti bahwa metode pembelajaran yang digunakan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan keterampilan dasar memukul bola pada permainan kasti. Hal ini dibuktikan bahwa pada siklus ke dua ini siswa telah meningkatkan keterampilan dasar memukul bola pada permainan kasti hingga 13,1 %. Berdasarkan



penjelasan



diatas



bahwa



terjadi



peningkatan



gerak



dasar



keterampilan siswa dipengaruhi oleh penggunaan metode pembelajaran yang relevan dengan materi pembelajaran dimaksud yaitu metode berpasangan. Alasannya karena dengan metode berpasangan siswa lebih ditekankan pada unsur belajar yang lebih bernuansa kegembiraan. Khususnya pada beberapa metode pembelajaran yang lain dimana lebih menekankan



keaktifan guru, namun dalam penggunaan materi



pembelajaran tersebut tidak rata-rata keterlibatan lebih cenderung pada siswa, dengan demikian hasil belajar lebih menarik. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ratarata siswa pada umumnya telah memiliki keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti walaupun belum begitu sempurna bentuk gerakanya. Selanjutnya untuk memperbaiki dan membenahi hal-hal yang masih kurang dalam kegiatan pembelajaran yang dimaksud maka guru perlu upaya tambahan dalam meningkatkan hal yang dimasud. Upaya yang dimaksud yaitu kreativitas guru perlu ditambah agar pada pelaksanaan proses



pembelajaran selanjutnya guru telah memiliki ide-ide cadangan apabila metode yang akan digunakan belum begitu cocok digunakan siswa. Untuk lebih memudahkan dalam mengatahui peningkatan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti dimaksud, berikut ini adalah tabel proses meningkatnya keterampilan gerak dasar siswa yang disusun dalam bentuk selisih hasil peningkatan dari observasi awal hingga pada masing-masing pelaksanaan tindakan disetiap siklus. Dalam tabel yang dimaksud akan jelas grafik proses dari pada penggunaan metode pembelajaran dimaksud tentang proses yang telah dialaminya. Tabel 4. Perbedaan Hasil Peningkatan Data Awal, Siklus I dan II Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti Melalui Metode Berpasangan No 1 2 3



Observasi



Indikator yang dinilai



Siklus I



Siklus II



60,70



66,18



72,37



63,09



69,99



77,14



Teknik pukulan samping



65,47



73,33



79,04



Rata-rata



63,08



69,83



76,18



Awal



Teknik pukulan lurus Teknik



pukulan



atas



melambung



atau



80.00% 70.00%



72.37% 66.18% 60.70%



77.14% 69.99% 63.09%



79.04% 73.33% 65.47%



60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Teknik Pukulan Lurus



Teknik Pukulan Atas / Lambung



Teknik Pukulan Samping



Observasi Awal Siklus I Siklus II



Gb. 4 : Diagram Perbedaan Hasil Peningkatan Data Awal, Siklus I dan II Keterampilan Dasar Memukul Bola Dalam Permainan Kasti. Dari tabel dan diagram diatas jelas bahwa peningkatan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti melalui metode berpasangan melebihi indikator kinerja yang diharapkan, artinya bahwa pada masing-masing komponen keterampilan gerak dasar pada setiap siklus sangat jelas selisih peningkatannya. Dengan demikian maka hipotesis penelitian tindakan kelas yang menyatakan bahwa: “Melalui metode berpasangan maka keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti pada siswa kelas IV SDN 3 Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan” dan dapat diterima. KESIMPULAN Pelaksanaan PTK berlangsung sebanyak dua siklus menghasilkan simpulan sebagai berikut:



1) Jika metode berpasangan diterapkan dalam pembelajaran, maka dapat meningkatkan keterampilan dasar memukul bola dalam permainan kasti pada siswa kelas IV SDN 3 Kabila Bone. 2) Kegiatan pembelajaran melalui metode berpasangan setiap siklusnya mengalami peningkatan yang signifikan. 3) Keterampilan siswa dalam memukul bola dengan tepat setiap siklus meningkat. Peningkatan yang signifikan hingga pada ketercapaian indikator kinerja terjadi pada siklus II, yakni sebanyak 24 orang atau sebesar 85,71 % dengan daya serap klasikal sebesar 76,18 %, atau dengan kata lain, terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai pada kriteria keberhasilan, yakni sebesar 17 orang atau sebesar 60,71 %, sedangkan peningkatan daya serap klasikal sebesar 13,1 % dari observasi awal ke siklus II. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Depdiknas. 2001. Pedoman Pengajaran di Sekolah Dasar. Jakara: Depdiknas-Dirjen Dikdasmen. Fahrudin,



Mukhlis.



Hubungan Pendidikan



dan Metode



Pengajaran.



(online),



http:www.FahrudinMukhlis.web.id/2009/03/hubungan-pendidik-dan-metodepengajaran.html;(2009), diakses tanggal 25 Oktober 2013. Fatirul. 2008. Pembelajaran Melalui Metode Berpasangan. Jakarta : Rineka Cipta. Iskandar. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : GP Press Group Lie Anita. 2007. Cooveratipe Learning, Mempraktikan Kooverative Learning di Ruangan-ruangan Kelas. Jakarta : PT Grasindo. Mulyaningsih Farida, dkk. 2010. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Untuk Kelas IV SD / MI. Jawa Tengah : PT. Intan Pariwara. Sahudi Rochman, dkk. Pendidikan Jasmani Untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta : Erlangga. Sukrisno, dkk. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Untuk Kelas IV SD. Semarang: Erlangga.



Sutisna A, dkk. 2004. Pendidikan Jasmnai Media Berolahraga dan Berprestasi. Bogor : Yudhistira