Penuntun Praktikum Kimia Fisika I [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I



OLEH:



TIM KIMIA FISIKA



LABORATORIUM KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM



UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2018



KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM



Umumnya



dilaboratorium



mengandung



kemungkinan



terjadinya



kecelakaan atau bahaya besar sekali bila tidak hati-hati. Demi keselamatan kerja perlu diketahui bahaya yang mungkin terjadi bagaimana mencegahnya dan bila terjadi bagaimana mengatasinya. Bahaya utama dan sering terjadi dilaboratorium dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) bahan kimia, (2) gas, (3) asam dan basa, (4) listrik dan (5) api.



1.



Bahan Kimia Kebanyakan bahan kimia yang dipakai di laboratorium adalah bahan kimia



yang berbahaya. Ditinjau dari satu sisi lainnya beberapa bahan kimia lebih berbahaya lagi. Dua halyang perlu diperhatikan untuk keselamatan kerja yaitu: a.



Anggap semua bahan kimia berbahaya kecuali benar-benar yakin bahwa bahan tersebut tidak berbahaya, dan



b.



Bekerjalah dengan jumlah yang sedikit mungkin. Sebaliknya jangan mengangap bahan kimia yang umum atau biasa digunakan merupakan bahan yang tidak berbahaya. Bahan kimia yang berbahaya umumnya termasuk ke golongan berikut: (1) bahan kimia korosif (corrosive), (2) bahan kimia racun (Toxic (3) bahan kimia yang menyebabkan iritasi (irritant), (4) bahan kimia mudah terbakar (flammable) dan (5) bahan kimia yang dapat meledak (explosive).



1.1. Bahan Kimia Korosif Sebagai bahan kimia yang dapat menyebabkan kerusakan atau luka bakar pada kulit dan jaringan tubuh lainnya. Asam yang umum (H2SO4, HCl dan HNO3) dan basa yang umum (NaOH dan Ca(OH)2) merupakan bahan kimia yang dapat menyebabkan luka bakar. Usaha melindungi terhadap luka bakar ini adalah perhatian yang besar dalam menangani bahan kimia korosif dan menggunakan pakaian pelindung, sarung



2 Universitas Sriwijaya



tangan serta kacamata pelindung (goggles). Bila luka bakar terjadi, perawatan terbaik yaitu segera encerkan dengan air mengalir sehingga memungkinkan asam atau basa yang terserap lebih dalam secara berangsur-angsur tercuci bersih.



1.2. Bahan Kimia Racun Bahan kimia racun yang paling banyak digunakan adalah pelarut. Bahan inidapat masuk kedalam tubuh dengan berbagai cara misalnya tertelan, terhisap atau karena kontak dengan kulit. Suatu petunjuk yang berguna tentang senyawa racun adalah nilai batas ambang, yang menggambarkan suatu keadaan yaitu dibawah batas ambang tersebut hampir semua orang yang berhubungan secara berulang-ulang dengan senyawa racun tidak menimbulkan efek yang merugikan. Nilai batas ambang disebut juga konsentrasi maksimum yang diperbolehkan. Biasanya ditetapkan aman untuk dipakai selama delapan jam perhari selama lima hari perminggu. Untuk gas beracun, konsentrasi ini dinyatakan dalam ppm atau mg/m3. Berbagai bahan kimia racun anatara lain benzena (TLV 25 ppm), CN (TLV 10ppm), air raksa (TLV 0,1 mg/m3) dan NO2 (TLV 5 ppm).



1.3. Bahan Kimia yang Menyebabkan Iritasi Sebagai bahan kimia mempunyai pengaruh yang sangat menggangu pada jaringan tubuh (iritasi) berbeda dengan bahan kimia korosif ataupun beracun, sebagai contoh timbulnya rasa sangat panas yang terus menerus. Bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi antara lain asam kuat, basa benzena, senyawa nitro, senyawa kromium dan formaldehida. Pencegahan terhadap bahan kimia ini adalah untuk menghindari kontak langsung bahan kimia misalnya dengan menggunakan sarung tangan dan sebagainya.



1.4. Bahan Kimia yang Mudah Terbakar Bahaya yang ditimbulkan dari bahan yang mudah erbakar akan dibicarakan dalam sub bab api. Bahan kimia yang mudah terbakar (flammable) umumnya mempunyai titik nyala api diantara 22oC-66oC seperti minyak tanah dan bensin



3 Universitas Sriwijaya



sedangkan bahan kimia yang sangat mudah terbakar (highly flammable) mempunyai titik nyala dibawah 22o+C seperti aseton, eter dsb.



1.5. Bahan Kimia yang Dapat Meledak Beberapa bahan kimia yang dapat meledak bila bercampur dengan udara, meskipun tidak terdapat udara sebagian bahan kimia lainnya dapat terurai dan biasanya disertai ledakan ketika dipanaskan atau dicampur dengan bahan lain. Perlu perhatian khusus bila menggunakan bahan kimia seperti H2O2, asam perklorat dan eter. Biasanya didalam laboratorium konsentrasi yang setara dengan 25% dari batas terendah ledakan (lower explosive limit) tidak boleh dilampaui. Nilai batas rendah ledakan biasanya dinyatakan dalam persen volume di udara.



2.



Gas Beberapa macamgas terdapat dilaboratorium, baik berapa gas yang



diperlukan untuk pembakaran maupun gas yang berasal dari bahan kimia yang menguap atau gas beracun. Gas apapun bila konsentrasinya meningkat diudara akan sangat berbahaya apabila gas beracun. Untuk itu ventilasi di laboratorium harus cukup dan tersedia lemari asam/asap lengkap dengan exhanst fannya. Pada sub bab sebelumnya telah dikemukakan nilai TLV untuk benzena adalah 25 ppm. Sebagai gambaran tentag konsentrasi perlu diingat bahwa 10 ml benzena yang menguap dalam ruangan terttutup 5m x 5m x 3m mempunyai konsentrasi 40 ppm. Konsentrasi ini lebih besar dari nilai TLV, jadi berbahaya bagi kesehatan. Ketentuan yang baik bila bekerja dengan benzena adalah bila sudah tercium bau benzena maka ini berbahaya. Gas beracun tidak selalu bisa diketahui dari baunya misal CO2, HF, dsb. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemakaian gas tekan. Banyak tabung gas yang keliahatannya sama tapi isinya berbeda, label nama gas merupakan satusatunya petunjuk untuk menyatakan isi tabung. Label ini menyatakan sifat-sifat berbahya dari gas dan juga memperingatkan bahwa tabung beserta peralatannya harus digunakan sesuai



dengan petunjuk keselamatan kerja. Peralatan



4 Universitas Sriwijaya



laboratorium yang dihubungkan dengan tabung gas harus menggunakan pengaturan tekanan dan kebocoran harus selalu diperiksa. Asetilina merupakan gas yang dapat menimbulkan kebakaran. Campuran asetilina dan oksigen pada nisbah dapat menimbulkan ledakan yang keras. Logam asetilina seperti tembaga asetilida dan perak asetilida dapat menimbulkanledakan yang berbahaya oleh karena itu jangan menggunakan pipa atau klep yang terbuat dari tembaga atau perak pada gas asetilena. Gas oksigen tidak terbakar tapi akan menyebabkan bahan yang mudah terbakar menyala. Bila dicampur dengan bahan bakar akan terbakar dengan mudah dan pada nisbah tertentu akan terjadi ledakan. Bahan yang tidak terbakar oleh udara dapat terbakar dengan mudah oleh oksigen. Udara yang kaya akan oksigen dapat menimbulkan bahaya kebakaran yang dasyat.



3.



Asam dan Basa Seperti telah dikemukan sebelumnya, asam dan basa kuat termasuk ke dalam



bahan kimia korosif dan juga termasuk bahan kimia yang menyebabkan iritasi. Asam lainnya seperli hidrogen sianida, HH dan H2S termasuk bahan kimia yang dapat meledak. Kecelakaan yang sering timbul misalnya dalam mengencerkan H2SO4 pekat selalu asam sulfat yang ditambahkan ke dalam air dan bukan sebaliknya dan melarutkan NaOH padat. Kedua reaksi ini merupakan reaksi eksoterm.



4.



Listrik Banyak kecelakan dilaboratorium disebakan oleh peralatan listrik sebagai



akibat dari pemasangan instalasi listrik yang salah. Adanya kabel listrik yang rusak atau penggunaan steker, sakelar dan adaptor yang tidak tepat. Dalam menangani peralatan listrik yang menggunakan tegangan diatas 32 V AC atau 110 V DC akan timbul resiko dari getaran listrik. Bahaya listrik ini terjadi karena salah satu kawat dari sumber listrik dihubungkan dengan bumi atau ke tanah untuk memperkecil bahaya dari setiap peralatan laboratorium yang terbuat dari logam, sebaiknya kabel yang berwarna hijau dari steker 3-pin dihubungkan ke bumi.



5 Universitas Sriwijaya



5.



Api Pada dasarnya api merupakan hasil dari ketiga faktor yang diperlukan utnuk



pembakaran yaitu bahan bakar, kalor dan oksigen.kebakaran atau api tidak akan terjadi jika salah satu dari keiga faktor tersebut tidak ada. Bahan bakar tidak dapat terbentuk padat, cair atau gas oksigen terdapat diudara dankalor atau panas bervariasi tergantung pada bahan bakar.



6 Universitas Sriwijaya



TATA TERTIB PRAKTIKUM KIMIA FISIKA



Kehadiran 1.



Praktikan wajib datang tepat waktu.



2.



Jika berhalangan praktikum karena sakit atau sebab lain, hal tersebut harus diberitahukan kepada pemimpin praktikum dengan membawa surat keterangan.



3.



Jika praktikan tidak hadir selama 2 kali praktikum secara berturut-turut tanpa ada alasan sah dianggap mengundurkan diri dan tidak lulus mata kuliah praktikum kimia fisika II



Keamanan dan Kebersihan 1.



Praktikum diwajibkan menggunakan jas laboratorium dari bahan katun selam praktikum.



2.



Praktikan yang berambut panjang diwajibkan mengikat rambutnya.



3.



Praktikan tidak diperkenankan merokok, menggunakan sandal dan topi dalam laboratorum.



4.



Praktikan harus menjaga kebersihan laboratorium.



5.



Berhematlah dengan zat kimia dan air (aquades) sisa pelarut organik harus dikumpulkan dalam botol yang disediakan.



6.



Sampah kertas dan benda keras harus dibuang kedalam tempat sampah yang disediakan.



7.



Alat-alat dengan glaass joint (kran buret, tutup erlenmeyer dsb) sebaiknya ditinggalkan dalam keadaan terlepas.



Tugas Pendahuluan 1.



Praktikan harus menyediakan buku catatan praktikum (jurnal praktikum).



2.



Praktikan harus membuat tugas sebelum praktikum, yaitu membuat diagram alir ari percobaan yang akan dilakukan dalam jurnala.



3.



Praktikum dan menjawab pertanyaan dalam tugas pendahuluan. Tugas pendahuluan diserahkan kepada asisten yang bertugas sebelum praktium dimulai.



7 Universitas Sriwijaya



4.



Praktikan yang tidak membuat tugas pendahuluan, tidak diperkenankan melakukan praktikum.



Pelaksanaan Praktikum 1.



Sebelum praktikum, diadakan tes pendahuluan (responsi) ± 15 menit secara tertulis tentang praktikum, jika hasil tes kurang 50 praktikan tidak diperbolehkan praktium.



2.



Jika menggunkan peralatan yang rumit, asisten akan menerangkan prinsip kerja alat.



3.



Bila praktikan kurang mengetahui cara penggunaan alat tertentu, harap bertanya asisten yang bertugas.



Pengamatan Praktikum 1.



Semua pengamatan harus dicatat dalam buku catatan praktimu dan salinannya pada kertas pengamatan (rangkap 2). Pada kertas pengamatan harus dicantumkan: nama dan nomor percobaan, tanggal, nama dan paraf asiten yang bertugas.



2.



Kertas pengamatan 1 diserahkan kepada asisten yang bersangkutan. Kertas pengantar II dilampirkan dalam laporan praktikum.



8 Universitas Sriwijaya



PERCOBAAN I LAJU INVERSI GULA



I.



TUJUAN PERCOBAAN



Menentukan tetapan laju reaksi orde pertama dan mempelajari katalis oleh ion H+.



II.



LATAR BELAKANG Dalam reaksi kimia terjadi pengurungan konsentrasi pereaksi dan



penambahan konsentrasi produk. Laju reaksi dapat didefenisikan sebagai laju pengurangan konsentrasi zatzat pereaksi atau laju penambahan konsentrasi produk. Ungkapan laju reaksi bagi reaksi; A + B



Produk. Secara umum



dinyatakan sebagai:



dengan: [A] = Konsentrasi A (mol/L) [B] = Konsentrasi B (mol/L) x = Orde reaksi terhadap A y = Orde reaksi terhadap B k = Tetapan laju reaksi Salah satu alternatif untuk menentukan konsentrasi pereaksi secara fisis adalah mengukur tekanan pemutar bidang polarisasi cahayanya. Sukrosa sebagai zat optis aktif memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan, akan tetapi jika larutan dalam air pemutaran ke kanan akan mengecil dan akhirnya sedikit memutar ke kiri. Proses ini dikenal dengan istilah “inversi”, sukrosa yang kejadiannya tidak lain hidrolisa sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Wilhelmy (1950) menemukan bahwa reaksi hidrolisa orde satu terhadap sukrosa. Dalam suasana netral reaksi berjalan cukup lama, akan tetapi reaksi dapat dipercepat dalam suasana asam. Inversi sukrosa menaati hukum laju reaksi sebagai berikut:



9 Universitas Sriwijaya



Karena selama reaksi berlangsung konsentrasi H+ dan konsentrasi air tetap, maka orde reaksi menjadi orde pertama semu. Perhitungan tetapan laju reaksi dari proses inversi sukrosa dapat dinyatakan melalui persamaan:



Dengan: αo



= Sudut pemutaran bidang polarisasi pada awal reaksi



αt



= Sudut pemutaran bidang polarisasi pada waktu t



α~



= Sudut pemutaran bidang polarisasi pada awal ~



t



= Waktu reaksi



10 Universitas Sriwijaya



III.



ALAT DAN BAHAN ALAT : 



Polarisasi lengkap dengan lampu Natrium







Stopwatch







Labu erlenmeyer







Gelas ukur







Pipet volume



BAHAN :



IV.







Sukrosa p.a







Asam Klorida



PROSEDUR PERCOBAAN 1. Bersihkan tabung polarisasi dengan air suling. Kemudian isi tabung dengan air suling sampai penuh dan ukur sudut pemutaran bidangan polarisasinya. Anggap sudut pemutaran bidang polarisasi air sebagai acuan (skala nol) bagi penelitian sudut pemutaran bidang polarimeter sukrosa. 2. Larutkan 20 gram gula kedalam labu erlenmeyer. 3. Tes apakah stopwatch berfungsi sebagaimana mestinya. 4. Tambahkan kedalam larutan gula 25 ml larutan asam yang digunakan. Jalankan stopwacth saat itu juga dan aduk sampai merata. 5. Cepat bilas tabung polarimeter dengan larutan diatas dan kemudian isi sampai penuh saat-saat waktu pengamatan: Periode



Saat-saat Pengukuran



(menit)



Dilakukan pengukuran tiap 5



1 s.d 30



menit



30 s.d 60



Tiap-tiap 8 menit berikutnya Tiap-tiap 15 menit



60 s.d 120



berikutnya



11 Universitas Sriwijaya



Sesudah 120 menit panaskan larutan dalam labu erlenmeyer selama 20 menit dalam penangas air. Dinginkan kembali larutan dan ukur sudut putar polarimeternya. Pengukuran ini dicatat sebagai α.



Tugas: 1. Alur:



2. Tentukan tetapan laju K



12 Universitas Sriwijaya



V.



TUGAS PENDAHULUAN:



1.



Turunkan persamaan laju reaksi orde pertama, kedua dan ketiga ?



2.



Tunjukkan penyebab sifat optis aktif pada glukosa ? Jawaban



13 Universitas Sriwijaya



VI.



DATA HASIL PENGAMATAN



14 Universitas Sriwijaya



VII.



PERHITUNGAN



15 Universitas Sriwijaya



16 Universitas Sriwijaya



VIII.



LAMPIRAN



17 Universitas Sriwijaya



IX.



PEMBAHASAN



18 Universitas Sriwijaya



X.



KESIMPULAN



19 Universitas Sriwijaya



DAFTAR PUTAKA



F.A.Betttelheim, EXPERIMENTAL PHYSICAL CHEMISTRY, W.B.Saunders Philadelphia. 1871, hal 269.



20 Universitas Sriwijaya



21 Universitas Sriwijaya



PERCOBAAN II VOLUM MOLAL PARSIAL



I.



TUJUAN PERCOBAAN 1.



Menentukan volum molal parsial dengan bantuan kurva volum molal nyata (0) untuk zat terlarut vs jumlah mol zat terlarut pada volum molal parsial tertentu.



2.



II.



Menghitung massa jenis laruta.



LATAR BELAKANG Volum molal parsial komponen I dari sistem larutan didefinisikan sebagai:



Dimana V adalah volum, n adalah jumlah mol, T adalah suhu dan P adalah tekanan sistem. Volum larutan adalah fungsi dari suhu, tekanan, dan jumlah mol dan dapat dinyatakan sebagai:



Atau



Pada suhu dan tekanan tetap, dari persamaan (1) dan (3) didapat:



Volum molal parsial akan tetap pada kondisi dimana komposisi, suhu, dan tekanan tetap Integrasi persamaan (4) pada kondisi tersebut memberikan: V= n1V1 + n2V2 +…+ tetapan Jika n1 = n2 maka tetapan akan sama dengan 0



22 Universitas Sriwijaya



23 Universitas Sriwijaya



III.



ALAT DAN BAHAN ALAT  Neraca  La bu ukur  Piknometer  Erlenme yer  P e nga d uk  The r m om e te r B e c km a n B A H AN



Zat:



IV.







Ga r a m Na C l







Aqua de s



PROSEDUR PERCOBAAN 1.



Buat larutan NaCl 3 M sebanyak 200 ml.



2.



Dengan cara pengenceran buatlah larutan dengan konsentrasi 1/2, 1/4, 1/8, dan 1/16 dari konsentrasi semula



3.



Timbanglah massa piknometer kosong We, piknometer berisi air Wo, dan massa piknometer yang berisi masing-masing larutan.



4.



Catat suhu dalam piknometer.



24 Universitas Sriwijaya



V.



TUGAS PENDAHULUAN



1.



Hitung dari setiap harga m ?



2.



Buat grafik antara vs m, tentukan



3.



Hitung volum molal parsial V1 dan V2. Hitung massa jenis larutan (



ö



ö



'f



ö0



dan gradien d /d( m)? ö



'f



p



l a r ut an



) untuk masing-masing larutan yang dibuat? Jawaban



25 Universitas Sriwijaya



VI.



DATA HASIL PENGAMATAN



26 Universitas Sriwijaya



VII.



PERHITUNGAN



27 Universitas Sriwijaya



28 Universitas Sriwijaya



VIII.



LAMPIRAN



29 Universitas Sriwijaya



IX.



PEMBAHASAN



30 Universitas Sriwijaya



X.



KESIMPULAN



31 Universitas Sriwijaya



DAFTAR PUSTAKA



32 Universitas Sriwijaya



PERCOBAAN III DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA SOLVEN YANG TIDAK SALING CAMPUR



I.



TUJUAN PERCOBAAN Menentukan konstanta kesetimbangan suatu solut terhadap dua solven



yang tidak saling bercampur dan menentukan disosiasi dalam solven tersebut.



II.



LATAR BELAKANG Bila dua solven yang tidak saling campur kita masukkan dalam suatu



tempat maka akan terlihat garis batas diantaranya. Hal ini menunjukkan dua solven tersebut tidak bercampur baik dalam solven 1 maupun dalam solven 2 dimasukkan kedalamnya maka akan terjadi pembuaian kelarutan dalam kedua solven tersebut. Pada suatu saat akan terjadi kesetimbangan yang berarti solut yang keluar dari pelarut (solven) yang satu masuk ke pelarut yang lain dan sebaliknya sehingga banyaknya solut dalam pelarut tetap. Perbandingan konsentrasi sudut dalam solven 1 dan solven 2 pada keadaan setimbang disebut koefisien distribusi. ................................................................... (1) Dimana: k



= Koefisien distribusi



C1



= Konsentrasi solut dalam solven 1



C2



= Konsentrasi solut dalam solven 2



Harga k akan tetap jika berat molekul solut dalam solven 1 dan solven 2 sama. Jika berat molekul tidak sama maka akan terjadi disosiasi solut dalam salah satu solven. Misalnya: Cn



nC



Solven 1



Solven 2



.......................................................... (2)



Harga konstanta kesetimbanga:



33 Universitas Sriwijaya



................................................................... Misal: C = n mol



(3)



maka Cn = (C/n) mol



K = Cn air/nc (organic)



...............................................



(4)



Dalam bentuk logaritma: Log k – n log cair = log (C/n) Log k – n log cair – log Corganik + log n Log Corganik = n log Cair + log (n/k) Denagn membuat grafik log Corganik versus log Cair maka akan didapat harga n sebagai slope dan harga n/k sebagai intersept sehingga harga k dapat ditentukan.



34 Universitas Sriwijaya



III.



ALAT DAN BAHAN ALAT 



Corong pisah







Erlenmeyer 250 ml







Buret 50 ml







Pipet ukur 25 ml







Gelas ukur 100 ml



BAHAN 



Asam asetat I N







Eter







Asam asetat Glasial







Karbon tetraklorida







Larutan NaOH 0,5 N



35 Universitas Sriwijaya



IV.



PROSEDUR PERCOBAAN 1.



Buatlah masing-masing 100 ml larutan asam asetat yang mempunyai konsentrasi 0,8 N; 1 N; 0,6 N; 0,4 N; 0,2 N; 0,1 N.



2.



Larutan dipipet masing-masing 25 ml dan masukkan dala corong pisah, sisanya diambil 10 ml dimasukkan dalam erlenmeyer dan dititrasi dengan NaOH 0,5 N sehingga dapat diketahui konsentrasi mula-mula dari asam asetat yang sesungguhnya.



3.



Larutan asam asetat dalam corong pemisah ditambah 25 ml eter atau CCl4 dikocok-kocok sehingga terjadi kesetimbangan (lebih kurang 5 menit) kemudian didiamkan sehingga terjadi pemisahan antara air dan eter atau CCl4, larutan air (bagian bawah) dipisahkna kemudian diambil 10 ml dan titrasi dengan NaOH 0,5 N sehingga dapat diketahui konsenrasi asam asetat dalam air setelah kesetimbangan, setiap titrasi dilakukan 2 kali.



4.



Percobaan diatas dilakukan untuk konsentrasi asam asetat mula-mula yang bebeda dari 1 N; 0,8 N; 0,6 N; 0,4 N; 0,2 N dan 0,1 N.



Contoh Perhitungan Konsentrasi asam asetat mula-mula diketahui dari titrasi larutan standar NaOH misalnya a ml dan konsentrasi asam asetat setelah kesetimbangan dapat diketahui pada titrasi larutan dengan solven air, misalnya b ml. NaOH dengan demikian dapat diketahui C air. C eter = C awal – C air Dengan membuat grafik log C air akan didapatkan harga n sebagai slope dan log n/k sebagai intersept.



Tugas Tentukan harga konstanta kesetimbangan



36 Universitas Sriwijaya



V.



TUGAS PENDAHULUAN



1.



Jelaskan prinsip dan macam-macam ekstraksi yang anda ketahui ?



37 Universitas Sriwijaya



VI.



DATA HASIL PENGAMATAN



38 Universitas Sriwijaya



VII.



PERHITUNGAN



39 Universitas Sriwijaya



40 Universitas Sriwijaya



VIII.



LAMPIRAN



41 Universitas Sriwijaya



IX.



PEMBAHASAN



42 Universitas Sriwijaya



X.



KESIMPULAN



43 Universitas Sriwijaya



DAFTAR PUSTAKA



44 Universitas Sriwijaya



PERCOBAAN IV TEGANGAN PERMUKAAN



I.



TUJUAN PERCOBAAN Menentukan tegangan permukaan zat cair dengan air sebagai zat



pembanding (secara relatif).



II.



LATAR BELAKANG Nolekul-molekul zat cair yang berada dibagian dalam fase cair seluruhnya



akan dikelilingi oleh molekul-molekul dengan gaya tarik menarik sama kesegala arah. Lain halnya dengan molekul-molekul zat cair pada permukaan, dikelilingi oleh molekul-molekul sebelah bawah sedangkan bagian atas oleh fase uap sehingga gaya tarik-menarik ke bawah lebih besar daripada ke atas. Haal ini menimbulkan sifat kecenderungan memperkecil luas permukaannya. Besar gaya yang bekerja tegak lurus pada satu satuan panjang permukaan disebut tegangan muka dengan satuan dyne/cm (dalam sistem gas). Tegangan muka terdapat pada batas cairan dengan uap jenuh diudara dan juga antara zat cair dengan zat cair lain yang tidak bercampur. Cara penentuan tegangan permukaan:  Metode kenaikan kapiler  Metode tetes  Metode tekanan maksimum gelembung  Metode cincin



45 Universitas Sriwijaya



46 Universitas Sriwijaya



III.



ALAT DAN BAHAN ALAT 



Beban 10 – 200 mg







Gelas beker







Kawat berdiameter 3,5 – 5 cm







Mistar



BAHAN 



Air rinso (deterjen bubuk)







Air sunlight (sunlight 50 mL)







Air







Minyak jelantah



 IV.



PROSEDUR PERCOBAAN 1. Rangkai alat untuk mengetahui tegangan permukaan suatu cairan. 2. Isi gelas beker sampai ¾ nya dengan air sample (air rinso/air sunlight/air). 3. Masukkan kawat yang berdiameter ysng berbeda kedalam gelas beker. 4. Tambahkan beban sampai kawat keluar dari permukaan zat cair. 5. Ulangi dengan sample cair lain.



V.



TUGAS PENDAHULUAN



1.



Defenisi tegangan permukaan ?



2.



Jelaskan faktor yang mempengaruhi tangangan permukaan ?



3.



Sebutkan metode pengukuran tegangan permukan ?



47 Universitas Sriwijaya



VI.



DATA HASIL PENGAMATAN



48 Universitas Sriwijaya



VII.



PERHITUNGAN



49 Universitas Sriwijaya



50 Universitas Sriwijaya



VIII.



LAMPIRAN



51 Universitas Sriwijaya



IX.



PEMBAHASAN



52 Universitas Sriwijaya



X.



KESIMPULAN



53 Universitas Sriwijaya



DAFTAR PUSTAKA



54 Universitas Sriwijaya



PERCOBAAN V PENENTUAN BERAT MOLEKUL DENGAN METODE DENSITAS GAS



I.



TUJUAN PERCOBAAN Memahami dasar metode penentuan berat molekul



II.



LATAR BELAKANG Hipotesa Avogadro, bahwa volume gas sama pada temperatur dan tekanan



yang sama dengan bilangan-bilangan molekul, memberiakn metode langsung untuk mendapatkan massa relatif molekul dan gas serta keupan cairan dan padatan. Bila densitas gas (massa/ volume) dimisalkan PV = nRT maka nilai dari massa molekul dapat ditentukan.



55 Universitas Sriwijaya



III.



ALAT DAN BAHAN ALAT 



Statif







Hotplate







Gelas Beker 800 Ml







Thermometer







Erlenmeyer 250 Ml



BAHAN



IV.







2- Propanol dan 1- propanol







Krital iodine







Akuades



PROSEDUR PERCOBAAN 1.



Rangkaikan peralatan seperti dibawah ini:



2.



Cuci dan keringkan erlenmeyer (tidak ada air didalamnya) timbang. Lalu masukkan 3 ml 2-propanol dalam erlenmeyer tambah sedikit kristal iodine, tutup dengan alumunium foil beri lubang pada alumunium foil sekecil mungkin.



3.



Siapka air sebanyak 600 ml dan panaskan, lalu pasang termometer jangan menyentuh dasar beker gelas.



4.



Setelah air mendidih, masukkan erlenmeyer yang berisi sampel ke dalam beker panaskan sampai titik ditemukan lagi 2-propanol dan terjadi perubahan warna. Catat T setelah perubahan.



5.



Setelah (4) didapat, angkat erlenmeyer lalu dinginkan pada suhu kamar dan timbang (alumunium foil cuci dengan 3 tetes air mendidih).



6.



Lakukan dengan zat lain.



Tugas 1. Catat temperatur air yang mendidih dan temperatur air setelah terjadi perubahan warna! 2.



Hitung massa dari masing-masing zat dan rata-ratanya!



56 Universitas Sriwijaya



V.



DATA HASIL PENGAMATAN



57 Universitas Sriwijaya



VI.



PERHITUNGAN



58 Universitas Sriwijaya



VII.



LAMPIRAN



59 Universitas Sriwijaya



VIII.



PEMBAHASAN



60 Universitas Sriwijaya



IX.



KESIMPULAN



61 Universitas Sriwijaya



DAFTAR PUSTAKA



62 Universitas Sriwijaya



PERCOBAAN VI KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU



I.



TUJUAN PERCOBAAN Menentuakn pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat dan menghitung



kalor pelarutan.



II.



LATAR BELAKANG Dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat yang melarut dengan



zat yang tidak melarut. Paa kesetimbangan ini kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap. Artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Jika kesetimbangan digangu, misalnya dengan menaikkan temperatur maka konsentrasi larutan akan berubah. Menurut Van’t Hoff, pengaruh temperatur terhadap kelarutan dapat dinyatakan sebagai berikut: In S/T = ΔH/RT2



atau



ln S/(1/T) = -Δ/R



Dimana: S



= Kelarutan (mol/100 per gr pelarut)



ΔH



= Kalor pelarutan



RT



= Tetapan gas umum



T



= Suhu (Kelvin)



Jika kalor pelarutan adalah positif , mneurut Van’t Hoff makin tinggi temperatur maka makin banyak zat yang larut dan sebaliknya.



63 Universitas Sriwijaya



III.



ALAT DAN BAHAN ALAT 



Termometer







Pengaduk gelas







Buret 50 ml







Tabung Reaksi







Erlenmeyer 250 ml







Pipet volum







Gelas kimia 250 ml



BAHAN



IV.







Asam Oksalat







NaOH 0,1 N







Asam Borat







Indikator pp







Asam Benzoat







Es Batu (gram)



PROSEDUR PERCOBAAN 1.



Pada suhu kamar Asam Oksalat dalam 50 ml air (BJ diketahui) sedikit demi sedikit sampai terentuk larutan jenuh.



2.



Masukkan tabung reaksi yang berisi larutan jenuh ke dalam tabung yang berisi es batu dan di aduk.



3.



Ambil larutan sebanyak 1 ml setiap penurunan temperatur 5 oC, kemudian diencerkan sampai 10 ml dengan aquadest dan titrasi dengan NaOH 0,1 N.



Tugas 1.



Hitung larutan pada temperatur !



2.



Hitung kalor pelarutan pada setiap daerah suhu !



3.



Buat grafik log k vs 1/T. Tentukan kalor pelarutan dari kurva !



64 Universitas Sriwijaya



V.



DATA HASIL PENGAMATAN



65 Universitas Sriwijaya



VI.



PERHITUNGAN



66 Universitas Sriwijaya



67 Universitas Sriwijaya



VII.



LAMPIRAN



68 Universitas Sriwijaya



VIII.



PEMBAHASAN



69 Universitas Sriwijaya



IX.



KESIMPULAN



70 Universitas Sriwijaya



DAFTAR PUSTAKA



71 Universitas Sriwijaya



PERCOBAAN VII MASSA ATOM DAN PANAS SPESIFIK



I.



TUJUAN PERCOBAAN Menentukan massa atom dengan menggunakan metode kalorimeter.



II.



LATAR BELAKANG Dulong dan Petit pada tahun 1819 menemukan bahwa produk dari panas



spesifik dan massa atom kecil perbedaannya untuk beberapa unsur padatan yang punya massa atom lebih dari 40 dan juga untuk unsur logam. Dengan metode ini, massa atom merupakan berat ekivalen dari suatu unsur yang mewakili berat atom. Walaupun dulog dan Petit sesungguhnya mengusulkan metode ini sebagai metode empirik tetapi akhirnya penjelasan pada dasarnya dapat ditemukan pada hukum Termodinamika dan teori struktur atom.



72 Universitas Sriwijaya



73 Universitas Sriwijaya



III.



ALAT DAN BAHAN ALAT 



Beker Gelas 500 ml







Termometer







Gabus karet







Tube test







Tutup karet







Hotplate



BAHAN



IV.







Aquadest







Logam



PROSEDUR PERCOBAAN 1.



Rangkailah peralatan seperti dibawah ini:



2.



Siapkan 100 gram logam yang kering dan bersih.



3.



Tempatkan logam pada tubetest dan timbang beratnya (tubetest 4 logam).



4.



Tutup tube test dan masukkan pada beker gelas 500 ml yang telah berisi dengan air mendidih selama 20 menit.



Selama sampel



dipanaskan lebih kurang 20 menit buka tutup tube test dan masukkan air sebanyak 50 ml. 5.



Setelah 20 menit air 50 ml bereaksi dengan logam dalam tubetest baca temperaturnya.



6.



Pindahkan logam dengan cepat jangan ada air yang tumpah.



7.



Baca temperatur setelah logam dipindahkan (T yang tertinggi).



Tugas 1.



Catat perubahan temperatur dari logam, air dan wadah (beker gelas), hitung panas spesifik (H) dari logam sampel !



2.



Hitung massa atom logam !



3.



Tentukan jenis logam sampel !



4.



Hitung persentase kesalahan !



74 Universitas Sriwijaya



V.



DATA HASIL PENGAMATAN



75 Universitas Sriwijaya



VI.



PERHITUNGAN



76 Universitas Sriwijaya



77 Universitas Sriwijaya



VII.



LAMPIRAN



78 Universitas Sriwijaya



VIII.



PEMBAHASAN



79 Universitas Sriwijaya



IX.



KESIMPULAN



80 Universitas Sriwijaya



DAFTAR PUSTAKA



81 Universitas Sriwijaya