Penyulit Kala 3 Dan 4 Persalinan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH OBSTETRI



Disusun Oleh : Nama : Niken Ayu Anggraeni NIM



: P07124119036



Prodi : DIII Kebidanan/Semester 2



Dosen Pengampu : Dyah Noviawati Setya Arum, S.SiT, M.keb



POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2019/2020 Jl. Tatabumi No. 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, Kode Pos 55293, Telepon (0274) 617601 Website : https://poltekkesjogja.ac.id/ – Email : [email protected].



PENYULIT KALA 3 DAN 4 PERSALINAN A. Atanomia Uteri Merupakan penyebab terbanyak pendarahan postpartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan penyebab : 1.



Partus lama



2.



Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil



3.



Multiparitas



4.



Anastesi yang dalam



5.



Anastesi lumbal



Etiologi   Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi (penunjang ) seperti : 1) Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion,



Paritas tinggi 2) Umur yang terlalu muda atau terlalu tua. 3) Multipara dengan jarak kelahiran pendek 4) Partus lama / partus terlantar 5) Malnutrisi. 6) Penanganan salah



dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya



placenta Belum terlepas dari dinding uterus. Gejala Gejala utama atonia uteri adalah rileksnya rahim dan tidak berkontraksi setelah melahirkan bayi. Atonia Uteri adalah penyebab paling umum dari pendarahan postpartum. Pendarahan postpartum didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 500 ml setelah plasenta dikeluarkan. Gejala lain yang dapat timbul apabila ibu mengalami perdarahan pasca melahirkan antara lain: 1. Pendarahan berlebihan dan tidak terkontrol setelah kelahiran anak 2. Tekanan darah menurun



3. Detak jantung meningkat 4. Rasa nyeri 5. Nyeri punggung. Penatalaksanaan 1) Bersihkan semua gumpalan darah atau membran yang mungkin



berada di dalam mulut uterus atau di dalam uterus 2) Segera mulai melakukan kompresi bimanual interna 3) Jika uterus sudam mulai berkontraksi secara perlahan di tarik tangan 



penolong. Jika uterus sudah berkontraksi, lanjutkan memantau ibu secara ketat. 4) Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, minta anggota keluarga



melakukan bimanual interna sementara penolong memeberikan metergin 0,2 mg IM dan mulai memberikan IV (RL dengan 20 UI oksitosin/500 cc dengan tetesan cepat). 5) Jika uterus masih juga belum berkontraksi mulai lagi kompresi



bimanual interna setelah anda memberikan injeksi metergin dan sudah mulai IV 6) Jika uterus masih juga belum berkontraksi dalam 5-7 menit, bersiaplah



untuk melakukan rujukan dengan IV terpasang pada 500 cc/jam hingga tiba di tempat r ujukan atau sebanyak 1,5 L seluruhnya diinfuskan kemudian teruskan dengan laju infus 125 cc/jam. B. Retensio  Placenta



Retensio Plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadiplasenta



inkarserata



dapat



terjadi



polip



plasenta,



dan



terjadi



degenerasiganas korio karsinoma Etiologi   Plasenta belum lepas dari didinding uterus.



1) 2)



Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan (disebabkan karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III)



3)



Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta



4)



Plasenta melekat  erat pada dinding uterus oleh sebab vili korealis menembus desidua sampai miometrium-sampai dibawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).



Gejala  Tanda paling umum dari plasenta yang tertinggal adalah plasenta gagal dilahirkan secara spontan dalam waktu 30 dan 60 menit setelah melahirkan. Jika bagian plasenta belum keluar sempurna beberapa hari atau minggu setelah melahirkan, maka dapat timbul gejala gejala, seperti demam, perdarahan terus-menerus keluar dari vagina, kram dan nyeri, dan dapat mengalami infeksi sehingga timbul demam dan keluar cairan sekret berbau busuk. Diagnosis   Diagnosis awal dapat dicurigai dengan memeriksa kelengkapan plasenta yang telah keluar. Kotiledon plasenta sewaktu lahir harus dihitung secara seksama untuk menghindari tertinggalnya bagian plasenta. Hal ini masih sering luput karena kecilnya dan tidak terlihatnya seluruh bagian yang kecil. Ketika ini terjadi, seorang wanita akan sering mengalami gejala segera setelah melahirkan. Kemudian, dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa ultrasound untuk melihat kondisi rahim dan memastikan apakah ada bagian plasenta yang tertinggal. Penatalaksanaan Penatalaksanaan



retensio



plasenta



didahului



dengan



stabilisasi



hemodinamik, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat. Terapi definitif untuk retensio plasenta adalah manual plasenta. Terapi medis lain, seperti prostaglandin, asam traneksamat, nitrogliserin, dan oxytocin juga dapat diberikan. 1) Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengejan. Jika anda dapat merasakan adanya plasenta dalam vagina, keluarkan palsenta tersebut.



2) Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jka diperlukan, lakukan katerisasi kandung kemih. 3) Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 Unit IM, jika belum dilakukan dalam penanganan aktif kala III 4) Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan uterus berasa seperti kontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali. 5) Jika tali pusat kendali belum berhasil, cobalah untuk mengeluarkan plasenta secara manual. Jika pendarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan koagulapati. 6) Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina yang berbau) berikan antibiotik untuk metritis. C. Emboli air ketuban Emboli cairan amnion atau disebut juga emboli air ketuban adalah komplikasi yang jarang terjadi saat melahirkan. Emboli air ketuban merupakan kondisi di mana air ketuban, sel-sel janin, rambut, atau yang lainnya memasuki aliran darah ibu melalui dasar plasenta rahim. Berbagai cairan dan bahan-bahan tersebut dapat memicu reaksi yang menyerupai alergi. Reaksi ini kemudian dapat mengakibatkan kolaps kardiorespirasi (jantung dan paru-paru) dan perdarahan yang berlebihan (koagulopati). Penyebab Penyebab yang paling mungkin dari emboli air ketuban adalah kerusakan pada penghalang plasenta seperti karena adanya trauma atau luka. Ketika kerusakan ini terjadi, sistem kekebalan tubuh merespons dengan melakukan berbagai hal. Mulai dari melepaskan suatu bahan yang menyebabkan



reaksi



inflamasi



(peradangan)



hingga



pembekuan abnormal pada paru-paru dan pembuluh darah ibu.



mengaktifkan



Semua hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan pembekuan darah serius yang disebut sebagai koagulasi intravaskular diseminata. Namun, emboli air ketuban adalah sesuatu yang langka. Ini karena adanya sebagian air ketuban yang memasuki aliran darah ibu selama persalinan tidak selalu menyebabkan masalah. Tidak jelas mengapa dalam beberapa kasus hal ini sampai menyebabkan emboli air ketuban. Tanda-tanda dan Gejala 1.



Sesak napas mendadak



2.



Cairan berlebih dalam paru-paru (edema paru)



3.



Tekanan darah rendah yang mendadak



4.



Jantung mendadak gagal untuk memompa darah dengan efektif (kolaps kardiovaskular)



5.



Masalah pembekuan darah yang mengancam nyawa (koagulopati intravaskular diseminata)



6.



Perubahan keadaan mental seperti kecemasan



7.



Kedinginan



8.



Ritme jantung cepat atau gangguan dalam ritme jantung



9.



Fetal distress, seperti ritme jantung lambat



10.



Kejang



11.



Koma



12.



Abnormalitas ritme jantung pada janin secara mendadak



13.



Pendarahan dari rahim, sayatan, atau lokasi intravena (IV)



Diagnosis Diagnosis emboli air ketuban ditentukan berdasarkan pemeriksaan dokter. Diagnosis biasanya dibuat setelah kondisi lain dihilangkan. Dalam beberapa kasus, diagnosis bisa dibuat hanya setelah kematian ibu. Beberapa tes akan dilakukan untuk mendiagnosis emboli air ketuban, termasuk:



1. Tes darah, termasuk yang mengevaluasi pembekuan, enzim jantung, elektrolit dan jenis darah, serta hitung darah lengkap (CBC). 2. Elektrokardiogram (ECG atau EKG) untuk mengevaluasi ritme jantung



Anda. 3. Pulse oximetry untuk memeriksa jumlah oksigen dalam darah Anda. 4. X-ray dada untuk memeriksa cairan di sekitar jantung Anda. 5. Echocardiography (ECG) untuk mengevaluasi fungsi jantung Anda. Penatalaksanaan 1. Terapi krusial, meliputi resusitasi, ventilasi, bantuan sirkulasi, koreksi defek yang khusus (atonia uteri, defek koagulasi) 2. Penggantian



cairan



intravena



dan



dapat



diperlukan



untuk



mengkoreksi hipovolemia dan pendarahan 3. Oksitosin



yang



ditambahkan



ke



infus



intravena



membantu



penanganan atonia uteri. 4. Morfin (10mg) dapat membantu mengurangi dispnea dan ancieta 5. Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskuler dengan menghambat proses pembekuan. 6. Amniofilin (250-500mg) melalui IV mungkin berguna bila ada bronkospasme D. Robekan jalan lahir Ruptur



perineum



adalah robekan perineum



yang



terjadi



pada



saat



bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan jalan lahir yaitu terpotongnya selapt lendir vagina, cincin selaput dara, serviks, portio septum rektovaginalis akibat dari tekanan benda tumpul. Penyebab Yang dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir adalah Partus presipitatus. a. Kepala janin besar b. Presentasi defleksi (dahi, muka). c. Primipara d. Letak sungsang.



d. Pimpinan persalinan yang salah. e. Pada obstetri dan embriotomi : ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, dan embriotomi (Mochtar, 2005). Terjadinya rupture perineum disebabkan oleh faktor ibu (paritas, jarak kelahiran dan berat badan bayi), pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, riwayat persalinan. ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, trauma alat dan episiotomi (Wiknjosastro, 2000). Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan persalinan oleh dukun karena tanpa dijahit. Bidan diharapkan melaksanakan pertolongan persalinan di tengah masyarakat melalui bidan polindes, sehingga peranan dukun makin berkurang. Bidan dengan pengetahuan medisnya dapat mengetahui hamil dengan risiko tinggi dan mengarahkan pertolongan pada kehamilan dengan risiko rendah yang mempunyai komplikasi ringan sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu maupun perinatal. Dengan demikian komplikasi robekan jalan lahir yang dapat menimbulkan perdarahan semakin berkurang (Manuaba, 1998). Tanda-tanda dan Gejala 1. Tanda dan gejala robekan jalan lahir adalah sebagai berikut : a. Perdarahan b. Darah segar yang mengalir setelah bayi lahir c. Uterus tidak berkontraksi dengan baik d. Plasenta tidak normal 2. Gejala yang sering terjadi adalah: a. Pucat b. Lemah c. Pasien dalam keadaan menggigil (Mochtar, 2005). E. Inversio Uteri Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam kavum uteri, dapat secara mendadak atau perlahan. Kejadian ini biasanya disebabkan pada saat melakukan persalinan plasenta secara Crede, dengan otot rahim belum berkontraksi dengan baik.



Penyebab 1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk). 2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan,tarikan tali pusat, manual plasenta yang dipaksakan, perlekatan plasenta padadinding rahim.



Tanda dan Gejala 1. Gejala-gejala inversio uteri pada permulaan tidak selalu jelas yang dijumpai pada kala III persalinan atau post partum. Akan tetapi, apabila kelainan



itu



sejak



awalnya



timbul



dengan



cepat,



seringkali



rasa nyeri yang hebat dan dapat menimbulkan syok. Rasa nyeri yang hebat tersebut disebabkan karena fundus uteri menarik adneksa serta ligamentum infundibulopelvikum dan ligamentum rotundum kanan dan kiri ke dalam terowongan inversio sehingga terjadi tarikan yang kuat pada peritoneum parietal. Perdarahan yang banyak juga dapat terjadi, akibat dari plasenta yang masih melekat pada uterus, hal ini dapat juga berakibat syok. 2. Pemeriksaan luar pada palpasi abdomen, fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba lekukan pada fundus seperti kawah. Kadangkadang tampak seperti sebuah tumor yang merah di luar vulva, hal ini ialah fundus uteri yang terbalik 3. Pemeriksaan dalam : 



Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam







Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.







Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).



Diagnosis Seorang dokter biasanya dapat mendiagnosis inversio uteri dengan mudah, yaitu dengan memperhatikan setiap tanda-tanda dan gejala pada pasien yang meliputi: 1. Keluarnya bagian rahim yang menonjol dari vagina 2. Setelah melakukan pemeriksaan, rahim tidak berada ditempatnya 3. Pendarahan dari jalan lahir, pasien kehilangan cukup banyak darah



sehingga tekanan darah cepat turun. Penatalaksanaan 1. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal dan perdarahan maka harus segera dilakukan tindakan reposisi secepat mungkin. Reposisi uterus dilakukan dengan plasenta masih melekat. Kehilangan darah biasanya berhubungan dengan lama waktu uterus mengalami inversi, tetapi akan berkurang jika plasenta diangkat setelah posisi uterus dikembalikan. Pengembalian posisi secara manual dilakukan dengan menempatkan satu tangan di vagina dengan ujung- ujung jari menggerakkan dinding uterus keatas sewaktu fundus diresposisi. Tindakan ini harus dilakukan dengan cara hati- hati agar tidak menusuk atau tidak membuat rupture dinding uterus yang lunak. Pada saat yang sama seluruh uterus di angkat tinggi keluar pelvis, diatas level umbilicus dan tahan selama beberapa menit. Tindakan ini menempatkan tegangan pada ligament uterus yang mempertahankan uterus mengalami inverse kembali. Prosedur ini biasanya cukup menyakitkan dan pemberian anastesia dalam atau relaksasi uterus intravena (misalnya : magnesium sulfat,



agens



anastesia,



terhalogenasi,



tarbutalin)



di



anjurkan.



Semua obat ini memilik efek samping hipotensi dan sebaiknya dilakukan dengan hati- hati pada kasus kehilangan darah. 2. Kaji ulang indikasi 3. Kaji ulang prinsip dasar perawatan dan pasang ulang infuse 4. Berikan petidin dan diazepam I.V. dalam semprit berbada secara perlahan-lahan atau anestesia umum jika diperlukan. 5. Basuh uterus dengan larutan antiseptic dan tutup dengan kain basah(dengan NaCl hangat) menjelang operasi 6. Segera lakukan tindakan resusitasi 7. Bila plasenta masih melekat , jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan memicu perdarahan hebat 8. Salah satu tehnik reposisi adalah dengan menempatkan jari tangan pada fornix posterior, dorong uterus kembali kedalam vagina, dorong fundus kearah umbilikus dan memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus kembali ke posisi semula. 9. Sebagai tehnik alternatif : dengan menggunakan 3 – 4 jari yang diletakkan pada bagian tengah fundus dilakukan dorongan kearah umbilkus sampai uterus kembali keposisi normal. 10. Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri. Berikan oksitosin dan setelah terjadi kontraksi , tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak berulang. 11. Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui laparotomi.



SUMBER : https://www.slideshare.net/LiliscBen/salin-penyulit-kala-iii-dan-iv https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/emboli-air-ketuban-cairan-amnion/ http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/24088/Chapter?sequence=12 https://www.dictio.id/t/apakah-yang-dimaksud-inversio-uterus/5902/2 https://www.honestdocs.id/inversio-uteri