Peranan Persepsi Dalam Komunikasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERANAN PERSEPSI DALAM KOMUNIKASI Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keterampilan Dasar Komunikasi Dibina oleh Bapak Lutfi Fauzan Oleh Kelompok 4: Bravo Valentino (108111415068) Hesti Rahayu (108111415073) Kartika Nur V. (108111415076) Ria Wahyu S. (108111415090) Santi Dwi L. (108111409899) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BIMBINGAN KONSELING DAN PSIKOLOGI PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING Oktober 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka memenuhi tugas hidupnya selaku makhluk sosial, manusia senantiasa berinteraksi dengan orang lain. Untuk itu manusia telah dibekali dengan berbagai alat dan kemampuan yang memungkinkan mereka dapat menjalankan fungsinya. Diantara alat perlengkapan manusia adalah alat indera. Dengan alat-alat indera tersebut manusia dapat melihat, mendengar, merasakan, dan menyentuh dunianya sehingga ia dapat menjadi manusia sepenuhnya. Dalam konteks perilaku, hal itu berarti bahwa alat-alat indera yang dimilikinya telah menyebabkan manusia mampu berpikir, merasakan, berkehendak, dan memiliki persepsi tertentu mengenai dirinya dan dunia sekitarnya. Pikiran, perasaan, kehendak, dan persepsi itu sekaligus merupakan aspek-aspek psikologis yang melengkapi kepribadian manusia. B. Rumusan Masalah 1. Apakah persepsi itu dan apa saja macamnya? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi? 3. Apa sajakah sifat persepsi itu? 4. Bagaimana kekeliruan dan kegagalan persepsi? 5. Apa hubungan persepsi dalam komunikasi? C. Tujuan Penulisan Makalah 1. Mengetahui dan memahami pengertian persepsi dan macam persepsi. 2. Mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi persepsi. 3. Mengetahui dan memahami sifat-sifat persepsi. 4. Mengetahui dan memahami kekeliruan dan kegagalan dalam persepsi. 5. Mengetahui dan memahami hubungan persepsi dalam komunikasi. BAB II PEMBAHASAN



A. PENGERTIAN PERSEPSI Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Dari pengertian tersebut di atas, terdapat perbedaan antara persepsi dan penginderaan. 1. Subproses Dalam Persepsi Ada beberapa subproses dalam persepsi ini, dan yang dapat dijadikan sebagai bukti bahwa sifat persepsi itu merupakan hal yang komplek dan interaktif. Subproses pertama yang dianggap penting ialah stimulus, atau situasi yang hadir. Awal terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan dengan suatu situasi atau stimulus. Situasi yang dihadapi mungkin bisa berupa stimulus penginderaan dekat dan langsung atau berupa bentuk lingkungan sosiokultur dan fisik yang menyeluruh. Subproses kedua adalah registrasi, interpretasi, dan umpan balik (feed back). Dalam masa registrasi suatu gejala yang nampak ialah mekanisme fisik, yang berupa penginderaaan dan syara seseorang terpengaruh, kemampuan fisik untuk mendengar dan melihat akan mempengaruhi persepsi. Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang amat penting. Proses interpretasi ini tergantung pada cara pendalaman (learning), motivasi dan kepribadian seseorang. Pedalaman, motivasi dan kepribadian seseorang akan berbeda dengan orang lain,. Oleh karena itu interpretasi terhadap sesuatu informasi yang sama, akan berbeda antara satu orang dengan yang lain. Disinilah letak sumber perbedaan pertama dari persepsi dan itulah sebabnya mengapa interpretasi merupakan subproses yang penting Subproses terakhir adalah umpan balik (feed back). Subproses ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang. 2. Macam-macam Persepsi Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepai terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia sering juga disebut persepsi sosial. a) Persepsi terhadap lingkungan fisik Persepsi orang terhadap lingkungan fisik tidaklah sama, dalam arti berbeda-beda., karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: • Latar belakang pengalaman • Latar belakang budaya • Latar belakang psikologis • Latar belakang nilai, keyakinan, dan harapan • Kondisi factual alat-alat panca indera di mana informasi yang sampai kepada orang itu adalah lewat pintu itu b) Persepsi terhadap manusia persepsi terhadap manusia atau persepai sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Setiap orang memilki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Dengan kata lain, setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap lingkungan sosialnya. B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI 1. Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Persepsi Seseorang



Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang, antara lain : 1) Psikologi Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Contoh terbenamnya matahari di waktu senja yang indah temaram, akan dirasakan sebagai baying-bayang yang kelabu bagi seorang yang buta warna. 2) Famili (keluarga) Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya. Orang tua yang telah mengembangkan suatu cara yang khusus di dsalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yan diturunkan kepada anaknya. Contoh orang tua yang Muhammadiyah akan mempunyai anak-anak yang Muhammadiyah juga. 3) Kebudayaan Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu factor kuat didalam mempengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini. Contoh Orang Amerika yang bebas makan daging babi, tidak begitu halnya bagi masyarakat Indonesia. 2. Faktor Dari Dalam dan Luar Selain faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi, ada pula faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan persepsi : a) Faktor-faktor perhatian dari luar Faktor-faktor perhatian dari luar ini terdiri dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar antara lain : intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan, gerakan, dan hal-hal baru berikut ketidakasingan.  Intensitas, prinsip intensitas dari suatu perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal-hal itu dapat dipahami.  Ukuran, faktor ini sangat dekat dengan prinsip intensitas. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar ukuran sesuatu objek, maka semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.  Keberlawana atau kontras, prinsip keberlawanan ini menyatakan bahwa stimuli luar yang penampilannya berlawanan dengan latar belakngnya yang sama sekali di luar sangkaan orang banyak, akan menarik banyak perhatian.  Pengulangan (repetition), dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang di ulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan yang sekali dilihat .  Gerakan (moving), Prinsip gerakan ini antaranya menyatakan bahwa orang akan memberikan banyak perhatian terhadap obyek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya dibandingkan dengan obyek yang diam.  Baru dan familier, prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik perhatian. b) Faktor-faktor dari dalam (internal set factors)  Belajar atau pemahaman learning dan persepsi, semua faktor-faktor dari dalam yang membentuk adanya perhatian kepada sesuatu objek sehingga menimbulkan adanya persepsi adlah didasarkan dari kekomplekan kejiwaan seperti yang diuraikan di muka.  Motivasi dan persepsi, selain proses belajar dapat membentuk persepsi, faktor dari dalam lainnya yang juga menentukan terjadinya persepsi antara lain motivasi dan kepribadian.  Kepribadian dan persepsi dalam membentuk persepsi unsur ini amat erat hubungannya dengan proses belajar dan motivasi, yang mempunyai akibat tentang apa yang dihadirkan dalam menghadiri suatu situasi.



C. SIFAT-SIFAT PERSEPSI 1. Persepsi Bersifat Dugaan Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yang lengkap lewat kelima indera kita. Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Oleh karena informasi yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu. Kita harus mengisi ruang yang kosong untuk melengkapi gambaran itu dan menyediakan informasi yang hilang. Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperolah suatu makna lebih umum. 2. Persepsi Bersifat Evaluatif Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri kita yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang kita gunakan untuk memaknai objek persepsi. Dengan demikian, persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Menggunakan kata-kata Andrea L. Rich, “persepsi pada dasarnya memiliki keadaan fisik dan psikologis individu, alih-alih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi”. Dengan ungkapan Carl Rogers, “individu bereaksi terhadap dunianya yang ia alami dan menafsirkannya dan dengan demikian dunia perseptual ini, bagi individu tersebut, adalah realitas”. 3. Persepsi Bersifat Konstektual Suatu rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh yang ada dalam persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan juga persepsi kita. Dalam mengorganisasikan suatu objek, yakni meletakkannya dalam suatu konteks tertentu, kita menggunakan prinsip-prinsip berikut: a. Prinsip pertama. Stuktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapannya. b. Prinsip kedua. Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya D. KEKELIRUAN DAN KEGAGALAN PERSEPSI Persepsi kita sering tidak cermat. Salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan persepsi adalah sebagai berikut: 1. Kesalahan Atribusi Atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain. Dalam usaha mengetahui orang lain, kita menggunakan beberapa sumber informasi. Misalnya, kita mengamati penampilan fisik seseorang, karena faktor seperti usia, gaya pakaian, dan daya tarik dapat memberikan isyarat mengenai sifat-sifat utama mereka. Kesalahan atribusi bisa terjadi ketika kita salah menaksir makna pesan atau maksud perilaku si pembicara.atribusi kita juga keliru bila kita menyangka bahwa perilaku seseorang disebabkan oleh faktor internal, padahal justru faktor eksternal-lah yang menyebabkannya, atau sebaliknya kita menduga faktor eksternal yang menggerakkan seseorang, padahal faktor internal-lah yang



membangkitkan perilakunya. Salah satu sumber kesalahan atribusi lainnya adalah pesan yang dipersepsi tidak utuh atau tidak lengkap, sehingga kita berusaha menafsirkan pesan tersebut dengan menafsirkan sendiri kekurangannya, atau mengisi kesenjangan dan mempersepsi rangsangan atau pola yang tidak lengkap itu sebagai lengkap. 2. Efek Halo Kesalahan persepsi yang disebut efek halo (halo effects) merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk suatu kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifatnya yang spesifik. Efek halo ini memang lazim dan berpengaruh kuat sekali pada diri kita dalam menilai orang-orang yang bersangkutan. Bila kita sangat terkesan oleh seseorang, karena kepemimpinannya atau keahliannya dalam suatu bidang, kita cenderung memperluas kesan awal kita. Bila ia baik dalam satu hal, maka seolah-olah ia pun baik dalam hal lainnya. Kesan menyeluruh itu sering kita peroleh dari kesan pertama, yang biasanya berpengaruh kuat dan sulit digoyahkan. Para pakar menyebut hal itu sebagai “hukum keprimaan” (law of primacy). Celakanya, kesan awal kita yang positif atas penampilan fisik seseorang sering mempengaruhi persepsi kita akan prospek hidupnya. Misalnya, orang yang berpenampilan lebih menarik dianggap berpeluang lebih besar dalam hidupnya (karir, perkawinan, dan sebagainya). 3. Stereotif Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarakan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang dan objek-objek ke dalam kategorikategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang dianggap sesuai, alih-alih berdasarkan karakteristik individual mereka. Contoh stereotip ini banyak sekali, misalnya: • Laki-laki berpikir logis • Wanita bersikap emosional • Orang berkulit hitam pencuri • Orang Meksiko pemalas • Orang Yahudi cerdas • Orang Prancis penggemar wanita, anggur, dan makanan enak • Orang Cina pandai memasak • Orang Batak kasar • Orang Padang pelit • Orang Jawa halus pembawaan • Lelaki Sunda suka kawin cerai dan pelit memberi uang belanja • Wanita Jawa tidak baik menikah dengan lelaki Sunda (karena suku Jawa dianggap lebih tua daripada suku Sunda) • Orang Tasikmalaya tukang kredit • Orang berkaca mata minus jenius • Orang berjenggot fundamentalis (padahal kambing juga berjenggot), dll. Pada umumnya, stereotip bersifat negatif. Stereotip ini tidaklah berbahaya sejauh kita simpan dalam kepala kita. Akan tetapi bahayanya sangat nyata bila stereotip ini diaktifkan dalam hubungan manusia. Apa yang anda persepsi sangat dipengaruhi oleh apa yang anda harapkan. Ketika anda mengharapkan orang lain berperilaku tertentu, anda mungkin mengkomunikasikan



pengharapan anda kepada mereka dengan cara-cara yang sangat halus, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan berperilaku sesuai dengan yang anda harapkan. 4. Prasangka Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep yang sangat dekat dengan stereotip. Beberapa pakar cenderung menganggap bahwa stereotip itu identik dengan prasangka, seperti Donald Edgar dan Joe R. Fagin. Dapat dikatakan bahwa stereotip merupakan komponen kognitif (kepercayaan) dari prasangka, sedangkan prasangka juga berdimensi perilaku. Jadi prasangka ini konsekuensi dari stereotip, dan lebih teramati daripada stereotip. Menurut Ian Robertson, pikiran berprasangka selalu menggunakan citra mental yang kaku yang meringkas apapun yang dipercayai sebagai khas suatu kelompok. Citra demikian disebut stereotip. Meskipun kita cenderung menganggap prasangka berdasarkan suatu dekotomi, yakni berprasangka atau tidak berprasangka, lebih bermanfaat untuk menganggap prasangka ini sebagai bervariasi dalam suatu rentang dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Sebagaimana stereotip, prasangka ini alamiah dan tidak terhindarkan. Pengguanaan prasangka memungkinkan kita mereespon lingkungan secara umum, sehingga terlalu menyederhanakan masalah. 5. Gegar Budaya Menurut Kalvero Oberg, gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tandatanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol hubungan sosial. Lundstedt mengatakan bahwa gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmamapuan menyesuaikan diri (personality maladjustment) yang merupakan suatu reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru. Sedangkan menurut P. Harris dan R. Moran, gegar budaya adalah suatu trauma umum yang dialami seseorang dalam suatu budaya yang baru dan berbeda karena harus belajar dan mengatasi begitu banyak nilai budaya dan pengharapan baru, sementara nilai budaya dan pengharapan budaya lama tidak lagi sesuai. Kita tidak langsung mengalami gegar budaya ketika kita memasuki lingkungan budaya yang baru. Fenomena itu dapat digambarkan dalam beberapa tahap. Peter S. Adler mengemukakan lima tahap dalam pengalaman transisional ini, yaitu: 1). Tahap kontak. Ditandai dengan kesenangan, keheranan, dan kekagetan, karena kita melihat hal-hal yang eksotik, unik, dan luar biasa. 2). Tahap disintegrasi. Terjadi ketika perilaku, nilai, dan sikap yang berbeda mengganggu realitas perseptual kita. 3). Tahap reintegrasi. Ditandai dengan penolakan atas budaya, kita menolak kemiripan dan perbedaan budaya melalui penstereotipan, generalisasi, evaluasi, perilaku, dan sikap yang sserba menilai. 4). Tahap otonomi. Ditandai dengan kepekaan budaya dan keluwesan pribadi yang meningkat, pemahaman atas budaya baru, dan kemampuan menyesuaikan diri dengan budaya baru kita. 5). Tahap independensi. Ditandai dengan kita mulai menghargai kemiripan dan perbedaan budaya, bahkan menikmatinya. Gegar budaya ini dalam berbagai bentuknya adalah fenomena yang alamiah saja. Intensitasnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang pada dasarnya terbagi dua, yaitu: faktor internal (cirri-ciri kepribadian orang yang bersangkutan), dan faktor eksternal (kerumitan budaya atau lingkungan budaya baru yang dimasuki). Tidak ada kepastian kapan gegar budaya ini akan muncul dihitung sejak kita memasuki suatu budaya lain.



E. HUBUNGAN PERSEPSI DALAM KOMUNIKASI 1. Upaya Menyamakan Persepsi Sering kita temukan istilah “menyamakan persepsi.” kadang ada yang pas, namun seringnya tidak pas digunakan. Hal itu sama saja jika sering kita dengar atau ucapkan: “kalau menyikat gigi, harus menggunakan odol,” atau ada yang berkata “jangan sering-sering makan indomie, nanti bisa iritasi usus,” atau ada pula yang berkata “kalau makan bakso, jangan gunakan sasa,” dan sebagainya. Mungkin yang dimaksud dengan “odol” adalah “pasta gigi” padahal Odol adalah salah satu merk dagang pasta gigi, demikian juga dengan indomie, mau merknya apa saja (misalkan Super Mie, Sarimie, atau apapun), menyebutnya dengan Indomie, begitu juga dengan Sasa, sebagai merk dagang bumbu penyedap rasa (MSG). Itulah hebatnya orang-orang yang bergerak di bidang pemasaran, khususnya brand image, yang mampu menanamkan nama produk di benak para konsumennya hingga turun-temurun. Persepsi adalah kata yang berhubungan dengan waktu yang dalam bahasa Inggrisnya berhubungan dengan past-present, atau masa lalu hingga saat ini, atau berhubungan dengan pengalaman. Amat sulit tugas untuk “menyamakan persepsi,” karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Sehingga persepsinya pun berbeda. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pada dasarnya dalam kehidupannya, manusia tidak lepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi digunakan untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan dan manusia lainnya. Dalam berkomunikasi, manusia menerima stimulus dari yang lain, sehingga ia dapat memberikan respon dari stimulus tersebut melalui panca indera yang dimilikinya. Namun dari stimulusstimulus yang sama mungkin akan ditafsirkan secara berbeda oleh orang yang berbeda. Alat-alat indera yang dimiliki manusia menyebabkan manusia mampu berpikir, merasakan, dan memiliki persepsi tertentu mengenai dirinya dan dunia sekitarnya. Prasyarat terjadinya persepsi adalah penangkapan stimulus oleh alat-alat indera, sehingga peranan alat-alat indera sangat penting. DAFTAR RUJUKAN Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Wahyudi, Bambang. 2009. Menyampaikan Persepsi?. http://www.google.com.%5B15 Oktober 2009]



membingkai teori menjadi tesis kumpulan teori tentang pemerintahan, pembangunan, keuangan, otonomi daerah dan pelayanan publik     



Home Umroh Gratis Dealer Master Kios Ahsan Toko Bagus



teori persepsi / Labels: teori persepsi banyak pengertian persepsi yang diketengahkan oleh berbagai ahli, masing-masing ahli memaknai sesuai disiplin keilmuannya. konsepsi mengenai persepsi itu sendiri seyogianya telah lama dikembangkan dalam berbagai teori psikologi. dan suatu teori khusus mengenai persepsi yang cukup berpengaruh adalah teori atribusi. teori atribusi menurut saparinah (1976:52) adalah teori mengenai bagaimana orang membuat penjelasan kausal atau mengenai bagaimana mereka menjawab pertanyaaan yang dimulai dengan mengapa? teori tersebut menekankan pada informasi yang dipergunakan orang dalam menarik kesimpulan kausal, dan apa yang dilakukan dengan informasi tersebut untuk menjelaskan pertanyaan kausal. menurut mulyana (2000:168) persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-balik(decoding) dalam proses komunikasi.selanjutnya mulyana mengemukakan persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan lian. persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (robert a. baron dan paul b. paulus, understanding human relations; a practical guide to people at work, 1991:34). persepsi timbul karena adanya dua faktor baik internal maupun eksternal. faktor internal tergantung pada proses pemahaman sesuatu termasuk di dalamnya sistem nilai, tujuan, kepercayaan dan tanggapannya terhadap hasil yang dicapai. faktor eksternal berupa lingkungan. kedua faktor ini menimbulkan persepsi karena didahului oleh suatu proses yang dikenal dengan komunikasi.



persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penghlihatan, pendengaran, penghayatan, persaan, dan penciuman. kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang untik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. seperti dikatakan krech (dalam thoha, 2000:124) persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan mengahasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali berbeda dari kenyataannya. dalam buku mulyana ( 2000:167) john r.wenburg dan william w.wilmot : persepsi dapat didefinisikan sebgai cara organisme memberi makna. rudolph. f.verderber mendefinisikan persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi. sedangkan j. cohen mengemukakan persepsi adalah adalah sebgai interprestasi bermakna atas sensasi sebgai representatif objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang diluar sana (mulyana: rakhmat dalam psikologi komunikasi mengemukakan, persepsi merupakan bagian dari komunikasi intra personal. menurutnya pengolahan informasi komunikasi intra personal meliputi, sensasi, persepsim memori, dan berpikir. sensasi adalah proses menangkap stimuli. persepsi ialah proses memberi makna pada sensai sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru, dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. memori adalah proses penyimpanan informasi dan memanggilnya kembali. desiderato (19769:129) dalam rakhmat (1996:51) mengemukakan bahwa persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. persepsi ialah memberi makna pada stimuli inderawi(sensory stimuli). hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. sensasi adalah bagian dari persepsi. walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderwai tidak hanya melibatkan sensasi, tapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. atensi (perhatian) adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesdaran pada saat stimuli lainnya melemah (kenneth e. anderson, 1972:46) dalam rakhmat (1996:52). atensi sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal penarik perhatian. faktor eksternal penarik perhatian ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal. stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol antara lain: gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan. sedangkan ataensi yang disebabkan faktor internal penaruh perhatian adalah faktor-faktor biologis dan faktor-faktor sosiopsikologis. krech dan crutchfield dalam rakhamt mengemukakan bahwa faktor-faktor yang menentukan persepsi adalah persepsi bersifat selektif secara fungsional. faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi adalah kerangka rujukan yang dimulai persepsi objek, kemudian persepsi sosial. lebih lanjut gibson, ivancevich dan donelly (1996:134) mengemukakan bahwa persepsi membantu individu dalam memilih, mengatur, menyimpan dan menginterpretasikan rangsangan menjadi gambaran dunia yang utuh dan berarti. oleh sebab itu, persepsi berperan dalam penerimaan rangasangan, mengaturnya, dan menterjemahkan atau menginterpretasikan rangsangan yang sudah teratur itu untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap.



senada dengan itu, davidoff (1981:253) mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, nampak bahwa daya persepsi manusia mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya, sementara itu gito sudarmo dan sudita (2000:16) menyebutkan persepsi adalah suatu proses memperhatikan dan menyeleksai, mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan. proses memperhatikan dan menyeleksi terjadi karena setiap saat panca indera kita(indera pendengar, perasa, penghlihata, penciuman dan indera peraba) dihadapkan kepada begitu banyak stimulus lingkungan. winardi(1992:42) mengemukakan bahwa konsp persepsi merupakan proses kognitif, di mana seseorang individu memebrikan arti pada lingkungan. mengingat bahwa masing-masing orang memberi artinya sendiri terhadap stimuli maka dapat dikatakan bahwa individu-indivdiu yang berbdeda, melihat hal yang sama dengan cara yang berbeda. lebih lanjut winardi (19992:44) mengemukakan bahwa persepsi meliputi aktivitas menerima stimuli, mengorganisir stimuli tersebut, dan menterjemahkan atau menafsirkan stimuli yang terorganisir tersebut sedemikian rupa, sehingga ia dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. dalam kenyataannya persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap sistuasi dan ukan suatu pendatatan yang benar dan objektif karena dilatrbelakangi oleh kepentingan yang berlainan sehubungan dengan hal itu maka persepsi itu sebetulnya suatu proses. roucek (1987:22) persepsi merupakan proses menyadari adanya sesuatu hal dan memebrikan suatu tanggapan, ;azim disebut persepsi. kesadaran itu diperoleh berkat penggunaan panca indera. akan tetapi saran sensoris manusia saja tidak menjelaskan proses pemahaman. panca idera hanya merupakan alat fisik yang menerima kesan terhadap objek yang dijumpai manusia dalam kehidupan sehari-hari. mulyana(2000:171) persepsi terbagi dua yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik dan persepsi terhadap manusia). persepsi terhadap manusia lebih sulit dan kompleks, karena manusia bersifat dinamis. persepsi terhadap manusia sering dijumpai persepsi sosial, meskipun kadangkadang manusia disebut juga objek. perbedaan kedua tersebut yaitu : 1. persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik, sedangkan persepsi terhadap orang melalui lambang-lambang verbal dan non verbal. orang lebih aktif daripada kebanyak objek dan lebih sulit diramalkan. 2. persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat lura, sedangkan persepsi terhadap orang menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, harapan dan sebagainya). kebanyakan oebjek tidak mempersepsi anda, ketika anda mempersepsi objek itu, akan tetapi orang mempersepsi anda pada saat anda mempersepsi mereka. dengan kata lain persepsi terhadap manusia bersifat interaktif. menurut mulyana(2000:75) persepsi sosial adalah sebgai berikut :”proses menangkap arti objekobjek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas disekelilingnya. beberapa prinsip mengenai persepsi sosial sebgaimana dikemukan oleh mulyana(2000:75) sebagai berikut : a. persepsi berdasarkan pengalam yaitu persepsi manusia terhadap seseorang, objek atau kejadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman dan pembelajaran masa lalu mereka berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa



b. persepsi bersifat selektif. setiap manusia sering mendapat rangsangan indrawi sekaligus, untuk itu perlu selektif dari rangsangan yang penting. untuk ini atensi suatu rangsangan merupakan faktor utama menentukan selektivitas kita atas rangsangan tersebut. c. persepsi bersifat dugaan. persepsi bersifat dugaan terjadi oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap. persepsi merupakan loncatan langung pada kesimpulan. d. persepsi bersifat evaluatif. persepsi bersifat evaluatif maksudnya adalah kadangkala orang menafsirkan pesan sebgai usatu proses kebenaran, akan tetapi terkadang alat indera dan persepsi kita menipu kita, sehingga kita juga ragu seberapa dekat persepsi kita dengan realitas yang sebenarnya. untuk itu dalam mencapai suatu tingkat kebenaran perlu evaluasi-evaluasi yang seksama e. persepsi bersifat kontekstual. persepsi bersifat kontekstual merupakan pengaruh paling kuat dalam mempersepsi suatu objek. konteks yang melingkungi kita ketika melihat seseorang, sesuatu objek atau sesuau kejadia sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan prinsipnya yaitu : 1. kemiripin atau kedekatan dan kelengkapan 2. kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadia yang terdiri dari struktur dan latar belakangnya. konsep-konsep persepsi yang dikemukankan itu memebrikan gambaran babtasan dan raung lingkup persepsi, mulai dari adanya stimuls, dan seterusnya. menurut rakhmat (1999:51-67) terdapat beberapa unsur dalam persepsi yaitu : perhatian, fungsional, struktural dan memori. perhatian yaitu proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnyamelemah. perhatian dibentuk oleh faktor eksternal atau faktor internal. faktor eksternal adalah stimuli diperhatikankarena mempunyai sifat-sifat yang menonjol antara lain : gerakan, internsitas stimuli, kebaruan, dan perulangan. gerakan, seperti organisme yang lain manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak. intensitas stimuli. kita akan memperhatikan stimuli yang lebihmenonjol dari stimuli yang lain. kebaruan )(novelty) adalah hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian. perulangan adalah hal-hal yang disajikan berkali-berkali, bila disertai dengan sedikit variasi akan menarik perhatian. disini unsur familiarity (yang sudah kita kenal) berpadu dengan unsur novelty (yuang baru kita kenal). perulangan juga mengandung unsur sugesti : mempengaruhi bawah sadar kita. faktor internal meliputi faktor biologis (kebutuhan dasar manusia), faktor sosiopsikologis, dan motif sosiogenis (sikap, kebiasaan dan kemauan). unsur fungsional menurut rakhmat (1999:55) berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebgai fakto-faktor personal. unsur struktural menurut rakhmat (1999:58) semata-mata dari sifat stimuli fisik, memori menurut schlessinger dan groves (dalam rakhmat, 1999:62) adalah sistem yang berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta-fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. mussen dan roxenzweig (dalam rakhmat, 1999:63) mengemukakan bahwa secara singkat memori melewati tiga proses yakni perekaman, penyimpanan, pemanggilan sebgai berikut : 1. perekaman (disebut encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkuit saraf internal 2. penyimpanan (storage), proses yang kedua adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa dan dimana. penyimpanan bias aktif atau pasif. kita menyimpan secara aktif, bila kita menambahkan informasi tambahan kita mengisi informasi



tidak lengkap dengan kesimpulan kita sendiri (inilah yang menyebabkan desas-desus menyebar lebih banyak dari volume yang asal) mungkin secara pasif terjadi tanpa penambahan. 3. pemanggilan (retrieval) dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi adalah menggunakan informasi yang disimpan. berkaitan dengan pemanggilan rakhmat (1999:64) mengemukakan ada empat cara proses pemanggilan, yaitu : 1, peringatan (recall), yaitu proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara verbatim (kata demi kata) tanpa petunjuk yang jelas 2. pengenalan(recognition), yaitu kesuksesan untuk mengingat kembali sejumlah fakta, lebih mudah mengenalnya kembali 3. belajar lagi(relearning), yaitu menguasai kembali pelajaran yang sudah pernah kita peroleh termasuk pekerjaan memori 4. redintegrasi(redintegration), yaitu merekonstruksi seluruh masa lalu persepsi mengacu pada mekanisme yang menjadi alat kita menyadari dan memproses informasi tentang dunia luar. aristoteles dalam kuper dan kuper (2000:960) mengklasifikasikan panca indra menjadi lima keategori yaitu penghlihatan (vision), pendengaran (audition), penciuman (olfaction), perasa (gustation) dan perabaan. adalah biasa pada saat ini untuk membagi lebih jauh perabaan menajdi kategori yang terpisah yaitu, sakit, sentuha, kehangatan, dingin, dan sensasi organis. selain itua da dua indera yang biasanya tidak kita sadari, yaitu, kinestesis, indra tentang posisi tungkai kita dan indera verstibula yang memberikan informasi tentang gerakan dan posisi kepala. kuper dan kuper (2000:961) nilai penting teoritis dari sensasi dan persepsi berasal dari sudut pandang empiris dalam filsafat yang berusaha menjaga pengetuhan diperantarai oleh panca indera. dalam konteks ini, keterbatasan sistem sensorik, ilusi, dan distorsi akibat pengalaman masa lalu biasa yang berkaitan dengan faktor-faktor motivasional memainkan suatu peran sangat penting, karena menentukan isi pikiran. keunggulan dari pandangan empiris adalah bertanggung jawab terhadap penekanan atas kajian terhadap sensasi dan persepsi selama sejarah awal psikologi eksperimental. sistem sensorik bisa bertindak secara mandiri atau bersama dengan indra yang lain. dalam kasus psikologi gestalt, dalam konteks teori yang menekankan peran perhatian atau motivasi, si pengamat hanya memilih aspek –aspek tertneu dari lingkungan untuk memproses dengan kata lian, kita cenderung meilhat dan mendengar apa yang ingin kita lihat dan dengan dan secara aktif menolak informasi yang mempunyai potensi untuk memalukan atau tidak menyenangkan. fenomena persepsi sektif ini diilustrasikan melalui reaksi kepada stimuli kesakitan yang mungkin bisa diminimalisasi atau diabaikan jika dikatikan dengan peristiwaperistiwa yang menyenangkan seperti kemenangan dalam perlombaan atletik, tapi bisa dilamporkan sebgai sangat menyakitakan dalam kondisi-kondisi yang menyenangkan. karena kajian tentang persepsi manusia sering bergantung pada laporan verbal dari seorang pengamat, sehingga tidak bisa dievaluasi secara langsung dan karena itu tunduk pada modifikasi melalui keadaan-keadaan motivasional. Newer Post Older Post Home



PERSEPSI SEBAGAI INTI KOMUNIKASI INTERPERSONAL A. Definisi Persepsi Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya (Wolberg 1967). Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut. Haal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku, dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya. Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian. Menurut sesYoung (1956) persepsi merupakan aktivitas, mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada



obyek-obyek fisik maupun obyek sosial dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapanharapan, niali-nilai, sikap ingatan dan lain-lain. Menurut wagito (1981) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses psikologi dan hasil dari penginderaan serta protes terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk, yaitu sikap yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula. Istilah persepsi menurut adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadian-kejadiannya. Dengan persepsi kita dapat berinteraksi dengan dunia sekeliling kita, khususnya antar manusia. Dalam kehidupan sosial di kelas tidak lepas dari interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen. Adanya interaksi antar komponen yang ada di dalam kelas menjadikan masing-masing komponen (mahasiswa dan dosen) akan saling memberi tanggapan, penilaian dan persepsinya. Adanya persepsi ini adalah penting agar dapat menumbuhkan komunikasi aktif, sehingga dapat meningkatkan kapasitas belajar di kelas. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi. Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku, Struktur; memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa



persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu.



B.



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu ;



1.



Faktor Internal Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :



a.



Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.



b.



Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.



c.



Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.



d.



Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.



e.



Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.



f.



Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.



2.



Faktor Eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :



a.



Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.



b.



Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.



c.



Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.



d.



Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.



e.



Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.



C. Persepsi Sebagai Inti Komunikasi Interpersonal Persepsi dikatakan inti komunikasi karena persepsi sangat mempengaruhi proses komunikasi yang dilakukan baik komunikasi interpersonal maupun komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Misal berfikir, menulis, merenung, menggambar dan sebagainya. Sedangkan komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain atau kelompok, misal mengobrol lewat telepon, korespondensi dll.



Persepsi atau cara pandang kita terhadap sesuatu akan menentukan jenis dan kualitas komunikasi yang kita lakukan. Misal kita berhadapan dengan seseorang yang kita persepsikan baik, maka komunikasi yang kita lakukan dengannya pun akan baik pula, begitu juga sebaliknya. Definisi cantik menurut orang yang satu dengan yang lain pasti mempunyai jawaban yang berbeda-beda, mungkin ada yang menjawab cantik itu gendut, ramping atau bahkan kurus kering. Hal itu dikarenakan persepsi setiap orang atau kelompok dalam memandang suatu hal berbeda-beda yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pengalaman, psikologi dan kondisi faktual yang saat itu kita tangkap. Kecantikan menurut orang dayak adalah seseorang yang memakai banyak anting sampai daun telinganya menjuntai ke bawah. Menurut penduduk fiji, kecantikan dilihat dari kemampuan reproduksi yakni tubuh yang subur dan keturunan yang banyak. Berbeda dengan masyarakat modern kota, kecantikan diartikan sebagai seorang wanita yang bertubuh ramping, putih, dan berambut lurus. Sesuatu diintepretasikan berbeda-beda oleh setiap orang dan kelompok tergantung latar belakangnya masing-masing.



D. Proses Terbentuknya Persepsi Perceptual process atau proses persepsi meliputi 3 (tiga) tahap yaitu : 1.



Sensasi (asensi) Sensasi adalah proses pengiriman pesan ke otak melalui panca indera yaitu mata, hidung, telinga, lidah, kulit. Panca indera adalah reseptor yang menghubungkan otak kita dengan lingkungan sekitar. Informasi yang kita tangkap dari proses melihat, mencium, mendengar, merasakan, dan meraba tersebut kita proses kembali untuk dapat menghasilkan persepsi terhadap sesuatu. Misal melihat pantai, mencium parfum, bersalaman, mencicipi masakan. Setelah informasi itu kita tangkap dan kita rekam dalam otak kita masuk dalam terhadap atensi



2.



Atensi Atensi adalah suatu tahap dimana kita memperhatikan informasi yang telah ada sebelum kita menginterpretasikannya. Sebenarnya banyak sekali hal yang tertangkap oleh panca indera, namun tidak semua kita perhatikan. Misal kita mengobrol lewat telepon, informasi yang kita perhatikan hanyalah suara lawan bicara meskipun saat itu kita juga sedang membaca koran atau makan bakwan, ketika melihat sekumpulan orang berpakaian hitam, dan ada satu orang berpakaian putih, tentunya kita lebih memperhatikan yang berbaju putih, hal ini terjadi karena



kita hanya akan memperhatikan apa yang kita anggap paling bermakna bagi kita, paling berbeda dan paling menarik perhatian. 3.



Interpretasi Tahap interpretasi adalah tahap terakhir. Jika persepsi dikatakan sebagai inti komunikasi, maka interpretasi adalah inti dari persepsi. Interpretasi adalah proses penafsiran informasi atau pemberian makna dari informasi yang telah kita tangkap dan kita perhatikan. Ketika mata kita melihat matahari terbenam di pantai kemudian kita perhatikan, maka secara tidak langsung kita akan menginterpretasikan pantai tersebut. Apakah menurut kita indah, biasa saja atau bahkan jelek. Pendapat atau persepsi yang dihasilkan tentunya akan beragam tergantung latar belakang kita masing-masing. Sensasi, atensi dan interpretasi adalah tahapan-tahapan yang dilalui untuk menghasilkan persepsi, semakin sama persepsi setiap orang, maka semakin efektif komunikasi yang dilakukan. Persepsi setiap orang akan sama jika mereka berasal dari latar belakang yang sama. Misal samasama orang desa, sama-sama orang jaqwa dan sama-sama orang gila. Persepsi-persepsi yang ada pada diri kita akan mempengaruhi proses komunikasi yang kita lakukan, karena itu berfikirlah positifdan obyektif dalam memandang sesuatu.



E.



Sifat Persepsi Beberapa hal yang patut kita pelajari menyangkut persoalan dalam persepsi ini, Mulyana (2000: 176-196) mengungkapkan hal-hal berikut: 1.



Persepsi mendasarkan pada pengalaman. Dikemukakan bahwa pola-pola perilaku seseorang itu berdasarkan persepsi mengenai realitas sosial yang telah dipelajarinya (pada masa lalu). Artinya, persepsi kita terhadap seseorang, objek, atau kejadian, dan reaksi kita terhadap hal-hal itu amat tergantung pada pengalaman masa lalu berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa. Seperti halnya cara kita bekerja, menilai pekerjaan yang baik bagi kita, cara kita makan, cara kita menilai kecantikan; semua ini amat tergantung pada apa yang telah diajarkan budaya kita mengenai halhal tersebut.



2.



Persepsi bersifat selektif.



Pada dasarnya melalui indera kita, setiap saat diri kita ini dirangsang dengan berjuta rangsangan. Jika kita harus memberikan tafsiran atas semua rangsangan itu, maka kita ini bisa menjadi gila. Karena itu, kita dituntut untuk mengatasi kerumitan tersebut dengan memperhatikan hal-hal yang menarik bagi kita. Atensi kita pada dasarnya merupakan faktor utama dalam menentukan seleksi atas rangsangan yang masuk ke dalam diri kita. 3.



Persepsi bersifat dugaan. Karena pada dasarnya data yang kita peroleh melalui penginderaan tidak pernah lengkap, makasering kita melakukan dugaan atau langsung melakukan penyimpulan. Coba perhatikan gambar apa yang bisa dibuat dengan ketiga titik dan keempat titik berikut ini.



4.



Persepsi bersifat evaluatif. Tidak sedikit orang beranggapan bahwa apa yang mereka persepsikan sebagai sesuatu yang nyata. Artinya, perasaan seseorang sering mempengaruhi persepsinya, padahal hal tersebut bukanlah sesuatu yang objektif. Kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingan subjektif kita sendiri. Karena itu persepsi bersifat evaluatif; merupakan proses kognitif yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan dengan memaknai objek persepsi itu sendiri.



5.



Persepsi bersifat kontekstual. Dari setiap peristiwa komunikasi, seseorang selalu dituntut untuk mengorganisasikan rangsangan menjadi suatu persepsi. Konteks nampaknya berpengaruh kuat atas persepsi yang terbentuk dalam diri seseorang. Sebagai contoh, terhadap gambar seseorang bisa mengatakan bahwa itu adalah angka 13 karena konteksnya adalah angka-angka lainnya, yaitu 11, 12, 14 dan 15. Tetapi bagi seseorang yang memiliki konteks huruf-huruf A, C, D dan E, maka gambar tersebut adalah huruf B. Meskipun sesungguhnya banyak informasi yang kita perlukan untuk melakukan persepsi terhadap orang lain, namun paling tidak ada tiga jenis informasi terpenting yang perlu kita ketahui, yaitu tujuan orang tersebut, kondisi internalnya (psikologis), dan kesamaan antara kita dengan orang tersebut. Mempersepsi tujuan orang lain memiliki beberapa arti bagi kita dalam berkomunikasi. Adalah hal yang tidak mungkin bagi kita untuk secara nyata mengamati kondisi internal orang lain. Namun melalui pengamatan terhadap perilakunya, kita dapat menyimpulkan bagaimana sikap, keyakinan dan nilai orang tersebut.



Ada anggapan bahwa elemen non-verbal dari perilaku merupakan refleksi yang paling akurat dari perasaan atau kondisi internal seseorang. Sementara itu, adanya kesamaan antara kita dengan orang yang kita ajak berkomunikasi akan mendorong rasa saling menyukai. Keadaan semacam ini akan membantu kita untuk merasa lebih nyaman dalam mel



Posting Paling Populer     



tentang tugas, fungsi dan wewenang pemerintah daerah kerangka teori : pembagian kekuasaan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Organisasi Landasan Teori : Evaluasi Kebijakan Publik pengertian organisasi menurut para ahli



Your browser does not support iframes.





Blog Archive                       



August (3) May (4) April (1) March (3) December (1) November (3) October (4) September (1) August (3) July (8) June (6) May (5) April (31) March (40) February (1) January (5) December (87) November (57) October (52) July (72) June (13) May (14) April (10)



Followers My Link          



ahsan pulsa berdaya12 ehaji dot com kios ahsan ringkasan teori slapia syamsuri12 tokobagus tokoone wallpapers bola



Powered by Blogger.



Top Copyright 2009 membingkai teori menjadi tesis All rights reserved. Powered by Blogger Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net | Wordpress by NeoEase.