Perencanaan Plat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERENCANAAN PLAT



1. Plat Atap 150cm



300cm



300cm



300cm



150cm



A



B



B



B



A



250cm



A



B



B



B



A



250cm



4



B



B



B



A



B



B



B



A



A



250cm



A



250cm



3



B



B



B



A



A



B



B



B



A



150cm



300cm



300cm



300cm



150cm



250cm



A



250cm



2



1



DENAH PLAT ATAP



1



2. Plat Lantai 300cm



150cm



300cm



300cm



150cm



A



B



B



A



250cm



A



B



B



A



250cm



4



B



B



B



A



B



B



B



A



A



250cm



D



250cm



3



B



B



B



A



B



B



B



150cm



300cm



300cm



300cm



A



250cm



A



A



250cm



2



1



A



B



C



150cm D



DENAH PLAT LANTAI



2



Data Perencanaan: -



Mutu Beton f’c = 20 MPa



-



Mutu Baja



fy = 240 MPa



Penentuan Tebal Pelat Menurut RSNI-2002 pasal 11.5 butir 3 disebutkan bahwa untuk menentukan tebal dari pelat dengan balok yang menghubungkan tumpuan pada semua sisinya harus memenuhi ketentuan rumus berikut : a) Untuk m yang sama atau lebih kecil dari 0,2 harus menggunakan 11.5 (3(2)) b) Untuk m lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 0,2 ketebalan pelat minimum harus memenuhi fy ) 1500 h 36  5 m  0,2 



n ( 0,8 



dan tidak boleh kurang dari 120 mm c) Untuk m lebih besar dari 2,0 ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari



h



fy ) 1500 36  9



n ( 0,8 



dan tidak boleh lebih kurang dari 90 mm Dimana : h



= tebal pelat ( mm )



n = bentang bersih pelat ( mm ) fy = tegangan baja ( MPa ) α = perbandingan antara kekakuan lentur balok dengan pelat yang dibatasi oleh garis tengah panel yang bersebelahan pada masing – masing sisi balok. α m = harga α rat-rata dari semua balok pada tiap-tiap tepi panel β



= perbandingan antara bentang besih pada tiap-tiap tepi panel pendek dari panel dua arah.



3



PERHITUNGAN TEBAL PLAT Pelat Lantai o Tebal plat lantai yang direncanakan = 12 cm o Menentukan harga m



Menurut RSNI-2002 pada pasal 10.10 dalam menentukan lebar efektif flens diatur menurut ketentuan berikut:



Untuk Balok T : be = ¼ . L



b1 = 8 x t1 atau ½ L1



be = bw + b1 + b2



b2 = 8 x t2 atau ½ L2



Untuk Balok L : be = ¼ . L



b1 = 6 x t1 atau ½ L1



sssbe = bw + b1



L2 = 2,5 M



L1 = 2,5 M b1 be



bw b2



Dimana: be



= lebar efektif flens lebar efektif flens



bw



= lebar badan balok dari penampang persegi



L



= bentang balok



L1=L2 = jarak bersih dari badan balok yang bersebelahan t1=t2 = tebal pelat



4



1.1. Balok Induk ( 35/50 )



y1 = ½ ( h-t ) = 19 cm y2 = h – ½ t = 44 cm



Sehingga : 



Lebar efektif dari Balok Induk : be = ¼ . L



be



= bw + b1 + b2



= ¼ x 300



= bw + ½ L1 + ½ L2



= 75 cm



= 35 + ½ .250 + ½ .250 = 285 cm



be = bw + b1 + b2 = bw + (8 x t1) + (8 x t2) = 35 + (8 x 12) + (8 x 12) = 227 cm



Dari hasil yang didapat diatas dipakai nilai yang terkecil yaitu ( be ) = 75 cm. 



Inersia Balok Induk (Ib) y 



 be  t   y2    h  t   bw  y1  be  t   h  t  bw 



y 



 75  12  44    50  12 35 19  75  12  50  12 35







64870 2230



 29,090 cm



5



Sehingga Inertia dari Balok Induk adalah : 1  1  2 3 2 Ib    be  t 3   y 2  y   be  t     bw  h  t    y  y1   bw  h  t  12  12  1  1  2 3 2 Ib    75  12 3  44  29,090  75  12    35  50  12  29.090  19  35  50  12 12  12    10800  200077,290    160043,333  135404,773   506325,396 cm 4



 Is



Is



1



1



Inersia Pelat dari Balok Induk (Is) 1  L  t3 12 1   300  12 3  43200 cm 4 12 Ib 506325,396   43200 Is =  dari balok induk. 



 11,720



1.2. Balok Anak ( 20/30 ) y1 = ½ ( h-t ) = 9 cm y2 = h – ½ t = 24 cm



Sehingga : 



Lebar efektif dari Balok Anak : be = ¼ . L



be



= bw + b1 + b2



= ¼ x 300



= bw + ½ L1 + ½ L2



= 75 cm



= 20 + ½ .250 + ½ .250 = 270 cm



be = bw + b1 + b2 = bw + (8 x t1) + (8 x t2) = 20 + (8 x 12) + (8 x 12) = 212 cm Dari hasil yang didapat diatas dipakai nilai yang terkecil yaitu ( be ) = 75 cm.



6







Inersia Balok Anak (Ib) y  y 



 be  t   y2    h  t   bw  y1  be  t   h  t  bw   75  12  24   30  12 20  9  75  12  30  12  20







24840 1 260



 19,714 cm



Sehingga Inertia dari Balok Anak adalah : Ib



1  1  2 3 2 3 12  be  t   y 2  y   be  t   12  bw  h  t    y  y1   bw  h  t     







1  1  2 3 2 Ib    75  12 3  24  19,714  75  12    20  30  12  19,714  9  20  30  12 12  12 



 10800  16532,816    9720  41324,327 







 78377,143 cm 4 



Inersia Pelat dari Balok Anak (Is) 1  L  t3 12 1   300  12 3 12 Ib  Is 



Is Is



2



Maka harga



m







 43200 cm 4 



1   2



78377,143 43200



 1,814



2 11,720  1,814  2  6,767



1.3. Tebal Pelat Lantai Minimum Tebal minimum pelat : fy n ( 0,8  ) 1500 h 36  5 m  0,2 



n = 300 – ( ½ 35 + ½ 35 ) = 265



Sn = 250 – ( ½ 20 + ½ 20 ) = 230



 240 265 ( 0,8  ) 1500 h 36  5.1,152 6,767  0,2 



cm







n Sn



cm  1,152



= 3,446



7



Tidak boleh kurang dari ;



h



h



fy ) 1500 36  9



n ( 0,8 



240 ) 1500 36  9.1,152



265 ( 0,8 



h = 5,487 Dan tidak perlu lebih dari :



h



 



n ( 0,8 



fy ) 1500



36



265( 0,8 



240 ) 1500



36 254,400 36



 7,067 cm



Berdasarkan Perhitungan yang diperoleh : Tebal pelat lantai rencana yang diperoleh dipakai yang terbesar yaitu t = 7,067 cm, tetapi untuk menjaga keamanan terhadap lendutan maka tebal pelat lantai yang dipakai adalah t = 12 cm.



8



2. Pelat Atap



Tebal pelat atap yang direncanakan adalah = 9 cm. Dengan cara yang sama seperti pada pehitungan pada pelat lantai, dengan ukuran dimensinya sebagai berikut : -



Balok Induk ( 35/50 )



-



Balok Anak ( 20/30 )



2.1. Balok Induk ( 35/50 )



y1 = ½ ( h-t ) = 20,5 cm y2 = h – ½ t = 45,5 cm



Sehingga : 



Lebar efektif dari Balok Induk : be = ¼ . L



be



= bw + b1 + b2



= ¼ x 300



= bw + ½ L1 + ½ L2



= 75 cm



= 35 + ½ .250 + ½ .250 = 285 cm



be = bw + b1 + b2 = bw + (8 x t1) + (8 x t2) = 35 + (8 x 9) + (8 x 9) = 179 cm Dari hasil yang didapat diatas dipakai nilai yang terkecil yaitu ( be ) = 75 cm. 



Inersia Balok Induk (Ib) y  y 



 be  t   y2    h  t   bw  y1  be  t   h  t  bw   75  9   45,5    50  9   35  20,5   75  9    50  9   35 







60130 2110



 28,498 cm



9



Sehingga Inertia dari Balok Induk adalah : Ib







1  1  2 3 2 3 12  be  t   y 2  y   be  t   12  bw  h  t    y  y1   bw  h  t     



1  1  2 3 2 Ib    75  9 3  45,5  28,498  75  9    35  50  9  28,498  20,5  35  50  9 12  12 







4556,250  195120,903  201019,583  91794,086



 492490,822 cm 4  Is Is



1



Inersia Pelat dari Balok Induk (Is) 1  L  t3 12 1   300  9 3 12 Ib  Is 



 18225 cm 4 



492490,822 18225







27,023



2.2. Balok Anak ( 20/30 ) y1 = ½ ( h-t ) = 10,5 cm y2 = h – ½ t = 25,5 cm



Sehingga : 



Lebar efektif dari Balok Anak : be = ¼ . L = ¼ x 300 = 75 cm



be



= bw + b1 + b2 = bw + ½ L1 + ½ L2 = 20 + ½ .250 + ½ .250 = 270 cm



be = bw + b1 + b2 = bw + (8 x t1) + (8 x t2) = 20 + (8 x 9) + (8 x 9) = 164 cm 10



Dari hasil yang didapat diatas dipakai nilai yang terkecil yaitu ( be ) = 75 cm 



Inersia Balok Anak (Ib) y  y 







 be  t   y2    h  t   bw  y1  be  t   h  t  bw   75  9  25,5    30  9  20  10,5   75  9    30  9 20  21622,500 1095



 19,747 cm



Sehingga Inertia dari Balok Anak adalah : 1  1  2 3 2 3 12  be  t   y 2  y   be  t   12  bw  h  t    y  y1   bw  h  t     



Ib







Ib



1  1  2 3 2    75  9 3  25,5  19,747   75  9    20  30  9  19,747  10,5  20  30  9 12  12 



  4556,250  22340,481   15435  35912,944   78244,675 cm 4



Inersia Pelat dari Balok Anak (Is) Is Is



2



1  L  t3 12 1   300  9 3 12 Ib  Is 



Maka harga



m



 18225cm 4 







78244,675 18225



 4,293



1   2



2 27,023  4,293  2  15,658



11



2.3. Tebal Pelat Atap Minimum Tebal minimum pelat : fy ) 1500 h 36  5 m  0,2 



n = 300 – ( ½ 35 + ½ 35 )



n ( 0,8 



= 265



Sn = 250 – ( ½ 20 + ½ 20 ) = 230



240 265 ( 0,8  ) 1500 h 36  5.1,152 15,658  0,2 







cm











Ln Sn



cm  1,152



254,400 125,038



= 2,035 cm Tidak boleh kurang dari



h



h 



fy ) 1500 36  9



n ( 0,8 



240 ) 1500 36  9.1,152



265 ( 0,8 



254,400 46,368



= 5,487



Dan tidak perlu lebih dari :



h







n ( 0,8 



fy ) 1500



36 240 ) 1500  254,400  7,067 cm 36 36



265( 0,8 



Berdasarkan Perhitungan yang diperoleh : Tebal pelat lantai rencana yang diperoleh dipakai yang terbesar yaitu t = 7,067 cm, tetapi untuk menjaga keamanan terhadap lendutan maka tebal pelat atap yang dipakai adalah t = 9 cm.



12



PERHITUNGAN PEMBEBANAN Beban – beban yang berkerja pada pelat sesuai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung th 1983.



1. Pelat Lantai Ketentuan dari pelat lantai : -



Tebal pelat , t = 12 cm = 120 mm



-



Tebal sepesi , t = 3 cm = 30 mm



-



Tebal tegel , t = 2 cm = 20 mm



-



Diameter tulangan utama Ød = 10 mm



-



Tebal lindungan beton / selimut beton ( p ), sesuai table 2.1 CUR seri 4, Untuk kontruksi yang tidak langsung berhubungan dengan tanah / cuaca dipakai, p = 20 mm



-



Gamma beton γb = 2400 kg/m3



-



Gamma sepesi γs = 2100 kg/m3



a. Beban Mati ( qD ) – ditinjau permeter lebar pias - Berat sendiri pelat



= 0,12 m x 2400 kg/m3



= 288 kg/m2



- Berat sepesi



= 0,03 m x 2100 kg/m3



= 63 kg/m2



- Berat tegel



= 0,02 m x 2400 kg/m3



= 48 kg/m2



- Berat pengntg, plafon



= 7 kg/m2 + 11 kg/m2



= 18 kg/m2 qD = 417 kg/m2



b. Beban Hidup ( qL ) - Utk Kantor Beban hidupnya



qL



= 250 kg/m2



c. Beban Ultimit ( qU ) qU



= 1,2 . qD + 1,6 . qL = 1,2 . 417 + 1,6 . 250 = 900,400 kg/m2



= 9,004 kN/m2



13



d. Tinggi efektif ( untuk arah sumbu x dan sumbu y ) dx = h – p – ½ Ø



dy = h – p – Ø – ½ Ø



= 120 – 20 – ½ 10



= 120 – 20 – 10 – ½ 10



= 95 mm



= 85 mm



2. Pelat Atap Ketentuan dari pelat atap : -



Tebal pelat , t = 9 cm = 90 mm



-



Tebal sepesi , t = 3 cm = 30 mm



-



Diameter tulangan utama Ø = 8 mm



-



Tebal lindungan beton / selimut beton ( p ), sesuai table 2.1 CUR seri 4, Untuk kontruksi yang tidak langsung berhubungan dengan tanah / cuaca dipakai, p = 40 mm



-



Gamma beton γb = 2400 kg/m3



-



Gamma air γa



= 1000 kg/m3



a. Beban Mati ( qD ) – ditinjau permeter lebar pias - Berat sendiri pelat



= 0,09 m x 2400 kg/m3



= 216 kg/m2



- Berat sepesi



= 0,03 m x 2100 kg/m3



= 63 kg/m2



- Berat pengntg, plafon



= 7 kg/m2 + 11 kg/m2



= 18 kg/m2 qD



= 297 kg/m2



b. Beban Hidup ( qL ) - Utk Kontor Beban hidupnya



= 100 kg/m2



- Berat Air Hujan ( 40 – 0,8 α ), α = 00



= 20 kg/m2



( Beban yg diambil tdk perlu > dr 20 kg/m2, PPIUG 83, Psl 3.2 )



qL



= 120 kg/m2



14



c. Beban Ultimit ( qU ) qU



= 1,2 . qD + 1,6 . qL = 1,2 . 297 + 1,6 . 120 = 548,400 kg/m2



= 5,484 kN/m2



d. Tinggi efektif ( untuk arah sumbu x dan sumbu y ) dx = h – p – ½ Ø



dy = h – p – Ø – ½ Ø



= 90 – 20 – ½ 8



= 90 – 20 – 8 – ½ 8



= 66 mm



= 58 mm



15



PERHITUNGAN DIMENSI PENULANGAN Untuk menentukan dimensi penulangan sebelumnya harus dihitung dulu momen – momen yang ditimbulkan akibat lentur yang bekerja pada jarak sebesar 1 meter lebar pias pada arah x dan pada arah y sesuai dengan tipe penyaluran beban pada pelat berdasarkan Metoda Amplop, untuk mempermudah analisa digunaka table 4.2.b. CUR Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang seri 4 dan juga harus memenuhi syarat :



ρmin < ρb