Perilaku AGAMA DAN MAGIC [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : HALIMA Nim



:1820305005 A. Perilaku Agama Kamu telah mampu mendeskripsikan apa pengertian agama. Para ahli memang memiliki definisi sendiri-sendiri tentang agama. Bahkan kamu pun bisa memberikan definisi tentang agama. Sebagai panduan, kamu bisa mengenali ciri-ciri sebuah perilaku agama dari hal-hal sebagai berikut. Pertama, terdiri atas ritual. Kedua, ada doa, nyanyian, tarian, sesaji, dan kurban. Ketiga, ada usaha manusia untuk memanipulasi makhluk dan kekuatan supernatural untuk kepentingannya sendiri; seperti dewa, dewi, arwah leluhur, roh, kekuatan impersonal. Keempat, ada orang tertentu yang memiliki pengetahuan khusus untuk berhubungan dengan makhluk dan kekuatan gaib. Menurut Daniel Lerner, cepat atau lambat masyarakat akan menuju pada kehidupan modern. Penyebab hal tersebut diperkirakan oleh media massa yang dengan mudah mempengaruhi manusia berubah dari masyarakat tradisional menuju modern. Manhardt mengatakan bahwa bentuk mitologi lebih sederhana adalah ritus-ritus dan kepercayaan para petani seperti hantuhantu



tanaman,



Max Weber



roh-roh



gandum,



dan



roh-roh



pepohonan.1



mendefinisikan sosiologi sebagai studi tentang aksi



sosial. Sebagai studi aksi sosial, Weber banyak bicara mengenai hubungan sosial dan motivasi, yang menurut Weber banyak dipengaruhi oleh 1



Daniel L. Pals, Seven Theories of religion, New York: Oxford University Press, 1996, terjemahan dari materi antropologi kelas XII



1



rasionalitas formal. Rasionalitas formal, meliputi proses berfikir aktor dalam membuat pilihan mengenai alat dan tujuan. Dalam konteks ini, hubungan sosial berkaitan dengan motivasi dan rasionalitas formal mengenal 3 sifat hubungan, yaitu: a) Hubungan sosial yang bersifat atau didasarkan pada tradisi, yaitu hubungan



sosial yang terbangun atas dasar



kebiasaan/tradisi di masyarakat. b) Hubungan social yang bersifat atau didasarkan pada koersif/tekanan. Yaitu hubungan sosial yang terbangun dari rekayasa sosial dari pihak yang memiliki otoritas (kekuasaan) terhadap powerless. c) Hubungan social yang bersifat atau didasarkan pada rasionalitas. Menurut Max Weber, tindakan rasional adalah tindakan manusia yang dapat mempengaruhi individu-individu lain dalam masyarakat. Weber membagi tindakan rasional ini kepada empat jenis atau bentuk. 1. Tindakan rasional instrumental yaitu tindakan yang diarahkan secara rasional untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 2. Tindakan rasional nilai yaitu tindakan yang akan ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan atas dasar keyakinan seorang individu terhadap nilai-nilai estetika, etika atau keagamaan. 3. Tindakan emosional yaitu segala tindakan seseorang individu yang akan dipengaruhi oleh perasaan dan emosi.



2



Jenis atau bentuk tindakan terakhir yang dinyatakan oleh Max Weber ialah tindakan tradisional yaitu tindakan dimana seseorang akan melakukan suatu tindakan hanya karena mengikuti amalan tradisi atau kebiasaan yang telah berlaku. Sebagai contoh dari teori rasionalistik ini adalah, seperti yang kita ketahui bahwa teori rasional itu masuk akal, seperti halnya kita memotong apel memakai pisau itu sangat masuk akal, bukan memotong apel memakai sendok. Jika dalam agama akan berbeda ranah, karena agama tidak rasio. Adanya kepercayaan kepada tanggalan primbon Jawa. Berikut adalah pendapat Max Weber. Max Weber melakukan studi mendalam tentang ikatan Calvinisme (etika protestan) dengan spirit kapitalisme industrial. Agama yang beragam adanya di permukaan bumi, tidak seluruhnya memiliki kesamaan di dalam menjalankan ritual keagamaannya. Namun, hampir seluruhnya percaya terhadap sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuasaan dan kekuatan. Van Baal menjelaskan bahwa manusia memiliki kepercayaan terhadap mana. Mana adalah sesuatu yang mempengaruhi semua hal yang melampaui kekuasaan manusia yang berada di luar jalur yang normal dan wajar. Mana muncul karena hadirnya pengaruh yang ditimbulkan oleh pikiran manusia. Ketika seseorang mengenakan cincin dengan batu akik dengan warna tertentu kemudian mendapatkan kekayaan yang di luar dari kebiasaannya, ia akan berpandangan bahwa batu akik yang dikenakannya itu memiliki mana.2 Perilaku keagamaan memiliki bentuk yang beragam. Jika dilihat melalui ritual, dapat dilihat berikut ini. Ritual adalah sarana yang digunakan untuk melakukan hubungan antara manusia dengan kekuatan supranatural. Selain itu, juga digunakan sebagai penghubung antara manusia dengan kekuatan supranatural, digunakan pula untuk memperingati peristiwa penting dan kejadian kematian. Antropologi membagi ritual menjadi beberapa hal, yaitu upacara peralihan (rites of passage) dan upacara intensifikasi (rites of intensification). Dikutip dari Havilland, upacara peralihan (rites of passage) adalah upacara keagamaan yang 2



Yudi Santoso, Sosiologi Agama Max Weber, (Jogjakarta : IRCiSoD, 2012), Hal.18



3



berkaitan dengan tahap-tahap yang penting dalam kehidupan manusia, seperti kelahiran,



perkawinan,



dan



kematian.



Upacara



intensifikasi



(rites



of



intensification) adalah upacara keagamaan yang diadakan pada waktu kelompok menghadapi krisis real atau potensial. Salah satu contoh upacara peralihan yang paling serig kita jumpai adalah aqiqah yang biasa dilaksanakan oleh umat Islam. Upacara aqiqah dilaksanakan pada hari ketujuh dari kelahiran seorang anak, ditandai dengan penyembelihan kambing. Untuk anak anak laki-laki, kambing yang disembelih berjumlah dua ekor sedangkan untuk perempuan hanya seekor. Tujuan pelaksanaan upacara ini adalah untuk menebus anak. Menurut keyakinan mereka, seorang anak sebelum diaqiqahi masih tergadai. Rangkaian upacara ini meliputi pencukuran rambut anak, pemberian nama yang baik, dan penyebelihan ternak kurban. Sebagian daging ternak yang telah disembelih itu kemudian dibagikan kepada masyarakat sekitar, sebagian yang lain untuk pesta. Maknanya, anak diantar untuk menjadi seorang makhluk sosial dan mempunyai akhlak yang baik. Upacara pada tahap berikutnya adalah sunatan. Sunat adalah tanda anak laki-laki memasuki akil balig, biasanya dilakukan pada anak usia 8-14 tahun. Saat melaksanakan upacara ini, biasanya orang tua mengadakan pesta dengan mengundang sanak saudara dan tetangga. Setelah menginjak dewasa, sampailah anak pada jenjang perkawinan. Berdasarkan hukum Islam, perkawinan terjadi antara seorang jejaka dan gadis dengan wali mewakili gadis. Sebuah upacara bisa dilaksanakan apabila ada izin dari wali, selanjutnya ia harus memberikannya dan menerima ikatan perkawinan yang mempersatukan kedua mempelai. Ikatan itu biasa disebut mahar (berupa emas, benda berharga atau Al Quran). Mempelai kemudian mengikuti prosesi di depan tamu undangan. Di beberapa suku bangsa, kedua anggota keluarga yang yang telah terikat dalam satu ikatan kekeluargaan itu saling memberikan petuah kepada kedua mempelai. Saat ada salah satu anggota keluarga yang meninggal, maka ada banyak kewajiban yang biasa dilakukan oleh sanak keluarga yang ditinggal. Misalnya dengan memandikan, mengubur, hingga berdoa untuk keluarga yang meninggal. Upacara kematian yang diadakan oleh sanak keluarga biasanya berisi talqin dan tahlil. Upacara dibagi menjadi tiga tahap, yaitu separasi, transisi, dan inkorporasi. 4



Dikutip dari Havilland, separasi adalah dalam upacara peralihan, upacara untuk memisahkan seseorang dari masyarakatnya. Transisi adalah dalam upacara peralihan, isolasi seseorang setelah mengalami separasi dan sebelun inkorporasi. Inkorporasi adalah dalam upacara peralihan, penyatuan kembali seseorang ke dalam



masyarakat



menurut



statusnya



yang



baru.



Berkaitan dengan upacara peralihan, manusia dianggap melalui beberapa tahap kehidupan. Tahap kehidupan tersebut adalah kelahiran, pubertas, perkawinan, menjadi orang tua, naik ke tingkat yang lebih tinggi, spesialisasi pekerjaan, dan kematian. Sementara itu, berkaitan dengan upacara intensifikasi, manusia banyak mengalami suatu krisis. Krisis air hujan, serangan hama, muncul serangan binatang berbahaya, muncul serangan musuh, kematian, dan lain-lain. Untuk menghalau krisis-krisis tersebut, manusia mengadakan upacara. Di dalam mencari ketenangan hidup, manusia menggunakan bermacam hal yang berkaitan dengan supranatural. Hal tersebut di antaranya adalah agama, magic, dan sihir. 3 B. Perilaku Magic Magic adalah kepercayaan dan praktik dengan keyakinan bahwa secara langsung mereka dapat mempengaruhi kekuatan alam dan antar mereka sendiri, entah unntuk tujuan baik atau buruk, dengan usaha-usaha mereka sendiri dalam memanipulasi daya-daya yang lebih tinggi. 1) Magic primitif terbagi dua jenis a) Magic tiruan yang didasarkan pada kesamaan dalam bentuk atau dalam proses, keserupaan menghasilkan akeserupaan. Misalnya kalau seseorang memasukkan jarum pada suatu boneka, orang yang diserupakaan dengan boneka itu akan terkena pengaruhnnya. Disini ahli magic dapat membuat hujan turun dengan menirukan bunyi guntur.



3



Ibid.,Hal 1



5



b) Magic sentuhan didasarkan pada hukum sentuhan fisik atau penukaran dan pengaruh magic mempunyai dasarnya pada kontak fisik. Disini ahli magic dapat mencelakaan orang lain , kalau dia dapat memperoleh sehelai rambut, seopotong kuku, secarik kain yang pernah bersentuhan dengan orang tersebut. Kesusasteraan etnologi membedakan secara umum antara magic putih dan magic hitam menurut tujuannya masing-masing yakni apakah hal itu dilakukan untuk menolong atau mencederai orang. Pada umumnya magic hitam dianggap tidak etis dalam hal sikap maupun campur tangannya dalam hubungan antar pribadi. Orang primitif melihat magi hitam sebagai



suatu kejahatan yang sungguh-sungguh



melawan masyarakat. Orang jahat adalah orang yang mengarahkan pengetahuan dan bakatnya dalam hal magic hitam untuk melawan anggota-anggota dalam kelompoknya sendiri. Dalam istilah Frazer baik magi tiruan maupun sentuhan disebut magic simpatik (syzmphatetic magic) dan ini memberikan kesan bahwa semua magi bersifat simpatik. Dan ini sangat berbeda dengan sosiolog Perancis H. Hubert dan M. Mauss yang mengatakan bahwa tidaklah benar bahwa semua magi berdasarkan pada prinsip gagasan dan tindakan simpatik, sebab tidak perlu diragukan ada kata-kata dan tindakan magis yang tidak simpatik, misalnya mantra. Menurut Frazer, magi sama sekali tidak berkaitan dengan agama yang didefinisikan sebagai suatu orientasi ke arah roh, dewa-dewa atau hal-hal lain yang melampaui susunan alam atau kosmos fisik ini. Ahli magi “tidak memohon kepada kuasa yang lebih tinggi, ia tidak menuntut untuk kepentingan makhluk yang tidak tetap dan suka melawan, ia tidak merendahkan diri dihadapan dewata yang hebat. Dia hanya dapat menguasai daya itu sejauh sesuai dengan hukumhukum kemahirannya, atau dengan apa yang bisa disebut hukum-hukum alam sebagaimana dibbyangkannya. Frazer berpendapat bahwa ahli magi mempunyai kaitan lebih erat dengan ilmuan darpipada agamawan. Ahli magi dan ilmuwan 6



keduanya menganggap rangkaian kejadian sebagi sesuatu yang pasti dan mengikuti aturah dengan sempurna, terbatas oleh hukum-hukum yang tidak berubah, yang operasinya dapat diramalkan dan diperhitungkan dengan tepat, unsur-unsur sepontanitas , kebetulan dan musibah dikecualikan dari jalan alam. Magi bertujuan mencapai hubungan denga daya-daya alam, pada hakikatnya bersifat manipulatif, yakni mau mengontrol daya-daya alam tersebut untuk kepentingan pribadi. Agama sebaliknya berusaha menjalin suatu hubungan komunal dengan makhluk-makhluk rohani (dewa-dewa) yang lebih dari sekedar daya-daya impersonal. Agama bisa mencari pertolongan dari dewa-dewa, tetapi hanya dengan memohon, bukan memerintah. Sedangkan magi memerintah. Magi adalah suatu teknik yang dirancang untuk mencapai tujuannya dengan cara menggunakan obat-obatan, kalau obat-obatan ini digunakan semata-mata sebagai sarana, sebagai jenis muslihat khusus, untuk memperoleh tujuan-tujuan tertentu, maka kita berhadapan dengan magi (Lowie). Tujuannya kedekatan atan kesatuan dengan ilahi adalah agama, magi memperhitungkan tujuan-tujuan dalam hidup (Beth), sarana demi tujuan, itulah magi, tujuan itu sendiri menampilkan agama (Malinowski), sebagai praktik magi adalah pemanfaatan dari kuasa untuk tujuantujuan umum atau privat ini (Webstre), magi terdiri dari tindakan-tindakan expresif dari suatu hasrat akan kenyataan (Kramrisch). Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa magi berbeda dari agama. Pada hakikatnya magi bersifat manipulatif, meskipun manipulsinya berlangsung dalam suasana takut dan hormat, kagum dan heran, sama seperti ciri-ciri dalam sikap religius juga. Agama haruslah berarti suatu tindakan langsung dari sudut pandangan si pelaku, sedangkan magi tak pernah merupakan suatu metode langsung sebab tanpa adanya sarana, magi tak dimujngkinkan. Tak bisa dikatakan adanya “suatu magi yang alamiah” sebab semua magi bersifat mengelabui. Magi adalah muslihat.



7



2) Magi dan klasifikasinya Magi adalah upacara dan rumusan verbal yang memproyeksikan hasrat manusia ke dunia luar atas dasar teori pengontrolan manusia untuk suatu tujuan. Kita dapat menggariskan suatu klasifikasi umum dari magi dalam konteks tujuan-tujuan praktis ini, entah itu demi kemakmuran manusia, perlindungan terhadap interes-interes yang ada atau penghancuran kesejahteraan manusia lewat kejahatan atau hasrat untuk membalas dendam : magi produktif, magi protektif, dan magi destruktif.4



4



http://diyahpradita.wordpress.com



8