Perkembangan Dari Tas Tradisional Papua Noken [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERKEMBANGAN TAS TRADISIONAL PAPUA NOKEN BAGUS TRI PAMUNGKAS



SEKOLAH MENENGAH ATAS AVEROS



2021



i



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini tepat pada waktunya. Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada Bu Puji yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan dalam penelitian ini.



Penulis sangat berharap proposal ini akan berguna bagi penelitian yang akan dilakukan selanjutnya dan juga untuk menambah ilmu pengetahuan. Penulis juga menyadari masih terdapat kekurangan dalam proposal penelitian ini, dan penulis sangat berterimakasih dengan adanya saran dan kritikan dari pihak yang terkait.



Semoga proposal penelitian ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan ini dapat berguna bagi penulis sendiri dan siapapun yang membacanya. Sebelumnya penulis memohon maaf atas kata-kata yang kurang berkenan.



ii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL………………………………………………………………....



i



KATA PENGANTAR……………………………………………………………….



ii



DAFTAR ISI………………………………………………………………………....



iii



BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………...



1



1.1



Latar Belakang……………………………………………………………...



1



1.2



Rumusan Permasalahan……………………………………………………..



2



1.3



Tujuan…………………………………………………………………………………………………………



2



1.3.1 Tujuan penelitian……………………………………………………..



2



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………...



4



2.1



TELAAH PUSTAKA………………………………………………………...



4



2.1.1 Noken…………………………………………………………………...



4



2.1.2 Jenis-jenis noken berdasarkan ukurannya……………….……………..



4



2.1.3 Noken tradisional……………………………………………………….



4



2.1.4 Noken modern…………………………………………………………..



5



2.1.5 Papua…………………………………………………………………….



5



2.2



LANDASAN TEORI………………………………………………………….



5



2.3



KERANGKA PEMIKIRAN………………………………………………….



7



BAB 3 METODE PENELITIAN……………………………………………………………..



8



3.1



JENIS PENELITIAN…………………………………………………………..



8



3.2



Waktu Penelitian………………………………………………………...



8



3.3



Tempat Penelitian……………………………………………………….



8



3.4



Teknik Pengumpulan Data……………………………………………...



8



iii



3.4.1 Observasi…………………………………………………………



8



3.4.2 Wawancara…………...…………………………………………..



8



3.5 Hasil dan Kesimpulan…………………………………………………….



9



DAFTAR PUSAKA………………………………………………………………...



10



LAMPIRAN………………………………………………………………………...



11



iv



BAB 1 PENDAHULUAN



Latar Belakang Noken adalah tas tradisional masyarakat Papua yang dibawa dengan menggunakan kepala dan terbuat dari serat kulit kayu. Sama seperti tas pada umumnya, noken ini digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari. Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga untuk membawa barang-barang dagangan ke pasar. Karena keunikannya yang dibawa dengan kepala.



Tas noken ini adalah hasil asli dari buatan mama-mama Papua. Tas tradisional Noken memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua terutama kebanyakan di daerah Pegunungan Tengah Papua seperti suku Mee/Ekari, Damal, suku Yali, Dani, Suku Yali dan Bauzi,



Noken terbuat dari bahan baku kayu pohon Manduam, pohon Nawa atau Anggrek hutan dan masih banyak lagi jenis pohon yang umum digunakan. Masyarakat Papua biasanya menggunakan Noken untuk bermacam kegiatan, Noken yang berukuran besar (disebut Yatoo) dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, barang-barang belanjaan, atau bahkan digunakan untuk menggendong anak. yang berukuran sedang (disebut Gapagoo) digunakan untuk membawa barang-barang belanjaan dalam jumlah sedang, dan yang berukuran kecil (disebut mitutee) digunakan untuk membawa barang-barang pribadi. Keunikan Noken juga difungsikan sebagai hadiah kenang-kenangan untuk tamu yang biasanya baru pertama kali menginjakkan kaki di bumi Papua dan dipakai dalam upacara..



Membuat Noken cukup rumit karena menggunakan cara manual dan tidak menggunakan mesin. Kayu tersebut diolah, dikeringkan, dipilah-pilah serat-seratnya dan kemudian dipintal secara manual menjadi tali/benang. Variasi warna pada Noken dibuat dari pewarna alami. Proses pembuatannya bisa mencapai 1-2 minggu, untuk Noken dengan ukuran besar, bisa mencapai 3 minggu bahkan sampai 2-3 bulan, tergantung prosesnya. Di daerah Sauwadarek, Papua, masih bisa kita temukan pembuatan Noken secara langsung.



Tas noken sendiri memiliki ukuran yang bervariasi, yang pastinya memiliki fungsi masingmasing. Noken yang berukuran besar biasanya digunkan oleh mama-mama papua saat bepergian ke ladang untuk mengangkut hasil panennya seperti, keladi, singkong, kasbi, kangkung dll. Sedangkan yang berukuran kecil biasanya lebih modern dan digunakan oleh anak-anak untuk pergi sekolah maupun yang lainnya.



Masyarakat asli Papua adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan menetap di Tanah Papua dari sejak lahir hingga mereka di panggil kembali. Masyarakat asli Papua biasa juga disebut sebagai masyarakat Adat. Masyarakat asli Papua bertahan hidup dengan mengembangkan bakat-bakat luar biasa yang mereka miliki. Seiring dengan perubahan dan perkembangan yang pesat di Negeri yang kaya akan potensi sumber daya alam dan keragaman potensi warisan budaya leluhur nenek moyang, banyak terjadi perpindahan penduduk dari luar daerah Papua ke Papua. Hal inilah yang menyebabkan 1



banyaknya masyarakat pendatang yang tinggal dan menetap di Tanah Papua. Sehingga jika berkunjung ke Papua, yang dilihat tidak hanya masyarakat asli Papua saja tetapi ada masyarakat pendatang yang juga membuat Tanah Papua ini menjadi lebih berwarna.



Papua sendiri menggambarkan sejarah masa lalu Indonesia, karena tercatat bahwa selama abad ke-18 Masehi, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, yang berpusat di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Palembang, Sumatra Selatan, mengirimkan persembahan kepada kerajaan Tiongkok. Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cenderawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari Papua, yang pada waktu itu dikenal sebagai ‘Janggi’.



Seperti juga sebagian besar pulau-pulau di  Pasifik Selatan lainnya, penduduk Papua berasal dari daratan Asia yang bermigrasi dengan menggunakan kapal laut. Migrasi itu dimulai sejak 30.000 hingga 50.000 tahun yang lalu, dan mengakibatkan mereka berada di luar peradaban Indonesia yang modern, karena mereka tidak mungkin untuk melakukan pelayaran ke pulau-pulau lainnya yang lebih jauh.



Para penjelajah Eropa yang pertama kali datang ke Papua, menyebut penduduk setempat sebagai orang Melanesia. Asal kata Melanesia berasal dari kata Yunani, ‘Mela’ yang artinya ‘hitam’, karena kulit mereka berwarna gelap. Kemudian bangsa-bangsa di Asia Tenggara dan juga bangsa Portugis yang berinteraksi secara dekat dengan penduduk Papua, menyebut mereka sebagai orang Papua.



1.2 RUMUSAN PERMASALAH Kebenyakan orang hanya mengetahui tas noken secara visual, yang langsung dilihat dengan mata secara langsung tanpa melihat perkembangan awal dari tas noken yang sangat tradisional.



1.3 TUJUAN



1.3.1 TUJUAN PENELITIAN Agar memberikan pengetahuan orang-orang tentang tas tradisional papua yaitu noken, pada awal ditemukannya noken, dan dapat digunakan untuk mengetahui tradisi dari orang papua. Dan juga untuk menarik orang-orang untuk melihat keindahan dari tas tradisional papua yang nantinya akan menjadi lebih banyak peminatnya.



1.3.2 MANFAAT PENELITIAN



Manfaat dalam penelitian ini adalah: 2



1. Masyarakat akan lebih mengenal dan mengetahui tentang perkembangan noken. 2. Memberikan wawasan serta memperkenalkan budaya baru yang belum diketahui oleh masyarakat sebelumnya. 3. Menjadikan noken lebih dikenal oleh masyarakat modern.



3



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1 TELAAH PUSTAKA



2.1.1 Noken Noken adalah salah satu tas tradisional asal papua yang digunakan dengan cara diikat di kepala. Noken sendiri terbagi dari tiga jenis noken jika dilihat dari ukurannya, yang pertama yatoo, Gapagoo, mitutee(Sumber: ANTARA). Noken dibuat dengan cara dirajut dari kayu pohon dan ada juga yang terbuat dari terbuat dari benang woll. Masyarakat papua biasanya menggunakan noken dalam kehidupan sehari-harinya, misalnya dalam berpergian ke kebun noken biasanya digunakan untuk membawa barang hasil kebun, biasanya juga digunakan untuk menggendong anak bayi. Noken sendiri sudah ada sejak lama dan diputuskan sebagai warisan budaya dunia tak berbenda oleh UNESCO di Prancis oleh Arley Gill sebagai ketua komite, yang bertujuan untuk melindungi dan menggali kebudayaan tersebut.



a. Bahan yang digunakan untuk membuat noken Umumnya, bahan yang digunakan untuk membuat noken seperti serat pohon, kulit kayu, atau daun yang diproses menjadi barang kuat



1) Serat Pohon Serat pohon/tanaman adalah tanaman yang ditumbuhkan untuk menghasilkan serat yang umumnya akan dijadikan sebagai macam komoditas, seperti kertas, pakaian, tali. Tanaman serat dicairkan dengan kandungan selulosa yang relative tinggi dan menguatkan struktur mereka.



2) Kulit Kayu Kulit kayu adalah lapisan terluar batang dan akar tumbuhan berkayu. Beberapa jenis kulit kayu dapat dijadikan kerajinan tangan, salah satunya noken. Jenis kulit kayu yang digunakan 4



ialah kulit kayu pohon manduam, kulit kayu pohon nawa atau anggrek hutan dan masih banyak lagi.



2.1.2 Jenis-jenis noken berdasarkan ukurannya 1) Noken Yatoo Noken yatoo adalah jenis noken berukuran besar yang biasanya digunakan untuk membawa hasil panen dan bahan belanjaan dari pasar. Biasanya noken ini jarang terlihat di daerah perkotaan, dan lebih condong ke daerah pedalaman papua.



2) Noken Gapago Noken gapago tidak jauh beda dari noken yatoo, noken ini sama fungsinya dengan noken yatoo yaitu digunakan untuk membawa belanjaan, hasil panen. Namun noken gapago ini ukurannya lebih sedang dibandingkan noken yatoo, dan noken ini dapat kita temukan di pasar dan sekitarnya.



3) Noken Mitutee Noken mitutee adalah noken yang berukuran kecil yang digunakan untuk membawa barang pribadi, noken ini dapat ditemukan di mana saja karena noken ini termasuk noken yang modern.



2.1.3 Noken Tradisional



5



a. Noken Tradisional Noken tradisional biasanya lebih sering digunakan oleh masyarakat pedalaman papua, karena memiliki simbol perdamaian dan kehidupan yang baik. Bentuk noken tradisional ini lebih elastis dan memiliki lubang-lubang yang sangat jarak. Bahan utama noken tradisional ini adalah serat kayu, kulit pohon. Biasanya serat dan kulit pohon yang digunakan ialah dari pohon rotan, karena pohon rotan kuat, elastis dan mudah didapatkan. Noken tradisional ini dibuat oleh mama-mama papua yang membutuhkan waktu cukup lama. Noken tradisional ini dijual di pasaran dengan tidak banyak coraknya dan harga yang di tawarkan cukup mahal dibandingkan noken-noken yang lain.



2.1.4 Noken Modern



a. Noken Modern Noken modern adalah noken yang bentuk dan modelnya mengikuti perkembangan zaman, noken ini lebih banyak coraknya dibandingkan dengan noken tradisional. Bahan yang digunakan pun dari benang woll dan ada pengancingnya seperti zipper. Ukuran dari noken modern ini bervariasi mulai dari yang kecil hingga yang besar, dan dapat digunakan untuk masyarakat umum. Noken modern ini juga dapat kita temui di pasar, dan biasanya dijual dengan harga yang lebih terjangkau. Noken ini juga dibuat oleh mama-mama papua dan masih manual belum menggunakan mesin.



2.1.5 Papua Papua adalah sebuah provinsi yang terletak di wilayah paling timur di Indonesia. Kesenian dan kebudayaan yang ada di Papua sangat menarik dan unik. Tidak hanya ada satu atau dua budaya saja yang dapat ditemui di Papua, melainkan multibudaya sebanyak 250 lebih suku dan Bahasa. Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua bagian barat. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands NieuwGuinea atau Dutch New Guinea). Setelah berada bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002. UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua mengamanatkan nama provinsi ini untuk diganti menjadi Papua. Pada tahun 2003, disertai oleh berbagai protes (penggabungan Papua Tengah dan Papua Timur), Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia; bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (setahun kemudian menjadi Papua Barat). Bagian timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada saat ini.



2.2 LANDASAN TEORI Noken merupakan identitas budaya dalam unsur-unsur kebudayaan Papua. Masyarakat Papua mengenal Noken sebagai tempat mengisi, menyimpan dan membawa barang dan merupakan hasil kerajinan tangan masyarakat Papua. Leluhur nenek moyang dari berbagai suku bangsa Papua sudah 6



mahir merajut dan menganyam Noken pada waktu senggang. Lain halnya dengan generasi muda masa kini yang sudah mengenal Noken tetapi belum terampil akan kemahiran kerajinan tangan budaya Noken. Kemudian tidak ada jaminan bahwa masih ada ketahanan kemahiran perajin Noken rajutan atau anyam. Kecuali kalau kepada kaum muda dewasa ini diadakan pendidikan dan pelatihan rajut/anyam noken sebagai kemahiran kerajinan tangan manusia alami (Pekei, 2013). Pada zaman dulu mama-mama Papua membuat noken diwaktu senggang. Mereka juga mengajari anak-anak gadis mereka untuk ikut membuat noken sebab dengan membuat noken dapat melambangkan kedewasaan dari anak-anak gadis itu. Berbeda halnya dengan generasi sekarang, dimana yang mereka tahu hanyalah menonton drama Korea sampai dengan membuat video yang dapat dikatakan tidak berfaedah, kemudian mengunggahnya di akun sosial media mereka. Arus modernisasi memang begitu deras sehingga membuat anakanak generasi sekarang atau biasa sering disebut dengan istilah “generasi jaman now” menjadi lebih pro akan suguhan kebudayaan dari luar dibanding kebudayaan daerah sendiri. Noken yang sejak dulu merupakan tradisi dari masyarakat asli Papua dan kebanggaan tersendiri untuk mereka sudah mulai ditilas zaman. Sudah jarang bagi anak-anak perempuan Papua yang masih mau belajar untuk membuat noken. Hal ini tentunya sangat disayangkan apalagi noken merupakan salah satu warisan dunia dan sudah diakui oleh UNESCO. “Noken merupakan salah satu kebudayaan kami orang asli Papua yang memiliki banyak sekali makna yang terkandung didalamnya. Noken juga mempunyai beragam variasi mulai dari motif sampai cara membuatnya pada masing-masing suku di Papua seperti Maybrat, Teminabuan, Mooi, dsb. Di era modernisasi ini saya rasa noken masih bertahan dan semakin banyak peminatnya. Ini membuktikan bahwa noken masih eksis sampai saat ini”(wawancara pada tanggal 14 november 2018).



2.4 KERANGKA PEMIKIRAN Noken Tradisional



Modernisasi secara universal



Noken Modern



7



BAB 3 METODE PENELITIAN



3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara kualitatif. Kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang diamati. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisis induktif dan makna makna merupakan hal yang esensial. (Lexy Moleong, 2006: 04). Objek yang ada dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau, natural setting, sehingga penelitian ini sering disebut penelitian naturalistic. Obyek yang alami adalah objek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki objek, setelah berada di objek dan keluar dari objek relatif tidak berubah. Dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi instrumen. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau Human instrument. Untuk menjadi instrumen peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan mengkontruksi objek yang diteliti menjadi jelas dan bermakana. Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut ( Sugiyono, 2008: 02).



3.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian yang ditetapkan untuk penelitian ini dari pengamatan, pengumpulan data, dilakukan sejak hari Senin, 23 November 2021 dan diselesaikan tepat pada hari Jumat 26 November 2021



3.3 Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di kota Sorong Papua Barat, serta di pasar tradisional remu kota Sorong



3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data, adalah observasi. Observasi pada penelitian ini dilakukan pada masyarakat sorong khususnya para pedagang noken di pasar tradisional remu Kota Sorong Papua Barat. Selain itu data tang didapatkan diambil dari beberapa jurnal yang ada.



3.4.1 Observasi Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk melihat proses pembuatan noken dari jenis yang tradisional maupun modern. 8



3.4.2 Wawancara Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai perkembangan noken dari zaman ke zaman. Wawancara dilakukan kepada orang local sekitar dan para pedagang noken yang berada di Pasar Tradisional Remu Kota Sorong Papua Barat.



3.5 Hasil dan Kesimpulan Modernisasi merupakan suatu bentuk kemajuan dari yang sebelumnya tradisional. Sehingga menyebabkan perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat. Salah satumya adalah perkembangan noken yang dulunya hanya berbahan khusus kayu, serat pohon, dan kulit kayu serta model yang polos. Sekarang di zaman yang modern noken telah berkembang dengan berbagai macam model, dengan adanya corak, warna yang bervariasi dan berbagi hiasan lainnya.



Budaya menoken saat ini hampir sudah jarang dilakukan oleh orang lokal. Hal ini sangat disayangkan karena dapat menghilangkan budaya atau khas dari pulau papua ini. Dengan adanya modernisasi dan digital yang sangat canggih saat ini, dapat dimulai dengan menunjukkan atau menampilkan noken melalui web yang dapat di akses semua orang.



Noken tradisional harus dijaga kelestariannya meskipun dunia saat ini sudah modern, agar generasi berikutnya dapat melihat warisan budaya asal papua ini. Modernisasi tidak membuat luntur budaya lama. Modernisasi membawa pengaruh positif, dimana noken dapat melebarkan sayapnya tidak hanya didalam maupun diluar kota bahkan sampai keluar Negeri. Yang mana memanfaatkan modernisasi sebagai media untuk berbagi informasi.



9



DAFTAR PUSAKA



Istiqomah nurul , “Eksistensi Noken Dalam Modernisasi Pada Masyarakat Di Kota Sorong”. Dg Pabalik2 , Nurhidaya Nurhidaya3 1,2,3Program Studi Sosiologi, FISIP, Universitas Muhammadiyah Sorong.



Pekei, Titus. 2011. Cermin Noken Papua. Perspektif Kearifan Lokal Mata Budaya Papuani. Nabire: Ecology Papua Institut (EPI)- KEMENPEREK.



Warami, Hugo. 2014 “Noken Papua: Cermin, Transformasi, dan Format Negosiasi Damai” dalam Prosiding Seminar Internasional Tradisi Lisan IX, Manado-Bitung, 21-24 September 2014. Manado: Pemkot. Bitung – ATL Pusat.



10



LAMPIRAN



11