Perkembangan Misi Di Filipina [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Heru Wihartono Nim



: 153100917/TH



MK



: Sejarah Gereja Asia



================================================ ==================================



PERKEMBANGAN MISI DI FILIPINA



1.Misi Katolik Negara Filipina adalah satu-satunya negara di Asia yang penduduknya hampir seluruhnya beragama Kristen. Filipina termasuk wilayah jajahan Spanyol. Pemerintah Spanyol mendukung pekabaran Injil di negeri jajahannya. Bangsa Filipina menganut anisme, sehingga belum ada agama yang mendarah- daging dalam bentuk kebudayaan yang kuat menentang kekristenan. Faktor tersebut mengakibatkan misi Gereja Katolik Roma lebih berhasil di Filipina ketimbang di tempat lain di Asia. Magellan seorang Portugis diutus oleh raja Spanyol mencari jalan laut ke Maluku, tiba di kepulauan Filipina pada tahun 1521. Ia disambut baik oleh Raja Humabon di pulau Cebu dan pelayanannya menghasilkan sejumlah warga istana dibaptis. Perluasan iman Kristen dianggap sebagai kelanjutan Perang Salib, maka penginjil Spanyol tidak segan memakai kekerasan senjata dalam usaha meng-Kristenkan orang Filipina. Pada tahun 1586 dilaporkan 400.000 orang sudah dibaptis dan serentak dijadikan sebagai warga kerajaan Spanyol. Gereja makin lama makin berkembang, sehingga pada tahun 1750 mencapai jumlah sejuta orang. Pada tahun 1581 domingo de Salazar diangkat menjadi uskup pertama di Manila, lalu pada tahun 1591 ia menjadi uskup agung. Salazar melarang perbudakan di kepulauan Filipina dan mencela kerakusan bangsa Spanyol yang memeras upeti dari penduduk setempat. Ia menentang kebiasaan mengabarkan Injil melalui kekerasan. Perkembangan gereja di daerah kepulauan utara mengalami gerakan massal, sehingga hampir seluruh penduduk menjadi Kristen. Namun kepercayaan animistis dan penyembahan berhala masih dipertahankan di samping ritual katolik dan ajaran gereja. Kekurangan pastor mengakibatkan penggembalaan serta pengajaran yang kurang mendalam.



2. Pertikaian dan revolusi Pada abad ke-19 timbul pertikaian antara para rahib (biarawan) dengan pastor “ sekular “ (yang bukan anggota ordo). Pertikaian tersebut mempengaruhi gerakan kemerdekaan di Filipina. Kebanyakan rahib adalah orang Spanyol, sedangkan para pastor “ sekular “ adalah orang Filipina. Para rahib Spanyol diutus ke Filipina sebagai tenaga misi. Sesudah suatu daerah menjadi Kristen, cara terbaik untuk pendewasaan jemaat setempat adalah menyerahkan kepemimpinan dan penggembalaan kepada pastor jemaat, supaya meneruskan penginjilan di tempat lain. Dalam kenyataannya para rahib tetap tinggal di tempat pelayanan semula dan menjadi kaya. Orang Filipina merasa tersinggung karena dikenakan bayaran tinggi untuk pelayanan sakramen. Walaupun penduduk Filipina menjadi Kristen dalam jangka waktu yang relative singkat, namun Gereja Katolik Roma enggan mendidik pastor berkebangsaan Filipina. Para rahib berpendapat bahwa orang Filipina masih muda dalam iman sehingga belum sanggup menjadi pastor, ditambah lagi kebudayaan Filipina terlalu primitive. Pastorpastor Filipina biasanya hanya dipekerjakan sebagai pastor pembantu. Tercapainya kemerdekaan Meksiko, negara jajahan Spanyol di benua Amerika, pada tahun 1819, menimbulkan keinginan akan perubahan politik Filipina. Beberapa kali pemerintah di Madrid menjanjikan kepada orang Filipina persamaan hak dan derajat dengan bangsa Spanyol. Namun hal tersebut tidak pernah terlaksana. Pada bulan Agustus 1896 bangsa Filipina bangkit melawan penjajahan Spanyol. Emilio Aguinaldo, pemimpin terkemuka, diangkat sebagai Presiden oleh kaum pemberontak dan pada tanggal 12 Juni 1898 Aguinaldo memproklamasikan kemerdekaan Filipina. Namun dalam kenyataannya justru hal yang tidak dibayangkan sebelumnya yang terjadi. Keadaan politik mengalami perubahan besar sebagai akibat perang Spanyol-Amerika, yang tercetus akibat Amerika Serikat ingin menguasai Kuba. Pada bulan Mei 1898 angkatan laut Amerika menghancurkan armada Spanyol di Teluk Manila. Tetapi Filipina tidak menjadi merdeka. Bahkan Perjanjian Perdamaian Paris pada bulan Desember 1898 menyerahkan Filipina kepada kekuasaan Amerika Serikat. Sehingga bangsa Filipina hanya bertukar penjajah, dari yang satu (Spanyol) ke penjajah yang lain (Amerika Serikat). Perlawanan berlangsung sampai tahun 1902. Baru pada tahun 1946 Filipina memperoleh kemerdekaan politik. 3. Gereja pada masa penjajahan Amerika Serikat Pemerintah Amerika yang berbeda dengan pemerintahan Spanyol, diwarnai konsep kebebasan beragama dan pemisahan gereja dan negara. Konsep tersebut menjadi tampak dalam kebijaksanaan pendidikan. Pada tahun 1901 kapal pengangkut angkatan darat membawa 600 orang guru Amerika. Sekolah-sekolah umum didirikan di seluruh kepulauan Filipina. Pastor-pastor Filipina memainkan peranan yang sangat menentukan dalam gerakan kemerdekaan, yang dianggap secara luas sebagai perjuangan melawan rahib Spanyol. Pada tahun 1899 Gregorio Aglipay diangkat menjadi kepala Gereja Katolik di Filipina. Tujuan tindakan itu bukan memisahkan Gereja Filipina dari gereja induk Roma, melainkan mengusir



kaum klerus berkebangsaan Spanyol. Akan tetapi, sri paus menolak pernyataan tersebut dan tidak mengakui hierarki baru berkebangsaan Filipina. Akibatnya didirikanlah Gereja Mandiri Filipina ( Iglesia Filipina Independiente [ IFI ] ). Aglipay diangkat sebagai uskup agung gereja baru itu, dan beberapa pastor melalui pemilihan diangkat menjadi uskup. Misi Protestan masuk kepulauan Filipina bersamaan dengan penjajahan Amerika. Utusan misi Presbiterian pertama, Pdt James Rodgers, tiba di Filipina pada tahun 1899. Pekabar Injil Baptis dan perkabar Injil Metodis datang pada tahun 1900, disusul tenaga Brethren (Persaudaraan) dan tenaga Protestan Episkopal pada tahun 1901. Pada bulan April 1901 melalui suatu pertemuan para pekabar Injil di Manila membentuk Persekutuan Injili. Badan-badan misi bersepakat membagi wilayah-wilayah penginjilan agar tidak terganggu oleh persaingan. Persetujuan tersebut berlaku sampai Perang Dunia II. Pada tahun 1907 misi Presbiterian mendirikan Sekolah Tinggi Teologi Bersatu (Union Theological Seminary) di Manila. Kemudian beberapa denominasi lain ikut mendukung sekolah teologi tersebut. Pekabar Injil berkebangsaan Filipina memainkan peranan penting dalam perkembangan Protestantisme di Filipina. Salah seorang penginjil yang terkenal adalah Paulino Zamora, keponakan Pastor Jacinto Zamora yang dihukum mati pada masa pemberontakan Cavite tahun 1872, membenci kaum rahib. Bersama dengan tiga orang anaknya, Nikolas, Ricardo dan Yesus, Zamora menghadiri kebaktian Presbiterian pertama yang dipimpin James Rodgers, di Manila, pada bulan Mei 1899. Uskup Metodis james Thoburn berkunjung ke Manila pada bulan Maret 1899. Dia mengadakan pekan kebangunan rohani di Teater Filipina, yang diarahkan kepada anggota angkatan bersenjata Amerika. Sesudah kepergian Thoburn, pertemuan penginjilan dilanjutkan oleh Arthur Prautch, penginjil awam yang bekerja di Manila di perusahaan ekspor. Pada bulan Juni pertemuan-pertemuan tersebut dibuka bagi orang Filipina. Nikolas Zamora diundang berkotbah. Tahun berikutnya Thoburn kembali ke Manila dan menahbiskan Nikolas Zamora sebagai pendeta Protestan pertama berkebangsaan Filipina. Gereja Metodis berkembang cepat di Filipina. Pada tahun 1903 empat puluh jemaat dilaporkan berdiri, yang dilayani oleh empat pekabar Injil dari luar negeri, bekerja sama dengan lima orang Filipina.Kebaktian diadakan di rumah dan pada kemudian hari, setelah jemaat semakin banyak mereka mendirikan gedung gereja. Pada tahun 1908 jumlah anggota gereja Metodis lebih dari 16.600. Pada tahun 1940 dilaporkan 60.000 anggota penuh. Pada masa itu Gereja Metodis merupakan Gereja Protestan terbesar di Filipina. Eric Lund, pekabar Injil Baptis berkebangsaan Swedia, tiba di Filipina pada tahun 1900, dengan tujuan memelopori penginjilan Baptis di kepulauan Visaya. Lund sudah melayani sebelumnya di kota Barcelona, Spanyol. Dari sinilah ia-beserta seorang Filipina, Braulio Manikan, yang sudah keluar dari Gereja Katolik-berangkat ke Filipina. Lund dan Manikan bekerja sama menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa daerah Ilongo. Misi Baptis disambut baik oleh masyarakat pedesaan, tetapi karena kekurangan tenaga mereka tidak dapat memanfaatkan kesempatan yang terbuka di kepulauan tersebut secara maksimal.



Akhirnya misi Baptis memusatkan pelayanannya pada pendidikan. Pada tahun 1906 didirikan sekolah industry di kota Jaro yang kemudian berkembang menjadi Universitas Filipina Tengah. Banyak orang dari Gereja Katolik beralih agama menjadi Protestan dengan alas an politik. Orang Filipina berbondong-bondong masuk Gereja Protestan, antara lain sebagai tanda kemandirian dan kebebasan dari imperialism Spanyol, namun dalam jangka waktu singkat timbul ketegangan antara tenaga rohaniwan Filipina dengan pekabar Injil Amerika. Ketegangan tersebut diperburuk oleh kemarahan orang Filipina terhadap kekuasaan Amerika di negara Filipina dan merupakan salah satu factor yang menyebabkan banyak perpecahan dalam gereja-gereja Protestan. Pada tahun 1909 Zamora keluar dari Gereja Metodis, kemudian dia mendirikan denominasi mandiri, La Iglesia Evangelica Metodista en las Islas Filipinas ( IEMELIF ), Gereja Evangelikal Metodis Filipina. Gereja tersebut menjadi denominasi terbesar di antara gereja-gereja Protestan asli.