Persepsi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PSIKOLOGI NDUSTRI PERSEPSI



NAMA NIM KELAS



: : :



AZIZ MUNIZAR RUSYDA 122130274 A



PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2016 A. Pengertian Persepsi Secara etimilogis, persepsi atau dalam bahasa inggris perseption berasal dari bahasa latin perseptio; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Kata “persepsi” biasanya dikaitkan dengan kata lain, menjadi; persepsi diri, persepsi sosiol (Calhoun & Acocella, 1990; Sarwono, 1997; Gerungan, 1987), dan persepsi interpersonal (Rakhmat, 1994). Menurut De Vito (1997:75), persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Gulo (1982:207) mendefinisikan persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Menurut Atkinson, persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus 1



dalam lingkungan. Teguiri (dalam Muhadjir, 1992) menawarkan istilah “la connaisance d’atrui” atau menagenal orang lain. Dalam kepustakaan berbahasa inggris, istilah yang banyak digunakan adalah “social perception”. Objek fisik umumnya memberi stimulus fisik yang sama, sehinga orang mudah membuat persepsi sama. Pada dasarnya, objek berupa pribadi memberi stimulus yang sama pula, namun kenyataannya tidaklah demikian. Sarlito Wiraman Sarwono, persepsi merupakan kemampuan untuk membedabedakan, mengelompokan, memfokuskan dan sebagainya. Irwanto dkk mengemukakan bahwa persepsi ialah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Jalaluddin Rakhmat mengatakan persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Clifford T. Morgan mengatakan bahwa “Perception is the process of discriminating among stimuli and interpreting their meaning”. Persepsi adalah proses bagai mana membedakan rangsangan (stimulus) dan menginterpretasikan stimulusstimulus yang diterima. Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah : 1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera, 2) Kesadaran dari proses-proses organis, 3) Satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu, 4) Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang, 5) Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 2006:358). Menurut Wittig (1977:76), persepsi adalah proses menginterpretasikan stimulus oleh seseorang (perception is the process by which a person interprets sensory stimuli). Persepsi muncul dari beberapa bagian pengalaman sebelumnya. Walgito (1993), mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan 2



seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak. Definisi persepsi yang diberikan oleh Desiderato (dalam Rakhmat, 1996:51) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Persepsi menurut Fielman (1999:126) adalah proses konstruktif yang mana kita menerima stimulus yang ada dan berusaha memahami situasi (Perception a contructive process by which we go beyond the stimuli that are presented to us and attempt to construct a meaningful situation). Sedangkan menurut Morgan (1987:107) persepsi mengacu pada carakerja, suara, rasa, selera, atau bau. Dengan kata lain, persepsi dapat didefinisikan apapun yang dialami oleh seseorang (perception refers to the way the work, sound, feel, tastes, or smell. In other works, perception can be defined as whatever is experienced by a person). Persepsi adalah proses pengolahan informasi dari lingkungan yang berupa stimulus, yang diterima melalui alat indera dan diteruskan ke otak untuk diseleksi, diorganisasikan sehingga menimbulkan penafsiran atau penginterpretasian yang berupa penilaian dari penginderaan atau pengalaman sebelumnya. Persepsi merupakan hasil interaksi antara dunia luar individu (lingkungan) dengan pengalaman individu yang sudah diinternalisasi dengan sistem sensorik alat indera sebagai penghubung, dan diinterpretasikan oleh sistem syaraf di otak. Kotler (2000), menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Leavitt (dalam Rosyadi, 2001) membedakan persepsi menjadi dua pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian besar dari individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu sama dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan sempit, tidak hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut. Mangkunegara (dalam Arindita, 2002), berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mecakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan 3



penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. Menurut Sarwono (2002:94), Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Menurut Moskowitz dan Ogel (dalam Walgito, 2003:54) persepsi merupakan proses yang integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Menurut Leavit (dalam Sobur, 2003:445) persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami hal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut : individu baru pertama kali menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu secara saksama. Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu. Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita miliki untuk mengenali bahwa yang kita lihat itu adalah mangga (Taniputera, 2005). Persepsi menurut Epstein & Rogers (dalam Stenberg, 2008:105) adalah seperangkat proses yang dengannya kita mengenali, mengorganisasikan dan memahami cerapancerapan inderawi yang kita terima dari stimuli lingkungan. Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang



menggabungkan



dan



mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Shaleh, 2009:110).



4



Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti. Persepsi adalah proses pengartian dan pengorganisasian sensasi yang dialirkan ke otak. Persepsi dipengaruhi oleh pembelajaran khusus, seperti: motivasi, emosi dan memori (Lahey, 2007). Oleh karena itu setiap individu memiliki persepsi tersendiri dan berbeda-beda terhadap sesuatu hal. Perceptual process adalah bagian–bagian proses yang bekerja bersama untuk menentukan pengalaman individu dan reaksi yang akan dikeluarkan individu terhadap stimulus yang muncul. Stimulus bisa muncul dari luar atau dalam tubuh individu (Goldstein, 2010). Selain merupakan proses interpretasi, Persepsi meliputi sebuah kognisi yaitu pengetahuan, yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan (Gibson, 1986). Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaiman seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978). “Persepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima,



menyeleksi,



mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan mengartikanraksi kepada rangsangan pancaindra atau data.” Persepsi disebut inti ilmu komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antarindividu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya, semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2000: 167-168). B. Proses Persepsi Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja, ada tahapan-tahapan atau proses tertentu yang harus dilalui oleh seseorang untuk bisa berpersepsi. Menurut Sunaryo (2004) persepsi melewati tiga proses, yaitu: 1. Proses fisik (kealaman) — objek stimulus reseptor atau alat indera 2. Proses fisiologis — stimulus saraf sensoris otak 3. Proses psikologis — proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima Sejalan dengan hal itu Bimo Walgito (2002) mengemukakan proses-proses terjadinya persepsi :



5



1.



Suatu obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan



2.



berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman. Stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak



3.



disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal. Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses di mana individu mengetahui dan menyadari suatu obyek berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya.



Kemudian secara lebih detail Gibson (1990) berpendapat mengenai proses terjadinya persepsi yaitu mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Dari beberapa pendapat di atas, maka proses terjadinya persepsi dapat kita visualisasikan dalam bagan sebagai berikut:



Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang, harus mulai dari mengubah persepsinya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama berikut. 6



1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. 2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. 3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi (Depdikbud, 1985, dalam Soelaeman, 1987). Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai. Meskipun banyak stimulus berbeda-beda yang sampai kepada kita tentang masalah yang sama, apa yang bisa kita hayati adalah terbatas pada saat-saat tertentu. Apa yang kita hayati tidak hanya bergantung pada stimulus, tetapi juga pada proses kognitif yang merefleksikan munat, tujuan, dan harapan seseorang pada saat itu. Pemusatan persepsi ini disebut “perhatian”. Perhatian mempunyai fungsi memiliki dan mengarahkan ransangan-ransangan yang sampai kepada kita, sehingga tidak kita terima secara kacau. Perhatian dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar adalah faktor-faktor yang terdapat pada objek yang diamatiitu sendiri, yakni intensitas, atau ukuran, kontras, pengulangan, dan gerakan; sedangkan faktor dalam adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu si pengamat, yaitu motif, kesediaan, dan harapan (Dirgagunarsa, 1996:107). Persepsi bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawam satu antara pesan yang terjadi di luar “luar sana” – dalam getaran udara dan dalam tanda-tanda hitam di atas sebelah kertas – dengan pesan yang akhirnya memasuki otak kita. Kita dapat mengilustrasikan bagaimana persepsi bekerja dengan menjelaskan tiga langkah yang terlibat dalam proses ini. Tahap-tahap ini tidaklah saling terpisah benar. Dalam kenyataan, ketiganya bersifat kontinu, bercampur baur, dan bertumpah tindih satu sama lain. 1. Terjadinya Stimulsi Alat Indra (Sensory Stimulation) Pada tahap pertama, alat-alat indra distimulasi (dirangsang). Meskipun memiliki kemampuan pengindraan untuk merasakan stimulus (rangsanagn), kita tidak selalu menggunakannya. 2. Stimulasi terhadap Alat Indra Diatur Pada tahap kedua, ransangan terhadap alat indra diatur menurut berbagai prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitas (proximity), atau kemiripan: orang atau pesan yang secara fisik mirip satu sama lain, dipersepsikan bersama-sama, atau sebagai satu kesatauan (unity). 7



3. Stimulasi Alat Indra Ditafsirkan Dievaluasi Langkah ketiga adalah penfsiran-evaluasi yang merupakan proses subjektif yang melibatkan evaluasi di pihak penerima. Penafsiran-evaluasi tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan jugasangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistemnilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu. Ada



sebuah



teori



yang



berusaha



menjelaskan



faktor



psikologis



yang



mempengaruhi pengambilan keputusan apakah suatu stimulus ada atau tidak, yaitu Teori Deteksi Sinyal. Teori



ini menyatakan bahwa seseorang dalam mendeteksi



ada/tidaknya stimulus kemungkinan melakukan salah satu macam kesalahan dari dua kesalahan berikut: 1. Melaporkan bahwa suatu stimulus ada tapi sebenarnya tidak ada 2. Melaporkan bahwa suatu stimulus tidak ada meski sebenarnya ada Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia. Kita ingin mengenali dunia dan lingkungan yang mengelilinginya. “Pengetahuan adalha kekuasaan,” kata Udai Pareek (1996). Tanpa pengetahuan, kita tidak dapat bertindak secara efektif. Persepsi adalah sumber utama untuk pengetahuan itu. Definisi persepsi yang dikemukakan Pareek (1996), tercakup beberapa segi atau proses. Pareek selanjutnya menjelaskan tiap proses sebagai berikut. 1. Proses Menerima Ransangan Proses pertama dalam persepsi adalah menerima ransangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui pancaindra. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu. 2. Proses Menyeleksi Ransangan Setelah diterima, ransangan atau dara diterima. Dua kukpulan faktor menentukan Seleksi ransanagn itu, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain: 1) Fisiologis Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda. 8



2) Perhatian Individu



memerlukan



sejumlah



energi



yang



dikeluarkan



untuk



memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek. 3) Minat Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual



vigilance



merupakan



kecenderungan



seseorang



untuk



memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat. 4) Kebutuhan yang searah Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.



9



5) Pengalaman dan ingatan Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas. 6) Suasana hati Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat. b. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah: 1) Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi. 2) Warna dari obyek-obyek Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit. 3) Keunikan dan kekontrasan stimulus Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian. 4) Intensitas dan kekuatan dari stimulus Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi. 5) Motion atau gerakan Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.



10



3. Proses Pengorganisasian Ransangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian ransangan, yaitu sebagai berikut (Pareek, 1996:18-20). a. Pengelompokan Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokkan ransangan itu, antara lain: 1) Kesamaan, ransangan-ransangan yang mirip dijadikan satu kelompok. 2) Kedekatan, hal-hal yang lebih dekat antara satu dan yang lain juga dikelompokkan menjadi satu. 3) Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap. b. Bentuk Timbul dan Latar Dalam melihat ransangan atau gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan ransangan atau gejala lainnya berada di latar belakang. c. Kemantapan Persepsi Ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan perubahanperubahan konteks tidak memengaruhinya. 4. Proses Penafsiran Setelah ransangan atau data diterima dan diatus, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. 5. Proses Pengecekan Sesudah data ditrima dan ditafsirkan, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Data atau kesan-kesan itu dapat dicek dengan menanyakan kepada orang lain. 6. Proses Reaksi Tahap terakhir ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat sesuatu sehubungan dengan persepsinya.



11



C. Jenis-jenis Persepsi Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis. 1. Persepsi visual Persepsi visual didapatkan dari penglihatan. Penglihatan adalah kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra penglihatannya tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya, misalnya pendengaran untuk kelelawar. Manusia yang daya penglihatannya menurun dapat menggunakan alat bantu atau menjalani operasi lasik untuk memperbaiki penglihatannya. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari. 2. Persepsi auditori Persepsi



auditori



didapatkan



dari



indera



pendengaran



yaitu



telinga. Pendengaranadalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak. Tidak semua suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies dapat mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz sampai 20.000 Hz. Bila dipaksa mendengar frekuensi yang terlalu tinggi terus menerus, sistem pendengaran dapat menjadi rusak 3. Persepsi perabaan Persepsi perabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. Kulit dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian epidermis, dermis, dan subkutis. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis. 12



4. Persepsi penciuman Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.Penciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau perasaan bau. Perasaan ini dimediasi oleh sel sensor tespesialisasi pada rongga hidung vertebrata, dan dengan analogi, sel sensor pada antena invertebrata. Untuk hewan penghirup udara, sistem olfaktori mendeteksi zat kimia asiri atau, pada kasus sistem olfaktori aksesori, fase cair. Pada organisme yang hidup di air, seperti ikan atau krustasea, zat kimia terkandung pada medium air di sekitarnya. Penciuman, seperti halnya pengecapan, adalah suatu bentuk kemosensor. Zat kimia yang mengaktifkan sistem olfaktori, biasanya dalam konsentrasi yang sangat kecil, disebut dengan bau. 5. Persepsi pengecapan Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah. Pengecapan atau gustasi adalah



suatu



bentuk



kemoreseptor



langsung



dan



merupakan satu dari lima indra tradisional. Indra ini merujuk pada kemampuan mendeteksi rasa suatu zat seperti makanan atau racun. Pada manusia dan banyak hewan vertebrata lain, indra pengecapan terkait dengan indra penciuman pada persepsi otak terhadap rasa. Sensasi pengecapan klasik mencakup manis, asin, masam, dan pahit. Belakangan, ahli-ahli psikofisik dan neurosains mengusulkan untuk menambahkan kategori lain, terutama rasa gurih (umami) dan asam lemak. Pengecapan adalah fungsi sensoris sistem saraf pusat. Sel reseptor pengecapan pada manusia ditemukan pada permukaan lidah, langit-langit lunak, serta epitelium faring dan epiglotis. D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dlam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktorfaktor yang berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik. Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari : 1) Pelaku persepsi (perceiver). 2) Objek atau yang dipersepsikan. 13



3) Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan. Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu (Robbins, 2003). Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain. Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik penting dari faktorfaktor pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu: a) b) c) d)



Faktor-faktor ciri dari objek stimulus. Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat. Faktor-faktor pengaruh kelompok. Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural.



Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu. Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor pemersepsi (perceiver), obyek yang dipersepsi dan konteks situasi persepsi dilakukan. Informasi yang diterima individu melalui alat indera dipersepsikan di otak dengan mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang diterimanya, sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang bersangkutan. Kunci utama dari persepsi adalah stimulus yang diterima di sistem reseptor. Menurut Walgito (2003:55) agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang batas stimulus, yaitu kekuatan stimulus 14



yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsi oleh individu. Menurut Rakhmat (1994): Krech dan Crutchfield (1975) (dalam Sobur:460) faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi dapat dikategorikan menjadi : 1. Faktor fungsional Faktor fungsional dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati), pelayanan, dan pengalaman masa lalu seseorang individu. 2. Faktor-faktor struktural Faktor-faktor struktural berarti bahwa faktor-faktor tersebut timbul atau dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari sistem syaraf individu. 3. Faktor-faktor situasional Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik adalah beberapa dari faktor situasional yang mempengaruhi persepsi. 4. Faktor personal Faktor personal ini terdiri atas pengalaman, motivasi dan kepribadian. Sholeh (2009:128) menjelaskan persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi: 1. Perhatian yang selektif, individu memusatkan perhatiannya pada rangsangrangsang tertentu saja. 2. Ciri-ciri rangsang, rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. 3. Nilai dan kebutuhan individu. 4. Pengalaman dahulu, pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat berupa suasana hati (mood), sistem dan pertukaran zat dalam tubuh, pengalaman, nilai-nilai yang dianut oleh individu yang bersangkutan, serta bentuk-bentuk stimulus yang mempengaruhi proses selektif terhadap stimulus. E. Aspek-aspek Persepsi Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at, 1991) ada tiga komponen, yaitu : 1. Komponen kognitif 15



Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut. 2. Komponen Afektif Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya. 3. Komponen Konatif Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya. Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu: 1) Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap. 2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. 3) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Rokeach (Walgito, 2003) memberikan pengertian bahwa dalam persepsi terkandung komponen kognitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespons, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predis posisi untuk berbuat atau berperilaku. Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan juga komponen konatif, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen tersebut. 16



F. Prinsip-Prinsip Persepsi Berdasarkan Teori Gestalt Sebagian besar dari prinsip-prinsip persepsi merupakan prinsip pengorganisasian berdasarkan teori Gestalt. Teori Gestalt percaya bahwa persepsi bukanlah hasil penjumlahan bagian-bagian yang diindera seseorang, tetapi lebih dari itu merupakan keseluruhan (the whole). Teori Gestalt menjabarkan beberapa prinsip yang dapat menjelaskan bagaimana seseorang menata sensasi menjadi suatu bentuk persepsi. Gambar berikut menunjukkan bahwa persepsi manusia bukanlah hasil penjumlahan unsur-unsurnya (segitiga terbalik ditambah bujursangkar biru yang terpotong), tetapi seseorang dapat melihat ada segitiga putih di tengah walau tanpa garis yang membentuk segitiga tersebut. Prinsip persepsi yang utama adalah prinsip figure and ground. Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia, secara sengaja maupun tidak, memilih dari serangkaian stimulus, mana yang menjadi fokus atau bentuk utama (figure) dan mana yang menjadi latar (ground). Dalam kehidupan sehari-hari, secara sengaja atau tidak, kita akan lebih memperhatikan stimulus tertentu dibandingkan yang lainnya. Artinya, kita menjadikan suatu informasi menjadi figure, dan informasi lainnya menjadi ground. Salah satu fenomena dalam psikologi yang menggambarkan prinsip ini adalah, orang cenderung mendengar apa yang dia ingin dengar, dan melihat apa yang ingin dia lihat. G. Perkembangan Perseptual Penelitian maslah perkembangan perseptual dilakukan oleh para filsuf dari abad 17 dan 18. Salah satu kelompoknya, nativist (termasuk Descartes dan Kant), berpendapat bahwa kita lahir dengan kemampuan persepsi seperti yang sekarang kita miliki. Sebaliknya, kelompok empiricist (termasuk Berkeley dan Locke), menyatakan bahwa kita memepelajari cara persepsi kita melalui pengalaman dengan objek-objek di dunia. Ahli psikologi kontemporer memercayai pada integrasi kelompok empiricist dan nativist. Sekarang, tampaknya tidak ada yang ragu bahwa faktor genetika dan pengalaman memengaruhi persepsi; namun, tujuannya adalah menjelaskan kontribusi masing-masing dan menjelaskan interaksi mereka. Penelitian mengenai perkembangan persepsi mempelajari sampai tingkat mana kapasitas persepsi diturunkan dan sampai tingkat mana dipelajari oleh pengalaman. H. Fungsi dan Sifat-Sifat Dunia Persepsi 1. Fungsi Persepsi 17



Penelitian tentang persepsi mencangkup dua fungsi utama system persepsi,yaitu lokalisasi atau menentukan letak suatu objek, dan pengenalan, menentukan jenis objek tersebut (Atkinson et al., t.t). lokalisasi dan pengenalan di lakukan oleh daerah korteks yan berbedah. Penelitian persepsi juga mengurusi cara system perseptual mempertahankan bentuk objek tetap konstan, walaupun citra (bayangan) objek di retina berubah. Permasalahan lain adalah cara kapasitas perceptual kita berkembang. Menurut Atkinson dan kaawa-kawan, untuk melokalisasi (menentukan lokasi) objek,



kita



terlebih



dahulu



harus



menyegregasikan



objek



kemudian



mengorganisasikan objek menjadi kelompok. Proses ini pertama kali diteliti oleh ahli psikologi Gestalt, yang mengajukan prinsip-prinsipn organisasi. Salah satu perinsip tersebut adalah bahwa kitmengorganisasikan stimulus ke daerah yang bersusaian dengan gambar dan latar. Prinsip lain menyatakan dasar-dasr yang kita gunakan untuk mengelompokkan objek, di antaranya ke dekatan, penutupan, kontinuasi baik, dan kemiripan. Pengenalan suatu benda mengharuskan penggolongnya dalam kategori dan pendasaranya terutama pada bentu benda. Dalam stadium awal pengenalan, system visual menggunakan informasi di ratina untuk mendeskripsikan objek dalam pengertian cirri, seperti garis dan sudut;nsel yang mendeteksi cirri tersebut (detector ciri ) telah di temukan di korteks visual. Dalam stadium lanjut pengenalan, system mencocokkan deskripsi bentuk yang di simpan di memori untuk menemukan yang paling cocok. 2. Sifat – Sifat Dunia Persepsi Pada hakikatnya dunia persepsi merupakan suatu keseluruhan. Bunyi-bunyi yang saya dengar berasal dari dunia yang juga saya liat. Meja yang saya liat adalah sama dengan yang saya raba. Jadi, hanya satu dunia persepsi, namun dunia yang satu itu saya amati dengan cara berbeda. Dunia persepsi mempunayi berbagai sifat (Verbeek, 1978). Beberapa sifat itu berlaku untuk segala yang di amati atau dipersepsi. Jadi, berlaku untuk dunia persepsi pada umumnya. Yang lain,merupakan sifat-sifat yang khas dari persepsi dengan indra tertentu. Demikian, misalya, sifat-sifat ruang dapat di persepsi. Dengan lebih dari satu indra( penglihatan, pendengaran, peradaban), tetapi warna hanya dapat sanya dapat saya liat dan bunyi hanya dapat saya dengar. a. Sifat –sifat umum dunia persepsi 1) Dunia perasepsi mempunyai sifat-sifat ruang. Objek-objek yang si persepsi itu “meruang”, berdimensi ruang. Kita mengenal relasi-relasi serta penentuan-penentuan yang berhubungan dengan ruang atas18



bawah, kiri-kanan, depan-belakang, dekat-jauh. Mengenal mengenal persepsi ruang ini mengandung persoalan-perseolan psikologis yang penting, terutama penglihatan sifat ruang (dimensi ketiga). 2) Dunia persepsi mempunyai di mensi waktu. Dalam hal ini, terdapat kestabilan yang luas. Objek-objek persepsi kurang lebih bersifat tetap. Namun, kita juga harus memersepsi adanya perubahan yang terjadi dalam waktu. Kita mengamati lama dan kecepatan. Dan, persepsi sendiri juga membutuhkan waktu. 3) Dunia persepsi itu bersruktur menurut berbagai objek persepsi. Di sisu, berbagai keseluruhan yang kurang lebih berdiri sendiri menmpakkan diri: Gesalt-Gesalt. 4) Dunia persepsi adalh dunia yang penuh dengan arti. Memersepsi tidaklah sama dengan mengonstatir benda dan kejadian tanpa makna. b. Sifat-sifat khusus bagi masing-masing indra tersendiri Di antara sifat-sifat, terdapat berbagai kelompok yang khusus bagi indraindra. Merah dan kuning termasuk kelompok yang berlainan dengan asam dan asin. Suatu keseluruhan sifat sensoris yang khas bagi suatu indra tertentu kita sebut modalitas. Warna adalah suatu modalitas yang khusus bagi mata (penglihatan), bunyi bagi telinga (pendengaran). I. Persepsi dan Sensasi Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi. Sensasi, atau dalam bahasa Inggrisnya sensation, berasal dari kata latin, sensatus, yang artinya dianugerahi dengan indra, atau intelek. Sensasi adalah stimulasi terhadap organ penginderaan. Secara lebih luas, sensasi dapat diartikan sebagai aspek kesadaran yang paling sederhana yang dihasilkan oleh indra, seperti temperatur tinggi, warna ungu, rasa nikmatnya



sebatang



coklat.



Sensasi



dan



persepsi



merupakan



berkesinambungan. Untuk memahami bagaimana ahli psikologi



proses



yang



memahami proses



sensasi dan persepsi, kita perlu mengenal istilah dasar yang selalu dipakai yaitu stimulus. Stimulus adalah energi yang menghasilkan respon pada organ pengindraan. Stimulus bervariasi baik dari segi tipe maupun intensitasnya. Tipe stimulus yang berbeda mengaktivasi organ penginderaan yang berbeda pula. Misal stimulus suara mengaktivasi organ pendengaran, stimulus cahaya penglihatan, dan seterusnya. Intensitas stimulus menentukan seberapa kuat suatu stimulus dapat diindra seberapa terang cahaya dapat dilihat, seberapa keras suara dapat didengar, dan lain-lain. Cabang



19



psikologi yang mempelajari pengaruh intensitas stimulus terhadap respon sensoris kita adalah psikofisik. Sensasi sering dibedakan dari persepsi, yang melibatkan penilaian, inferensi, interpretasi, bias, atau prakonseptualisasi, sehingga bisa salah; sensasi dipandang sebagai pasti, ditentukan secara mendasar, fakta kasar. Menurut beberapa pendapat, sensasi lebih berkonotasi pada sebuah hubungan dengan perasaan (tetapi bukan dengan emosi), sedangkan persepsi lebih berhubungan dengan kognisi. Sesnsari sering digunakan secara sinonim dengan kesan indrawi, sense datum, sensum, dan sensibilium. Sensasi adalah tahap pertama stimuli mengenai indra kita. Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.” Definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Kita mengenal lima alat indera atau panca indera. Kita mengelompokannya pada tiga macam indera penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri (internal). Informasi dari luar diindera oleh eksteroseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera oleh ineroseptor (misalnya, system peredaran darah). Gerakan tubuh kita sendiri diindera oleh propriseptor (misalnya, organ vestibular). Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Sensasi adalah bagian dari persepsi. Persepsi, seperti juga sensasi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor lainnya yang memengaruhi persepsi, yakni perhatian. Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi. Jadi, proses sensasi dan persepsi itu berbeda. Dalam ungkapan lain disebutkan, “sensasi ialah penerimaan stimulus lewat alat indra, sedangkan persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak” (Mahmud, 1990:41). J. Persepsi dan Kognisi Persepsi (perseption) dapat didefinisikan sebagai cara manusia mengangkap rangsangan. Kognisi (cognition) adalah cara manusia memberi arti pada ransangan. 20



Persepsi dan kognisi tentang lingkungan merupakan komponen dari orientasi dan pencitraan lingkungan yang dilakukan orang (masyarakat), Yusmar Yusuf (1991). K. Dunia Persepsi sebagai Dunia Bentuk Dalam persepsi bentuk, para ahli sering mengemukakan ihwal kekonstanan bentuk. Misalnya, jika sebuah pintu membuka ke arah kita, bentuk bayangn pada retina mengalami seurutan perubahan. Bentuk pintu yang persegi empat, menghasilkan bayangan trapezoid, saat tepi yang bergerak ke arah kita menjadi lebih lebar dibandingkan tepi yang melekat pada engsel; kemudian bentuk trapezoid menjadi semakin pipih, dan akhirnya yang terproyeksi ke retina adalah suatu bentuk batang vertikal yang setebal ketebalan pintu. Meskipun demikian, kita menangkap suatu pintu yang membuka, yang tampak tidak berubah. Fakta bahwa kita menangkap bentuk pintu adalah tidak konstan walaupun bayangan pada retina berubah adalah contoh kekonstanan bentuk. Dalam persepsi, kita menangkap objek-objek. Objek-objek ini kurang lebih berdiri sendiri, mengandung struktur di dalamny, dan mempunyai batas-batas di luarnya. Dengan kata lain, objek-objek itu mempunyai bentuk. Bentuk inilah yang terutama memungkinan kita untuk menegnal dan mengingat kembali objek-objek tersebut; yang memungkinkan kita mengorientasi diri. Dunia persepsi bukanlah penjumlahan dari pengindraan-pengindraan, yang terlepas satu sama lain, melainkan suatu dunia yang terorganisir. Perangsang dan pengindraan memang merupakan syarat yang diperlukan untuk terjadinya persepsi, namun suatu dunia persepsi hanya mungkin terjadi karen kesan-kesan sensoris (kesan-kesan indra) diorganisasi dalam persepsi itu. Berkat penggunaan yang cakap oleh para ahli psikologi Geslatlt dan yang lainnya, banyak fenimena persepseptual baru yang terungkap dan terselidiki (Misiak dan Sexton, 1988). Para fenomenolog memmperkenalkan konsep dan teori baru tentang proses erseptual. Mereka menekankan dinamika dan karakter aktif dari tindakan memersepsi, sifat intensional dari segenap pengalaman memersepsi, dan mengemikakan gagasan bahwa segenap pengalaman memersepsi itu adalah struktural, yakni mempertunjukkan ketetapan yang beraturan, seperti relasi gambar latar belakang. 1. Gambar dan Latar Belakang Hubungan antara gambar dan latar belakang (figure ground relationship) pertama kali diciptakan oleh seorang Jerman, Edgar Rubin (1881-1951). Ia menyusun beberapa gambar yang bermakna ganda. Bergantung pada cara kita 21



melihat gambar itu, bagian mana yang kita anggap sebagai bentuk (gambar) dan bagian mana yang kita anggap sebagai latar belakang, kita akan mengamati gambar itu secara tertentu. Jika kita melihatnya dengan cara lain, gambar yang sama akan kita amati sebagai bentuk yang berbeda pula. Apabila stimulus mengandung dua atau lebih daerah yang berbeda, kita akan melihat sebagiannya sebagai gambar dan sisanya sebagai latar belakang. Daerah yang terlihat pada gambar berisi objek yang menjadi pusat perhatian- tampak lebih padat dibandingkan latar belakang dan terlihat di depan latar. Inilah bentuk organisasi perseptual yang paling dasar. Gambar merupakan pusat pengamatan atau persepsi, merupakan Gestalt, yakni sesuatu yang dalam persepsi membentuk suatu keutuhan atau totalitas tersendiri. Adapaun latar belakang adalh sebaliknya, merupakan suatu lingkungan yang seakan tak berbentuk; dan terhadap latar belakang itu, gambar tersebut berkontras, menonjolkan diri. Jadi latar belakang lebih bersifat sekunder, kurang penting, dan kurang terorganisasi. Berdasarkan hubungan umum inilah, relasi dan perbedaan antara gambar dan latar belakang, seperti dikemukakan Verbeek (1978) di bawah ini. a. Gambar merupakan suatu bentuk yang individual dan berbentuk; latar belakang sebaliknya merupakan materi yang tek terbentuk. b. Gambar memiliki struktur yang jelas, latar belakang tidak. c. Batas-batas terlihat sebagai tergolong dalam gambar, karena diamati sebagai garis-garis yang membatasi gambar, sedangkan latar belakang tidak terbatas. d. Gambar terletak di muka latar belakang. Relasi dan perbedaan ini justru karena persepsi mangandung kegiatan mengorganisasikan. Hal ini tampak dengan jelas dalam peristiwa-peristiwa saat relasi gambar latar belakang bersifat timbal balik (revesibel) atau ambivalen. Ahli-ahli psikologi Gestalt, terutama Rubin, telah membuat berbagai lukisan yang menunjukkan peristiwa tersebut menggejala dengan jelas.



2. Hukum-Hukum Gestalt Hukum-hukum Gestalt menentukan menurut asas-asas atau pola-pola manakah suatu Gestalt terjasi dalam suatu medan persepsi. Berikut dikemukakan oleh Gestalt. Teori Gestalt memiliki hukum-hukum yang sangat populer dalam menjelaskan bagaimana suatu pemahaman (insight) terjadi. Dalam hukum22



hukum teori Gestalt ini ada satu hukum pokok, yaitu hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu, yaitu hukum–hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan, dan kontinuitas. a. Hukum Kedekatan (Proksimitas) Bahwa hal-hal yang saling berdekatan cenderung untuk membentuk kesatuan (Gestalt). Contoh gambar garis-garis ini, a-b, c-d, e-f, g-h akan diamati menjadi kesatuan atau Gestalt. b. Hukum Kesamaan (Similaritas) Bahwa hal-hal yang sama cenderung untuk membentuk Gestalt, jika ada perangsang pengamatan penglihatan seperti dibawah ini, orang pada umumnya cenderung untuk mengamati (melihat) deretan mendatar sebagai kesatuan. c. Hukum Benda Tertutup Bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk Gestalt. d. Hukum Kontinuitas (Kelangsungan) Bahwa hal-hal yang kontiyu atau yang merupakan kesinambungan (kontinyuitas) yang baik akan mempunyai tendensi untuk membentuk kesatuan atau Gestalt. e. Hukum Gerak Bersama Pada dasarnya, unsur-unsur yang bergerak dengan cara yang sama, dilihat sebagai suatu kesatuan. Selain dari hukum-hukum tambahan tersebut menurut aliran teori belajar gestalt ini bahwa seseorang dikatan belajar jika mendapatkan insight. Insight ini diperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalan situasi tertentu. Dengan adanya insight maka didapatlah pemecahan problem, dimengertinya persoalan; inilah inti belajar. Jadi yang penting bukanlah mengulang-ulang hal yang harus dipelajari, tetapi mengertinya, mendapatkan insight. 3. Pengaruh Keseluruhan pada Bagian-Bagiannya dalam Persepsi Pengaruh keseluruhan terhadap persepsi dapat dikemukakan beberapa “hukum” (Verbeek, 1978). a. Keseluruhan memeberi arti pada bagian Garis vertikal dalam keseluruhan diartikan sebagai hidung. b. Pada pengamatan Gestalt, bagian-bagian yang kurang lengkap dilengkapi Kadang-kadang beberapa garis saja sudah cukup uantuk menimbulkan persepsi Gestalt, misalnya suatu bentuk tertentu. c. Bagian-bagian “terikat” dalam suatu Gestalt Bagian dan sifat-sifat bagian tersebut sukar dilihat sebagai hal tersendiri. 23



4. Ilusi Dalam psikologi, ilusi berarti kesalahan persepsi. Iusi adalah suatu persepsi panca indera yang disebabkan adanya rangsangan panca indera yang ditafsirkan secara salah. Dengan kata lain, ilusi adalah interpretasi yang salah dari suatu rangsangan pada panca indera. Sebagai contoh, seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat meng-interpretasikan suara gemerisik daun-daun sebagai suara yang mendekatinya. Ilusi sering terjadi pada saat terjadinya ketakutan yang luar biasa pada penderita atau karena intoksikasi, baik yang disebabkan oleh racun, infeksi, maupun pemakaian narkotika dan zat adiktif. Ilusi terjadi dalam bermacam-macam bentuk, yaitu ilusi visual (penglihatan), akustik (pendengaran), olfaktorik (pembauan), gustatorik (pengecapan), dan ilusi taktil (perabaan). Para ahli psikologi sering kali menyebut adanya berbagai macam ilusi (Mahmud, 1990). a. b. c. d.



Ilusi Ruang Ilusi Distorsi Ilusi Arah Ilusi dalam Gambar Hidup



Berbagai penjelasan di atas menyebabkan keseragaman persepsi antara macam-macam orang. Namun, ada juga hal lain yang menyebabkan satu objek yang sam dipersepsikan berbeda oleh dua atau lebih orang yang berbeda. Perbedaan persepsi dapat disebabkan beberapa hal berikut. a. Perhatian, kita biasanya tidak menangkap seluruh rangsanag yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian kita pada satu objek atau dua objek. Perbedaaan fokus antara satu orang dan orang lainnya menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka. b. Set, harapan seseorang mengenai rangsang yang akan timbul. c. Kebutuhan, kebutuhan-kebutuhan sesaat maupaun yang menetap pada diri seseorang memengaruhi persepsi orang tersebut. d. Sistem nilai, sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. e. Ciri kepribadian, ciri kepribadian akan memengaruhi persepsi. f. Gangguan kejiwaan, gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kasalahan persepsi yang disebut halusinasi. L. Definisi Memori Dalam komunikasi Intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam memengaruhi baik persepsi maupun berpikir. Memori adalah system yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan 24



menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya (Schlessinger dan Groves). Memori melewati tiga proses: 1. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor inera dan sirkit saraf internal. 2. Penyimpanan (strorage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada berserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. 3. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi, adalah menggunakan informasi yang disimpan. M. Jenis-jenis Memori Pemanggilan diketahui dengan empat cara: 1. Pengingatan (Recall), Proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara verbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas. 2. Pengenalan (Recognition), Agak sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta;lebih mudah mengenalnya. 3. Belajar lagi (Relearning), Menguasai kembali pelajaran yang sudah kita peroleh termasuk pekerjaan memori. 4. Redintergrasi (Redintergration), Merekontruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil. N. Mekanisme Memori Ada tiga teori yang menjelaskan memori: 1. Teori Aus (Disuse Theory), memori hilang karena waktu. William James, juga Benton J. Underwood membuktikan dengan eksperimen, bahwa “the more memorizing one does, the poorer one’s ability to memorize” – makin sering mengingat, makin jelek kemampuan mengingat. 2. Teori Interferensi (Interference Theory), Memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada menja lilin atau kanvas itu. Ada 5 hal yang menjadi hambatan terhapusnya rekaman : Interferensi, inhibisi retroaktif (hambatan kebelakang), inhibisi proaktif (hambatan kedepan), hambatan motivasional, dan amnesia. 3. Teori Pengolahan Informasi ( Information Processing Theory), menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian masuk short-term memory (STM, memory jangka pendek; lalu 25



dilupakan atau dikoding untuk dimasukan pada Long-Term Memory (LTM, memori jangka panjang).



26



Daftar Pustaka Altobelis, Franco. 2012. Hukum Gestalt. http://francoaltobelis.blogspot.com/2012/01/hukum-gestalt.html. Diakses pada tanggal 15 Maret 2016 Ardi, Muhammad. 2010. Persepsi (Jenis-Jenis Persepsi, Prinsip-Prinsip Persepsi, & Dinamika Persepsi). http://www.psychologymania.net/2010/03/persepsi-jenisjenis-persepsi-dinamika.html. Diakses pada tanggal 15 Maret 2016 Clifford. T Morgan. 1961. Introdution to Psycology. New York: Mc. Graw Hill Book, Company, Inc. Deddy, Sumardy. 2012. Memahami Proses Terjadinya Persepsi. http://deddysumardi.wordpress.com/2012/04/09/memahami-proses-terjadinyapersepsi/. Diakses pada tanggal 15 Maret 2016 Irwanto, dkk. 1989. Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia, 1989. Rakhmat, Jalaludin. 2002. Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi. Sarwono, Sarlito W. 2013. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sobur, Alex. 2011. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia. Wikipedia. 2016. Persepsi. http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi. Diakses pada tanggal 15 Maret 2016



27