Pertumbuhan Dan Perkembangan Remaja [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA DOSEN PENGAMPU : DORIS APRIANI RITONGA, S.Psi., M.A MATA KULIAH



: PERK.PERTUMBUHAN GERAK



Disusun Oleh :



ANGGOTA KELOMPOK



:



1. ICHA ANANDA LAIYA



(6191111023)



2. LOISTER EUNIKE HUTASOIT



(6191111002)



3.WIDIYANTI HUTAEAN



(6191111022)



4. RAYHAN RASIQ



(6191111027)



5. BONARDO SIBORO



(6192111006)



6. M. HANIS DAMANIK



(6191111033)



7. RIZCY TAMBUNAN



(6191111035)



KELAS : PJKR A 2019



PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2019/2020



KATA PENGANTAR    Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan



rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kasih berterima kasih pada Ibu DORIS APRIANI RITONGA, S.Psi.,M.A.selaku Dosen mata kuliah Perk. Pertumbuhan Gerak Universitas Negeri Medan yang telah memberikan tugas ini kepada kami . Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa saja yang diperlukan, Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga tugas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.



Medan, 12 Maret 2020



Penyusun



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR......................................................................................... i DAFTAR ISI....................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1 A.    Latar Belakang......................................................................................... 1 B.     Rumusan Masalah.................................................................................... 1 C.     Tujuan...................................................................................................... 1 D.    Manfaat.................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3 A.    Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan.......................................... 3 B. Karakteristik pertumbuhan dan Perkembangan Remaja........................  4 C.     Tugas-Tugas Perkembangan Remaja..................................................... 16 BAB III PENUTUP.......................................................................................... 23 A.    Kesimpulan............................................................................................ 23 B.     Saran...................................................................................................... 23 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 24



BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Masa remaja sering disebut masa transisi. Sebab, di masa ini seseorang beralih dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini terjadi pada usia belasan. Banyak sekali perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang perubahan fisik. Remaja terlibat dalam jaringan teman sebaya yang sangat kuat selama menggali jati diri mereka. Di masa ini, selain mengalami perubahan pada diri seseorang yang menginjak remaja, juga terjadi perkembangan-perkembangan terutama dari sisi psikologis. Pada, tahap perkembangan remaja ini terdapat beberapa teori perkembangan remaja termasuk konsep, tahap dan karakteristik remaja. Secara keseluruhan, teori-teori ini membantu untuk melihat keseluruhan mengenai remaja. B.     Rumusan Masalah Bagaimana remaja dalam perkembangan manusia? Apa saja tugas-tugas perkembangan masa remaja? C.    Tujuan Untuk mengetahui remaja dalam perkembangan manusia Untuk mengetahui tugas-tugas perkembangan masa remaja Untuk mengetahui sosialisasi remaja D.     Manfaat Mahasiswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam mengenai perkembangan remaja dan teori-teorinya serta mahasiswa dapat menerapkan teori-teori tersebut dalam dirinya sendiri maupun orang disekitarnya.



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang dialami oleh remaja secara kontinue.  pertumbuhan dan perkembangan adalah proses yang saling berhubungan tak bisa dilepaskan dari kehidupan remaja.Pertumbuhan merupakan proses yang berkaitan dengan dengan perubahan kuantitatf yang mengacu pada jumlah besar serta luas yang bersifat konkret yang biasanya menyangkut ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah proses perubahan dari segi fisik yang berlangsung normal dalam perjalanan wakt tertentu. Dalam setiap pertumbuhan bagian – bagian tubuh memiliki tempo kecepatan yang berbeda – beda. Misalnya pertumbuhan alama kelamin pria, pada masa anak-anak alat kelamin tumbuh lambat namun setelah pubertas mengalami percepatan. Sebaliknya pertumbuhan susunan saraf pusat mengalami percepatan saat masa anak-anak namun setelah masa pubertas relatig lambat bahkan terhenti. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan yang kurang normal pada organisme, yaitu: a. Faktor – faktor yang terjadi sebelum lahir. Misalnya Pada saat masa  kehamilan seorang ibu dan janin mengalami kekurangan nutrisi , Kercaunan, TBC dan sebagainya b. Faktor ketika lahir. Salah satunya yaitu pendarahan pada otak bayi intracranial haemorage  disebabkan oleh tekanan dinding rahim sewaktu ia dilahirkan dan oleh efek susunan saraf pusat, karena proses kelahiran bayi dilakukakan dengan bantuan tangverlossing c. Faktor yang dialami bayi setelah lahir antara lain oleh karena pengalaman traumatik pada kepala, kepala bagian dalam terluka karena kepala bayi / Janin terpukul , atau mengalami serangan sinar matahari dan sebagainyayayasan perawatan bayi dan lain-lain d. Faktor Psikologis antara lain oleh karena bayi ditinggalkan bibu, ayah atau kedua orang tuanya . Sebab lain ialah anak dititipkan pada suatu lembaga seperti rumah sakit, rumah yatim piatu sehingga mereka kurang sekali mendapatkan perwatan jasmaniah dan cinta kasih sayang orang tua. Anak – anak tersebut mengalami kehampaan psikis ( innatie psikis ). Spiker (1966) mengumukakan dua macam pengertian yang harus dihubungkan dengan perkembangan yakni 1. Ortogenetik yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya   indivdu yang baru dan seterusnya sampai dewasa 2.Filogenetik yakni perkembangan dari asal usul manusia sampai sekarang ini. Perkembangan perubahan fungsi sepanjang masa hidupnya menyebabkan perubahan tingkah laku dan perubahan ini juga tersedia sejak permulaan adanya manusia. Jadi perkembangan Ortogenetik mengarah ke suatu tujuan khusus sejalan dengan perkembangan evolusi yang mengarah kepada kesempurnaaan manusia.



B. karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja 1. Konsep Pengertian Remaja Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa (Damaiyanti, 2008). a.    Remaja menurut hukum Usia minimal untuk perkawinan menurut undang-undang disebutkan 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria (pasal 7 undang-undng) no. 1/1974 tentang perkawinan). Walaupun undang-undang tidak menganggap mereka yang diatas 16 tahun (untuk wanita) dan 19 tahun (untuk laki-laki) sebagai bukan anak-anak lagi, tetapi mereka juga belum dianggap dewasa penuh, sehingga masih diperlukan izin dai orang tua untuk mengawinkan mereka. Waktu antara 16 dan 19 tahunsampai 22 tahun ini disejajarkan dengan pengertian “remaja” dalam ilmu-ilmu sosial lain. b.      Remaja ditinjau darimsudut perkembangan fisik Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu yang terkait, remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Remaja berarti tumbuh kearah kematangan baik secara fisik maupun kematangan sosial psikologisnya. Dalam hubungan dengan kematangansosial psikologis masih sulit mencari definisi yang bersifat universal. c.       Batasan remaja menurut WHO remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan di mana : 1)      Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 2)      Individu mengalamiperkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 3)      Terjadi peralihan ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman, yang dikutip oleh Sarlito 1991:9) d.  Remaja ditinjau dari faktor sosial psikologis Salah satu ciri remaja disamping tanda-tanda seksualnya adalah: “perkembangan psikologis dan pada identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa”. Puncak perkembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan kondisi “entropy” ke kondisi “negen-tropy” (Sarlito,1991: 11) Entropy adalah keadaan manusia dimana kesadaran manusia masih belum tersusun rapi. Walaupunisinya sudah banyak (pengetahuan, perasaan, dan sebagiannya), namun isi-isi tersebut belum saling terkait dengan baik, sehingga belum bisa berfungsi secara maksimal. Negentropy  adalah keadaan dimana isi kesdaran tersusun dengan baik, pengetahuan yang satu terkait dengan perasaan atau sikap. Fisik atau konflik-konflik dalam diri remaja yang seringkali menimbulkan masalah itu, tergantung sekali pada keadaan masyarakat dimana remaja yang bersangkutan tinggal.



e.  Definisi remaja untuk masyarakat Indonesia Menurut Sarlito (1991), tidak ada profil remaja Indonesia yang seragam dan berlaku secara Nasional.Sebagai pedoman umum untuk remaja Indonesia dapat digunakan kebatasan usia 11-24 tahun dan belum menikah Bigot, Khonsta, dan Palland mengemukakan bahwa masa pubertas berada dalam usia antara 15-18 tahun, dan masa adolescence dalam usia 18-21 tahun. Menurut Hurlock (1964) rentangan usia remaja itu antara 13-21 tahun, yang dibagi pula dalam usia remaja awal 13 atau 14 sampai 17 tahun dan remaja akhir 17 samapai 21 tahun. Seorang remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya sudah kelihatan “dewasa”, akan tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa ia gagal menunjukkan kedewasaannya. Pada remaja sering terlihat adanya 1)      Kegelisahan. 2)      Pertentangan. 3)      Berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang ia belum ketahui. 4)      Keinginan menjelajah alam sekitar yang lebih luas. 5)      Mengkhayal dan berfantasi. 6)      Aktivitas berkeompok. 2. Tahap Perkembangan Remaja Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja sampai dengan fase remaja akhir berdasarkan pendapat  Sullivan (1892-1949). Pada fase-fase ini terdapat beragam ciri khas pada masing-masing fase. 1.   Fase Praremaja Periode transisi antara masa kanak-kanak dan adolesens sering sikenal sebagai praremaja oleh profesional dalam ilmu perilaku (Potter&Perry, 2005). Menurut Hall seorang sarjana psikologi Amerika Serikat, masa muda (youth or preadolescence) adalah masa perkembangan manusia yang terjadi pada umur 8-12 tahun. Fase praremaja ini ditandai dengan kebutuhan menjalin hubungan dengan teman sejenis, kebutuhan akan sahabat yang dapat dipercaya, bekerja sama dalam melaksanakan tugas, dan memecahkan masalah kehidupan, dan kebutuhan dalam membangun hubungan dengan teman sebaya yang memiliki persamaan, kerja sama, tindakan timbal balik, sehingga tidak kesepian (Sunaryo,2004:56). Tugas perkembangan terpenting dalam fase praremaja yaitu,belajar melakukan hubungan dengan teman sebaya dengan cara berkompetisi, berkompromi dan kerjasama. 2.   Fase Remaja Awal (early adolescence) Fase remaja awal merupakan fase yang lanjutan dari praremaja. pada fase ini ketertarikan pada lawan jenis mulai nampak. Sehingga, remaja mencari suatu pola untuk memuaskan dorongan genitalnya. Menurut Steinberg (dalam Santrock, 2002: 42) mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak. Sunaryo (2004:56) berpendapat bahwa, hal terpenting pada fase ini, antara lain: 1). Tantangan utama adalah mengembangkan aktivitas heteroseksual.



2). Terjadi perubahan fisiologis. 3) .Terdapat pemisahan antara hubungan erotik yang sasarannya adalah lawan jenis dan keintiman dengan jenis kelamin yang sama. 4). Jika erotik dan keintiman tidak dipisahkan, maka akan terjadi hubungan homoseksual. 5). Timbul banyak konflik akibat kebutuhan kepuasan seksual, keamanan dan keakraban. 6). Tugas perkembangan yang penting adalah belajar mandiri dan melakukan hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda. 3.   Fase Remaja Akhir Fase remaja akhir merupakan fase dengan ciri khas aktivitas seksual yang sudah terpolakan. Hal ini didapatkan melalui pendidikan hingga terbentuk pola hubungan antarpribadi yang sungguh-sungguh matang. Fase ini merupakan inisiasi ke arah hak, kewajiban, kepuasan, tanggung jawab kehidupan sebagai masyarakat dan warga negara. Sunaryo (2004:57) mengatakan bahwa tugas perkembangan fase remaja akhir adalah economically, intelectually, dan emotionally self sufficient. 4. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja a. Perkembanang Biologis Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alatalat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006: 52). Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79) menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu; perertumbuhan tulangtulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak. Potter & Perry (2005:535) juga mengatakan bahwa setelah pertumbuhan awal jaringan payudara, puting dan areola ukurannya meningkat. Proses ini sebagian dikontrol oleh hereditas, mulai pada paling muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplet dalam usia 10 tahun. Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus mulai membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut bisa terjadi secara spontan atau akibat perangsangan seksual. Vagina memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai tumbuh. Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi  antara lain; pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada. Kadar testosteron yang meningkat sitandai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat dan vesikula seminalis. Perry&Potter (2005:690) mengungkapkan bahwa empat fokus utama perubahan fisik adalah :Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot dan visera Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebah pinggul Perubahan distribusi otot dan lemak Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder. Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya



pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2002:94).



b. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002: 15) pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri biologis. Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam. Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan. Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja c. Perkembangan Sosial Potter&Perry (2005:535) mengatakan bahwa perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja sama dramatisnya seperti perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi penghargaan masyarakat. Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. John Flavell (dalam Santrock, 2003: 125) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka. Pencarian identitas diri merupakan tugas utama dalam perkembangan psikososial adelesens. Remaja arus membentuk hubungan sebaya yang dekat atau tetap terisolasi secara sosial (Potter&Perry, 2005:693). Pencarian identitas diri ini meliputi identitas seksual, identitas kelompok, identitas keluarga, identitas pekerjaan, identitas kesehatan dan identitas moral. 3.     Ciri Khas Remaja a.        Hubungan dengan Teman Sebaya Menurut Santrock (2003: 219) teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Jean Piaget dan Harry



Stack Sullivan (dalam Santrock, 2003: 220) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui interaksi dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sullivan beranggapan bahwa teman memainkan peran yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan anak dan remaja. Mengenai kesejahteraan, dia menyatakan bahwa semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, juga termasuk kebutuhan kasih saying (ikatan yang aman), teman yang menyenangkan, penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual. Pada saat remaja, seseorang memperoleh kebebasan yang lebih besar dan mulai membangun identitasnya sendiri. Secara emosional, mereka menjalin hubungan yang lebih dekat dengan kelompoknya dibandingkan keluarga. Krisis identitas ini membuat remaja mengalami rasa malu, takut, dan gelisah yang menimbulkan gangguan fungsi di rumah dan di sekolah (Potter&Perry, 2010). Namun, dalam beberapa hal, remaja mengalami ketegangan baik akibat tekanan kelompoknya, maupun perubahan psikososial. Sehingga remaja cenderung melakukan tindakan yang dapat mengurangi ketegangan tersebut, misalnya merokok dan memakai obat-obatan. Ada beberapa beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock (2003: 206) yaitu : a). Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia, dan aktivitas favorit. b).  Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian. c).  Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama. d).  Menghargai diri sendiri dan orang lain. e). Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, duduk berdekatan, berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian. Ada beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock (2000: 307) dampak negatif dari penolakan tersebut adalah : a). Akan merasa kesepian karena kebutuhan social mereka tidak terpenuhi. b). Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman. c). Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan penyimpangan kepribadian. d). Kurang mmemiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi. e). Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya mereka. f).Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial. g). Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi social terhadap mereka, dan ini akan menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka. h).Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan meningkatkan penerimaan sosial mereka. Sementara itu, Hurlock (2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu: a). Merasa senang dan aman. b). Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakui mereka.



c). Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola prilaku yang diterima secara sosial dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam situasi sosial. d). Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke luar dan untuk menaruh minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka. e). Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial. b.    Hubungan dengan Orang Tua Penuh Konflik Hubungan dengan orang tua penuh dengan konflik ketika memasuki masa remaja awal. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak orang tua dan remaja. Collins (dalam Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua. Dari uraian tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik yang terjadi dengan orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang diberikan oleh Santrock, (2002: 24) yaitu : 1) menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan konflik. 2) Mencoba mencapai suatu pemahaman timbale balik. 3) Mencoba melakukan corah pendapat (brainstorming). 4) Mencoba bersepakat tentang satu atau lebih pemecahan masalah. 5) Menulis kesepakatan. 6) Menetapkan waktu bagi suatu tindak lanjut untuk melihat kemajuan yang telah dicapai. c. Keingintahuan  tentang seks yang tinggi Seksualitas mengalami perubahan sejalan dengan individu yang terus tumbuh dan berkembang (Potter&Perry,2010:30). Setiap tahap perkembangan memberikan perubahan pada fungsi dan peran seksual dalam hubungan. Masa remaja merupakan masa di mana individu menggali orientasi seksual primer mereka lebih banyak daripada masa perkembangan manusia lainnya. Remaja menghadapi banyak keputusan dan memerlukan informasi yang akurat mengenai topik-topik seperti perubahan tubuh, aktivitas seksual, respons emosi terhadap hubungan intim seksual, PMS, kontrasepsi, dan kehamilan (Perry&Potter, 2010:31). Informasi faktual ini dapat datang dari rumah, sekolah, buku atau pun teman sebaya. Bahkan informasi seperti ini pun,remaja mungkin tidak mengintergrasikan penhgetahuan ini ke dalam gaya hidupnya. Mereka mempunyai orientasi saat ini dan rasa tidak rentan. Karakteristik ini dapat menyebabkan mereka percaya bahwa kehamilan atau penyakit tidak akan terjadi pada mereka, dan karenanya tindak kewaspadaan tidak diperlukan. Penyuluhan kesehatan harus diberikan dalam konteks perkembangan ini (Potter&Perry, 2005:535). d. Mudah stres Menurut Potter&Perry (2005:476), Selye (1976) berpendapat bahwa stres adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespons atau melakukan tindakan. Stres dapat menyebabkan perasaan negatif. Umumnya, seseorang dapat mengadaptasi stres jangka panjang maupun jangka pendek sampai stres tersebut berlalu. Namun, jika adaptasi itu gagal dilakukan, stres dapat memicu berbagai penyakit. Remaja juga sangat rentan dengan strea. Sebab, di masa ini seseorang akan memiliki keinginan serta kegiatan yang sangat banyak. Namun, apabila



keinginan dan kegiatan itu tidak berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya, remaja cenderung menjadikan hal tersebut sebagai beban pikiran mereka. Sehingga remaja mudah mengalami stres. Untuk mengobati itu, remaja menghibur diri atau meminimalisisr stres mereka dengan berkumpul atau bersenang-senang dengan teman sebayanya. C. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja a. Konsep Dasar Tugas-tugas Perkembangan Manusia dalam menjalani serangkaian proses kehidupannya mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan yang erat kaitannya dengan peningkatan kuantitas pada fisik manusia terjadi sejak masa konsepsi dan berhenti setelah mencapai maturasi (kematangan) yang terjadi pada masa remaja atau masa dewasa awal seperti dinyatakan oleh Tanner (Bee, 1984 : 91) “the final part of the pattern is the leveling of at the beginning of adulthood, wick remarks the end of growth as we usually thing of it.” Hal ini berbeda dengan perkembangan yang berjalan terus menerus hingga akhir hayat manusia sebagaimana dikemukakan Thornburg (1984 : 16) yang menyatakan bahwa “perkembangan berlangsung secara terus menerus di sepanjang hidup seseorang, mulai dari masa konsepsi sampai berakhirnya kehidupan orang itu.” Walaupun dalam proses pertumbuhan dan perkembangan selalu ditandai dengan adanya perubahan, tidak semua perubahan yang terjadi dapat diartikan sebagai perkembangan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Candida Peterson (1996 : 20) yang menyatakan “Some permanent changes over the life span are better descried as ageing than as growth.” Lebih lanjut Peterson juga menyatakan bahwa perubahan yang dapat dikategorikan sebagai perkembangan harus memenuhi 4 kriteria yaitu: 1. Permanent : perubahan yang terjadi bersifat permanent, bukan perubahan  perubahan temporer atau yang disebabkan oleh kegiatan incidental. 2.  Qualitative : perubahan yang terjadi menunjukkan perubahan total dari seseorang, tidak hanya bersifat peningkatan kemampuan yang sudah dimiliki sebelumnya 3.  Progressive            : perubahan yang terjadi merupakan perwujudan aktualisasi seseorang. Perubahan ini terkait dengan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan berbagai situasi/perubahan yang terjadi di lingkungannya. 4. Universal   :perubahan yang terjadi bersifat umum dan dialami oleh individuindividu yang lain pada tahapan usia yang hampir sama. “Proses perkembangan yang berlangsung sepanjang hayat manusia pada hakekatnya adalah perubahan menuju ke kedewasaan. Pencapaian tujuan perkembangan, yaitu kedewasaan, tidaklah sekaligus, tetapi setahap demi setahap sesuai dengan masa-masa perkembangan yang sedang dijalani oleh individu yang bersangkutan hendaklah mencapai tujuan perkembangan yang sesuai dengan masa perkembangannya itu. Seluruh tujuan perkembangan, dari masa awal sampai masa lanjut adalah berkesinambungan. Pencapaian tujuan perkembangan pada masa yang terdahulu menjadi dasar bagi pencapaian tujuan perkembangan pada masa berikutnya. Atau dengan kata lain, apabila tujuan perkembangan pada masa terdahulu tidak tercapai dengan baik, dikhawatirkan pencapaian tujuan perkembangan masa berikutnya terganggu (Tn. 1983 :14)”. Tugas perkembangan yang harus dijalani oleh setiap individu sesuai dengan masa perkembangan yang sedang ditempuhnya disebut sebagai tugas perkembangan/developmental task. Peterson (1996 : 35) dalam hal ini mendefinisikan



tugas perkembangan sebagai “age norm” wick describes an average age or norm for when particular behaviours relikely to emerge or stabilize or decline.” Robert J. Havigurst (Hurlock, 1980 : 9) menyatakan bahwa “tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal, menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas tugas berikutnya.” Perkembangan manusia yang terjadi secara bertahap sesuai dengan masa perkembangannya, dan adanya implikasi bagi setiap individu untuk melakukan tugas perkembangan sesuai dengan tahapan usianya, membuat setiap individu harus memahami dan berusaha untuk dapat melakukan tugas perkembangan sesuai dengan tahapan usia masing-masing. Tugas perkembangan ini menurut Havigurst sangat erat kaitannya dengan fungsi belajar. Dalam hal ini Havigurst (Sunarto, 2002 : 43). Menyatakan bahwa “tugas perkembangan harus dipelajari, dijalani dan dikuasai oleh setiap individu. Tugastugas ini dikaitkan dengan fungsi belajar, karena pada hakekatnya perkembangan pada kehidupan manusia dipandang sebagai upaya mempelajari norma kehidupan dan budaya masyarakat agar ia mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik dalam kehidupan nyata.” Sudah diakui secara umum sebagai suatu fakta, perkembangan seseorang sebagian besar terjadi pada usia di bawah 6 tahun. Pada periode usia ini anak-anak membentuk struktur kognitif dan kepribadian dirinya yang akan menentukan jalan hidup untuk selanjutnya. Berdasar hal tersebut maka proses menumbuhkembangkan kreativitas perlu dilakukan sejak usia dini, karena pada masa ini proses kreativitas sedang mengalami puncak perkembangannya. Anak-anak pada dasarnya sangat kreatif. Mereka memiliki ciri-ciri yang oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, misalnya rasa ingin tahu besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, tidak takut salah, berani menghadapi resiko, senang akan hal-hal baru, dan sebagainya. b. Tugas-tugas Perkembangan Secara umum Havigurst (Hurlock, 1980: 10) mendeskripsikan Tugas-tugas perkembangan masa bayi dan awal masa kanak-kanak adalah. Ø  belajar memakan makanan padat Ø  belajar berjalan Ø  belajar berbicara Ø  belajar mengendalikan gerakan badan Ø  memperoleh stabilitas fisiolis Ø  belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh Ø  mempelajari peran yang sesuai dengan jenis kelaminnya Ø  mempersiapkan diri untuk membaca Ø  belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani Tugas-Tugas perkembangan pada akhir masa kanak-kanak dideskripsikan oleh Havigurst (Hurlock, 1980: 10), yaitu. mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan tertentu Ø  membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh belajar Ø  menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya Ø  mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat Ø  mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung



Ø  mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari Ø  mengembangkan hati nurani, moralitas, dan nilai-nilai Ø  mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga sosial Ø  mencapai keberhasilan pribadi Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja oleh Havigurst (Hurlock, 1980-10) mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut : Ø  mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita Ø  mencapai peran sosial pria atau wanita Ø  menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif Ø  mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab Ø  mempersiapkan karier ekonomi Ø  membangun keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara yang baik Ø  memupuk dan memperoleh perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan secara sosial Ø  memperoleh seperangkat nilai dan siytem etika sebagai pedoman berperilaku c. Tahapan-Tahapan dalam Perkembangan Manusia Pencapaian tujuan perkembangan yaitu proses menuju kedewasaan tidak berjalan sekaligus, tetapi secara bertahap sesuai dengan tahapan perkembangan manusia. Pembagian tahapan dalam perkembangan manusia didasari pada kesamaan karakteristik pada setiap tingkatan usia. Havigurst membagi tahapan perkembangan manusia dalam 6 tahap, yaitu : Ø  Masa bayi dan awal masa kanak-kanak Ø  Akhir masa kanak-kanak Ø  Masa remaja Ø  Awal masa dewasa Ø  Masa usia pertengahan Ø  Masa Tua Tahap-tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia dibagi oleh Thornburg dalam 4 tahap yang terdiri dari beberapa periode umur sebagai berikut : Ø  Masa bayi 0 – 2 tahun ·         Periode dalam kandungan : mulai dari terjadinya konsepsi sampai lahir ·         Periode baru lahir : lahir sampai umur 4 atau 6 minggu ·         Periode bayi : umur 4 atau 6 minggu sampai 2 tahun Ø  Masa Kanak-kanak 2 – 11 tahun ·         Periode kanak-kanak permulaan : umur 2 – 5 tahun ·         Periode kanak-kanak pertengahan : umur 6 – 8 tahun ·         Periode kanak-kanak akhir : umur 9 – 11 tahun Ø  Masa Remaja 11 – 19 tahun ·         Remaja permulaan : umur 11 – 13 tahun ·         Remaja pertengahan : umur 14 – 16 tahun ·         Remaja akhir : umur 17 – 19 tahun Ø  Masa Dewasa 20 – 81 tahun ·         Dewasa permulaan : umur 20 – 29 tahun ·         Dewasa pertengahan : umur 30 – 49 tahun ·         Dewasa : umur 50 – 65 tahun ·         Dewasa akhir : umur 66 – 80 tahun



·         Tua : umur 81 tahun ke atas Disamping tahap-tahap perkembangan di atas, Thornburg juga mengemukakan adanya masa pra remaja yaitu bagi mereka yang berumur 9 – 13 tahun, dan masa pemuda yang terjadi pada umur 19 – 22 tahun. Berdasarkan pada beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas perkembangan tersebut terbagi dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini didasarkan pada kesamaan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan pada masing-masing usia. Tahapan-tahapan perkembangan tersebut adalah masa bayi dan awal masa kanak-kanak, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa awal dan pertengahan, serta masa tua. d. Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Remaja dalam Penyelenggaraan Pendidikan Pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan yang berbeda pada setiap tahapan usia bermanfaat bagi individu. Hurlock (1980 : 9) menyatakan bahwa “tugas-tugas dalam perkembangan mempunyai 3 macam tujuan yang sangat berguna. Pertama sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui  apa yang diharapkan masyarakat pada usia-usia tertentu. Kedua, dalam memberi motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka. Dan ketiga, menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya.” Disamping dapat digunakan sebagai pedoman dan pemberi motivasi bagi individu dalam masyarakat, pemahaman tentang tugas perkembangan juga dapat digunakan oleh para praktisi yang menangani kelompok usia tertentu dalam pekerjaannya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Peterson (1996 : 38)” ....they can give practitioners who work with particular age groups a general idea what to expect. .... Norm also facilitate social planning and environmental design for particular age groups.” Namun, pemahaman tentang adanya tugas perkembangan yang berbeda pada setiap tahapan usia individu juga dapat disalahartikan. Hal ini diungkapkan oleh Hurlock (1980 : 9) yang menyatakan ada 3 macam bahaya potensial yang umum berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan. Pertama, harapan yang kurang tepat baik individu sendiri maupun lingkungan sosial. Kedua adalah melangkahi tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat dari kegagalan menguasai tugas-tugas tertentu. Dan yang ketiga muncul dari tugas itu sendiri. Sekalipun individu berhasil menguasai tugas pada suatu tahap dengan baik, namun keharusan menguasai sekelompok tugas-tugas baru yang tepat untuk tahap berikutnya akan membawa ketegangan dan tekanan kondisi yang dapat mengarah pada suatu krisis. Bagi pendidik, pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan dapat membantu pendidik untuk memahami anak didiknya dan membantu mereka dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki secara optimal. Dalam hal ini Nana Syaodih (2001 : 18) menyatakan bahwa “Ada dua alasan mengapa tugas-tugas perkembangan ini penting bagi pendidik. Pertama, membantu memperjelas tujuan yang akan dicapai sekolah. Pendidikan dapat dimengerti sebagai usaha masyarakat, melalui sekolah, dalam membantu individu mencapai tugas-tugas perkembangan tertentu. Kedua, konsep ini dapat dipergunakan sebagai pedoman waktu untuk melaksanakan usaha-usaha pendidikan. Bila individu telah mencapai kematangan, siap untuk mencapai tahap tugas tertentu serta sesuai dengan



tuntutan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa saat untuk mengajar individu yang bersangkutan telah tiba.” a.  Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang diselenggarakan di dalam sekolah maupun di luar sekolah, pada umumnya diselenggarakan dalam bentuk klasikal. b. Beberapa usaha yang perlu dilakukan di dalam penyelenggaraan pendidikan, sehubungan dengan minat dan kemampuan remaja yang dikaitkan terhadap cita-cita kehidupannya antara lain: 1.bimbingan karier. 2.memberikan latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan berorientasi terhadap kondisi (tuntutan) lingkungan. 3. penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum muatan lokal. c.     Keberhasilan dalam memilih pasangan, hidup untuk membentuk keluarga benyak ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian tugas-tugas perkembangan masa-masa sebelumnya. Untuk mengembangkan model keluarga yang ideal maka perlu dilakukan bimbingan dan  etika  pergaulan, dan bimbingan siswa untuk memahami norma kehidupan masyarakat. d. Pendidikan tentang nilai kehidupan untuk mengenalkan norma kehidupan sosial masyarakat perlu dilakukan. f.sosialisasi perkembangan remaja Proses sosialisasi merupakan salah satu tugas perkembangan terpenting bagi anak-anak juga remaja. Menurut Hurlock (2008) tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya dan kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Ditambahkan bahwa beberapa dari tugas-tugas perkembangan itu muncul sebagai akibat dari sejumlah faktor yaitu kematangan fisik, tuntutan budaya dari masyarakat, aspirasi individual. Namun pada umumnya tugas-tugas perkembangan muncul dikarenakan ketiga faktor tersebut secara sekaligus. Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan yang paling krusial dan kritis. Masa remaja dikenal sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Di masa tersebut individu muda banyak mengalami perubahan, meliputi perubahan pada fisik, mental, emosional, serta sosial. Perubahan-perubahan itu cenderung membuat remaja mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri. Dashyatnya perubahan dalam fisik, mental-psikis, serta sosial remaja menyebabkan kegoncangan dalam dirinya. Hingga remaja seringkali menampilkan perilakuperilaku yang buruk, atau bahkan menyimpang dari norma (Gunarsa, 2006). 2 Dalam konteks perkembangan kondisi remaja tersebut menjadi hambatan dalam perkembangan sosialnya. Para remaja yang terjebak dalam kecenderungan perilaku-perilaku bermasalah akan mendapat stigma buruk yang kuat dari masyarakat. Akibatnya mereka akan menemui kesulitan untuk mengembangkan perilaku sosial yang baik karena lingkungan sosial terlanjur memberi cap buruk terhadap mereka. Untuk penyesuaian diri serta sosial yang baik, remaja sebenarnya dapat mengembangkan sejumlah kemampuan dan perilaku positif dalam pergaulannya di lingkungan sosial. Kemampuan itu disebut sebagai kompetensi sosial. Kompetensi sosial dapat diartikan kemampuan untuk bertindak secara bijaksana dalam hubungan antar manusia (Thorndike, dalam Smart & Sanson, 2003). Sebuah penelitian di Amerika



menyebutkan bahwa anak-anak muda yang memiliki masalah perilaku diketahui memiliki kompetensi sosial yang rendah (Groot, 2009). Penelitian tersebut dilakukan pada 113 remaja (62 orang laki-laki, dan 51 orang perempuan) yang diidentifikasi mengalami gangguan emosional berat (serious emotional disturbances-SEDs) dan dirawat pada sebuah pusat perawatan setempat. Hasilnya ditemukan bahwa subjek penelitian tersebut memang memiliki masalah perilaku yang serius dan kekurangan dalam kompetensi sosialnya. Jadi terdapat hubungan negatif signifikan antara masalah perilaku remaja dengan kompetensi sosialnya. Sebuah studi lain dilakukan oleh Smart & Sanson (2003) terhadap 940 anak muda di Australia (41% laki-laki dan 59% perempuan) yang berusia 19-20 tahun untuk mengungkap hubungan antara kompetensi sosial dengan beberapa aspek dari 3 penyesuaian dan kebaikan diri (seperti memiliki hubungan yang erat dengan orang tua, kemampuan komunikasi yang baik, kualitas pertemanan yang baik, dan sikap sosial yang baik). Dari peneliti tersebut diketahui bahwa anak-anak muda yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi diketahui lebih memiliki hubungan yang erat serta jarang mengalami konflik dengan orang tua. Di samping itu, mereka juga lebih dapat memiliki hubungan pertemanan yang berkualitas dan sedikit mengalami keterasingan oleh teman-teman. Dengan demikian disimpulkan bahwa sejumlah aspek dari kompetensi sosial dari para subjek dapat menjadi faktor penting dalam penyesuaian dan kebaikan diri mereka. (Rahman, 2010) Studi mengenai kompetensi sosial remaja yang dilakukan di Indonesia juga mengungkapkan fakta yang sejalan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amri (2005) diketahui bahwa remaja yang memiliki body image yang positif memiliki kompetensi sosial yang tinggi, demikian sebaliknya yang memiliki body image negatif memiliki kompetensi sosial yang rendah. Selain itu, menurut hasil penelitian Santoso (2009), di dapat remaja perempuan memiliki kepercayaan diri dan kompetensi sosial yang lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki. Berdasarkan kedua penelitian tersebut, diketahui bahwa kompetensi sosial memiliki kaitan yang positif dengan kepercayaan diri dan pencitraan diri remaja. Denham dkk (2003) mengemukakan bahwa kompetensi sosial anak dan remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti sikap orang tua, guru-guru, dan teman sebaya di sekolah, sosial ekonomi keluarga, kepercayaan diri, serta kematangan emosi.



BAB III PENUTUP A.    Kesimpulan Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua. Teori-teori perkembangan remaja antara lain, teori psikoanalisa, teori psikososial, teori kognitif serta teori tingkah laku dan belajar sosial. Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja, remaja awal, dan remaja akhir. Karakteristik  pertumbuhan dan perkembangan remaja antara lain, perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial, remaja berfikir secara logis dan transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain. Sementara itu, ciri khas remaja adalah hubungan dengan teman sebaya lebih erat, hubungan dengan orang tua penuh konflik, keingintahuan seks yang tinggi, dan mudah stres. B.     Saran Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja menimbulkan berbagai konflik batin maupun psikis. Orang tua harus benar-benar memahami konsekuensi perubahan pada remaja. Sementara itu, perawat dapat dijadikan tempat konseling untuk remaja sebagaimana peran perawat dan sebagai perawat yang menghadapi permasalahan remaja senantiasa memberikan bimbingan atau konseling yang baik atau yang tidak memojokkan remaja tersebut dalam masalah yang dihadapinya.



DAFTAR PUSTAKA Damaiyanti, Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung:Refika Aditama. Dorland, W.A. Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta:EGC. Potter, Patricia A. dan Anne Griffin P. 2005. Fundamental Keperawatan Vol.1. Jakarta: EGC. Potter, Patricia A. dan Anne Griffin P. 2010. Fundamental Keperawatan Buku 2. Jakarta: Salemba Medika. Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta:EGC.