Perubahan Fisiologis Lansia Pada Sistem Integumen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Perubahan Fisiologis Lansia pada Sistem Integumen Kulit merupakan organ satu-satunya yang dapat disentuh, dipijat, dan direnggangkan. Kulit bersifat fleksibel terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sepanjang kehidupan sehari-hari (Stanley & Beare, 2000). Secara struktural, kulit adalah suatu organ kompleks yang terdiri dari epidermis, dermis, dan subkutis. Hal yang dikaitkan dengan penuaan adalah khususnya perubahan yang terlihat pada kulit seperti atropi, keriput, dan kulit yang kendur. Perubahan yang Terjadi : 1. Stratum Korneum Lapisan terluar dari epidermis dan terdiri dari timbunan korneosit. Dengan adanya peningkatan usia, jumlah keseluruhan sel dan lapisan sel secara esensial tetap tidak berubah, tetapi kohesi sel menjadi lambat, menghasilkan waktu penyembuhan yang lebih lama. Pelembab pada stratum korneum berkurang, tetapi status barier air tetap terpelihara, yang berakibat pada penampilan kulit yang kasar dan kering. 2. Epidermis Epidermis mengalami perubahan ketebalan sangat sedikit seiring penuaan. Namun, terdapat perlambatan dalam proses perbaikan sel, jumlah sel basal yang lebih sedikit, dan penurunan jumlah dan kedalaman rete ridge. Pendataran dari rete ridge tersebut mengurangi area kontak antara epidermis dan dermis, menyebabkan mudah terjadi pemisahan antara lapisan-lapisan kulit. Akibatnya adalah proses penyembuhan kulit yang rusak ini lambat dan merupakan predisposisi infeksi bagi individu tersebut. Terjadi penurunan jumlah melanosit seiring penuaan, dan sel yang tersisa mungkin tidak dapat berfungsi secara normal. Rambut menjadi beruban, kulit mungkin mengalami pigmentasi yang tidak merata, dan perlindungan pigmen dari sinar ultraviolet (UV) mungkin menurun. 3. Dermis Terjadi penurunan volume dermis menjadi tipis dan jumlah sel biasanya menurun. Hal tersebut menyebabkan timbulnya penyakit pada kulit, penutupan dan penyembuhan luka yang lambat, penurunan termoregulasi, penurunan respons inflamasi, dan absorbsi kulit terhadap zat-zat topikal. Penurunan elastisitas dan kolagen yang secara bertahap dihancurkan oleh enzim-enzim menghasilkan adanya kantung atau pengeriputan. Organisasi kolagen menjadi tidak teratur dan turgor kulit hilang. Vaskularitas juga menurun, dengan lebih sedikit pembuluh darah kecil yang umumnya terdapat pada dermis yang memiliki vaskuler sangat tinggi. Dermis berisi lebih sedikit fibroblast, makrofag, dan sel batang. Secara visual kulit tampak pucat dan kurang mampu untuk melakukan termoregulasi. Lansia beresiko tinggi untuk mengalami hipertermia atau hipotermia. 4. Jaringan Subkutan Terjadi penipisan sehingga terjadi kelemahan kulit dan penampilan kulit yang kendur/menggantung diatas tulang rangka. Lapisan lemak turut mengalami penurunan terutama pada daerah wajah, tangan, kaki, dan betis sehingga pembuluh darah menjadi lebih terlihat jelas. Dari penjelasan diatas, saya menyimpulkan perubahan yang terjadi di sistem integumen pada lansia yaitu: kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi.