Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



PERUBAHAN MAKNA KOSAKATA BAHASA INDONESIA



TESIS



Oleh SITI AYU NURHIDAYATI 147009031/LNG



FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017



2



PERUBAHAN MAKNA KOSAKATA BAHASA INDONESIA



TESIS



Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara



Oleh SITI AYU NURHIDAYATI 147009031



FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017



3



Judul Tesis Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi Konsenstrasi



: : : : :



Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia Siti Ayu Nurhidayati 147009031 Linguistik Linguistik



Menyetujui Komisi Pembimbing



(Dr.Dwi Widayati, M.Hum.) Ketua



Ketua Program Studi



(Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP)



Tanggal Lulus: 11 April 2017



(Dr. Gustianingsih, M.Hum.) Anggota



Dekan



(Dr. Drs. Budi Agustono, M.S.)



4



Telah diuji pada Tanggal: 11 April 2017



PANITIA PENGUJI TESIS Ketua



: Dr. Dwi Widayati, M.Hum.



(……………………)



Anggota



: 1. Dr. Gustianingsih, M.Hum.



(……………………)



2. Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S.



(……………………)



3. Dr. Namsyah Hot Hasibuan, M.Ling. (……………………)



4. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A



(……………………)



5



PERNYATAAN Judul Tesis PERUBAHAN MAKNA KOSAKATA BAHASA INDONESIA Dengan ini penulis nyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah benar hasil karya penulis sendiri. Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan penulisan ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang yang berlaku.



Medan, September 2017 Penulis,



Siti Ayu Nurhidayati



6



PERUBAHAN MAKNA KOSAKATA BAHASA INDONESIA ABSTRAK Penelitian ini mengamati perubahan makna kosakata bahasa Indonesia dengan menerapkan teori perubahan makna dan semantik kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan makna kosakata bahasa Indonesia berdasarkan dimensi sejarah dan dimensi sosial; peran semantik kognitif dalam perubahan makna kosakata bahasa Indonesia dengan menggunakan motivasi kognitif dan jejaring semantik untuk mengetahui keterkaitan makna kosakata; dan faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan makna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif. Data penelitian ada dua puluh kosakata bahasa Indonesia yang dirangkum dari teks berita harian Kompas dengan tema Bencana, Ekonomi, Korupsi, Kriminal dan Politik. Data dianalisis dengan menggunakan metode padan dengan teknik ganti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) perubahan makna kosakata bahasa Indonesia dapat diketahui sejarahnya melalui etimologi; perubahan makna kosakata bahasa Indonesia lebih cenderung mengalami perluasan makna; 2) setiap kosakata bahasa Indonesia yang berkembang dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman pemakai bahasa, pengetahuan dan pengalaman pemakai bahasa berbeda-beda dalam memahami makna kosakata yang berkembang; setiap kosakata bahasa Indonesia yang berubah makna memiliki keterkaitan makna yang dapat dirangkum dalam jejaring semantis berdasarkan relasi makna sinonim dan antonim.; 3) perkembangan kosakata bahasa Indonesia di tengah masyarakat dipengaruhi oleh faktor linguistik, faktor kesejarahan, faktor sosial masyarakat, faktor psikologi, faktor kebutuhan kata baru, faktor perkembangan ilmu dan teknologi, faktor perbedaan bidang pemakai lingkungan, faktor perbedaaan tanggapan pemakai bahasa, faktor asosiasi, faktor pertukaran tanggapan indera, faktor pengaruh bahasa asing, faktor penyingkatan, faktor salah kaprah, dan faktor loss motivation.



Kata Kunci: Perubahan makna, Kosakata bahasa Indonesia, Dimensi sejarah, Dimensi sosial, Motivasi kognitif, dan Jejaring semantik



i



7



MEANING OF CHANGES IN INDONESIAN VOCABULARY ABSTRACT This study observes the changing meaning of Indonesian vocabulary by applying the theory of meaning change and cognitive semantics. This study aims to analyze the changing meaning of Indonesian vocabulary based on the dimension of history and social dimension; the role of cognitive semantics in changing the meaning of Indonesian vocabulary by using cognitive motivation and semantic networks to know the relation of vocabulary meaning; and the factors causing the change of meaning. The method used in this research is qualitative approach method. Research data there are twenty Indonesian vocabulary that is summarized from Kompas daily news text with the theme of Disaster, Economy, Corruption, Crime and Politics. The data were analyzed by using the method of padan with the change technique. The results showed that 1) the change in the meaning of Indonesian vocabulary can be known to its history through etymology; changes in the meaning of Indonesian vocabulary are more likely to experience an extension of meaning; 2) every developing Indonesian vocabulary is influenced by the knowledge and experience of language users, knowledge and experience of different language users in understanding the meaning of developing vocabulary; every Indonesian language vocabulary that has changed meaning has meaning related that can be summarized in semantic network based on the relation of synonym and antonym meaning; 3) the development of Indonesian vocabulary in society influenced by linguistic factor, historical factor, social factor of society, psychology factor, need factor of new word, development factor of science and technology, difference factor of environment user, difference factor of response of language user, association factor, exchange factor of sensory response, foreign language influence factor, abbreviation factor, misguided factor, and loss motivation factor. Keywords: Change of meaning, Indonesian Vocabulary, Historical Dimension, Social Dimension, Cognitive Motivation, and Semantic Network



ii



8



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya tesis ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara. Tesis ini berjudul: ―Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia‖. Dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara; 2. Dr. Drs. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara; 3. Dr. Eddy Setia, M.Ed.TESP, selaku Ketua Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan



dan



bantuan



kepada



penulis



untuk



mengikuti



dan



menyelesaikan pendidikan serta tesis ini; 4. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, sekaligus dosen penguji yang telah memberikan kritikan, masukan, dan arahan bagi penyempurnaan tesis ini; 5. Dr. Dwi Widayati, M.Hum., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan materi, arahan, dan dorongan dalam penyusunan tesis ini.



iii



9



6. Dr. Gustianingsih, M.Hum., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan materi, arahan, dan dorongan dalam penyusunan tesis ini. 7. Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. dan Dr. Namsyah Hot Hasibuan, M.Ling., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritikan, saran, dan arahan bagi penyempurnaan tesis ini; 8. Ayahanda Sukardi (Alm.) dan Ibunda tercinta Suminem serta Suami (teman hidupku) tercinta Feriyansyah, S.Pd., M.Pd., juga Kakak Abang tercinta, Juminah, S.Pd., Suwarno, Suyadi, Sugiyem, Suprianto, S.P., dan Suparli S.E., yang selalu menjadi penyemangat, memberikan doa, perhatian, dan segalanya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini; 9. Staf dan Pegawai di Program Studi Linguistik, yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan ketika dalam penyelesaian tesis ini; 10. Teman-teman di Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara stambuk 2014. Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun, harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Allah SWT yang Maha Pemurah memberikan imbalan kemurahan dan kemudahan bagi kita. Amin. Medan,



Januari 2017



Penulis,



Siti Ayu Nurhidayati Nim 147009031



iv



10



RIWAYAT HIDUP



Nama



: Siti Ayu Nurhidayatai



Tempat,Tanggal Lahir



: Aek Bange, 18 September 1991



Jenis Kelamin



: Perempuan



Agama



: Islam



Alamat



: Jl. Kenanga Sari Perumahan Sunrise City No.15C



Riwayat Pendidikan



: 1. SD Negeri 016553 Aek Bange (1997-2003) 2. SMP Negeri 3 Kualuh Hulu (2003-2006) 4. SMA Negeri 1 Kualuh Hulu (2006-2009) 5. S-1 Universitas Sumatera Utara (2009-2013)



v



11



DAFTAR ISI ABSTRAK .................................................................................................. ABSTRACT .................................................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................... RIWAYAT HIDUP .................................................................................... DAFTAR ISI .............................................................................................. DAFTAR TABEL ....................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................. DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1.3 Batasan Masalah.................................................................................... 1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 1.5.1 Manfaat Teoretis ......................................................................... 1.5.2 Manfaat Praktis ...........................................................................



1 11 11 11 12 12 13



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 2.2 Etimologi ............................................................................................... 2.2.1 Kosakata ...................................................................................... 2.3 Perubahan Makna .................................................................................. 2.3.1 Jenis-jenis Perubahan Makna. ..................................................... 2.3.2 Jenis jenis Relasi Makna. ............................................................ 2.3.3 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Makna .............. 2.4 Teori Semantik ...................................................................................... 2.4.1 Semantik Struktural .................................................................... 2.4.2 Semantik Kognitif ....................................................................... 2.4.2.1 Motivasi Kognitif ................................................................ 2.4.2.2 Linguistik Kognitif .............................................................. 2.4.2.3 Asas-asas Linguistik Kognitif ............................................. 2.4.2.4 Makna Kognitif ................................................................... 2.4.2.5 Jejaring Semantis................................................................. 2.5 Kerangka Pikir .....................................................................................



14 19 20 20 23 26 29 33 34 35 35 36 42 45 45 46



BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................ 3.2 Penentuan Informan ............................................................................. 3.3 Sumber Data .......................................................................................... 3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................................ 3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ......................................................... 3.6 Teknik Keabsahan Data ........................................................................ 3.7 Metode Penyajian Hasil Analisis Data .................................................. 3.7.1 Sistematika Penyajian .................................................................



47 49 50 51 53 65 67 67



vi



i ii iii v vi ix x xi



12



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Bentuk Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia ........................ 68 4.1.1 Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia Berdasarkan Dimensi Sejarah ......................................................................................................... 68 4.1.2 Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia Berdasarkan Dimensi Sosial ........................................................................................................... 116 4.2 Peran Semantik Kognitif dalam Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia .............................................................................................................. 164 4.2.1 Motivasi Kognitif dan Pengaruh Metafora dalam Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia ......................................................................... 164 4.2.1.1 Motivasi Kognitif Perluasan Makna saudara .......................... 164 4.2.1.2 Motivasi Kognitif Perluasan Makna jawara ............................ 174 4.2.1.3 Motivasi Kognitif Perluasan Makna rawan ............................. 178 4.2.1.4 Motivasi Kognitif Perluasan Makna jurusan ........................... 183 4.2.1.5 Motivasi Kognitif Perluasan Makna tinggal ............................ 183 4.2.1.6 Motivasi Kognitif Perluasan Makna operasi ........................... 187 4.2.1.7 Motivasi Kognitif Perluasan Makna mengemis ....................... 195 4.2.1.8 Motivasi Kognitif Perluasan Makna rapat .............................. 200 4.2.1.9 Motivasi Kognitif Perluasan Makna pasar .............................. 202 4.2.1.10 Motivasi Kognitif Perluasan Makna kampanye ..................... 209 4.2.1.11 Motivasi Kognitif Peningkatan Makna aksi .......................... 217 4.2.1.12 Motivasi Kognitif Peningkatan Makna blusukan .................. 221 4.2.1.13 Motivasi Kognitif Penurunan Makna dicekal ........................ 227 4.2.1.14 Motivasi Kognitif Asosiasi mengucurkan ............................. 236 4.2.1.15 Motivasi Kognitif Asosiasi menggalang ............................... 241 4.2.1.16 Motivasi Kognitif Asosiasi memangkas ................................ 244 4.2.1.17 Motivasi Kognitif Asosiasi memanaskan .............................. 248 4.2.1.18 Motivasi Kognitif Asosiasi menjaring ................................... 252 4.2.1.19 Motivasi Kognitif Metafora memakan ................................... 256 4.2.1.20 Motivasi Kognitif Sinestesia pedas........................................ 258 4.2.2 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia ......................................................................................... 263 4.2.2.1 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna saudara ................. 263 4.2.2.2 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna jawara .................. 264 4.2.2.3 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna rawan.................... 265 4.2.2.4 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna jurusan.................. 266 4.2.2.5 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna tinggal .................. 267 4.2.2.6 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna operasi .................. 268 4.2.2.7 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna mengemis .............. 269 4.2.2.8 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna rapat ..................... 270 4.2.2.9 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna pasar..................... 272 4.2.2.10 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna kampanye............ 273 4.2.2.11 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna aksi ..................... 274 4.2.2.12 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna blusukan ............. 276 4.2.2.13 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna dicekal ................ 277 4.2.2.14 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna mengucurkan ...... 279 4.2.2.15 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna menggalang ........ 281 4.2.2.16 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna memangkas ......... 283



vii



13



4.2.2.17 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna memanaskan ....... 285 4.2.2.18 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna menjaring ........... 286 4.2.2.19 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna memakan ............ 287 4.2.2.20 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna pedas .................. 289 4.3 Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia ..................................................................................................... 294



BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ............................................................................................... 5.2 Saran...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



viii



328 329



14



DAFTAR TABEL



No.



Judul



Halaman



2.3



Tabel Perbedaan Tata Bahasa Generatif dan Linguistik Kognitif 43



4.1



Tabel Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia



106



berdasarkan dimensi sejarah 4.2



Tabel Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia



145



berdasarkan Dimensi Sosial 4.3



Tabel Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia



290



4.4



Tabel Faktor-faktor Penyebab Tejadinya Perubahan Makna



326



ix



15



DAFTAR GAMBAR



No.



Judul



Halaman



2.1



Segitiga Makna Odgen dan Richard



33



2.2



Propotipe Skema Peristiwa



38



2.4



Kerangka Pikir Penelitian



47



3.1



Diagram Metode Penelitian



66



3.2



Diagram Alur Penelitian



68



x



16



DAFTAR SINGKATAN



KBBI



: Kamus Besar Bahasa Indonesia



INSTR



: Instrument



LK



: Linguistik Kognitif



TBG



: Tata Bahasa Generatif



BUL



: Bagi Unsur Langsung



ki



: kiasan



xi



1



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini karena dengan bahasa manusia dapat saling berinteraksi. Bahasa dinilai sebagai kumpulan kalimat yang terdiri atas deretan bunyi yang mempunyai makna. Kalimat tersebut tersusun atas refleksi dari pikiran manusia. Hampir di setiap tindakan manusia selalu menggunakan bahasa. Bahkan, dalam bermimpi pun, manusia menggunakan bahasa. Karena setiap tindakan manusia sering berubah-ubah seiring perubahan zaman yang diikuti oleh perubahan pola pikir manusia, bahasa yang digunakan pun kerap memiliki perubahan. Inilah yang dimaksud dengan dinamis. Dengan kata lain, bahasa tidak statis, tetapi akan terus berubah mengingat kebutuhan dan tuntutan pemakai bahasa. Dari sekian banyak bahasa di dunia, bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa yang mengalami perkembangan yang cukup tinggi dan pesat dalam jangka waktu yang panjang. Perkembangan bahasa Indonesia dapat ditandai dengan bertambahnya kosa kata bahasa Indonesia. Dari sudut pandang linguistik bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20.



1



2



Bahasa Indonesia diangkat dari bahasa Melayu yang bersifat linguafranca sebagai



bahasa



penghubung



yang



tersebar



di



nusantara



hingga



saat



dirumuskannya bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu yang menjadi bahasa negara, sejak itu pun perkembangan bahasa Indonesia terus berkembang, beriburibu istilah dan kata-kata baru bermunculan. Perkembangan bahasa Indonesia tidak berhenti pada saat itu saja. Kamus Besar Bahasa Indonesia terus bertambah tebal dengan adanya penambahan kosa kata setiap tahunnya, artinya bahasa mengalami perkembangan dan perubahan. Perubahan tersebut dapat terjadi pada semua tataran, khususnya semantik dan leksikon. Perkembangan bahasa Indonesia dapat terjadi melalui berbagai proses. Salah satu proses yang terjadi ialah adanya perubahan makna. Perubahan makna merupakan salah satu fenomena bahasa yang menunjukkan bahwa bahasa itu berkembang selaras dengan pengetahuan dan kebutuhan pemakainya terhadap bahasa. Perubahan makna saat ini mudah saja terjadi dengan berbagai faktor. Seperti yang



dikemukakan Suwandi (2008: 48) perubahan makna itu dapat



dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: faktor linguistik, faktor sejarah, faktor sosial masyarakat, faktor psikologi, faktor kebutuhan kata baru, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor perkembangan zaman, faktor perbedaan bidang pemakaian lingkungan, faktor pengaruh bahasa asing, faktor asosiasi, faktor pertukaran indera, faktor perbedaan tanggapan pemakai bahasa, dan faktor penyingkatan.



3



Pemakaian kosakata bahasa Indonesia di dalam masyarakat telah mengalami perubahan makna yang jauh dari makna aslinya. Kata-kata tersebut ditemukan terutama dalam media cetak. Misal: kata menggelar. Kata menggelar dari kata dasar gelar yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti ‗sebutan kehormatan, kebangsawanan, atau kesarjanaan yang biasanya ditambahkan pada nama orang seperti raden, tengku, doktor, sarjana ekonomi‘. Misal: Dr. Warsiman, M.Pd. Penggunaan kata gelar kemudian mengalami perubahan dengan penambahan imbuhan meN- sehingga makna yang ditimbulkan jauh dari kata dasarnya. Perhatikan kalimat yang menggunakan kata menggelar berikut: Polisi menggelar razia massal di jalan raya. Jika makna menggelar pada kalimat itu memberi gelar selayaknya arti kata gelar di atas, sudahlah pasti tidak sesuai dengan makna yang dimaksudkan kalimat itu. Kalimat tersebut mempunyai maksud Polisi melakukan razia massal di jalan raya. Timbullah pertanyaan mengapa pemakaian kata menggelar ini dapat dipakai dalam kalimat di atas. Masyarakat pun menerimanya dan mampu memahami maksud kalimat tersebut tanpa memahami makna asli dari kata dasarnya. Pemaknaan kata gelar dan menggelar sudah memiliki arti yang berbeda. Masyarakat mampu memahami kata menggelar yang diartikan sebagai ‗melakukan atau melaksanakan‘ itu yang jauh dari makna kata dasar gelar yaitu ‗sesuatu yang melekat pada diri seseorang‘.



Artinya pemakaian kata bahasa



Indonesia di tengah masyarakat telah mengalami perubahan.



4



Visual arti kata menggelar: (http:www.artikata.com) sebutan menghamparkan



mengembangkan gelar



mementangkan



melaksanakan menggelar



Arti kata menggelar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1) menghamparkan; membentangkan (tikar dsb); 2) mengatur terhampar: pedagangpedagang kaki lima itu ~ dagangannya di pinggir-pinggir jalan; 3) memperagakan; mempertontonkan; memperkenalkan (kpd umum). Berdasarkan makna kata menggelar di atas dapat ditemukan persamaan kata atau padanan kata menggelar membentangkan,



membuat,



membuka,



yaitu kata mengadakan, membeber, menghamparkan,



mengembangkan,



melaksanakan, melangsungkan, melebarkan, pentang, selenggara, menebeng. Persamaan kata menggelar (http:www.persamaankata.com)



5



Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kata menggelar memiliki makna yang jauh berbeda dengan kata gelar. Kata gelar /n/ yang dahulu dipakai untuk memaknai ‗sesuatu yang melekat pada seseorang‘ kini mengalami perubahan makna dengan penambahan imbuhan meN- yang membentuk kata menggelar /v/ dengan arti ‗melakukan atau melaksanakan‘ atau arti yang lainnya yang telah disebutkan di atas. Dengan demikian, proses perubahan makna yang tampak pada kata menggelar membuat kata tersebut memiliki persamaan kata dengan kata yang lainnya. Tidak hanya kata menggelar. Masih banyak kata yang mengalami perubahan makna dan pemakaiannya telah dianggap wajar



serta diterima



masyarakat ialah kata berhijab. Perubahan makna kata berhijab ini terjadi seiring dengan pengetahuan pengguna bahasa dan perkembangan zaman. Semakin berkembangnya perubahan makna dapat juga karena faktor ilmu dan teknologi. Misal, kata berhijab. Dahulu kata berhijab berarti seseorang yang memakai busana longgar dengan kerudung yang besar dan yang terlihat hanya wajah dan telapak tangan. Namun, makna kata berhijab sekarang mengalami perubahan dan pergeseran makna. Sekarang makna kata berhijab diartikan ‗memakai kerudung‘, tetapi dapat memakai pakaian ketat. Perhatikan penggunaan kata hijab berikut: Pasalnya semenjak Marshanda memutuskan menanggalkan hijabnya, ia semakin berani dalam berpose.(Sumber: www.suara .com) Kata berhijab memiliki kata dasar hijab. Makna imbuhan ber- yang melekat pada kata hijab diartikan ‗menggunakan‘. Kata hijab sendiri menurut



6



Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kata benda yang memiliki arti 1. dinding yang membatasi sesuatu dengan yang lain: 2. dinding yang membatasi hati manusia dan Allah; 3. dinding yang menghalangi seseorang dari mendapat harta waris: anak laki-laki adalah -- dari saudara sebapak. Kata hijab sudah sangat populer di kalangan masyarakat, khususnya muslimah. Banyak model hijab yang digunakan oleh para muslimah. Hijab yang dipamerkan oleh para artis sering kali diikuti oleh para penggemarnya sehingga tidak dapat dipungkuri hijab menjadi style pada zaman ini. Hal itulah yang mengakibatkan makna kata hijab bergeser dari makna terdahulu yang dipahami. Makna kata hijab berdasarkan etimologi berbeda dengan makna kata hijab yang sedang populer saat ini. Hijab adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti ‗penghalang‘. Pada beberapa negara berbahasa Arab serta negara-negara Barat, kata hijab lebih sering merujuk kepada kerudung yang digunakan oleh wanita muslim (lihat jilbab). Namun dalam keilmuan Islam, hijab lebih tepat merujuk kepada tata cara berpakaian



yang



pantas



sesuai



dengan



tuntunan



agama.



(https://id.wikipedia.org/wiki/Hijab)



Kata hijab sering disinonimkan dengan kata jilbab. Jilbāb adalah busana muslim terusan panjang menutupi seluruh badan kecuali tangan, kaki, dan wajah yang biasa dikenakan oleh para wanita muslim. Penggunaan jenis pakaian ini terkait dengan tuntunan syariat Islam untuk menggunakan pakaian yang menutup aurat atau dikenal dengan istilah hijab. Sementara kerudung sendiri di dalam AlQuran disebut dengan istilah khumur, sebagaimana terdapat pada surat An-Nur



7



(24) ayat 31: ―.....Hendaklah mereka menutupkan khumur (kerudung-nya) ke dadanya......‖(An- Nur 24 :31) (https://id.wikipedia.org/wiki/Hijab) Persamaan kata hijab Kerudung Jilbab Hijab



sinonim



Khimar Selendang Tidak hanya kata menggelar dan berhijab di atas. Kata-kata yang mulai bergeser maknanya dan dianggap wajar serta diterima masyarakat ialah kata menanggalkan, pendukung, pemerintah, menggerebek, canggih, rumah bersalin, dan lain-lain. Kata-kata yang memiliki perubahan makna tersebut bermunculan lewat media massa baik media elektronik maupun cetak. Pemakaian kata yang maknanya tidak tepat seperti ini dapat menghilangkan kebenaran dari pemakaian kata bahasa Indonesia. Jika generasi mendatang memahami kata-kata tersebut seperti yang tengah terjadi di masyarakat, generasi mendatang tidak mengenal makna asli kata-kata tersebut selayaknya. Perkembangan bahasa Indonesia saat ini haruslah diimbangi dengan fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dapat berfungsi sebagai bahasa nasional, bahasa negara, kebangsaan, bahasa resmi, dan bahasa kebudayaan. Bahasa Indonesia merupakan identitas bangsa Indonesia. Masyarakat Indonesia dapat menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan fungsinya baik sebagai bahasa negara, bahasa kebangsaan, bahasa resmi, maupun bahasa kebudayaan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, standardisasi perlu



8



mendapat perhatian yang serius terutama oleh para linguis, guru bahasa Indonesia, pejabat atau petinggi pemerintah, insan pers, dan mahasiswa. Selain itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang memiliki fungsi sebagai bahasa pemersatu bangsa. Untuk itu segala upaya dalam membina dan mengembangkan bahasa Indonesia perlu dilakukan. Perubahan makna kosakata tidak terjadi begitu saja. Setiap fenomena bahasa terjadi karena ada penyebab atau pemotivasinya sehingga untuk mengamatinya dilakukan dengan cara menggunakan berbagai pengetahuan yang telah dimiliki seseorang sebagai hasil dari pengalaman hidupnya. Manusia menggunakan pengetahuannya untuk memaknai sebuah kata. Di sinilah peran kognitif itu diperlukan. Kognitif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti 1) berhubungan dengan atau melibatkan kognisi; 2) berdasar kepada pengetahuan faktual yang empiris. Kognitif atau kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa./https://id.m.wikipedia.org/kognisi Yoshimura (1995:26 dalam Sutedi 2003:1) menegaskan maksud kognitif yang digunakan dalam linguistik, yaitu seluruh kegiatan pikiran manusia dalam memahami dan memaknai setiap pengalaman barunya secara subjektif dalam mengatur berbagai informasi yang diperoleh dengan tepat. Linguistik kognitif memandang bahwa bahasa berkaitan erat dengan mekanisme kognitif manusia.



9



Oleh karena itu, sebagian besar teorinya berasaskan pada berbagai konsep psikologi, seperti psikologi persepsi, psokologi kognitif, dan psikologi gestalt. Linguistik kognitif memandang bahwa semua struktur bahasa merupakan suatu lambang sehingga pada setiap bentuk bahasa dianggap mempunyai makna dan tidak ada bentuk tanpa makna. Sumbangan linguistik kognitif terhadap penelitian kata sangat besar terutama dalam mendeskripsikan makna kata dalam semantik kognitifnya. Manusia dalam memahami sesuatu yang baru yang belum diketahui, biasanya dilakukan melalui berbagai pengasosiasian dengan hal-hal telah diketahuinya. Asosiasi dilakukan untuk lebih mempermudah pemahaman dan penguatan dalam ingatan. Misalnya, dengan cara membandingkan kesamaan atau kemiripan antara sesuatu hal dengan hal yang lain yang sudah diketahui; atau melalui pengkategorian, menghubungkan kedekatan, baik secara ruang maupun waktu antara satu hal dengan yang lainnya. Hal seperti ini diterapkan dalam mendeskripsikan suatu kata. Misalnya, dengan digunakannya gaya bahasa (metafora, metonimi, sinekdoke) dalam mendeskripsikan kata yang berpolisemi (Sutedi, 2003:4). Linguistik kognitif juga memandang bahwa makna suatu kata terutama dalam perubahan dan pergeseran makna tidak muncul begitu saja, melainkan pasti ada yang memotivasi dan melatarbelakanginya. Apakah muncul karena pengaruh perkembangan zaman, perubahan sosial, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, diyakini munculnya makna baru dalam suatu kata pasti ada pendorongnya. membeber,



Misalnya, kata membentangkan,



mengembangkan,



melaksanakan,



menggelar membuat,



yang bermakna membuka,



melangsungkan,



mengadakan,



menghamparkan,



melebarkan,



pentang,



10



selenggara, sampai makna menebeng pasti ada sesuatu yang memotivasinya dan bentuk



hubungan



makna-makna



tersebut



bisa



dideskripsikan.



Untuk



mendeskripsikan hubungan antarmakna dalam perubahan dan pergeseran makna Lakkof dan Johnson (1980) telah mencobanya dalam Metaphors We Live By, Lakkof (1987) dalam Women, Fire, and dangerous Thing: What Categories Reveal about the Mind, dan yang lainnya, dengan menggunakan gaya bahasa metafora,



metonimi,



dan



image



schema.



Sementara



Langacker



mendeskripsikannya melalui teori prototype dan schema-nya. Perkembangan kosakata bahasa Indonesia haruslah diimbangi dengan pemahaman dan pengetahuan pemakai bahasa. Penelitian ini dilakukan agar perkembangan kosakata bahasa Indonesia yang terjadi saat ini seimbang dengan fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia dan agar pemakai bahasa terhindar dari salah kaprah terhadap pemakaian suatu kata. Karena satu kata dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa makna perluasan, pemakai bahasa harus mengetahui dan memahami kosakata apa saja yang mengalami perubahan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman pemakai bahasa dalam menggunakan kosakata bahasa Indonesia yang baik dan tepat. Berdasarkan fenomena yang timbul di tengah masyarakat tentang penggunaan makna kosakata bahasa Indonesia tersebut, penulis mengangkat masalah tersebut menjadi sebuah penelitian. Bagaimanakah perubahan makna kosa kata tersebut dapat terjadi berdasarkan dimensi sejarah dan dimensi sosial? Bagaimanakah peran semantik kognitif terhadap perubahan makna kosakata tersebut? Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi terjadinya perubahan makna kosakata bahasa Indonesia? Sebagai pemerhati bahasa, khususnya bahasa



11



Indonesia, penulis merasa tertarik untuk mengangkat masalah ini ke permukaan. Sebagai peneliti, timbul hasrat untuk berbuat sesuatu: meneliti, menulis, dan membekali generasi yang akan datang dengan sebuah karya yang mungkin bermanfaat.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1.



Bagaimanakah perubahan makna kosakata bahasa Indonesia itu dapat terjadi berdasarkan dimensi sejarah dan dimensi sosial?



2.



Bagaimanakah peran semantik kognitif dalam perubahan makna kosakata bahasa Indonesia?



3.



Apa sajakah faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan makna kosakata bahasa Indonesia?



1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, ruang lingkup penelitian ini mencakup: kosakata bahasa Indonesia terpilih yang didapat dari harian Kompas pada periode 2016.



1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.



Mendeskripsikan bentuk perubahan makna kosakata bahasa Indonesia berdasarkan dimensi sejarah dan dimensi sosial.



12



2.



Mendeskripsikan peran semantik kognitif dalam perubahan



makna



kosakata bahasa Indonesia. 3.



Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan makna kosakata bahasa Indonesia.



1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini ditujukan untuk: 1. Memperkaya ilmu bahasa, khususnya analisis makna kosakata dan pemakaiannya agar para pemakai bahasa terhindar dari kesalahpahaman terhadap makna suatu kata dan dapat menambah pengetahuan tentang sifat perubahan makna yakni perluasan makna kata. 2. Memperkaya khasanah informasi kelinguistikan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, utamanya berkenaan dengan fenomena perubahan makna dari sudut pandang Linguistik Kognitif. 3. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap topik hangat yang masih terus bergejolak di kalangan para linguis kognitif terkait dengan harmonisasi antara pengalaman badaniah manusia, konseptualisasi, dan bahasa dalam pembangunan makna.



13



1.5.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini sebagai berikut: 1. Memudahkan wartawan atau penulis berita dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat 2. Menambah wawasan mahasiswa terhadap pengetahuan kebahasaan terutama tentang perubahan makna kosa kata. 3. Menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya penelitian tentang perubahan makna.



14



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Tinjauan pustaka merupakan bagian dari penelitian ini yang banyak membahas tentang penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi suatu kesamaan penelitian dan terjadi suatu hal yang dianggap sebagai plagiarisme. Penelitian mengenai suatu leksem memang sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Oleh karena itu, tujuan dari tinjauan pustaka ini adalah untuk menjelaskan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya. Peneliti sebelumnya yang telah meneliti tentang makna dengan pendekatan semantik kognitif adalah M. Hafiz Kurniawan mahasiswa S-2 Universitas Gadjah Mada pada tahun 2015 dengan judul tesis ―Analisis Perluasan Makna Leksem PUT: Pendekatan Semantik Kognitif‖. Peneliti ini meneliti tentang polisemi atau perluasan makna leksem PUT yang dikajinya dengan pendekatan linguistik kognitif. Penelitian mengenai perluasan makna leksem PUT ini menggunakan teori prototipe, yang sebelumnya menggolongkan leksem PUT tersebut dari struktur gramatikanya terlebih dahulu dengan melihat pengaruh dari agen dan pasien terhadap leksem PUT tersebut, kemudian menganalisis maknanya dengan menggunakan pendekatan skema gambar yang mengadopsi dari Rudska dan Ostyn mengenai aspek ruang preposisi. Dari kajiannya dihasilkan 19 perluasan makna leksem PUT yang berbeda yaitu 1 makna primer dan 18 makna



14



15



perluasan. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan disimpulkan bahwa leksem PUT meluas maknanya disebabkan pengaruh partikel dan konteks kalimat. Dalam penelitiannya, Kurniawan menganalisis bahwa leksem PUT mengalami perluasan makna. Perluasan makna leksem PUT yang dimaksud adalah sebagai berikut: Sebuah leksem PUT yang memiliki makna yakni ―to move something in particular place or position‖/ memindahkan sesuatu ke tempat atau posisi tertentu, dalam hal ini bisa digunakan dalam kalimat berikut:



1) Put it in a bucket under the tap and keep the tap running as you stir the gravel. (BNC: 513) ‗Letakkan ini ke dalam sebuah ember di bawah keran dan biarkanlah keran tersebut mengalirkan air sambil anda mengaduk kerikil tersebut‘. Makna leksem PUT yaitu memindahkan sesuatu ke suatu tempat atau posisi tertentu sebagaimana contoh kalimat di atas ternyata tidak berhenti pada pemakaian hal tersebut saja, tetapi makna leksem PUT tersebut juga dapat digunakan dalam kalimat berikut. 2) Politics puts me to sleep. (LCAED: 474) ‗Politik membuatku tertidur‘ Makna leksem PUT dalam kalimat (1) dan (2) tampak sekali berbeda jika dilihat dari maknanya, tetapi kedua makna dalam kalimat (1) dan (2) masih memiliki keterkaitan satu sama lain. Keterlacakan makna suatu leksem ini merupakan contoh dari fleksibelnya sebuah konsep leksikon yang tersimpan dalam memori manusia atau yang disebut juga memori semantik manusia. Hubungan perluasan makna leksem PUT yang tidak hanya digunakan dalam hal-



16



hal yang konkret saja, tetapi juga digunakan dalam hal-hal yang abstrak seperti beberapa kalimat yang di bawah ini. You must put aside your pride and apologize to him. (LCAED: 434) ‗Anda harus menyingkirkan kesombonganmu dan meminta maaf padanya.‘ Fleksibilitas suatu leksikon yang dipicu oleh perkembangan konsep leksikon itu sendiri memunculkan suatu fenomena bahasa yang disebut sebagai perluasan makna atau polisemi. Beberapa aspek penting dari karya Kurniawan (2015) yang dapat diacu untuk penelitian ini adalah (i) model analisis jejaring semantis dan kemiripan kerabat dalam menjelaskan keterkaitan di antara perluasan makna sebuah kata polisemi,



(ii)



analisis



komprehensif



yang



dapat



dihasilkan



melalui



pengeksploitasian konsep Tatabahasa Kognitif utamanya bagian teori Pemaknaan atau Konstrual (construal) (Langacker, 2008:55) dalam mengkarakterisasi makna suatu ekspresi. Selanjutnya berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan Kurniawan, penulis merujuk kepada konsep perluasan makna yaitu polisemi pada leksem PUT. Penulis menganalisis kosakata bahasa Indonesia yang mungkin mengalami perubahan makna tersebut berjenis perluasan seperti yang diteliti Kurniawan. Sebagai bahan perbandingan, apakah perluasan makna pada bahasa Inggris sama dengan perluasan makna pada kata bahasa Indonesia. Penelitian berkenaan dengan linguistik kognitif juga dilakukan oleh Hishamudin Isam, Fakulti Komunikasi dan Bahasa Modern Universiti Utara Malaysia, dan Norsimah Mat Awal, Pusat Pengajian Bahasa dan Linguistik Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan Universiti Kebangsaan Malaysia,



dalam



17



jurnal yang berjudul ―Rumus kln + X + setia + kln + Y ->Z dalam Memahami Penggunaan Leksis Setia Berdasarkan Perspektif Linguistik Kognitif‖. Kedua peneliti ini menggunakan konsep embodiment yang diperkenalkan oleh tokoh terkenal linguistik kognitif, yaitu Lakoff dan Johnson (1999), didefinisikan sebagai ―understanding the role of and agents own body in its everyday, situated cognition‖. Dalam penelitian Isam dan Awal, data yang diperoleh merupakan hasil penyelidikan di (Berita Harian dan Harakah), buku (DB3), dan majalah (Majalah Bukan Ilmiah). Kedua peneliti ini telah menemukan contoh penggunaan leksis setia dalam tiga keadaan yang bersifat khusus dan satu keadaan yang bersifat umum. Sebagai kesimpulan, dikatakan bahwa pemahaman berkenaan dengan penggunaan leksis setia dalam kalimat sebenar dapat dipermudah menggunakan rumus untuk memahami kedudukan leksis setia khusus dalam kalimat yang diujarkan. Akan tetapi, rumus ini hanya sekadar penelitian terhadap kebiasaan bentuk dan corak penggunaan leksis setia dalam kalimat yang digunakan oleh penutur bahasa. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Isam dam Awal, penulis mengambil rujukan



terkait mengolah data



kosakata pada kalimat yang



mengalami perubahan makna yang dianalisis menggunakan teori semantik kognitif. Penelitian sejenis dilakukan juga oleh Joko Kusmanto, Universitas Sebelas Maret, tahun 2014 yang judul disertasinya ―Konsep-konsep Teoretis Tuturan Metaforis dalam Semantik, Pragmatik, dan Linguistik Kognitif (Kajian Metalingual, Lokus Makna, dan Keberagaman Tuturan Metaforis dalam Linguistik Teoretis)‖. Disertasi ini mengaplikasikan teori semantik, yakni



18



semantik minimal dan semantik literal; teori pragmatik, yaitu pragmatik Grice dan pragmatik kontekstual; dan teori linguistik linguistik. Disertasi ini mengkaji secara kritis konsep-konsep teoretis tuturan metaforis dalam ketiga ranah yaitu semantik, pragmatik, dan linguistik kognitif. Kusmanto menggunakan metodologi kualitatif yang menerapkan desain operasional ―analitis-deskriptif‖. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat lima teori utama tentang lokus makna dan kebermaknaan ekspresi lingual dan tuturan metaforis dalam semantik, pragmatik, dan linguistik kognitif. Berkaitan dengan linguistik kognitif, Kusmanto menjelaskan bahwa kognisi secara logis memiliki peran penting pada bagaimana bahasa dihasilkan dan digunakan. Berdasarkan disertasi yang ditulis Kusmanto, penulis merujuk kepada teori linguistik kognitif. Sejauh mana linguistik kognitif mempengaruhi tuturan metaforis. Sebagai bahan perbandingan pada penelitian yang akan diteliti mengenai perubahan makna serta pengaruh semantik kognitif terhadap kosakata yang mengalami perubahan tersebut. Perbedaan dengan Kajian Sebelumnya Penelitian ini merupakan bentuk perbandingan dari penelitian Kurniawan mengenai perluasan makna, yakni berbeda data. Kurniawan menggunakan data bahasa Inggris, sedangkan peneliti menggunakan data bahasa Indonesia. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sebelumnya dalam hal teori yang menyertainya.



Peneliti



menggunakan



analisis



gramatika



kognitif



yang



dikembangkan oleh Langacker dan juga menggunakan complex conceptualization di dalam menggambarkan sebuah skema dan teori metafora yang dikemukakan Lakkof dan Johnson.



19



2.2 Etimologi Etimologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal-usul kata serta perubahan dalam bentuk dan makna. Etimologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal-usul suatu kata (Chaer,2008:7).



Misal



kata etimologi sebenarnya



diambil



dari bahasa



Belanda etymologie yang berakar dari bahasa Yunani: étymos (arti sebenarnya adalah



sebuah kata)



dan lògos (ilmu).



Kata



sinonim berasal



dari



bahasa



yunani syn yang artinya ‗dengan‘ dan kata bahasa yunani Onoma yang berarti ‗nama‘. Contoh lain kata sekaten (dalam bahasa Jawa) berasal dari bahasa Arab syahadatain yaitu ‗ucapan dua kalimat syahadat‘. Beberapa kata yang telah diambil dari bahasa lain, kemungkinan dalam bentuk yang telah diubah (kata asal disebut sebagai etimon). Melalui naskah tua dan perbandingan dengan bahasa lain, etimologis mencoba untuk merekonstruksi asal-usul dari suatu kata ketika mereka memasuki suatu bahasa, dari sumber apa, dan bagaimana bentuk dan arti dari kata tersebut berubah. Etimologi juga mencoba untuk merekonstruksi informasi mengenai bahasa-bahasa yang sudah lama untuk memungkinkan mendapatkan informasi langsung mengenai bahasa tersebut (seperti tulisan) untuk diketahui. Dengan membandingkan kata-kata dalam bahasa yang saling bertautan, seseorang dapat mempelajari mengenai bahasa kuno yang merupakan ―generasi yang lebih lama‖. Dengan cara ini, akar bahasa yang telah diketahui yang dapat ditelusuri jauh ke belakang kepada asalusul bahasa.



20



2.2.1



Kosakata Menurut Kridalaksana (dalam Tarigan, 1994:446) kosakata adalah (1)



komponen bahasa yang memuat secara informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; (2) kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara, penulis atau suatu bahasa; dan (3) daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis. Menurut



Soedjito



(dalam



Tarigan,



1994:



447)



kosakata



atau



perbendaharaan kata diartikan sebagai 1) semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa; 2) kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis; 3) kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan; 4) daftar kata yang disusun seperti kamus serta penjelasan secara singkat dan praktis. Akan tetapi, kosakata yang di ungkapkan oleh Richards, Platt, dan Webber (1985) merupakan seperangkat leksem yang meliputi kata tunggal, kata majemuk, dan idiom. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan kata-kata yang memiliki suatu arti yang dimiliki oleh manusia untuk digunakan dalam berbahasa dan berkomunikasi.



2.3 Perubahan Makna Perubahan makna adalah gejala pergantian rujukan dari simbol bunyi yang sama (Parera, 2004:107). Meillet (dalam Parera, 2004:108) menyebutkan faktorfaktor yang memudahkan pergeseran dan perubahan makna kosakata sebagai berikut: 1.



Bahasa diturunkan dari generasi ke generasi dengan cara yang langsung dan tidak langsung: seorang anak selalu belajar bahasa dalam bentuknya



21



yang segar. Persepsi dan tanggapan anak terhadap makna didasarkan pada konteks pemakaiannya. Apakah persepsi dan tanggapan anak akan makna kata itu sama seperti yang dikehendaki penuturnya? Pada umumnya tidak. Cukup banyak salah persepsi dan salah tanggap yang dilakukan oleh anak; terdapat konteks dan kondisi waktu tanggapan yang salah diperbaiki sebelum berlanjut lebih jauh. Akan tetapi, cukup banyak kesalahan persepsi dan tanggapan akan makna kata tidak diperbaiki. Dari sanalah bermula pergeseran makna. 2.



Kekaburan dan ketidakpastian makna menjadi salah sumber pergeseran dan perubahan makna. Batas antarmakna kata tidak jelas. Ketidakakraban pemakai bahasa akan makna sebuah kata menjadi sumber kekaburan makna yang berakibat kepada pergeseran dan perubahan makna. Misalnya, dalam kegiatan pasca-pemilu 1999 di Indonesia para politikus tidak dapat membedakan makna koalisi dan aliansi karena makna kata ini sebelumnya tidak akrab bagi para politikus Indonesia. Dalam bahasa Belanda dan Prancis koalisi bermakna ‗permufakatan antara dua partai atau bangsa untuk menghadapi musuh yang sama‘, sedangkan aliansi ‗persekutuan militer yang menghadapi musuh bangsa‘. Di Indonesia ‗koalisi dan aliansi antarpartai peserta pemilu untuk memenangkan pemilu‘; di sini tidak terdapat pikiran musuh bersama atau pemikiran militer.



3.



Loss of motivation ‗kehilangan motivasi‘ juga menjadi salah satu faktor terjadinya pergeseran makna, demikian kata Meilet. Dalam penjelasannya, dikatakan sepanjang sebuah kata tetap dengan kuat berpegang pada akarnya (tentu makna dasar awal) dan pada medan makna yang sama,



22



makna kata itu masih dalam batas-batas bukan pergeseran makna atau perubahan makna. Akan tetapi, sekali hubungan ini diabaikan, maka makna itu akan bergulir jauh dari asalnya dan berkembang takterkendali. Dalam bahasa Indonesia dapat dicontohkan kata canggih. Makna kata ini telah terlepas dari makna dasarnya. Kata canggih dihidupkan kembali karena kepentingan pemadanan tertentu. Makna kata ini berkembang takterkendalilkan, misalnya mesin yang canggih, gadis itu canggih, perbuatannya canggih, warna yang canggih, dst. Penggunaan makna kata canggih takterkendalikan lagi. Di sini faktor kehilangan motivasi menonjol. Kata canggih memiliki makna awal 1) banyak cakap; bawel; cerewet; 2) suka mengganggu (ribut); 3) tidak dalam keadaan yang wajar, murni, atau asli; 4) Tek kehilangan kesederhanaan yang asli (seperti sangat rumit, ruwet, atau terkembang):Teknik elektronika yang canggih; 5) banyak mengetahui atau berpengalaman (dalam hal-hal duniawi); 6) bergaya intelektual (https://id.wiktionary.org/wiki/canggih) Berdasarkan



Kamus



Besar



Bahasa



Indonesia



kata



canggih/cang·gih/ memiliki makna a 1 banyak cakap; bawel; cerewet; 2 suka mengganggu (ribut); 3 tidak dalam keadaan yang wajar, murni, atau asli; 4 Tek kehilangan kesederhanaan yang asli (seperti sangat rumit, ruwet, atau terkembang): teknik elektronika yang --; 5 banyak mengetahui atau berpengalaman (dalam hal-hal duniawi); 6 bergaya intelektual. 4.



Faktor salah kaprah juga mempermudah pergeseran dan perubahan makna. Salah kaprah adalah kesalahan yang terjadi karena kelaziman atau kebiasaan dengan sesuatu yang salah dan dibiarkan terus berjalan tanpa



23



usaha perbaikan oleh pemakainya. Usaha perbaikan datang terlambat. Kelaziman pemakaian makna kata menjadi tumpuan walaupun maknanya sudah salah. Makna kata pertanda ialah ‗pelebaya, algojo‘ (KBBI,1988,676). Akan tetapi, kata pertanda selama ini dipahami bermakna ‗alamat, gelagat‘ dan akibatnya makna terakhir ini (akibat salah kaprah) telah dimasukkan dalam KBBI edisi kedua sebagai homonimi terhadap makna ‗pelebaya, algojo‘ yang asli (KBBI 1993, edisi kedua, 760) 5.



Struktur kosakata memegang peran utama dan penting dalam pergeseran dan perubahan makna. Struktur fonologis, morfologis, dan sintaksis lebih bersifat tertutup, sedangkan struktur kosakata sangat bersifat berbuka. Setiap makna kosakata dapat berkembang, bertambah, berubah, bergeser, atau malah menghilang dari peredaran pemakaian karena tidak diperlukan lagi.



2.3.1



Jenis-jenis Perubahan Makna Kridalaksana membagi jenis perubahan makna menjadi berikut:



a. Perluasan Makna atau Generalisasi Perluasan makna atau generalisasi adalah proses perubahan makna kata dari yang lebih khusus ke yang lebih umum. Cakupan makna lebih luas daripada makna yang lama atau dapat juga dikatakan perubahan makna dari yang lebih sempit ke yang lebih luas.



24



Contoh: Kata



Makna Lama



Bapak



‗orang



tua



Makna Baru laki-laki; ‗semua orang laki-laki



ayah‘



yang berumur lebih tua atau berkedudukan lebih tinggi‘



Ali Sofyan sekarang sudah menjadi seorang bapak. Atas bantuan Bapak, saya mengucapkan terima kasih.



b.



Penyempitan Makna atau Spesialisasi Penyempitan makna atau spesialisasi adalah proses perubahan makna dari



yang lebih umum ke yang lebih khusus; dari yang lebih luas ke yang lebih sempit. Contoh: Kata



Makna lama



Sarjana



‗cendekiawan‘



Makna baru ‗lulusan perguruan tinggi atau gelar universitas‘



c. Peningkatan Makna atau Ameliorasi Peninggian makna atau ameliorasi adalah proses perubahan makna kata yang mengakibatkan makna yang baru dirasakan lebih tinggi, hormat, atau baik nilainya daripada makna yang lama atau semula. Contoh: melahirkan lebih baik daripada beranak.



25



d. Penurunan Makna atau Peyorasi Penurunan makna atau peyorasi adalah proses perubahan makna yang mengakibatkan makna baru atau makna sekarang dirasakan lebih rendah, kurang baik, kurang menyenangkan, atau kurang halus nilainya daripada makna semula (lama).Contoh: bunting lebih rendah daripada hamil.



e. Pertukaran Makna atau Sinestesia Sinestesia adalah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera (dari indera penglihatan ke indera pendengaran; dan indera perasaan ke indera pendengaran; dan sebagainya). Contoh: Rupa gadis itu memang sangat manis.



f. Persamaan atau Asosiasi Asosiasi adalah proses perubahan makna sebagai akibat persamaan sifat. Contoh: Sudah lama ia menaruh hati pada bunga desa itu.



g. Metafora Metafora adalah pemakaian kata tertentu untuk objek atau konsep lain berdasarkan kias atau persamaan (Kridalaksana, 1984: 123). Contoh:



kaki meja kaki langit kaki gunung



Metafora disebutkan oleh Keraf (1992:139) merupakan semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat:



26



bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya. Sebagai bentuk perbandingan langsung, metafora tidak mempergunakan kata: seperti, bak, bagai, bagaikan, dan sebagainya, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua.



2.3.2



Jenis- Jenis Relasi Makna Beberapa kosakata bahasa Indonesia memiliki kesamaan makna



(kemiripan makna). Misal: kata memangkas memiliki kesamaan makna dengan memotong meskipun penggunaan kata memangkas dan memotong memiliki konteks kalimat tersendiri. Selain itu, kosakata bahasa Indonesia memiliki kata yang sama, tetapi makna dan pengunaan kata tersebut berbeda. Misal, kata rapat memiliki makna pertama ‗tidak berantara (dekat sekali)‘ dan makna kata rapat yang kedua ‗pertemuan atau meeting‘. Kata yang memiliki kemiripan makna dengan kata yang sama tetapi berbeda makna terdapat dalam konsep relasi makna, yakni persamaan makna disebut sinonim dan kata yang sama tetapi berbeda makna disebut homonim. Oleh karena itu, konsep relasi makna ini dipakai untuk melihat keterkaitan makna kosakata yang satu dengan yang lainnya sehingga diketahui kosakata yang mengalami perubahan makna dan diketahui makna awalnya. Beberapa ahli bahasa mengemukakan tentang jenis-jenis relasi makna. Relasi makna terbagi atas tujuh jenis, yaitu (1) kesamaan makna (sinonim), (2) kebalikan makna (antonim), (3) kegandaan makna dalam kata (polisemi), (4) ketercakupan makna (hiponim dan hipernim), (5) kelainan makna (homonim,



27



homofon, dan homograf), (6) kelebihan makna (redundansi), dan (7) kegandaan makna dalam frase atau kalimat (ambiguitas) (Chaer, 2002: 92).



1. Sinonim Verhaar (1978:135-137) mendefenisikan sinonim sebagai ungkapan (dapat berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Umpamanya kata buruk dan jelek adalah dua buah kata yang bersinonim; bunga, kembang, dan puspa adalah tiga kata yang bersinonim. Hubungan makna antara dua buah kata yang bersinonim bersifat dua arah. Namun, dua buah kata yang bersinonim itu; kesamaaannya tidak seratus persen, hanya kurang lebih saja. Kesamaannya tidak bersifat mutlak.



2. Antonim Verhaar (1978:135-137) mendefenisikan antonim sebagai ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknyanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Misalnya : kata bagus yang berantonim dengan kata buruk, kata besar antonim dengan kata kecil.



3. Polisemi Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, bisa juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Umpamanya kata kepala dalam bahasa Indonesia memiliki makna (1) bagian tubuh dari leher ke atas; (2) bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan merupakan hal yang penting atau terutama seperti pada kepala suku, kepala meja, dan kepala kereta api; (3) bagian



28



dari



suatu



yang



berbentuk



bulat



seperti



kepala,



seperti



pada kepala



paku dan kepala jarum; (4) pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah, kepala kantor, dan kepala



stasiun;



(5)



jiwa



atau



orang



seperti



dalam



kalimat Setiap kepala menerima bantuan Rp 5000,00; dan (6) akal budi seperti dalam kalimat, Badannya besar tetapi kepalanya kosong.



4. Hiponim dan Hipernim Hiponim adalah relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam makna general, seperti makna anggrek dalam makna bunga, makna kucing dalam makna binatang. Anggrek, mawar, dan tulip berhiponim dengan bunga, sedangkan kucing, kambing, dan kuda berhiponim dengan binatang. Bunga merupakan superordinat (hipernim) bagi anggrek, mawar, dan tulip, sedangkan binatang menjadi superordinat bagi kucing, kambing, dan kuda.



5. Homonim, Homofon, dan Homograf Homonim adalah relasi makna antarkata yang ditulis sama atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda. Kata-kata yang ditulis sama, tetapi maknanya berbeda disebut homograf, sedangkan yang dilafalkan sama, tetapi berbeda makna disebut homofon. Contoh homonim adalah bisa (dapat) berhomonim dengan bisa (racun); homograf adalah kata tahu (makanan) yang berhomograf dengan kata tahu (paham), sedangkan kata masa (waktu) berhomofon dengan massa (jumlah besar yang menjadi satu kesatuan).



29



6. Redundansi Istilah redundansi sering diartikan sebagai ‘berlebih-lebihan pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran‘. Umpamanya kalimat Bola ditendang Si Badrih, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan Bola ditendang oleh Si Badrih. Pemakaian kata oleh pada kalimat kedua dianggap sebagai sesuatu yang redundansi, yang berlebih-lebihan dan sebenarnya tidak perlu.



7. Ambiguitas Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti. Kegandaan makna dalam ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu frase atau kalimat dan terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda. Umpamanya frase buku sejarah baru dapat ditafsirkan sebagai (1) buku sejarah itu baru terbit, (2) buku itu berisi sejarah zaman baru.



2.3.3



Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Makna Suwandi (2008:48) mengungkapkan terdapat sejumlah faktor penyebab



terjadinya perubahan makna, yaitu sebagai berikut: 1. Faktor Linguistik Perubahan makna karena faktor linguistik bertalian erat dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis. Misalnya kata sahaya yang mulanya dihubungkan dengan ‗budak‘, tetapi karena leksem tersebut berubah menjadi saya, kata saya selalu dihubungkan dengan kata ganti orang pertama hormat.



30



2.



Faktor Kesejarahan Perubahan makna karena faktor kesejarahan berhubungan dengan



perkembangan leksem. Misalnya, leksem wanita yang sebenarnya berasal dari leksem betina. Leksem betina dihubungkan dengan hewan; sedangkan leksem wanita merupakan leksem yang berpadanan dengan perempuan.



3. Faktor Sosial Masyarakat Perubahan makna karena faktor sosial dihubungkan dengan perkembangan leksem di dalam masyarakat. Misalnya, leksem gerombolan pada mulanya bermakna ‗orang yang berkumpul‘ atau ‗kerumunan orang‘, tetapi kemudian leksem tersebut tidak disukai lagi karena selalu dihubungkan dengan pemberontak, perampok, dan sebagainya.



4. Faktor Psikologis Perubahan makna karena faktor psikologis dapat disebabkan oleh rasa takut, menjaga perasaan, dan sebagainya. Misalnya, penggunaan leksem dirumahkan untuk menggantikan leksem ditahan, leksem diberhentikan untuk menggantikan dipecat, leksem diamankan untuk mengganti leksem ditangkap, dan sebagainya.



5. Faktor Kebutuhan Kata Baru Perubahan makna karena faktor kebutuhan terhadap kata baru bertalian erat dengan kebutuhan masyarakat pemakai bahasa. Misalnya, karena kita merasa



31



tidak atau kurang enak menggunakan leksem saudara, maka muncullah leksem Anda.



6. Faktor Perkembangan Ilmu dan Teknologi Perubahan makna karena faktor perkembangan ilmu dan teknologi misalnya, leksem berlayar yang dulu mengacu pada pengertian ‗menempuh‘ sekarang leksem berlayar tetap dipakai, tetapi tidak terbatas pada acuan itu. Sekali pun sudah digunakan kapal-kapal bermesin yang tidak memakai layar, perjalanan laut itu masih menggunakan leksem berlayar.



7. Faktor Perbedaan Bidang Pemakaian Lingkungan Perubahan makna karena faktor perbedaan bidang pemakaian lingkungan misalnya, dalam bidang pendidikan, kata guru, siswa, pengajar, pembelajar, kurikulum, evaluasi remediasi, menjiplak, dan sebagainya. Dalam bidang perekonomian kata produk, manajemen, kredit, saham, dan sebagainya.



8. Faktor Pengaruh Bahasa Asing Perubahan makna karena faktor pengaruh bahasa asing misalnya, kata butir yang sebenarnya berupa kata bantu bilangan yang mengacu pada bendabenda yang bulat-bulat dan kecil-kecil, sekarang kata butir yang juga pakai sebagai padanan kata item.



32



9. Faktor Asosiasi Kata-kata yang digunakan di luar bidang asalkan sering masih ada hubungannya dengan makna kata tersebut pada bidang asalnya. Misal, kata mencatut makna asalnya ‗bekerja dengan menggunakan catut‘.



10. Faktor Pertukaran Tanggapan Indera Perubahan makna karena faktor pertukaran tanggapan indera misal pedas yang sebenarnya harus diindera dengan perasa lidah, lalu diindera dengan indera pendengaran misal dalam kalimat Bicaranya memang cukup pedas.



11. Faktor Perbedaan Tanggapan Pemakai Bahasa Suatu kenyataan bahwa sejumlah kata yang yang digunakan oleh masyarakat pemakainya tidaklah mempunyai nilai yang sama. Hal ini berkaitan erat dengan pandangan hidup dan norma yang ada dalam masyarakat tersebut. Berdasarkan pada hal tersebut terdapat sejumlah kata yang dirasa mempunyai nilai ―rendah‖ (kurang disenangi oleh masyarakat pemakainya) dan ada kata yang mempunyai nilai ―tinggi‖. Misal, kata wanita dewasa ini dianggap bernilai tinggi sedangkan perempuan dianggap bernilai rendah.



12. Faktor Penyingkatan Terdapat sejumlah ungkapan dalam bahasa Indonesia yang karena sering digunakan, sekalipun tidak diucapkan secara keseluruhan orang pun sudah memahami maksudnya. Misal, jika ada orang mengatakan dok maka orang lain pun tahu bahwa yang dimaksudkan ―dokter‖ (Suwandi, 2008: 122-123).



33



2.4 Teori Semantik Penelitian makna sebuah kata, saat ini telah berkembang menjadi ilmu tersendiri yaitu ilmu semantik. Teori yang terkenal saat ini adalah teori segitiga makna dari C.K. Ogden dan A. Richard pada tahun 1923. Dijelaskannya melalui segitiga tersebut, terdapat hubungan langsung antara konsep dan lambang bahasa, sedangkan pada lambang bahasa dengan objeknya tidak berhubungan langsung. Hal ini dikarenakan bahasa dan realitas tidaklah identik, melainkan terkandung pula cara pandang suatu masyarakat terhadap realitas (Parera, 2004:46)



Pikiran (manusia)



simbol --------------------------- Referen (kata) (objek) Gambar 2.1 Segitiga makna Odgen dan Richard (Parera, 2004:46) Ullman (2007:62) menyederhanakan teori segitiga Ogden dan A. Richard dengan melihat makna sebagai hubungan resiprokal antara nama dan pengertian yang pada hakikatnya satu nama boleh memiliki lebih dari satu pengertian dan atau pun sebaliknya.



34



2.4.1



Semantik Struktural Semantik struktural bermula dari pandangan linguis struktural yang



dimulai oleh Ferdinand de Saussure. Ferdinand de Saussure (Chaer, 2009:2) mengemukakan semantik terdiri dari (1) komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini adalah merupakan tanda dan lambang; sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi dari semantik struktural adalah pendekatan pada semantik yang menekankan hubungan makna antara kata dan kelompok kata.



Di dalam semantik struktural terdapat pula pembahasan tentang jenis makna, relasi makna, dan perubahan makna. Jenis makna yang menurut Chaer (2002:59) adalah makna denotasi dan konotasi, gramatikal dan leksikal, referensial dan nonreferensial, makna umum dan khusus, konseptual dan asosiatif, idiomatikal dan peribahasa, dan sebagainya. Chaer (2002:92) menyebutkan relasi makna terbagi atas tujuh jenis, yaitu (1) kesamaan makna (sinonim), (2) kebalikan makna (antonim), (3) kegandaan makna dalam kata (polisemi), (4) ketercakupan makna (hiponim dan hipernim), (5) kelainan makna (homonim, homofon, dan homograf), (6) kelebihan makna (redundansi), dan (7) kegandaan makna dalam frase atau kalimat (ambiguitas). Perubahan makna menurut Kridalaksana (1984: 123) terbagi menjadi tujuh jenis, yaitu (1) perluasan makna atau generalisasi; (2) penyempitan makna atau spesialisasi; (3) peningkatan makna atau ameliorasi; (4) penurunan makna atau peyorasi; (5) pertukaran makna atau sinestesia; (6) persamaan atau asosiasi; (7) metafora.



35



2.4.2



Semantik Kognitif



2.4.2.1 Motivasi Kognitif Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini diantaranya adalah intensitas, arah, dan ketekunan. https://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia kognitif/kog·ni·tif/ a 1 berhubungan dengan atau melibatkan kognisi; 2 berdasar kepada pengetahuan faktual yang empiris. Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidang ilmu yang mempelajari kognisi beragam, di antaranya adalah psikologi, filsafat, komunikasi, neurosains, serta kecerdasan buatan. https://id.wikipedia.org/wiki/Kognisi Pendekatan kognitif Rahmad Agung Nugraha, S.Psi., M.Si., dosen Progdi BK Universitas Panca Sakti Tegal menyebutkan teori motivasi yang memfokuskan penguraian dan penelitian motivasi tingkah laku manusia serta memandang individu sebagai agen yang aktif mengolah dan menentukan tingkah laku yang diungkapkannya. contoh teori- teori yang dimaksud antara lain adalah teori :



36



Teori lapangan (Field Theory) Kurt Lewin Pendekatan kognitif Lewin terutama dipengaruhi oleh psikologi gestalt, yakni satu aliran psikologi yang menekankan bahwa organisme dalam bertingkah laku bersifat aktif dan disertai insight pemahaman (atas situasi atau masalah yang dihadapinya. Tingkah laku organisme atau individu hanya dapat dimengerti sebagai hasil dari seluruh kekuatan yang bekerja mempengaruhi diri individu tersebut. http://www.academia.edu/14220556/TEORI_TEORI_MOTIVASI_DAN_MENG GALI_SUMBER_MOTIVASI



2.4.2.2 Linguistik Kognitif Latar belakang munculnya linguistik kognitif, sebagai reaksi terhadap aliran sebelumnya terutama tata bahasa generatif, tokoh utamanya: Ronald W. Langacker, George Lakkof, dan Mark Johnson, dll. Ronald Wayne Langacker lahir 27 Desember 1942, dia adalah seorang ahli bahasa asal Amerika dan Profesor Emeritus di University of California, San Diego . Ia terkenal sebagai salah satu pendiri Linguistik Kognitif gerakan dan pencipta Gramatika Kognitif. (https://en.wikipedia.org/wiki/Ronald_Langacker) Langacker mengembangkan ide-ide sentral gramatika kognitif dalam bukunya yang berjudul Foundations of Cognitive Grammar yang menjadi titik keberangkatan utama untuk bidang Cognitive Linguistics. Gramatika kognitif memperlakukan bahasa manusia semata-mata dari unit semantik, unit fonologi, dan unit simbolik (pasangan konvensional fonologi dan unit semantik). Seperti Konstruksi Grammar dan tidak seperti banyak teori linguistik utama, gramatika



37



kognitif memperluas gagasan unit simbolis kepada tata bahasa. Kemudian, Langacker mengasumsikan bahwa struktur linguistik termotivasi oleh proses kognitif umum. Dalam merumuskan teorinya, ia membuat ekstensif menggunakan prinsip-prinsip psikologi gestalt dan menarik analogi antara struktur linguistik dan aspek persepsi visual. (https://en.wikipedia.org/wiki/Ronald_Langacker) Salah satu asumsi dalam aliran Gestalt, yaitu tentang organisasi persepsi yang dikenal dengan hukum kesadaran. Ditegaskan bahwa dalam menafsirkan suatu stimulus ada kecenderungan untuk mengambil sesuatu yang paling mudah dan paling memungkinkan. Di antaranya, melalui konsep figure (gambar) dan ground (latar). Konsep figur dan latar juga mewarnai aliran linguistik kognitif, seperti dalam menafsirkan suatu kalimat dari sudut pandang yang berbeda. Salah satu pandangan dari linguistik kognitif, bahwa makna suatu kata (dalam suatu bahasa) bukan hanya ditentukan oleh objek yang menjadi refensinya saja, melainkan pemahaman penutur (pengguna bahasa tersebut) terhadap objek tersebut berperan penting. Oleh karena itu, dalam menjelaskan fenomena bahasa, penghayatan dan pemahaman secara subjektif tentang konsep figur dan latar sangatlah bermanfaat (Sutedi, 2003:3). Teori gramatika kognitif Langacker mereflesikan model konseptual seperti model kognitif idealis. Ia mengidentifikasikan world-view dalam model bola billiard. Pandangan ini menggabungkan konsep tempat, waktu, energi, dan materi (Saeed, 2003: 375).



38



AGENT



INSTR



PATIENT SETTING



V



Gambar 2.2 Prototipe Skema Peristiwa Langacker (1991:283) dalam Saeed (2003:374-378) menyatakan elemen tempat, waktu, energi, dan materi membentuk dunia. Objek-objek diskrit bergerak di dalam sebuah tempat, melakukan kontak dengan yang lainnya, dan berpartisipasi dalam interaksi energi. Secara konseptual, objek dan interaksi menampilkan kontras maksimal, memiliki nilai yang berlawanan seperti domain instansiasi (tempat vs waktu), konstituen utama (substansi vs transfer energi), dan alternatif konseptualiasi independensi (autonomi vs dependen). Objek fisik dan interaksi energi memberikan prototipe untuk kategori nomina dan verba yang merepresentasikan oposisi polar di antara kelas gramatika dasar. Kategori linguistik nomina dan verba dikarakterisasikan dalam istilah model kognitif yang merupakan bagian dari konsep realitas. Nomina dapat mendeskripsikan keadaan waktu yang stabil dan proses interaksi yang umumnya diidentifikasi melalui verba, seperti dalam his arrival among us atau dieting is bad for you. Karakterisasi ini menekankan pada kondisi nomina yang tidak secara objektif keluar dari dunia, tetapi merupakan produk proses kognitif dan keputusan komunikatif. Model Langacker di atas merupakan protototipe dari klausa transitif. Skema pengamat (viewer) yang disebut V, berada di luar setting dan bukan partisipan, sebagai orang ketiga yang melaporkan peristiwa. Pengamat



39



mengidentifikasikan tiga elemen dalam rantai aksi, yaitu hubungan asimetris mentransmisikan energi dari satu entitas ke entitas kedua, dan pada kasus ini ke entitas ketiga. Energi yang ditransfer dilambangkan dengan anak panah dengan garis ganda. Anak panah bergelombang pada PATIENT menggambarkan perubahan keadaan di dalam entitas yang disebabkan adanya interaksi. Skema ini menerangkan prototipe yang menggambarkan energi yang bersumber dari AGENT berakhir di PATIENT melalui perantara entitas INSTRUMENT. Penutur memiliki pilihan saat membicarakan kejadian ini. Penekanan penting pada teori ini adalah karakterisasi keaktifan penutur dalam latar belakang yang menerapkan konseptualisasi konvensional bahasa dan derajat proses kognitif. Istilah umum untuk proses ini adalah konstrual (construal). George P. Lakoff lahir 24 Mei 1941 adalah seorang ahli bahasa kognitif asal Amerika. Lakoff terkenal karena tesisnya yang secara signifikan dipengaruhi oleh pusat metafora yang digunakan untuk menjelaskan fenomena yang kompleks. (https://en.wikipedia.org/wiki/George_Lakoff) Tesis Lakoff , yakni Metafora diperkenalkan pada tahun 1980 dalam bukunya yang berjudul Metaphors We Live By . Lakoff telah menemukan aplikasi dalam sejumlah disiplin ilmu dan aplikasi itu bekenaan dengan politik, sastra, filsafat, dan matematika yang dianggap sebagai dasar untuk ilmu politik. Mark L. Johnson lahir Mei 1949 24 di Kansas City, Missouri, adalah Profesor Liberal Seni dan Ilmu Pengetahuan di Departemen Filsafat di University of



Oregon . Ia



terkenal



karena



berkontribusi



untuk filsafat



yang



diwujudkan dalam ilmu kognitif dan linguistik kognitif , beberapa di antaranya ia



40



menulis bersama dengan George



Lakoff



seperti Metaphors We Live By .



(https://en.wikipedia.org/wiki/Mark_Johnson_(philosopher) Dalam fenomena perubahan makna kita mengenal adanya metafora. Metafora memungkinkan kita untuk mengerti dan mengomunikasikan tentang halhal abstrak dan konsep-konsep yang sulit. Lakoff dan Johnson (1980:3) mengatakan bahwa, ―…metaphor is persuasive in everday life, not just in language but in thought and action. Our ordinary conceptual system, in terms of which we both think and act, is fundamentally methaporical in nature‖. Teori metafora ini lebih dikenal dengan teori metafora konseptual (Conceptual Metaphor Theory, disingkat CMT). Dalam CMT, terdapat dua ranah konseptual, yaitu ranah sumber (source domain) dan ranah sasaran (target domain). Ranah sumber yang lebih kongkrit digunakan manusia untuk memahami konsep abstrak dalam ranah sasaran. Metafora mengorganisasi hubungan antar objek dan menciptakan pemahaman mengenai objek tertentu melalui pemahaman mengenai objek lain. Menurut George Lakoff dan Mark Johnson dalam Metaphor We Live By (1980), metafora adalah pemahaman dan pengalaman mengenai sebuah hal melalui sesuatu hal yang lain. Jadi, seseorang memahami dan merasakan sesuatu yang baru melalui pemahamannya atas hal lain yang telah ia kenal sebelumnya. Lebih lanjut, Lakoff dan Johnson juga menyatakan bahwa pengalaman yang dialami setiap individu bersifat kultural; budaya melatarbelakangi atau hadir pada setiap pengalaman manusia. Sebagai konsekuensi akan hal itu, Lakoff dan Johnson memberi penekanan pada pernyataannya bahwa analisis terhadap metafora tidak hanya menyediakan pengertian/pemahaman terhadap konstruksi



41



budaya atas suatu realitas karena pada dasarnya sistem konseptual yang dimiliki manusia secara fundamental sudah metaforis. Dapat dikatakan bahwa struktur dasar metafora terdiri atas dua bagian, yaitu



(1)



hal



yang



dibicarakan



(maksud)



dan



(2)



hal



yang



dibandingkan/diumpamakan (sebagai wahananya). Kesamaan ciri yang dimiliki oleh kedua hal tersebut merupakan dasar dari metafora. Misalnya pada contoh metafora ―waktu adalah uang‖, dasarnya adalah kesamaan ciri (komponen makna) yang dimiliki waktu dan uang, yaitu, antara lain: sebagai komoditas yang berharga dan harus digunakan secara bijaksana. Perlu diingat, berkaitan dengan yang telah diuraikan sebelumnya, dasar dari metafora (kesamaan ciri/komponen makna yang dimiliki oleh kedua elemen dalam metafora) sangat erat kaitannya dengan budaya masyarakat penggunanya. Metafora menurut Lakoff dan Johnson (1980) terdiri atas tiga jenis, yaitu: 1. Metafora struktural, yaitu sebuah konsep dibentuk secara metaforis dengan menggunakan konsep yang lain. Metafora struktural ini didasarkan pada dua ranah, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran. Metafora struktural berdasar pada korelasi sistematis dalam pengalaman sehari-hari. 2. Metafora orientasional, yaitu metafora yang berhubungan dengan orientasi ruang, seperti naik-turun, dalam-luar, depan-belakang, dan lainlain. Orientasi ruang ini muncul dengan didasarkan pada pengalaman fisik manusia dalam mengatur orientasi arah dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang terdapat pada ―UP-DOWN‖. Metafora orientasional berbeda di setiap budaya karena apa yang dipikirkan, dialami, dilakukan oleh



42



setiap budaya berbeda. Metafora orientasional memberikan sebuah konsep suatu orientasi ruang, misalnya―HAPPY IS UP‖. 3. Metafora ontologis adalah metafora yang melihat kejadian, aktivitas emosi, dan ide sebagai entitas dan substansi. Misalnya dalam metafora ―THE MIND IS A MACHINE‖ dalam kalimat ―My mind just isn‘t operating today‖ (hari ini otak saya tidak bekerja atau hari ini saya sedang tidak ingin berpikir). Metafora ontologis adalah metafora yang mengkonseptualisasikan pikiran, pengalaman, dan proses—hal abstrak lainnya—ke sesuatu yang memiliki sifat fisik. Dengan kata lain, metafora ontologis menganggap nomina abstrak sebagai nomina konkret.



2.4.2.3 Asas-asas Linguistik Kognitif Munculnya linguistik kognitif yang dipelopori oleh ketiga tokoh di atas, sebagai reaksi terhadap aliran sebelumnya terutama tata bahasa generatif dilatarbelakangi karena linguistik kognitif memandang bahwa setiap fenomena bahasa pasti ada yang melatarbelakangi dan memotivasinya. Selain itu, linguistik kognitif menjadikan penampilan berbahasa sebagai objek kajiannya, yaitu pemakaian bahasa secara kongkret dalam situasi yang sebenarnya. Tujuan dan sasaran linguistik kognitif adalah berfokus pada pemotivasian hubungan antara makna dan bentuk. Generalisasi dalam linguistik kognitif dilakukan secara induktif. Dengan demikian, tolok ukur dalam linguitik kognitif adalah benar atau tidaknya suatu kalimat atau berterima atau tidaknya berdasarkan pada penutur pengguna bahasa. Sutedi (2003:1) membedakan tata bahasa generatif dan linguistik kognitif menjadi berikut:



43



Tabel 2.3 Perbedaan Tata Bahasa Generatif dan Linguistik Kognitif Tata Bahasa Generatif Objek kajian



Kemampuan



Linguistik Kognitif



berbahasa Penampilan



(Language competence) Pendekatan



(language performance)



Secara modul (module) yang Rentetan dan keseluruhannya terpisah-pisah



Fungsi morfem



berbahasa



Independen



(sequential)



(berdiri



sendiri Rentetan dan kesatuan, yakni



atau secara terkotak-kotak)



satu sama lainnya tidak bisa dipisahkan



Tujuan



Tata bahasa secara universal



Pemotivasian



bentuk



dan



makna Penyimpulan



Secara



deduktif,



berdasarkan



pada



tidak Secara induktif, berdasarkan contoh pada



penggunaan yang kongkrit Dasar



sebagai Gramatikalisasi



tolok ukurnya



konteks



penggunaan



secara konkrit Kemungkinan berterimanya kalimat



44



Berikut ini asas-asas linguistik kognitif: 1. Linguistik kognitif memandang bahwa bahasa berkaitan erat dengan mekanisme kognitif manusia. Oleh karena itu, sebagian besar teorinya berasaskan pada berbagai konsep psikologi, seperti psikologi persepsi, psokologi kognitif, dan psikologi gestalt. 2. Psikologi Gestalt: totalitas adalah bukan merupakan penjumlahan belaka dari setiap elemen yang ada, melainkan merupakan satu kesatuan yang utuh dengan ciri dan karakter totalitasnya. 3. Teori Gestal dikenal ada dua macam, yaitu gestalt secara ruang (lokal) dan gestalt secara waktu (temporal). Bentuk wujud suatu benda atau tempat merupakan gestalt secara ruang, sedangkan alunan lagu, melodi, atau kalimat merupakan gestalt temporal. 4. Kalimat menurut Gestalt, bukan hanya sekedar penggabungan atau penjumlahan sederetan kata-kata saja, melainkan merupakan totalitas dari setiap kata yang memiliki ciri dan fungsi yang terorganisir, sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh. 5. Teori ingatan menurut Gestalt, berlangsung melalui hukum asosiasi dan reproduksi. Jika suatu stimulus muncul satu atau beberapa kali dalam bentuk elemen-elemen dari gestalt (totalitas) dalam kesadaran manusia, kemudian salah satu di antaranya muncul kembali, maka cenderung untuk memunculkan totalitasnya dalam kesadaran tersebut. 6. Suatu kata dalam kalimat akan lebih jelas maknanya, daripada kata tersebut berdiri sendiri. Dalam menganalisis makna kosa kata bahasa Indonesia, akan lebih mudah jika dianalisis dalam bentuk



kalimat



45



daripada dianalisis dalam bentuk kata karena kalimat tersebut merupakan suatu Gestalt (Sutedi, 2003:2).



2.4.2.4 Makna Kognitif Makna kognitif (cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna satuan bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau penalaran (Kridalaksana, 1984: 120). Dapat juga dinyatakan bahwa makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna dunia unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek, atau gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponen. Dalam makna kognitif, pembicara mengatakan apa adanya dan yang dimaksudkan juga apa adanya. Misal, jika kita mengatakan Bangunan itu megah, maka kita secara langsung dapat melihat atau membayangkan sebuah bangunan yang megah. Kita belum mempersoalkan bangunan apa atau yang mana serta seberapa kemegahan itu (Suwandi, 2008:73).



2.4.2.5 Jejaring Semantis Makna-makna yang berbeda dari suatu unit linguistik polisemis disatukan berdasarkan hubungan kategorisasi di antara makna-makna tersebut, seperti elaborasi dan perluasan, guna membentuk suatu jejaring semantis (Langacker, 2008:37; periksa lebih lanjut Geeraerts, 2010).



46



2.5 Kerangka Pikir Kerangka pikir dalam penelitian ini berangkat dari perubahan makna kosakata bahasa Indonesia yang dianalisis berdasarkan dua dimensi yaitu: dimensi sejarah dan dimensi sosial. Dimensi sejarah membahas perubahan makna kosakata bahasa Indonesia secara etimologi dan semantik struktural (Perluasan, Penyempitan, Ameliorasi, Peyorasi, Asosiasi, Sinestesia, Metafora). Dimensi sosial membahas perubahan makna kosakata bahasa Indonesia berdasarkan linguistik kognitif spesialisasi semantik kognitif (Kognitif gramatika dan Metafora). Kedua dimensi tersebut kemudian menguraikan faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan makna kosakata bahasa Indonesia. Kosakata bahasa Indonesia yang mengalami perubahan makna diambil dari kompas dengan tema Ekonomi, Korupsi, Bencana, Kriminal, dan Politik. Data dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Kemudian hasil penelitian dan temuan tentang perubahan makna kosakata bahasa Indonesia dibahas dan dideskripsikan dalam bab IV. Berikut ini kerangka berpikir yang dipakai dalam menganalisis data dalam penelitian ini.



47



Gambar 2.4 Kerangka Pikir Penelitian Perubahan Makna Kosa Kata Bahasa Indonesia



Dimensi Sejarah



Dimensi Sosial



Etimologi



Linguistik Kognitif



Semantik Struktural



Semantik Kognitif



Perluasan, Penyempitan, Ameliorasi, Peyorasi, Sinestesia, Asosiasi, Metafora



Kognitif Gramatika Metafora



Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Makna Kompas



Kompas



Ekonomi, Korupsi, Bencana,Kriminal, Politik Analisis Kualitatif Hasil Penelitian dan Temuan



48



BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Dalam menemukan suatu solusi permasalahan mengenai fenomena kebahasaan yang akan diteliti, peneliti mengunakan suatu metode atau cara. Sebelum sampai pada penjelasan mengenai metode yang digunakan, peneliti menyampaikan bahwa penelitian ini akan menganalisis suatu fenomena bahasa yaitu perubahan makna dengan cara mendeskripsikan dan menjelaskan serta menggambarkannya dalam suatu alat yang dinamakan dengan jejaring semantis yang telah dijelaskan dalam landasan teori. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Mengingat bahwa pembahasan perubahan makna bersifat teoretis, penelitian ini akan dilakukan dengan teknik kepustakaan. Data diperoleh dari media cetak yaitu koran Kompas. Data yang akan dianalisis merupakan kosakata bahasa Indonesia terpilih yang terdapat pada koran tersebut. Selain itu, untuk mengantarkan satu peneliltian lebih mendalam dan meluas serta menjawab masalah-masalah yang berhubungan dengan dua fakta semantik tersebut akan dilakukan teknik lapangan.



Walaupun pembicaraan



tentang pergeseran dan perubahan makna bersifat teoretis, pembicaraan tentang pergeseran dan perubahan makna ini didasarkan pada data empiris. Data empiris tersebut dikelompokkan, dibeda-bedakan, dihubung-hubungkan, diramalkan, dan dikendalikan secara rasional sehingga lahirlah pernyataan-pernyataan yang bersifat teoretis mengenai dua gejala tersebut.



47



49



Penelitian lapangan yang dilakukan untuk menguji kebenaran data katakata bahasa Indonesia terpilih yang telah diambil di media cetak. Apakah katakata tersebut benar telah mengalami perubahan dan pergeseran di tengah masyarakat dan bagaimana pengetahuan masyarakat terhadap kegunaan kata tersebut? Untuk mendukung data yang diperoleh, peneliti akan melakukan wawancara kepada masyarakat Medan untuk mengetahui penggunaan kata-kata bahasa Indonesia terpilih tersebut di tengah masyarakat. Teknik lapangan ini sebagai pendukung untuk menguji kredibilitas data yang telah diperoleh.



3.2 Penentuan Informan Data penelitian diperoleh dari beberapa informan untuk memperoleh informasi dan memastikan keabsahan data. Informasi yang diperoleh dari informan ini digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian tentang perubahan makna kosakata bahasa Indonesia berdasarkan dimensi sosial. Informan penelitian ini ada tiga, yaitu: ahli bahasa, jurnalis, dan mahasiswa. Adapun kriteria pemilihan informan tersebut berdasarkan keperluan informasi tentang kedua puluh kosakata yang ada dalam penelitian ini. Mereka dipilih karena dianggap kredibel untuk menjawab masalah peneliti dan mempunyai pandangan tertentu tentang fenomena bahasa yang sedang diteliti. Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan bersedia memberikan imformasi lengkap dan akurat. Informan yang bertindak sebagai sumber data dan informasi harus memenuhi syarat. Informan yang akan



50



menjadi informan narasumber (key informan) dalam penelitian ini adalah: ahli bahasa, jurnalis, dan mahasiswa. Adapun kriteria-kriteria penentuan Informan Kunci (key informan) yang tepat dalam pemberian informasi dan data yang tepat dan akurat mengenai Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Ok Shahrir, S.S. (Ahli Bahasa di Balai Bahasa Sumatera Utara) 2. Bambang Riyanto, S.S. (Wartawan Harian Analisa & Dosen Mata kuliah Jurnalistik di Departemen Sastra Indonesia USU) 3. Tri Astari (Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Jurusan Sastra Indonesia Semester III)



3.3 Data dan Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah harian Kompas yang diunduh melalui situs resmi surat kabar tersebut. Surat kabar tersebut merupakan surat kabar harian nasional dengan oplah yang tinggi, Kompas dengan 600.000 eksemplar per hari (Supadiyanto, 2014). Dengan sirkulasi yang besar, surat kabar tersebut memiliki potensi untuk menggunakan pengaruh yang besar terhadap para pembaca surat kabar. Harian Kompas yang bertema Bencana, Ekonomi, Politik, Korupsi, dan Kriminal pada tahun 2016 dijadikan sumber data dalam penelitian ini. Kelima tema ini merupakan persoalan yang menjadi menu pokok isi media karena pengaruhnya cukup luas dan mendalam bagi kehidupan rakyat sehari-hari. Karena kelima tema ini yang menjadi menu pokok; sorotan para pembaca besar terhadap



51



penggunaan bahasa Indonesia yang digunakan para jurnalis. Penulisan kata yang digunakan para jurnalis mempengaruhi perubahan makna yang terjadi. Data penelitian ini ada dua puluh kosakata yang di ada di harian Kompas pada periode 2016. Penelitian ini mengambil dua puluh kosakata untuk menjawab masalah penelitian terkait



jenis-jenis



perubahan makna



yang menurut



Kridalaksana ada tujuh, yakni perluasaan, penyempitan, ameliorasi, peyorasi, asosiasi, sinestesia, dan metafora. Selain itu, kedua puluh kosakata ini dipilih untuk membuktikan adanya perubahan makna kosakata di tengah masyarakat atau fakta sosial berkaitan dengan kognitif pemakai bahasa. Kedua puluh kosakata tersebut ialah saudara, jawara, rawan, jurusan, tinggal, operasi, mengemis, rapat, pasar, kampanye, aksi, blusukan, dicekal, mengucurkan, menggalang, memangkas, memanaskan, menjaring, memakan, dan pedas. Kosakata tesebut dipilih karena sering digunakan dalam teks berita di harian Kompas pada periode 2016 pada tema Bencana, Ekonomi, Politik, Korupsi, dan Kriminal.



3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Dalam suatu penelitian, metode dan teknik pengumpulan data suatu langkah penting yang harus dilakukan dalam mengumpulkan data. Dengan menentukan alat pengumpulan data tepat dan sesuai, data yang diperoleh lebih akurat, lengkap, dan representatif untuk diolah dan dianalisis. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode simak dengan menggunakan teknik dokumentasi dan teknik catat sebagai teknik lanjutan.



52



Metode simak dilakukan untuk menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak di sini, tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tulisan (Mahsun, 2005:92). Metode simak dalam penelitian ini menggunakan teknik lanjutan berupa teknik catat. Teknik catat digunakan sebagai teknik dalam pengumpulan data. Teknik catat adalah mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitiannya dari penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2005: 93). Berhubungan dengan penggunaan teknik catat penulis menerapkan teknik dokumentasi terlebih dahulu. 1. Teknik Dokumentasi Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah hidup (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lainlain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berasal dari berita-berita Kompas yang diunggah melalui situs resmi kedua koran, khusus periode 2016. Penelitian terhadap kata yang terdapat pada teks berita ini bersifat kualitatif. Oleh karena itu, sampel penelitian diambil sesuai dengan pertimbangan kebutuhan peneliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan dengan pilihan tema Bencana, Ekonomi, Politik, Korupsi, dan Kriminal, sesuai dengan pemberitaan yang telah difokuskan.



53



2. Teknik catat Teknik catat dilakukan peneliti untuk mencatat data-data yang ada hubungannya dengan masalah penelitian, kemudian diseleksi, diatur, selanjutnya diklasifikasikan. Menurut Sudaryanto (1993:132)



metode simak juga harus



disertai teknik catat, yang berarti peneliti mencatat data yang dinilai tepat dalam kajian analisis kesinambungan pada sebuah kartu data. Setelah melakukan teknik dokumentasi, pengumpulan data juga dilakukan dengan teknik simak catat (Sudaryanto, 1993:153). Teknik ini dilakukan dengan menyimak setiap teks berita yang menjadi sumber data untuk melihat kata yang mempengaruhi kalimat sehingga makna kalimat itu berubah dengan adanya kata tersebut, kemudian mencatat data yang merupakan bagian dari perubahan makna.



3.5 Metode dan Teknik Analisis Data Analisis data pada penelitian menggunakan sejumlah metode dan teknik untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Metode dan teknik yang digunakan adalah untuk memperoleh penjelasan terkait perubahan dan pergeseran makna kosa kata bahasa Indonesia dari berbagai sisi. Dalam kajian linguistik kognitif, analisis kebahasaan harus diawali dari analisis makna. Untuk itu, penelitian ini diawali dengan analisis mengenai definisi dari kosa kata yang akan dianalisis berdasarkan makna di dalam kamus. Untuk menjawab rumusan masalah pertama, kedua, dan ketiga penelitian ini menggunakan metode agih. Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya justru bagian dari bahasa itu. Alat penentu dalam rangka kerja metode agih itu selalu berupa bagian atau unsur dari bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti



54



kata (kata ingkar, preposisi, adverbia), fungsi sintaksis (subjek, objek, predikat), klausa, silabe kata, titinada, dan yang lain (Sudaryanto, 1993: 15-16). Teknik pada metode agih dapat dibedakan menjadi dua: teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar metode agih yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini ialah teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL. Dikatakan Teknik bagi unsur langsung karena cara yang digunakan pada awal kerja analisis ialah membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud. Adapun alat penggerak bagi alat penentu ialah daya bagi yang bersifat intuitif (intuisi kebahasaan)(Sudaryanto, 1993:36). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik lanjutan untuk menjalankan metode agih. Teknik lanjutan adalah alat untuk menjalankan metode agih tersebut. Peneliti menggunakan teknik lanjutan berupa teknik ganti. Untuk membuktikan sebuah konstruksi merupakan kosakata yang mengalami perubahan penelitian ini menggunakan teknik ganti. Teknik ganti dilaksanakan dengan menggantikan unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan dengan ―unsur‖ tertentu yang lain di luar satuan lingual yang bersangkutan. Misalnya, satuan lingual data ABCD dengan menggunakan teknik ganti akan didapat: ABCS, ABSD, ASCD, atau SBCD (S = subtitutor atau unsur pengganti) (Sudaryanto, 1993:16). Misal: Polisi menggelar razia massal di jalan raya. Polisi melakukan razia massal di jalan raya.



55



Permasalahan pertama dianalisis dengan menggunakan metode agih dengan teknik lanjutan teknik ganti. Untuk mengetahui jenis perubahan makna yang terjadi pada kosakata berdasarkan dimensi sejarah diterapkan teori jenis perubahan makna dari semantik struktural. Kemudian untuk menjawab permasalahan perubahan makna berdasarkan dimensi sosial digunakalah teori semantik kognitif yang dikemukakan oleh Langacker tentang kognitif gramatika, Lakoff dan Johnson tentang metafora. Permasalahan kedua dianalisis dengan teori semantik kognitif yang dikemukakan oleh Langacker, Lakkof, dan Johnson dengan menggunakan kognitif gramatika dan metafora untuk mengetahui peran semantik kognitif dalam perubahan kosakata tersebut. Permasalahan ketiga dianalisis dengan teori semantik struktural yaitu faktor-faktor terjadinya perubahan makna yang dikemukakan oleh Suwandi. Dengan menggunakan teori tersebut, peneliti memperoleh faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan kosakata bahasa Indonesia. Dalam proses yang diuraikan tersebut, dapat dilakukan klasifikasi data dalam penelitian sebagai berikut: 1. Bentuk perubahan makna kosakata bahasa Indonesia berdasarkan dimensi sejarah dan dimensi sosial: Data : terpukul Ekspor makin terpukul karena pasar Eropa terguncang, sementara China belum pulih.( Kompas, Sabtu, 25 Juni 2016 | 17:24 WIB) Kata terpukul memiliki kata dasar pukul. Kata pukul secara etimologi berasal dari bahasa Melayu yang diartikan sebagai strike; hit; knock; to take (at chess); to multiply (=dzarab); to average. An idiomatic word of wide meaning,



56



not confined to any kind of blows and used loosely in many other senses; p. Bangkong (to draw a lottery); p. bantai to give a man a hammering); p. besi (to shoe a horse); p. chanang (to beat a gong); p. chap (to print); p. empat (four o‘clock); p. lobang (to work as a broker); p. loterai (to raffle; p. ratakan (to strike an average); p. talifun (to use the telephone); p. tambur (to beat the drum). Ikan p. gendang: a fish; the star-gazer, Percis pulchella. (Malay-English Dictionary: 284) Dalam bahasa Indonesia, kata pukul dapat dipahami sebagai ‗menyerang; memukul; ketukan; untuk mengambil (di catur); kalikan (= dzarab); untuk ratarata‘. Sebuah kata idiomatik arti luas, tidak terbatas pada jenis pukulan dan digunakan secara longgar dalam banyak hal lainnya; p. Bangkong (menggambar lotre); p. bantai untuk memberikan seorang pria palu); p. besi (untuk sepatu kuda); p. chanang (untuk mengalahkan gong); p. chap (untuk mencetak); p. Empat (pukul empat); p. Lobang (untuk bekerja sebagai broker); p. loterai (mengundinya; p ratakan (untuk menyerang rata-rata); p talifun (menggunakan telepon); p Tambur (untuk mengalahkan drum) Ikan p gendang:... ikan; bintang-gazer, percis pulchella.. . (Melayu-English Dictionary: 284). Berdasarkan makna yang terkandung dari kata pukul, pemakai bahasa memakai kata pukul untuk menyatakan ‗menyerang atau melakukan tindakan aktif yaitu berupa memukul‘. Kata terpukul dalam kalimat ―Ekspor makin terpukul karena pasar Eropa terguncang, sementara China belum pulih‖ telah mengalami makna perluasan dari makna aslinya. Selanjutnya makna perluasan kata terpukul dibahas pada bentuk perubahan makna kosakata bahasa Indonesia berdasarkan dimensi sosial.



57



Bentuk kosakata terpukul berdasarkan dimensi sosial dapat diketahui dengan mencari tahu sejauh mana kata terpukul beredar luas di masyarakat. Pemakaian kata terpukul dapat berkembang luas dapat diketahui salah satunya dari media massa cetak. Untuk menjaring data kata terpukul, media massa yang dipakai ialah Kompas. Melalui harian Kompas didapat kata terpukul yang memiliki makna perluasan. Kemudian kata terpukul itu dianalisis dengan



menggunakan teori



perubahan makna. Analisis yang dilakukan sebagai berikut: a. Kosa kata yang dicurigai sebagai kosa kata yang mengalami perubahan makna didefinisikan berdasarkan kamus. Misal: Ekspor makin terpukul karena pasar Eropa terguncang, sementara China belum pulih.( Kompas, Sabtu, 25 Juni 2016 | 17:24 WIB) Kata terpukul kata dasarnya pukul berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti (1) kena pukul; (2) tidak berdaya; kalah: tampaknya dia benarbenar merasa. Kata pukul sendiri berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti ‗ketuk (dengan sesuatu yang keras atau berat)‘. Makna kosakata tersebut dibandingkan berdasarkan makna konteks kalimat. Makna sebelum dan makna sesudahnya.Misal: 1.



Arti terpukul dalam kalimat berikut ‗ kena pukul ‘ Matanya buram setelah terpukul lengan lawan saat bermain futsal.



2.



Arti terpukul dalam kalimat berikut ‗ makna kiasan tidak berdaya ‘ Ekspor makin terpukul karena pasar Eropa terguncang, sementara China belum pulih. b. Setelah memahami makna- makna kata terpukul berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, langkah selanjutnya adalah mengetahui jenis perubahan



58



makna yang terjadi pada kata terpukul. Kosakata tersebut dianalisis berdasarkan konsep perubahan makna yang tujuannya untuk mengetahui apakah kosakata yang berubah tersebut termasuk ke dalam jenis perubahan makna (perluasan, penyempitan, ameliorasi, peyorasi, sinestesia, asosiasi, polisemi, atau metafora) Penggunaan kata terpukul pada kalimat yang ada pada no.2 mengalami perubahan makna dengan jenis asosiasi, yaitu proses perubahan makna sebagai akibat persamaan sifat. Kata terpukul mengalami perubahan akibat faktor asosiasi yang menurut Suwandi (2008:48) yaitu kata-kata yang digunakan di luar bidang asalkan sering masih ada hubungannya dengan makna kata tersebut pada bidang asalnya. Untuk mengetahui sejauh mana kata terpukul mengalami perubahan makna maka digunakan teknik ganti, sebagai berikut. 1. Ekspor makin terpukul karena pasar Eropa terguncang, sementara China belum pulih. 2. Ekspor makin terpuruk karena pasar Eropa terguncang, sementara China belum pulih. 3. Ekspor makin terguncang karena pasar Eropa terguncang, sementara China belum pulih. Dari penggunaan teknik ganti di atas didapatkan persamaan makna terpukul dengan kata terpuruk, terguncang, Selain itu, kata terpukul memiliki persamaan kata dengan kata sakit hati, patah hati. Berikut arti kata terpukul digambarkan.



59



Visual arti kata terpukul memukul



ketuk getok jam



pukul terguncang



terpuruk terpukul



patah hati



sakit hati tertumbuk



Untuk mengetahui fakta sosial yang terjadi di tengah masyarakat, dilakukan teknik wawancara kepada pemakai bahasa, yaitu mayarakat umum, mahasiswa, pengajar, ahli bahasa, dan jurnalis. Pemahaman dan pengetahuaan pemakai bahasa terhadap kata terpukul dapat diketahui setelah wawancara. 2. Untuk menjawab persoalan yang kedua yaitu peran kognitif terhadap perubahan



makna



kosakata



bahasa



Indonesia



digunakan



teknik



wawancara. Kosakata yang mengalami perubahan dan pergeseran makna dianalisis menggunakan teori semantik kognitif yang dikemukakan oleh Langacker,



Lakkof, dan Johnson untuk mengetahui peran semantik



kognitif dalam perubahan dan pergeseran makna kosa kata tersebut. Tipe konstruksi dari ekspresi figuratif yang mengandung kosakata terpukul dijelaskan dengan mengadopsi teori tata bahasa kognitif Langacker, Lakkof, dan Johnson dan dikaitkan dengan pembahasan mekanisme kognitif berdasarkan teori metafora konseptual dari masing-masing makna perluasan terpukul.



60



1. Misalnya, makna ‗(1) kena pukul; (2) tidak berdaya; kalah: tampaknya dia benar-benar‘ dalam konstruksi tersebut dimotivasi secara metaforis sehingga terdapat makna ‗sakit hati dan patah hati‘. a. Motivasi kognitif Makna ‗sakit hati atau patah hati‘ Makna ‗sakit hati atau patah hati‘ ini muncul pada konstruksi idiomatis dan terpukul sebagai salah satu struktur komponennya. Yang ditemukan pada kalimat berikut: Hatinya sangat terpukul ketika mendengar kabar anaknya tidak lulus ujian. Makna idiom terpukul membangun sebuah gambaran seseorang berada pada kondisi hati yang sangat tidak menyenangkan. Terpukul memicu interpretasi metaforis ataupun metonimis pada idiom ini karena tidak beracuan secara literal. Makna idiom ini dapat memicu interpretasi metaforis suatu ekspresi ketika terpukul dikombinasikan dengan unsur dari ranah target dan dimasukkan sedemikian rupa pada konstruksi pemicu metafora yang secara leksikal terbuka. b. Motivasi Kognitif Makna ‗terguncang‘ Untuk makna ini, terpukul bermakna literal terlibat dalam konstruksi idiomatis yang secara leksikal hampir sepenuhnya spesifik. Makna ‗terguncang‘ ditemukan pada kalimat: Australia merasa sangat terpukul dengan rencana pelaksanaan hukuman mati dua napi narkoba. Secara internal, terpukul dalam kalimat tersebut pada hakikatnya tidaklah metaforis karena unsur-unsur pembentuknya, termasuk juga terpukul, tidak ada yang memicu atau mewakili ranah sumber dan ranah target. Makna



61



dari ungkapan terpukul pada kalimat tersebut menimbulkan suatu gambaran mental tentang seseorang atau suatu bangsa yang menyiratkan perasaan kecewa, cemas, marah, tidak bahagia, terguncang, terpukul. Kata terguncang sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna 1) verba: tergoyang cepat- cepat; 2) adjective terganggu keseimbangan (hati); khawatir. Misal: 1) ―Pesawat terguncang bahkan terpental-pental naik turun dan membuat mesin mati‖ tutur Rozak. 2) Tubuhku terguncang terhempas batu jalanan . (Ebiet G. Ade) 3) Kematian dua anaknya membuat Sukatmini terguncang dan akhirnya tidak sanggup untuk bertahan hidup. c. Motivasi Kognitif Makna ‗terpuruk‘ Ekspor makin terpukul karena pasar Eropa terguncang, sementara China belum pulih. Makna ‗terpuruk‘ terkandung pada kata terpukul pada kalimat di atas. Makna ‗terpuruk‘ di atas merupakan gambaran mundurnya ekspor



atau



keaadaan yang semakin parah. Makna kiasan ini timbul karena adanya metaforis antara kata terpukul dengan referen yang ditujunya. d. Motivasi Kognitif Makna ‗tertumbuk‘ Matanya buram setelah terpukul lengan lawan saat bermain futsal. Makna kata terpukul pada kalimat tersebut adalah ‗kena pukul‘ sama seperti kata tertumbuk, yakni ‗kena tumbuk‘:Matanya buram setelah tertumbuk lengan lawan saat bermain futsal.



62



Keduanya sama-sama bermakna melakukan aksi yang dilakukan oleh pukul. Secara bentuk, terpukul yang sama pada makna tertumbuk tidak mengalami perubahan secara semantis memprofil proses dan berkelas gramatikal verba. Dalam kalimat ini menunjukkan pemakaian terpukul dan tertumbuk sebagai verba. Kedua bentuk sama-sama digunakan pada konstruksi argumen transitif. penerima energi



patient



penyalur energi



sumber energi



instrumen



agen



Sebagai penutup, representasi jejaring semantis makna-makna perluasan terpukul sehubungan dengan keterkaitannya di antara makna-makna perluasan tersebut dengan makna protitipikal terpukul dibahas secara lebih rinci. Utamanya, analisis ini dilandasi dengan aspek kategorisasi yang diajukan oleh tata bahasa kognitif (Langacker, 2008). Hal yang dianalisis adalah menemukan kemiripan kerabat yang berkorespondensi dan memungkinkan adanya keterkaitan antara makna prototipikal terpukul dengan beragam makna perluasannya. 3. Berdasarkan makna kata terpukul di atas dapat ditemukan persamaan kata atau padanan kata terpukul yaitu kata terpuruk, terguncang, tertumbuk, patah hati, dan sakit hati. Kata terpukul yang sebelumnya diartikan sebagai ‗kena pukul‘ berubah makna dengan proses asosiasi sehingga didapat makna seperti yang diuraikan di atas. Dalam hal ini perubahan makna terpukul tersebut terjadi karena faktor asosiasi, yakni kata-kata yang digunakan di luar bidang asalkan sering masih ada hubungannya dengan makna kata tersebut pada bidang asalnya.



63



Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Perluasan terpukul Makna perluasan terpukul disatukan dalam jejaring semantis atas dasar kemiripan khasanah serta hubungan kategorisasi, yaitu elaborasi dan perluasan, baik metaforis dan/atau metonimis, di antara makna yang satu dengan yang lainnya dan juga yang lebih skematis sehingga membentuk suatu kategori semantis yang sangat kompleks. Berikut merepresentasikan jejaring semantis unit simbolis.



64



Gambar 3.1 Jejaring Semantis ―Terpukul‖



Getok



memukul



ketuk



jam pukul



Syok



terpukul



terpuruk



tertumbuk



bergoyang bergerak



terguncang



Tidak berdaya Z dalam Memahami Penggunaan Leksis Setia Berdasarkan Perspektif Linguistik Kognitif. Janda, Laura A.. 2010. Cognitive Linguistics in the Year. Internasional Journal of Cognitive Linguistics, Volume 1 Issue 1 pp 1-30, Nova Science Publisher Inc, ISSN:1949-4971. Langacker, Ronal W. 2010.Conceptualization, Symbolization, and Grammar, Volume 1 Issue 1 pp 31-63, Nova Science Publisher Inc, ISSN:1949-4971. Marchetti, Giorgio. 2006. A Criticsm of Leonard Talmy‘s Cognitive Semantics. www.mind-consciousness-language.com Nor, Hashimah Jalalddin. 2012. Perluasan Makna Leksem Alim: Analisis Semantic Kognitif. GEMA Online™ Journal of Language Studies, Volume 12(2), May 2012. Nor, Hashimah Jalaluddin,dkk. 2010. Perluasan Makna Imbuhan Ber-: Analisis Semantik Kognitif. GEMA Online™ Journal of Language Studies,Volume 10(1) 2010. Ran, Bim dan P. Robert Duimering. 2010.Conceptual combination: Models, Theories and Controversies Volume 1 Issue 1 pp 65-90, Nova Science Publisher Inc, ISSN:1949-4971. Rusidin, Hawa Mahfuzah dan Zulkifley Bin Hamid. 2015. Akal Budi Melayu dalam Mantera: Analisis Semantik Kognitif. Jurnal Melayu, Bil.14(2)2015.ISSN1675-7513. Sew, Jyh Wee. 2011. Pandangan Alternatif pada Analisis Semantik Kognitif imbuhan BeR. GEMA online TM Journal of Language Studies, Volume 11. Sutedi, Dedi . 2003. Pengenalan Pendekatan Linguistik Kognitif. Makalah.



Internet Supadiyanto. 2014. Peta Bisnis Media Massa Indonesia. (http://www. Kompasiana. com) (Diakses pada tanggal 27 Januari 2016) kbbi.kemdikbud.go.id/ https://id.wikipedia.org/wiki/Gelar_akademik http://www.artikata.com http://www.persamaankata.com www.kompas.com



336



www.suara .com https://id.wikipedia.org/wiki/Firaun https://id.wikipedia.org/wiki/kognisi https://id.wikipedia.org/wiki/Hijab https://en.wikipedia.org/wiki/Ronald_Langacker https://en.wikipedia.org/wiki/George_Lakoff https://en.wikipedia.org/wiki/Mark_Johnson_(philosopher) https://id.wikipedia.org/wiki/etimologi#ide_dasar_dalam _etimologi https://id.wikipedia.org/wiki/Tulang Rawan https://id.wikipedia.org/wiki/Operasi militer https://id.wikipedia.org/wiki/ Kampanye https://id.wikipedia.org/wiki/ Mogok kerja https://en.m. wikipedia.org/wiki/operation http://silatindonesia.com// https: //Kamus Inggris-Indonesia. Hasan Shadily// www.persamaankata.com



337



Lampiran 1: Transkrip Wawancara Narasumber



: Ok Shahrir, S.S. (Ahli Bahasa di Balai Bahasa Sumatera Utara)



Hari, tanggal : Selasa, 20 Desember 2016



T : Perkembangan makna sebuah kosakata itu pasti ada sejarahnya, bagaimana sejarah perkembangan kosa kata bahasa Indonesia itu? J :Semenjak tahun 1972 kosakata bahasa Indonesia itu sudah berkembang. T :Bagaimana perkembangan kosakata saudara itu Pak? J : Saudara itu bermakna seayah seibu; orang yang sepaham, segolongan, sederajat; sapaan untuk menggantikan orang kedua; ki segala sesuatu yang hampir serupa (sejenis dan sebagainya) serigala merupakan—anjing ; ki tembuni: -- nya baru keluar, padahal bayinya telah lama lahir. Makna yang sering dipakai saat ini lebih cenderung ke makna ‗sapaan‘. Ada perluasan pada kata saudara. Saudara untuk menghaluskan kata Anda. Selain makna yang Ada juga saudara tiri. Kemudian kalau saudara kandung berarti seayah atau seibu. Ada juga bermakna bertalian keluarga atau sanak, seperti sepupu. Ada keeratan yang dirasakan dengan menggunakan kata saudara di Sumatera Utara yang merupakan ciri khas. Misal: Ini saudara kita Jawa. Kata saudara menandakan keakraban dan kesopanan. T : Kata saudara itu berasal dari bahasa apa yang Bapak ketahui? J : Kata saudara merupakan bahasa Melayu. T : Perluasan makna kata saudara ini sudah lama terjadi. Faktor apa yang menyebabkan perluasan ini terjadi Pak? J : Faktor yang melatarbelakangi perkembangan bahasa itu berkembang di tengah masyarakat secara alami. Karena bahasa itu bersifat dinamis, perkembangan IPTEK juga tidak dipungkiri, masuknya kata asing. Misal: KBBI edisi 5 sudah ada kosakata asing yang berkembang. T : Bagaimana dengan makna kosakata jawara yang berubah menjadi juara? J : Jawara itu jagoan atau pendekar. Jagoan dalam arti orang yang suka berkelahi. Setahu saya tidak mengalami perluasan. T : Makna kata rawan yang digunakan pada rawan kecelakaan? Bagaimana menurut Bapak? J : Kata rawan termasuk meluas yang sekarang sering digunakan ia gawat, kritis. T : Kata rawan berasal dari bahasa apa Pak setahu Bapak? J : Kata rawan berasal dari Jawa atau Sansekerta.



338



T : Menurut KBBI makna kata rawan yang pertama adalah rindu. Bagaimana penggunaan kata rawan makna ini Pak? J: Rawan yang diartikan rindu atau pilu. Di dalam puisi Amir Hamzah ada kata rawan yang maknanya rindu. Memang awalnya makna kata rawan adalah rindu. Ada unsur kebahasaan yang lain sehingga makna kata rawan itu meluas menjadi gawat, muda. T : Ada pula kata jurusan, bagaimana menurut Bapak tentang perkembangan makna kata jurusan? J : Jurusan itu bermakna arah untuk angkot. Sekarang jurusan untuk bagian pada akademik atau fakultas atau untuk menyebutkan bidang. Saya kuliah jurusan Sastra Melayu. Tetapi perkembangan makna kata jurusan hanya merujuk kepada bisang pendidikan. T : Kata tinggal, bagaimana menurut Bapak apakah mengalami perluasan? J : Ada 12 makna perluasan kata tinggal. Merujuk pada KBBI 1) masih tetap di tempatnya dan sebagainya; masih selalu ada (sedang yang lain sudah hilang, pergi, dan sebagainya); 2) sisanya ialah...; bersisa...; tersisa...; yang masih ada hanyalah; 3) ada di belakang; terbelakang; 4) tidak naik kelas (tentang murid sekolah); 5) sudah lewat (lalu;lampau); 6) diam (di); 7) selalu; tetap (demikian halnya); 8) melupakan; 9) tidak usah berbuat apa-apa; 10) bergantung kepada; terserah kepada; terpulang kepada; 11) (sebagai keterangan pada kata majemuk berarti) a yang didiami; b yang ditinggalkan (dikosongkan dan sebagainya)— bersiul-siul tinggal bersenang-senang—waktu tidak memenuhi kewajiban salat. Uniknya, di masyarakat Melayu tidak mengenal kata tinggal, tetapi duduk. Misal kalau saya memakai kata tinggal maka saya menggunakan kartu tanda peninggal. Namun, saya duduk di...dan mempunyai kartu tanda penduduk. T: Berasal dari bahasa apa kata tinggal Pak? J : Berasal dari bahasa Melayu. Versi Jawa atau Betawi tinggalin. T : Kata Operasi selain untuk bedah, ada tidak makna yang lain Pak? J : Makna awalnya bedah, selanjutnya meluas ke bidang militer yaitu tindakan atau pergerakan. Operasi itu merencanakan yang sudah dikembangkan. Berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kalau bahasa asli operasi bermakna pelaksanaan. Kemudian bahasa Indonesia bedah (melaksanakan bedah) T : Kata mengemis apakah sudah mengalami perluasan? J : Dari kata emis bentuk tidak baku adalah kemis. Mengemis itu pada dasarnya meminta pada hari kamis. Lalu meminta-minta sedekah. Kemudian memintaminta jabatan atau mengemis jabatan. Namun, lebih sering digunakan untk orangorang yang dipinggir jalan yang mengulurkan tangannya untuk meminta-minta. T : Bagaimana dengan kata kampanye, Pak?



339



J : Banyak kata kampanye yang berkembang dengan gabungan kata yang lain. Misalnya kampanye politik, kampanye damai. Apabila dilekatkan ke kata lain makna yang menjadi meluas. T : Kata aksi. Bagaimana menurut Bapak apabila kata aksi digunakan untuk demonstrasi? J : Aksi dalam bahasa Indonesia itu ‗gerakan‘. Ada penghalusan kata yaitu eufemisme. Jika dikatakan demo itu kasar. T : Kata blusukan. Bagaimana penggunaan kata blusukan ini Pak? J : Blusukan itu populer di era Jokowi. Berasal dari bahasa Jawa, yaitu dari kata blusuk yaitu masuk, tetapi tidak sesuai jika kita menggunakan kata blusuk dengan masuk menjadi ―Ayo blusuk!‖ Memang telah terjadi perluasan dengan kata blusukan yaitu masuk ke goronggorong atau tempat yang belum pernah dikunjungi, misal pasar. T: Apakah meningkat atau menurun penggunaan kata blusukan ini Pak? J : Terjadi peningkatan makna. T : Kata mengucurkan, bagaimana pendapat Bapak tentang kata ini? J : Kata dasarnya kucur. Merujuk ke KBBI artinya mencucurkan, memancurkan ; mengeluarkan (kiasan) dana bantuan, dsb; menurunkan. Mereka menuntut agar pemerintah mengucurkan dana yang sudah dijanjikan. Terjadi perluasan setelah mengalami proses morfologi. Kucur ini sama dengan pancur yang artinya mengeluarkan. Kucur Berasal dari bahasa Jawa. Pancur berasal dari bahasa Melayu. T : Kata menggalang, apakah terjadi perubahan makna Pak? J : Kata dasarnya galang. Jadi, kalau kata galang itu menjadi menggalang yaitu memberi galang; dan lain-lain berdasarkan kamus. Perluasannya sekarang memperkuat, mencari, mengumpulkan. Menggalang dana berarti mencari dana. Berkembang lagi yang artinya merintang. Sejalan dengan arti kata merintang. T : Kata menggalang berasal dari bahasa apa Pak? J : Berasal dari Bahasa Melayu. Mengalami asosiasi dengan makna mengumpulkan. T : Kata memangkas bagaimana menurut Bapak? Misal: Memangkas anggaran. J : Kata dasar pangkas yang artinya memotong ujung; menggunting. Perluasannya sekarang yang memotong-motong itu disebut memangkas. Memangkas anggaran, memangkas anggota, dll. Dalam masyarakat Jawa mengenal kata cukur, tidak mengenal kata pangkas. Kalau di masyarakat Medan, cukur itu berhubungan dengan acara aqiqahan bayi. Kalau memotOng rambut masih memangkas.



340



T : Kata memanaskan, apakah kata ini berubah makna? J : Kata dasar panas artinya menjadikan panas. Kemudian mengalami perluasan yaitu genting; meruncing. Adanya proses asosiasi. Memanaskan situasi – meruncing. Kata panas banyak turunanannya—lihat kamus T : Bagaimana dengan kata menjaring Pak? J : Menjaring kata kerja. Meluasnya pada kiasan, yaitu: memperoleh, menemukan, menyeleksi, menangkap. Peribahasanya menjaring angin atau perbuatan sia-sia T : kata menjaring maknanya menyeleksi sehingga ada kalimat menjaring calon gubernur. Mengapa tidak langsung saja menyeleksi calon gubernur? Apakah ada istimewanya kata menjaring? J : Ada kaitannya dengan bahasa media. Kalau tidak menggunakan kata menjaring tidak puas. Cuman kalau memilih tidak ada proses menyeleksi. T : Berikutnya kata memakan. Apakah ada makna lain? J : Kiasannya mengakibatkan, makan korban. Banyak turunannya banyak lihat kamus. Memakan waktu maknanya memerlukan waktu yang lama atau menghabiskan waktu yang lama. Misal pekerjaaan yang bisa dilakukan 2 hari menjadi 4 hari. Ini yang disebut memakan waktu. Gabungan kata bersifat metafora, misal: makan asam garam. T : Kata rapat apakah mengalami perubahan Pak? J : Rapat itu 1) hampir tidak berantara dekat sekali (tidak renggang); 2) kerap (tentang tanaman, anyaman, dan sebagainya) 3) tertutup benar-benar hingga tidak bercelah; 4) berhampiran sekali; dekat benar; 5) karib; erat (tentang persahabatan). Kata rapat juga diartikan pertemuan (kumpulan) untuk membicarakan sesuatu; sidang; majelis. Kata rapat juga diartikan 1) tumbuahn menjalar, kulitnya dibuat obat; kayu rapat 2) kulit dari kayu rapat. Merujuk ke KBBI. Ada makna rapat 2 itu pertemuan. Rapat 3 tumbuhan menjalar biasanya untuk obat—pohon rapat T : Berasal dari bahasa apa rapat itu Pak? J : Berasal dari bahasa Melayu yaitu makna rapat yang 1 : dekat sekali T : Pak, kata pasar bagaimana menurut Bapak? J : Kalau di Medan pasar itu pajak. Arti sesungguhnya tempat jual beli lalu berkembang dalam bidang ekonomi: penawaran dan permintaan, istilah di linguistik : bahasa pasaran Kalau di Medan mengaju pada makna yang ke-2. Kalau di Jawa menggunakan kata pasar pada makna 1. Masyarakat Medan apa yang ditulis lain yang disebut. Ini disebut warna lokal masyarakat Medan. Seperti; minyak goreng—minyak makan, Tepung terigu—tepung roti, Spbu—galon, Sepeda motor—kereta, Mobil—motor. Ada warna lokal yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan



341



sehari-hari dalam komunikasi. Dalam bahasa Indonesia siap itu selesai, warna lokal Medan siap itu mulai. T : Kata dicekal bagaimana perkembangannya Pak? J : Merujuk ke KBBI, dicekal itu: 1)Tahan menderita—tetap kuat tabah bahasa Melayu; 2) Tangkap—pegang; 3) Cegah dan tangkal (singkatan) termasuk sidak, -politik Makna yang meluas dan cenderung dipakai ialah makna ke-3 karena sudah terbiasa sudah mengalami proses morfologi. Misal menambahkan imbuhan pada singkatan pada hukumnya harusnya tidak berlaku. Dalam bahasa Indonesia banyak kata yang berasal dari singkatan. Misal: Rubana—ruang bawah tanah— basement, Daring—dalam jaring, Luring—luar jaringan, Calir—cair dan mengalir—lotion, Surel—surat elektronik, Ponsel—telepon seluler.



342



Lampiran 2: Transkrip Wawancara Narasumber



: Bambang Riyanto, S.S. ( Wartawan Harian Analisa & Dosen Mata kuliah Jurnalistik di Departemen Sastra Indonesia USU)



Hari, tanggal : Jumat, 23 Desember 2016 T : Menurut Abang sebagai jurnalis, sejauh mana perkembangan bahasa Indonesia yang digunakan di lingkungan jurnalis? J : Kalau berbicara soal itu, secara umum sudah cukup baik karena pemahaman kawan-kawan tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar saya kira saat ini sudah cukup tinggi dibandingkan beberapa tahun yang lalu, tetapi memang ada perbedaan di kami soal mengemas sebuah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jadi, sekarang ini ada namanya koran kuning dan koran putih. Koran ini mempunyai perbedaan yang signifikan dalam penggunaan bahasa. Jika diperhatikan bahasa jurnalistik di koran kuning, koran kriminal, seperti Pos Metro, Metro 24 itu tidak begitu mengikuti kaedah bahasa Indonesia yang baik dan benar karena bahasa mereka itu bahasa pasaran seperti mengungkapkan sepeda motor itu kereta. Itu disesuaikan dengan kultur masyarakat di daerah itu. Kalau koran putih atau koran politik, koran ekonomi seperti Analisa, Waspada, Tribun saat ini masih berpedoman pada penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar meskipun dalam beberapa segi hal kita tidak menggunakan penulisan itu secara sistematika bahasa Indonesia yang baik dan benar. Misalnya, kita menggunakan kalimat atau kata depan di di awal paragraf. Itukan sebenarnya tidak lazim dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal itu karena keterpaksaan lebih efisien. Oleh karena itu, kita menggunakan itu. Juga penggunaan tanda titik dan tanda koma. Kebanyakan dari kita itu, tanda koma itu jarang digunakan seringnya tanda titik gunanya pembaca itu tahu kalimat itu menjadi tegas. Tapi saya kira itu ada lingkupnya sendiri di ragam bahasa pers. T : Kalau berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, ada dua puluh kosa kata yang berkembang saat ini. Dalam hal ini pers turut mengembanglan. Salah satunya adalah kata saudara. Sebenarnya kata ini sudah lama berkembang, tetapi saat ini mungkin lebih dipopulerkan. Misal, Saudara Ahok dijerat pasal tentang penodaan agama. Tulisan itu ada di media massa. Media massa yang mempopulerkannya. Menurut abang sudah tepat belum makna saudara pada kalimat itu? J : Kalau saya sebagai jurnalis secara pribadi melihat itu di Analisa tidak menggunakan kata itu karena menurut kami itu mubazir, Ahok itu ya sebagai Ahok, sebagai sosok sudah menjadi Ahok. Kita tidak menggunakan embel-embel lagi sebagai kata ganti orang lain karena kita sudah menggunakan nama Ahok. Kalau sudah menyebut nama Ahok ya Ahok saja. Kalau itu terjadi di media massa , saya rasa itu tidak tepat itu mubazir. Karena kita di pers itu sifatnya egaliter, bahkan seorang presiden pun kita tidak memanggil dia bapak presiden tetapi langsung saja dia presiden walaupun diikuti nama, ya langsung nama saja tidak pakai kata bapak menjadi Bapak Jokowi tidak pakai Saudara Jokowi tidak pakai Ibu Iriana tapi langsung saja Iriana Jokowi, Jokowi karena sifatnya egaliter.



343



T : Sebagai jurnalis apa yang abang ketahui tentang makna saudara? J: Saudara itu ingin menyebut seseorang secara lebih halus. Seperti kalau saya melihat dalam konteks Ahok inikan supaya lebih dekat dengan Ahok maka diberi embel-embel Saudara Ahok atau mungkin Mas Ahok, Bapak Ahok, Abang Ahok segala macam itukan seperti sepadan dengan kata saudara itu. Yang saya pahami seperti itu. T : Bagaimana dengan kata jawara. Apa yang abang ketahui tentang kata jawara ini? J : Jawara itu sepadan dengan kata juara menurut saya. Mungkin, penggunaan kata jawara itu lebih banyak digunakan di Jakarta. Itu yang saya katakan bahwa pers ini disesuaikan dengan konteks situasi sosial masyarakat sekitarnya maka kemudian digunakan bahasa jawara. Saya sendiri tidak tahu apa itu bahasa baku atau tidak baku ya. Kalau itu tidak baku seharusnya itu tertulis cetak miring atau diberi tanda petik menandakan bahwa itu tidak baku, tetapi yang saya pahami soal jawara sama seperti juara. T : Kalau kalimat ini Gubernur DKI sekarang sudah selon (nekat dalam bahasa Betawi). Lagaknya melebihi jawara," kata Yenny saat menghadiri sebuah acara di Rusun Pesakih, Daan Mogot, Jakarta, Sabtu (5/3/2016). Bagaimana menurut abang? Jawara yang dimaksudkan di sini menurut pers itu apa? J : Kalau jawara yang dimaksudkan di situ adalah dalam konteks Jakarta apalagi menggunakan embel-embel selon. Selon itu santai. ―Gayanya itu santai melebihi jawara‖. Jawara itu orang-orang yang dianggap jago di kampungnya. Di dalam satu kampung itu ada satu orang yang jago, jago berantem, biasanya itu dianggap jawara kampung, orang yang disegani, orang yang dihormati karena mempunyai kemampuan yang lebih dari masyarakat yang lainnya. Jadi, yang dimaksud di situ barangkali ya Ahok itu santai karena perasaan dia diunggulkan dianggap sebagai seorang jawara yang dihormati banyak orang maka dia selon. T : Bagaimana dengan kata rawan, ―Warga yang tinggal di daerah rawan banjir kabupaten Bandung, Jawa Barat berharap pemerintah selalu memberi informasi prakiraan cuaca saat musim hujan.‖ Ini sudah mengalami perluasan . Kata rawan itu kan maknanya ‗rindu dan tulang rawan‘. Salah satu yang mempopulerkan rawan itu berubah makna ada hubungannya dengan pers. Menurut abang kata rawan di sini itu termasuk ke makna apa? J : Rawan itu berbahaya. Rawan banjir, rawan bencana, rawan kecelakaan.Jadi, sebenarnya agak rancu ya kalau artinya itu, tetapi yang saya pahami dalam konteks kalimat itu ya ―Hati-hatilah karena itu berbahaya, berbahaya banjir berhati-hatilah.‖ T : Setahu abang kata jurusan itu maknanya apa ya? J : jurusan itu trayek menuju ke suatu tempat. T : Jadi , jurusan di kalimat ini Sejumlah jurusan di sekolah menengah kejuruan di kota Tegal, Jawa Tengah, kekurangan peminat. Jurusan yang kurang diminati



344



antara lain tata busana, sedangkan perhotelan banyak peminat, ― kata Ketua PPDB SMKN 1 Tegal, Edi Suroso. Makna jurusan sudah beda dengan trayek , berarti jurusan di situ maksudnya apa? J : Seperti departeman diganti dengan kata jurusan. Sebenarnya kalau itu bukan pers yang mempopulerkan. Di USU sendiri dikenal Himpunan Mahasiswa Jurusan dulu ya di dalam naskah akademiknya di nomenklatur yang sudah diatur dalam kebijaksanaan universitas itu. Dulu jurusan sih memang. T : Kata tinggal, Seluruh infrastruktur yang mendukung kelancaran industri sudah dipersiapkan oleh KIK sehingga investor yang datang tinggal membangun pabriknya saja. Kalau yang diketahui tinggal itu tinggal di atau tempat tinggal. Bagaimana dengan kata tinggal pada kalimat ini? J : Maksudnya ya tinggal itu.., yang tersisa itu tinggal.... Maknanya sudah berubah. T : Selain, makna ‗sisa‘ ada tidak makna kata tinggal yang lain? J : ‗Meninggalkan pergi.‘ Saya tinggalkan kamu di sini. Makna ‗meninggalkan‘. T : Berikutnya kata operasi, Dalam kasus penggusuran, lanjut Al Araf, tidak ada ancaman serius dari dampak penggusuran yang terjadi. Sehingga, tentara dinilai tidak perlu terlibat membantu operasi penggusuran. Bagaimana menurut abang? J : Kalau operasi biasanya digunakan dalam medis, tetapi ini operasi ini digunakan dalam proses penggusuran. Ini lebih ke efisiensi. Inilah yang saya sebutkan tadi ragam bahasa pers barangkali ya seperti itu sehingga kita menggunakan kata bahasa Indonesia itu di luar konteks sebenarnya. T : Jadi, apa makna operasi pada kalimat itu, apakah sudah tepat? J : Saya pikir tidak perlu menggunakan kata operasi dalam kalimat ini. Langsung saja membantu penggusuran, toh sama kan dengan melakukan penggusuran. Jadi, untuk mengefisiensikan makna dan tidak melarikan konteks kata operasi barangkali langsung saja kalau dalam konteks kalimat ini ya atau diganti proses penggusuran. T : lalu, bagaimana dengan kata operasi dalam operasi militer yang sering digunakan para militer? J : Itu bukan pers yang membuat, tetapi pers hanya mengutip dari polisi itu sendiri, seperti OPS. Kata itu sudah ada seperti operasi lilin di Danau Toba. Mereka menggunakan kata sendiri seolah-olah kata sandi, operasi militer, OPM. T : Tetapi, pers paham tidak dengan penggunaan makna operasi itu sendiri? J : Kalau disesuaikan dengan makna konteks pembicaraan dan disesuaikan dengan di mana kita berbicara barangkali bisa memahami itu. Kalau kita berbicara itu di rumah sakit barangkali operasi yang dimaksud bukan operasi ini. Kalau operasi militer itu semacam proses pergerakan, upaya, cara, barangkali. T : Kata mengemis Bang, biasanya kata mengemis ini bermakna meminta-minta sedekah. Sandiaga pun berkaca pada pencalonannya sendiri. Sandi yang telah mengikuti penjaringan di lima partai selain Gerindra, yaitu PDI-P, Demokrat, PKB, PPP, dan PAN, mengatakan bahwa ini adalah upayanya membangun komunikasi politik alih-alih mengemis dukungan. Apakah sama makna kata mengemis pada kalimat ini dengan ‗meminta-minta sedekah‘?



345



J : Kalau meminta sedekahnya tidak, tetapi kalau meminta iya, memohon dukungan seolah-olah seperti pengemis. T : Dalam pers ini disebut istilah apa? J : Sebenarnya kami tidak pernah berpikir itu istilah apa. Supaya enak saja supaya tidak baku, tidak kaku mungkin dalam bahasa Indonesia itu pleonasme, hiperbola, atau metafora sehingga seolah-olah Sandiaga itu kekurangan dukungan dan kemudian mengemis. Sebenarnya hanya ingin menimbulkan efek membaca itu lebih gereget saja. T : Kata rapat, Pernyataan ini disampaikan Presiden seusai rapat koordinasi terbatas di Istana Merdeka. Kira-kira kata rapat di kalimat ini sama tidak dengan rapat yang ada pada makna bahasa Indonesia, yaitu rapat ‗dekat sekali‘? J : Rapat itu meeting. T : Mengapa tidak membicarakan sesuai pertemuan, kata rapat diganti kata pertemuan? Takutnya menimbulkan salah arti? J : Itu lebih kepada persoalan memilih redaksi. Tidak ada maksud apa-apa. Pers itu mempunyai keleluasaan. T : Bagaimana pandangan pers tentang kata pasar? J : Kalau kami mengenalnya pasar itu tetap pasar tradisional bukan jalan. Kalau di Medan pasar itu kan jalan besar kalau kami tetap menggunakan kata jalan untuk menujukan pasar yang dimaksud dalam bahasa Medan. T : Jadi, untuk menuliskan Petisah? J : Pasar Petisah bukan Pajak Petisah. T : Lalu kata pasar pada kalimat ini, ―Namun, aktivitas ekonomi tetap berjalan, sejumlah toko dan pasar tetap buka. Pasar keuangan juga tidak tertekan.‖ Makna pasar bukan lagi tempat jual beli, bagaimana menurut abang? J : Secara harfiah, kita tidak menyadari bahwa kata pasar itu kemudian dipakai dalam bidang ekonomi atau sebagainya. Kita hanya ingin menggunakan bahasa itu simpel saja kita anggap pasar itu tempat orang beraktivitas berjualan atau berdagang lebih tepatnya, termasuklah pasar modal itu kan aktivitas menjual modal, pasar keuangan aktivitas orang ...seperti itu. T : Sebelum proses percetakan, jurnalis ada tidak mengoreksi kata itu harus menggunakan metafora atau asosiasi agar lebih menarik berita itu? J : Tidak ada. Ini mungkin bisa dijadikan catatan juga. Kalau di koran-koran besar, seperti Kompas, dia mempunyai ahli bahasa yang harusnya bisa mengecek ini sudah baik atau tidak. Kalau di Analisa sendiri, di kantor saya tidak ada ahli bahasa jadi penulisan berita itu disesuaikan dengan selera wartawan itu menulis kemudian diedit oleh redaktur, biasanya proses editing tidak sampai ke persoalan gaya bahasa atau gaya penuturan, tetapi lebih pada persoalan menyusun kalimat



346



menjadi sederhana. Itu yang pertama. Yang kedua, lebih bisa dipahami, singkat, padat, jelas, dan tepat hanya itu saja, tetapi untuk penggunaan diksi sesuai dengan taste itu disesuaikan dengan penulisnya saja yang penting antara kita, orang yang akan membaca, dengan kita sebagai penulis itu paham dengan apa yang kita tulis, tetapi untuk khusus itu bahasa penggunaannya begini-begini itu tidak, tidak sedetail itu karena memang juga waktu yang cukup padat, aktivitas deadline, itu jadi persoalan kalau kita mau membahas kata satu persatu itukan akan membutuhkan banyak waktu dan pemikiran lagi saya kira. T : Kata kampanye, begini kalimatnya ―Kejadian kurang mengenakkan dialami calon gubernur yang maju pada Pilkada DKI Jakarta 2017, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, saat kampanye di Rawa Belong, Jakarta Barat, Rabu (2/11/2016).‖ Menurut abang sebagai jurnalis sebenarnya makna kata kampanye itu apa? J : Kalau yang saya pahami itu, kampanye di dalam politi. Kampanye itu aktivitas untuk melakukan politik, mengenalkan dirinya kepada masyarakat. Itulah kampanye. Mengkampanyekan dirinya begitu. T : Saat ini kata kampanye itu hanya dilekatkan pada politik, padahal makna kampanye lebih luas dari itu. Bagaimana menurut abang? J : Kampanye bermakna promosi itu. Memang pada akhirnya orang hanya tahu kampanye pada politik saja ya. T : Ada tidak unsur kesengajaan ? J : Tidak ada sih itu lebih ke natural saja. Sebelum jadi wartawan juga kan kami sering membaca gaya penulisan di koran jadi sudah terpengaruh. T : Kemudian kata aksi, mengapa dikatakan aksi 212, aksi damai mengapa tidak demo damai padahal yang dilakukan juga demo? J : Kalau kami memahami kalau aksi dengan demo itu sama sih. Demonstrasi, aksi massa itu sebenarnya penggunaan bahasa yang digunakan dalam hal-hal yang dilakukan untuk menyampaikan aspirasi. T : Mengapa pers tetap mengunakan kata aksi tidak menggantinya dengan demo? J : Pertama, karena memang yang si pembuat acara itu menggunakan kata aksi itu juga yang mempengaruhi karena kan namanya aksi 212, nah sebenarnya unjuk rasa, demonstrasi, aksi itu sama atau padanan kata yang sah-sah saja mau yang mana yang digunakan, ya karena barangkali ini lebih enak didengar aksi 212 . Aksi lebih soft kalau demo massa cenderung anarkis. T : Sejauh mana abang tahu penggunaan kata blusukan saat ini? J : Kalau blusukan secara harfiah sih saya tidak tahu artinya apa. Tapi, kalau blusukan yang saya dengar-dengar yang digunakan Jokowi itu saya rasa ‗turun ke lapangan‘, ‗turun ke masyarakat‘, saya tidak tahu itu benar atau tidak.



347



T : Ahok Akan Tetap "Blusukan" Meski Ada Demo 4 November. Makna blusukan pada kalimat itu apa menurut abang? J : Kalau belum merupakan kata baku harusnya ada padanan kata lain. Kalau tidak ada lagi padanan kata lain selain kata blusukan ya harus diganti dengan mengunjungi tetapi memang lebih enak blusukan. Ya saya kira kata blusukan saat ini sudah menjadi tertanam di masyarakat bahwa blusukan itu artinya mengunjungi. T : Kata blusukan itu dari pers atau dari pejabat publik itu sendiri lalu pers mengutipnya? J : Itu dari pers. Misal: Jokowi menggunakan bahasa Jawa kemudian dipopulerkan oleh pers. Sebenarnya, bisa saja diganti dengan pemahaman kata blusukan dengan kata yang lain. T : Lalu, abang tahu tidak dengan kata dicekal? Maknanya apa? J : Tahu. Ditahan. T : ―Keduanya dicekal ke luar negeri terkait penyidikan kasus dugaan tindak pidana korupsi pembangunan Pasar Besar Kota Madiun tahun anggaran 20092012 senilai Rp 76,5 miliar.‖ Abang sebagai jurnalis cekal itu kata atau bukan? J : Cekal itu kata. T : Kata mengucurkan pada kalimat ―Sementara itu, join venture antara PT Jababeka Tbk bekerjasama dengan PT Sembcorp Development Pte (Singapura) mengucurkan investasi mencapai hampir 8 Triliun dalam membangun Kendal Industrial Park Jawa Tengah.‖ Bagaimana pandangan abang mengenai kata mengucurkan ini? J : Mengucurkan investasi itu lazim digunakan dalam bahasa pers dalam bahasa percakapan sehari-hari juga mengucurkan. T : Menggalang dana, bagaimana menurut abang? Apa makna menggalang yang abang ketahui? J : Menggalang itu ‗menghimpun‘. T : Memangkas peraturan, makna apa yang abang pahami? J : Saya kira pers tidak sepaham itu dengan penggunaan katanya biasanya terinfluence dengan masyarakat, dengan koran lain, dengan media lain sehingga kemudian kita menggunakan bahasa itu sesuai dengan yang kita anggap lazim. saya rasa jika mengucur itu adalah ‗benda cair‘ jadi mengucurkan investasi itu sudah merupakan perluasan dari kata itu sendiri yang kadang-kadang maknanya pun agak sedikit membingungkan, tetapi saya kira ini menjadi semacam sebuah ragam pers. Ragam pers yang berkaitan dengan jurnalistik yang kadang-kadang



348



tidak sesuai dengan ragam bahasa baik dan benar itu yang menjadi perdebatan kami dengan Pak Mulyadi di Analisa. Sekali lagi kita mempunyai semacam aturan yang barangkali tidak tertulis bagaimana cara mengungkapkan sesuatu itu dengan rasa sehingga pembaca itu lebih dekat dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang baku sesuai dengan ilmah pembaca itu barangkali merasa jenuh membaca berita itu sehingga kita akan menggunakan kata-kata yang sangat dekat dengan mereka dan menjauhi kata-kata yang bersifat teoretis, bersifat ilmiah juga kita jauhi. T: Abang sebagai jurnalis, apa sebenarnya makna kata memangkas itu? J : Memangkas itu memotong. T : Kemudian ada kata memanaskan, ―Wartawan harus lebih seimbang dan pemberitaannya tidak memicu konflik, dan memanaskan situasi.‖ Apa makna memanaskan menurut abang? J : Membuat situasi menjadi panas. Ada permainan kata untuk menggugah barangkali agar menarik minta membaca karena pers juga kan industri. T : Kata menjaring, ―Ketiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dianggapnya akan mampu menjaring pemilih muda.‖ Mengapa memilih kata menjaring bukan yang lainya? J : Ya itu tadi supaya lebih ini saja. Tapi kalau menjaring kan kesannya dijaring kalau padanannya menyeleksi. T : Lalu, mengapa tidak menggunakan kata menyeleksi? J : Terlalu kaku, kalau menjaringkan lebih enak. Itukan istilah dalam politik, dan orang-orang politik inikan menggunakan bahasa-bahasa itu kan tidak terlalu baiklah. T : Menurut abang kata menjaring itu apa maknanya? J : Menjaring itu memilih dan memilah. T : Apakah di dalam pers ada menggunakan bahasa-bahasa kiasan, contohnya memakan waktu? J : Ada. T : ―Awal pekan lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok melontarkan komentar pedas soal Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin.‖ Apa yang dimaksud dengan komentar pedas? J : Kalau padanannya Ahok menggunakan kata yang mencela itu kan lebih kasar barangkali sehingga kemudian dicarilah kata pedas di situ supaya untuk nyaman saja pembaca membacanya. T : Sebagai jurnalis, apa hal-hal yang melatarbelakangi perubahan makna yang terjadi saat ini?



349



J : Itu memang lebih kepada persoalan media, cetak terutama kan spacenya kan terbatas sementara yang mau disampaikan banyak sehingga kita harus menggunakan kata-kata padanan-padanan yang menurut kita benar dan bisa tersampaikan kepada masyarakat dengan maksud yang sama tapi kan tidak mengurangi arti dan makna sehingga kata itulah yang digunakan kalau menggunakan kata aslinya kan misalnya terlalu panjang tidak enak didenganr, tertalu baku kaku nah sehingga kita memilih kata-kata yang sama walaupun secara harfiah penggunaan bahasa itu tidak benar tapi paling tidak masyarakat itu tahu apa yang dimaksudkan yang penting kan itu tidak mengurangi makna yang ingin disampaikan itulah mengapa kita menggunakan sekali lagi saya tekankan itu yang saat ini menjadi perdebatan ada ragam bahasa jurnalistik ada ragam bahasa Indonesia yang baik dan benar . Ok ragam bahasa jurnalistik itu lebih mengacu kepada ragam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tetapi tidak semua itu bisa dilakukan kemudian karena kita mempunyai keterbatasn waktu kita juga harus mempunyai taste. Seorang jurnalis itu juga harus memiliki ciri khas dengan jurnalis yang lain sehingga dia bisa menggunakan bahasa-bahasa pleonasme bahasa-bahasa kiasan, bahasa-bahasa yang bermetafora untuk menggugah minat membaca masyarakat itu tergerak nah sama dengan ragam sastra sebenarnya. Ragam sastra itu kan tidak meluluh meskipun asalnya dari bahasa Indonesia, tapi kan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam konteks misalnya menggunakan SPOK itukan kadang-kadang dalam puisi Chairil Anwar OPSK nah seperti itu sebenarnya kan ada lisensia poetica dalam sastra barangkali dalam pers ini juga ada yang seperti itu ada hal-hal khusus yang memang kita tidak bisa mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar karena faktor kita harus merebut pembaca story, berita, cerita yang kita siarkan itu harus mempunyai rasa mempunyai taste sehingga kemudian kita menggunakan katakata yang seperti itu. T : Makna yang mana yang cenderung digunakan jurnalis? J : Sebisa mungkin kita menggunakan makna yang sebenarnya dengan keterbatasan jurnalis dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda pula, tetapi tidak dipungkiri ingin juga menggunakan makna kiasan itu juga karena yang kiasan itu lebih mengena daripada makna yang sebenarnya. T : Sekedar konfirmasi, apakah setiap jurnalis itu menuliskan berita mengaju pada KBBI? J : Kita mengaju kepada KBBI tentang persoalan yang tidak kita ketahui artinya misalnya ada kata-kata yang kita bingung ini maksudnya apa penggunaannya bagaimana, misal anjang sana itu kan kita bingung anjang sana itu apa saya membuka KBBI tetapi tidak meluluk karena memang tidak semua wartawan itu dibekali oleh KBBI syukurlah sekarang ada online tetapi kita lebih mengandalkan intuisi daripada KBBI.



350



Lampiran 3: Transkrip Wawancara Narasumber : Tri Astari (Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia USU Semester 3) Hari, tanggal : Jumat, 23 Desember 2016 T : Tari tahu tidak kata-kata yang berkembang saat ini, misalnya kata saudara? J : Saudara. Biasanya kata saudara kawannya saudari. T : Kalau kalimatnya ―Kami bersaudara‖. Apa arti kata saudara pada kalimat itu? J : Kami bersaudara artinya memiliki ‗ikatan kekeluargaan‘. T : Kalau ―Dia itu saudara kandung saya.‖ Makna saudara itu apa? J : Artinya ―Dia itu mempunyai ikatan keluarga dengan saya. T : Jika kalimatnya ―Saudara Ahok telah menistakan agama.‖Apakah sama makna saudara di kalimat itu sebagai ikatan keluarga? J : Ini sering dipakai sewaktu presentasi misalnya ―Berikutnya akan dilanjutkan oleh saudara A.‖ Kata saudara-saudari menyatakan dia, tapi merupakan kata ganti. T : Serigala saudaranya anjing. Makna saudara tersebut apa? J : Maksudnya ada ikatan yaitu sama-sama hewan pemakan daging. Satu keluarga atau satu genus. T : Setahu Tari, buatlah kalimat yang menggunakan kata saudara? J : Kalimat pidato. ―Kepada saudara kami persilakan duduk.‖ T : Apa makna kata saudara pada kalimat itu? J : Peserta. Karena kalau di dalam kegiatan kan tidak mungkin menggunakan kata kamu, lebih sopan. Kesopanan dalam menggunakan bahasa kan orangnya tidak semuanya kenal. T : Kemudian kata jawara. Apa yang Tari ketahui tentang kata jawara? J : Jawara itu seperti ‗pahlawan atau kesatria‘. Misal jawara kampung. T : Adik saya juara kelas. Apakah sama maknanya dengan kata jawara? J : Adiknya berprestasi di kelas sehingga mendapat predikat juara. T : Berarti juara itu apa artinya? J : Orang yang berprestasi. T : Kamu jangan sok jadi jawara di sini. Apa maksudnya? J : Maksudnya kamu jangan sok jadi pahlawan di sini. T : Tari tahu tidak kata jawara itu berasal dari mana? J : Tidak tahu. T : Yang ketiga ada kata rawan. Bagaimana menurut Tari?



351



J : Rawan itu tidak aman. T : Daerah itu rawan kecelakaan. Maksudnya? J : Daerah itu tidak aman karena sering terjadi kecelakaan. T : Selain makna ‗tidak aman‘ ada tidak makna lain kata rawan? J : Tidak tahu. Hanya itu. T : Kalau tulang rawannya sakit. Apa arti rawan di kalimat itu? J : Tulang yang lunak. T : Kata jurusan. ―Saya naik angkot jurusan Padang Bulan.‖ Apa makna jurusan pada kalimat itu? J : Ke arah. ―Saya naik angkot arah Padang Bulan.‖ T : ―Saya kuliah di jurusan Sastra Indonesia.‖ Apa makna kata jurusan itu? J : Berkaitan dengan bidang pendidikan. T : Kata tinggal. ―Saya tinggal di Medan.‖ Tinggal artinya? J : Tinggal artinya ‗bertempat atau hunian‘. T : Kalau kalimat ― Permen saya tinggal dua.‖. Artinya? J : Berkurang. T : ―Adik saya tinggal kelas.‖ Apa artinya? J : Tinggal di situ berarti adiknya kurang cerdas, tidak naik kelas. T : ―Saya tidak akan tinggal diam.‖ Artinya? J : Artinya dia tidak mau diam maunya melanjutkan pembicaraan itu, tetap mau melanjutkan. T : Kalau tinggal nama. Apa maknanya? J : Meninggalkan. T : Kata berikutnya kata operasi. Apa yang Tari ketahui tentang makna kata operasi? J : Banyak. Seperti kegiatan. Kalimatnya ―Ibu saya sedang dioperasi.‖ T : Apa makna operasi di kalimat itu? J : Operasi artinya ‗diobati atau pengobatan‘. T : Selain, makna itu ada lagi? Kalau operasi zebra?



352



J : Kegiatan dari kepolisian. T : Kalau operasi militer? J : Sama saja ‗kegiatan‘, tetapi ‗kegiatan di bidang militer‘. T : Kata mengemis. Apa arti kata mengemis? J : Meminta-minta. T : Biasanya apa yang diminta? J : Ya biasanya berupa uang atau materi. T : Kalau kalimat ― Saya mengemis jabatan.‖ Apa makna mengemis pada kalimat itu? J : Berarti dia orang yang tidak mampu sehingga mengemis jabatan. T : Kalau mengemis cinta. ―Janganlah mengemis cinta.‖ Apa maksudnya? J : Berarti dia meminta-minta agar cintanya diterima sampai ia rela mengemis. T : Kata rapat. Apa yang Tari ketahui tentang kata rapat? J : Rapat itu seperti pertemuan. Contoh: rapat guru. T : Kalau saya duduk terlalu rapat. Artinya? J : Artinya Posisi. T : Kata pasar. Bagaimana menurut Tari penggunaannya? J : Kalau di Medan pajak, sebenarnya itu salah. T : Kalau di Medan kata pasar itu apa maknanya? J : Jalan raya. T : Kampanye itu bermakna apa? J : Kampanye itu berkaitan dengan pemilihan, masa-masa memberi janji-janji. Ibaratnya kampanye itu calonnya cari mukalah biar dia terpilih. T : Kalau kalimat ―Mari kita kampanyekan hidup sehat.‖ Apa maknanya? J : Berarti gerak. T : Kata aksi yang melekat pada aksi 212 aksi damai. Bagaimana menurut Tari? J : Aksi identik dengan ‗demo massa‘. T : Kata blusukan apa maknanya? Misal, ―Jokowi blusukan ke pasar senen.‖ J : Dia bergerak ke tempat yang agak-agak kumuh.



353



T : Dari bahasa apa itu blusukan? J : Dari bahasa Jawa. T : Kata dicekal apa artinya menurut Tari? ―Dia dicekal ke luar negeri.‖ J : Dicekal itu dihambat T : Dicekal itu kata bukan? J : Kata. T : Kata berikutnya mengucurkan. ―Dia mengucurkan air ke seluruh taman.‖ J : Bercucuran. Mengucurkan berarti membasahi atau menyirami. T : Kalau kalimatnya ―Dia mengucurkan bantuan?‖ Apa maknanya? J : Artinya dia memberi bantuan. T : Kata menggalang. Misal menggalang dana . Apa artinya? J : Menggalang dana berarti partisipasi atau membantu atau mencari uang. T : Kata memangkas. Biasanya digunakan untuk apa kata ini? J : Memangkas rambut. T : Jadi kalau ada kalimat memangkas anggaran. Artinya? J : Memotong anggaran. T : Makna kata memanaskan. Misalnya memanaskan makanan. Apa artinya? J : Menghangatkan atau tindakan melakukan pemanasan. T : Kemudian kata menjaring. ―Saya menjaring ikan.‖ Berarti? J : Menjaring berarti menangkap. T : Dia sedang menjaring calon gubernur. Arti menjaring apa? J : Seperti memilih atau menyeleksi. T : Apa makna memakan waktu? J : Itu seperti membutuhkan waktu yang lama. T : Kata pedas pada kalimat ―KomentarAhok sangat pedas.‖ Maksudnya? J : Maksudnya kata-katanya itu menjerumus ke kasar. Biasanya pedas hanya pada masakan rupanya kata-katanya pedas menyakitkan hati.



354



Lampiran 4 : Sumber Data Koran Kompas Menteri Saleh Dorong Industri Tekstil Penuhi Kebutuhan "Fashion" Minggu, 26 Juni 2016 | 10:00 WIB Guna mendorong pertumbuhan ekonomi dengan melakukan deregulasi, memangkas berbagai peraturan, perizinan, dan birokrasi yang masih dirasa menghambat di berbagai kementerian dan lembaga," ungkap Menperin.



Brexit dan Dampaknya Bagi Indonesia Sabtu, 25 Juni 2016 | 17:24 WIB Perbankan lebih sulit dalam menggalang dana dari luar negeri. Negosiasi perceraian Inggris dari UE bisa memakan waktu minimal dua tahun. Ekspor makin terpukul karena pasar Eropa terguncang, sementara China belum pulih.



Menperin Dorong Industri Kendal Jadi Pusat Investasi Padat Karya Sabtu, 25 Juni 2016 | 10:31 WIB Sementara itu, join venture antara PT Jababeka Tbk bekerjasama dengan PT Sembcorp Development Pte (Singapura) mengucurkan investasi mencapai hampir 8 Triliun dalam membangun Kendal Industrial Park Jawa Tengah. Puluhan Investor Masuk Kawasan Industri Kendal Jawa Tengah Sabtu, 25 Juni 2016 | 10:24 WIB Seluruh infrastruktur yang mendukung kelancaran industri sudah dipersiapkan oleh KIK sehingga investor yang datang tinggal membangun pabriknya saja.



Sandiaga Uno Bicara soal Pelajaran Loyalitas dari “Teman Ahok” Sandiaga pun berkaca pada pencalonannya sendiri. Sandi yang telah mengikuti penjaringan di lima partai selain Gerindra, yaituPDI-P, Demokrat, PKB, PPP, dan PAN, mengatakan bahwa ini adalah upayanya membangun komunikasi politik alih-alih mengemis dukungan. JAKARTA, KOMPAS.com "Kita Semua Bersaudara". Begitulah pesan sederhana penuh makna dalam spanduk yang terpasang di pinggir jalan-jalan di wilayah Pasar Rebo, Jakarta Timur.



355



Sudah beberapa hari spanduk sederhana itu terpasang. Logo Pemprov DKI ikut dicantumkan. Spanduk versi lainnya ditambahkan gambar tangan dua orang yang sedang berjabatan. Meski tidak ada penjelasan apa maksud spanduk tersebut, pesan sederhana itu jelas mengingatkan warga Jakarta untuk selalu damai. Ada pula seruan lain bernada sama yang terpasang di daerah Jati Padang, Jakarta Selatan. Spanduk itu bertuliskan "Jaga Kebhinekaan. Sukseskan Pilkada Tanpa SARA. Siap Menang, Siap Kalah". Pesan itu relevan dengan kondisi Ibu Kota terkini yang memasuki masa kampanye menjelang pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI 2017. Dinamika politik tengah berpusat di Ibu Kota. Seperti dalam Pilgub DKI sebelumnya maupun pilkada di daerah lainnya, suara warga terpecah terkait pilihan calon pemimpinnya. Dalam Pilkada DKI, ada tiga calon yang tengah tampil menarik hati pemilih, yakni pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, pasangan Agus Harimurti-Sylviana Murni, serta pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Hangatnya Jakarta bukan hanya karena perbedaan pilihan warga. Ibu Kota tengah disorot menjelang aksi unjuk rasa terhadap Ahok yang dituduh menista agama. Massa akan turun ke jalan meski Bareskrim Polri tengah mengusut kasus tersebut. Aksi mereka akan berpusat di depan Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (3/11/2016). Spekulasi, harapan, hingga kekhawatiran warga muncul menyikapi demo tersebut. Setidaknya hal itu terekam dalam jagat maya yang tidak kalah berisik dibanding kenyataan di tengah masyarakat. Masing-masing kubu tak lelah bertarung opini. Tak sedikit dari mereka yang kebablasan menerabas aturan. Meski demikian, banyak pula netizen yang mengedepankan kedamaian. Perbedaan sikap dan keyakinan tidak boleh membuat kita pecah. Bhinneka Tunggal Ika.



Gubernur DKI Sekarang Lagaknya Melebihi Jawara" Sabtu, 5 Maret 2016 | 11:51 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur The Wahid Institute, Yenny Wahid, menyebut Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai pemimpin yang mau peduli terhadap masyarakatnya meski gaya kepemimpinannya cenderung keras. "Gubernur DKI sekarang sudah selon (nekat dalam bahasa Betawi). Lagaknya



356



melebihi jawara," kata Yenny saat menghadiri sebuah acara di Rusun Pesakih, Daan Mogot, Jakarta, Sabtu (5/3/2016). Putri mendiang Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid itu mencontohkan, salah satu bentuk kepedulian yang dilakukan Ahok adalah pembangunan masjid raya di Daan Mogot. Hal yang menarik bukan pembangunan masjidnya, melainkan konsep pembangunan masjid raya tersebut. "Konsep masjid raya itu juga sebagai tempat mengelola banyak hal, seperti berdagang di sekitar masjid dan dijadikan sebagai pusat sosialisasi warga," kata Yenny. Ia pun berharap pembangunan masjid itu cepat rampung agar nantinya warga dapat menggunakan masjid raya itu. ―Sementara masjid belum terbangun, masyarakat bisa mengembangkan skill dan keterampilan, seperti belajar menyetir atau menjahit. Kalau kita enggak mau mengubah nasib kita, ya selamanya tidak akan berubah,‖ kata Yenny.



AJI Himbau Media Tak Picu Konflik dan Memanaskan Situasi Jumat, 4 November 2016 | 10:31 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Aliansi Jurnalis Independen mengimbau agar media massa menggunakan prinsip jurnalisme damai dalam meliput aksi demonstrasi oleh ormas Islam yang akan berlangsung pada Jumat (4/11/2016) siang ini. Demo tersebut untuk menuntut proses hukum terhadap gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang dianggap telah menistakan agama. "Tentu diharapkan wartawan tidak ikut mengeskalasi situasi yang panas terkait demo tersebut. Wartawan harus lebih seimbang dan pemberitaannya tidak memicu konflik, dan memanaskan situasi. Pemberitaan wartawan Jangan memperkeruh situasi," kata koordinator advokasi AJI Jakarta, Erick Tanjung di Jakarta, Jumat pagi. Erick menambahkan, prinsip jurnalisme damai tidak hanya berlaku pada Pilkada DKI Jakarta dan aksi demonstrasi siang ini. Namun, prinsip jurnalisme damai yang berpegang pada profesionalisme wartawan juga sebaiknya bisa diterapkan selama pelaksanaan pilkada serentak 2017 ini. Dengan begitu, media bisa ikut berperan dalam terciptanya pilkada yang demokratis.



357



"Wartawan diharapkan lebih profesional dan menjaga kode etik dalam peliputan Pilkada," ucap Erick.



Ahok Akan Tetap "Blusukan" Meski Ada Demo 4 November Jumat, 4 November 2016 | 09:38 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tetap akan berkampanye pada Jumat (4/11/2016) ini. Meskipun sejumlah organisasi masyarakat (ormas) akan berdemonstrasi atau melaksanakan aksi damai seusai menunaikan shalat Jumat berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta. "Jadi. Aku mau cek kerjaan aja, ada pengaduan tidak puas dari warga," kata Ahok, kepada Kompas.com, Jumat. Meski demikian, Ahok tidak menjelaskan detail waktu dan lokasi yang akan dikunjungi. Ahok juga baru mengetahui kabar mengenai imbauan dari kepolisian kepada dirinya untuk tidak melakukan kampanye terlebih dahulu hari ini. "Nanti aku tanya ajudan ya," kata Ahok. Adapun aksi unjuk rasa tersebut untuk mendesak Kepolisian mengusut kasus penistaan agama yang dituduhkan kepada Ahok.



Sebelumnya Ahok juga telah mengonfirmasi hal ini saat berkampanye di Pejaten Timur, Jakarta Selatan, Kamis (3/11/2016) kemarin. "Besok tetap blusukan, deh," kata Ahok.



Warga Berharap Ada Informasi Cuaca 4 November 2016 0 komentar BANDUNG, KOMPAS — Warga yang tinggal di daerah rawan banjir di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, berharap pemerintah selalu memberi informasi prakiraan cuaca saat musim hujan. Tanpa informasi awal tersebut, warga kerap panik karena tanpa persiapan menghadapi banjir. KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGAWarga menggunakan perahu saat melintasi Jalan Anggadireja, Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (3/11) malam. Sudah lebih dari sepekan jalan tersebut tak dapat dilewati kendaraan bermotor akibat banjir luapan Sungai Citarum dan Cisangkuy. "Kami tidak pernah mendapat informasi mengenai prakiraan cuaca, berapa lama hujan akan datang hingga apa yang harus dilakukan saat hujan tiba. Akibatnya, kami selalu panik saat hujan datang," kata Juju (50), warga Banjaran, Kamis (3/11).



358



Banjaran merupakan salah satu daerah di Kabupaten Bandung yang masih terendam air. Selain Banjaran, air juga merendam wilayah Kecamatan Bojongsoang, Balendah, dan Dayeuhkolot. Hingga Kamis pukul 19.30, ketinggian air di daerah itu berkisar 40 sentimeter-1 meter. Juju mencontohkan saat banjir dipicu hujan deras selama enam jam pada 25 Oktober lalu. Karena tidak mendapatkan informasi cuaca, dirinya tidak bisa melakukan langkah antisipasi. Dia tak siap menyelamatkan beberapa barang berharga seperti televisi dan kulkas saat banjir merendam rumahnya setinggi 50 cm. Tiga hari kemudian, air bahkan semakin tinggi mencapai 1,2 m sehingga dia dan keluarga harus tinggal di lantai dua rumah. "Tidak nyaman kalau terus seperti ini," katanya. Deden Rochman (48), warga Jambatan, Baleendah, yang juga memilih tinggal di lantai dua rumahnya, mengatakan, dirinya harus menggelar ronda malam bersama warga guna mengantisipasi kenaikan air saat malam dan dini hari. Dia mengatakan belum mengungsi karena merasa lebih nyaman berada di rumah ketimbang di pengungsian. Nandang (35), warga Bojongasih, Dayeuhkolot, mengatakan, sudah dua tahun terakhir dirinya tinggal di lantai dua rumahnya yang berukuran 6 x 4 m. Ia tinggal di sana bersama anak dan istrinya. Di ruangan itu juga ada televisi, lemari baju, peralatan makan, hingga mesin cuci.



Nandang mengatakan, akibat terlalu sering direndam luapan air Citarum, tiga ruangan di lantai dasar rumahnya lembab dan berjamur. Dinding dan daun pintu lapuk dan keropos. "Lebih baik tinggal berdesakan ketimbang panik saat banjir datang. Namun, memang lebih baik kalau ada pengumuman tentang prakiraan cuaca dan potensi bencana. Minimal membuat hati ini lebih tenang," katanya. Ketua Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung Tata Irawan mengatakan, penyampaian informasi potensi hujan kepada warga akan diperbaiki. Informasi itu akan disampaikan lebih gencar melalui perwakilan pemerintah daerah hingga media sosial. Di Sulawesi Selatan, sebanyak 165 jiwa dari 44 keluarga di Kecamatan Rano, Kabupaten Tana Toraja, terancam kehilangan rumah dan mata pencaharian pasca longsor yang menimpa wilayah tersebut pekan lalu. Longsor pada 23 Oktober lalu menyebabkan 40 rumah yang terletak di daerah perbukitan Desa Rano itu rusak. Pemerintah Kabupaten Tana Torajamenyiapkan rencana relokasi bagi warga.



359



150 Ambulans Disiagakan untuk Aksi Damai 4 November Jumat, 4 November 2016 | 13:22 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyiagakan sebanyak 150 ambulans untuk aksi unjuk rasa oleh beberapa organisasi masyarakat, Jumat (4/11/2016) ini. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto menjelaskan jumlah itu terdiri dari 105 ambulance puskesmas dan 45 ambulans gawat darurat (AGD). "Semua ambulans kami turunin hari ini," kata Koesmedi, di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat. Di Balai Kota DKI Jakarta, kata Koesmedi, ada 4 ambulans yang disiagakan. Sedangkan di sekitar kawasan Ring 1 ada sebanyak 40 ambulans yang disiagakan. Tiap ambulans terdiri dari 3-4 orang tim medis. Seluruh RSUD dan puskesmas juga akan bersiaga untuk mengantisipasi berbagai kejadian tak terduga. (Baca: Demo 4 November, Polisi dan Pendemo Jumatan Bersama di Depan Istana) "Biasanya kalau aksi unjuk rasa seperti ini, yang aku takuti yang datang dari luar kota, mereka makannya gimana, takutnya makanannya basi, kan bisa diare atau keracunan. Tapi ternyata mereka bawa tim medis juga," kata Koesmedi.



31 Agustus 2016 kompas.com Persoalan keberlangsungan PDS HB Jassin dan komentar pedas Ahok



MADIUN, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan status pencekalan terhadap Wali Kota Madiun Bambang Irianto dan putranya, Bonie Laksamana, sejak dua minggu lalu. Keduanya dicekal ke luar negeri terkait penyidikan kasus dugaan tindak pidana korupsi pembangunan Pasar Besar Kota Madiun tahun anggaran 2009-2012 senilai Rp 76,5 miliar. Pelaksana Tugas (Plt) Kabiro Humas KPK Yuyuk Andriati saat dihubungi, Kamis (20/10/2016), menyatakan, pencekalan terhadap keduanya terhitung sejak tanggal 7 Oktober 2016. Keduanya dicekal dalam enam bulan ke depan. Baca juga: KPK Tetapkan Wali Kota Madiun sebagai Tersangka Menurut Yuyuk, pencekalan ke luar negeri untuk memperlancar penyidik KPK menangani kasus ini. Apalagi, Bambang Irianto sudah berstatus sebagai tersangka. Ditanya waktu pemeriksaan terhadap Bambang dan putranya ini, Yuyuk mengatakan belum ada jadwalnya.



360



Saat ini, penyidik KPK akan memeriksa saksi-saksi terlebih dahulu. "Sampai sekarang belum ada jadwalnya. Nanti akan dikabari. Kami memeriksa saksi-saksi dulu," kata Yuyuk. Sebelumnya, memasuki hari ketiga pasca-penetapan ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Kota Madiun ini sebagai tersangka, KPK menggeledah kantor kontraktor pelaksana dan konsultan perencana. Baca juga: Korupsi Pasar Besar Madiun, KPK Geledah Kantor Kontraktor dan Konsultan KPK juga menggeledah rumah mantan kepala cabang PT LRR dalam kasus korupsi Pembangunan Pasar Besar Kota Madiun senilai Rp 76,5 miliar.



Pertarungan Pilkada DKI 2017 Diprediksi Bakal Seru Sabtu, 24 September 2016 | 00:06 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya memprediksi, pertarungan Pilkada DKI Jakarta2017 akan berlangsung seru. Ketiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dianggapnya akan mampu menjaring pemilih muda. Ketiga pasangan calon tersebut dinilainya sebagai tokoh yang mencerminkan semangat anak muda. Menurut Yunarto, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mencerminkan semangat anak muda yang dinamis. Sementara, Anies Baswedan merupakan intelektual muda yang kerap membuat terobosan dalam bidang pendidikan. Terakhir, Agus Harimurti Yudhoyono merepresentasikan kaum muda dari segi usia. "Jadi nanti bakal seru pertarungannya karena mereka bertiga bukanlah tokoh yang konvensional, melainkan mewakili semangat zaman yang modern," kata Yunarto, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (23/9/2016). Yunarto menambahkan, terjaringnya pemilih muda akan menghasilkan simpulsimpul komunitas di media sosial. Para pemilih muda dinilainya fasih dalam mengoperasikan media sosial sebagai media kampanye. Selain itu, kata Yunarto, ketiga pasangan tersebut diprediksi tak akan menggunakan cara kampanye yang menyinggung SARA karena ketiganya hampir tak pernah menggunakan cara-cara tersebut di depan publik. Dengan demikian, masa kampanye akan berlangsung elegan dan kondusif.



361



"Pastinya kampanye ketiga pasang calon ini nanti akan seru, karena akan sangat minim SARA, dan akan muncul cara-cara kampanye yang penuh kreativitas karena dilakukan oleh anak muda," lanjut Yunarto. Sebelumnya Partai Demokrat memutuskan mengusung Agus-Sylviana Murni berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan. Keputusan itu diambil setelah tidak ada kesepakatan dalam komunikasi politik dengan Partai Gerindra dan PKS. Adapun Gerindra dan PKS memutuskan mengajukan Anies Aswedan-Sandiaga Uno. Sementara pasangan Ahok-Djarot diusung PDI-P, Golkar, Hanura, dan Nasdem.



Politisi PDI-P Hamka Haq: Tetap Ahok dan Djarot JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Hamka Haq, mengatakan bahwa kemungkinan besar PDIP akan mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang. Hal tersebut dia utarakan seusai mengikuti rapat pleno di kediaman Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (20/9/2016) malam. "Tetap Ahok-Djarot. Ya sudah fix," ujar Hamka. Hamka menuturkan, tidak ada calon lain yang akan diusung olehPDI-P selain Ahok dan Djarot. Keputusan tersebut merupakan keinginan dari Megawati. "Enggak ada. Cuma dua itu. Enggak ada keinginan lain, tetap komando dari ketua umum," ucapnya. Selain itu Hamka juga menegaskan bahwa PDI-P tidak meminta mahar atau membuat kontrak politik terkait pengusungan Ahok dan Djarot saat rapat pleno tersebut. Dia pun mengingatkan Ahok-Djarot harus menjalani ideologi yang selama ini dianut oleh PDI-P, yakni Pancasila dan UUD 1945. "Tidak ada mahar politik. Yang pasti, calon yang kami usung harus menjalankan ideologi PDI-P yakni Ideologi Pancasila dan UUD 1945," ujarnya.