PH - Refleksi 7 Habits [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEVEN HABITS Pemahaman Pribadi dan Refleksi Memasuki bulan September 2016, kami mempelajari seven habits oleh Stephen Covey untuk mata kuliah Pengolahan Hidup. Saya baru pertama kali mendengar istilah seven habits pada saat itu dan saya tidak tahu sama sekali apa isi dari seven habits itu. Seiring dengan berjalannya waktu, saya mulai mengetahui apa-apa saja yang termasuk dalam seven habits. Saya juga mulai mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari di dalam masa pembinaan ini. Sebagai kebiasaan-kebiasaan yang sefektif, seven habits membantu saya untuk membangun pribadi yang lebih baik. Selain itu, dengan melakukan beberapa kebiasaan, saya bisa membangun relasi yang baik dengan sesama dan Tuhan. Seven habits terbagi atas dua bagian, yakni bagian kemenangan pribadi dan bagian kemenangan publik. Kemenangan pribadi merujuk pada kemampuan untuk mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi sehingga segala yang dilakukan bermanfaat bagi diri sendiri yang utama dan orang lain. Kemenangan pribadi merupakan tolok ukur bagi seseorang apakah ia mampu mencapai kemenangan publik atau tidak. Jika seseorang mampu menangani kemenangan pribadi, yang merupakan tahap pertama, ia siap melangkah ke tahap selanjutnya. Tahap kedua mempunyai tantangan yang lebih rumit dari tahap pertama. Jika tahap pertama persoalan hanya menyangkut diri sendiri, tahap kedua menghadapkan seseorang pada relasinya dengan orang lain. Pada tahap pertama ada tiga kebiasaan yang marupakan tolok ukur bagi seseorang apakah dia mampu memenangkan dirinya sendiri. A. Kemenangan pribadi (Personal Victory) 1. Menjadi pribadi yang proaktif. Dalam pengertiannya secara umum, pribadi yang proaktif adalah pribadi yang yang mampu mengolah setiap stimulus atau pendorong yang mempengaruhinya untuk bertindak. Pengolahan ini dilakukan dengan memperhitungkan dampak yang akan terjadi jika ia melakukan sesuatu. Dampak yang baik menjadi yang utama dari setiap pengambilan keputusan individu yang proaktif. Sedangkan dampak yang buruk merupakan peringatan untuk tidak melakukan sesuatu berdasarkan stimulus itu. Saya menemukan diri saya masih bisa mengikuti habit pertama ini. Saya mencoba untuk mengolah setiap kegiatan yang akan saya lakukan dengan mengadakan perhitungan-perhitungan lebih dahulu. Seperti yang sudah saya paparkan pada presentasi mengenai proaktif dan reaktif, saya masih bisa mengontrol diri untuk masalah-masalah yang saya hadapi. Saya juga menggolongkan diri sebagai orang yang masih proaktif ketika saya membaca daftar-daftar sifat atau perilaku seorang yang proaktif. Akan tetapi, saya masih dapat marah jika saya mendapat perlakuan kasar atau yang tidak mengenakkan untuk beberapa kali secara berulang-ulang. Kali pertama pasti bisa saya maafkan, kali kedua juga masih bisa, tetapi jika kemudian kejadian itu terus berulang dan malah semakin menjadi-jadi, maka saya juga akan bertindak. Saya juga mampu menyusun jadwal untuk kegiatan yang akan saya lakukan dan itu saya lakukan dengan penuh perhitungan akan segala kemungkinan yang akan terjadi. Akan tetapi, perhitungan ini kemudian kadang-kadang membuat saya terlalu perhitungan. Saya menjadi orang yang agak susah untuk mengorbankan sesuatu bagi orang lain karena terlalu perhitungan itu. Saya menyadari ini dan saya berusaha untuk merubah kadar perhitungan itu. Menjadi seorang yang perhitungan akan apa yang harus diputuskan atau yang harus dilakukan, tetapi tidak perhitungan untuk sesuatu yang baik. 2. Merujuk Pada Tujuan Akhir Seseorang yang mempunyai tujuan dalam melakukan sesuatu pasti tidak akan mudah menyerah. Tujuan membantu seseorang untuk terus berusaha dalam mengejar tujuannya. Seorang manusia yang tidak mempunyai tujuan di dalam hidupnya akan hidup apa adanya. Ia akan hidup mengikuti arus, tetapi seorang manusia yang mempunyai tujuan hidup akan hidup sesuai dengan tujuan yang ingin ia capai meski harus melawan arus dan memang harus melawan arus jika itu diperlukan. Hidup tanpa tujuan itu menjadikan kehidupan yang sangat berharga ini menjadi ngawur atau tidak jelas, tidak jelas



ingin ke mana, tetapi hidup yang ada tujuannya membantu seseorang untuk memaksimalkan hidupnya. Sebagai penentuan tujuan hidup, kami diminta membua visi dan misi hidup. Tugas ini saya kerjakan dan kemudian apa yang saya tuliskan dalam tugas itu berusaha saya lakukan dengan baik. Dalam pembuatan visi ini, ada beberapa hal yang menjadi syarat agar visi itu dapat terwujud, antara lain singkat, rasional, padat dan mencakup keseluruhan tujuan hidup, selalu ada penilaian, dan tidak berhenti berusaha meskipun gagal. Visi yang singkat memudahkan orang mengingatnya sehingga orang terus termotivasi untuk mewujudkannya. Visi juga mesti rasional sehingga orang tidak seperti bermimpi di siang bolong, karena visi yang terlalu sulit untuk diwujudkan. Visi mesti padat dan berisi agar dengan kalimat singkat, visi itu bisa merangkul semua hal yang ingin dicapai. Dalam mengejar tujuan hidup atau mewujudkan visi, selalu ada waktu di mana seseorang gagal. Kegagalan bukanlah sesuatu yang menghancurkan, tetapi kegagalan adalah awal yang baru bagi pencapaian yang baru. Jika tidak ada kegagalan, sesuatu yang baru tidak akan pernah muncul. Berkaitan dengan habit kedua ini, saya mendapati diri saya sudah mempunyai habit ini. Ketika saya mengalami tantangan di dalam hidup ini, saya selalu berpikir tentang apa yang akan saya capai dengan mengalahkan tantangan itu. Setelah saya menemukan apa yang hendak saya capai, serasa tantangan itu tidak berarti. Saya kuat karena saya ingin mencapai tujuan saya. Saya membayangkan keadaan itu seperti seseorang yang mendaki gunung. Ia tidak akan menikmati keindahan puncak gunung itu jika ia menyerah pada tahap pendakian. Untuk menikmati keindahan pemandangan di atas gunung itu ia harus berusaha. Ketika ia mencapai puncak dan menikmati keindahan itu, segala luka, penderitaan, dan tantangan yang ia alami selama pendakian seperti tidak mempunyai arti lagi. Keindahan itu pula yang membawanya mampu melewati tahap pendakian. Akan sangat berbeda dengan orang yang mendaki gunung hanya sekadar iseng-iseng saja. Jika hanya sekadar iseng, ia bisa menyerah pada tantangan pertama. Dengan ilustrasi itu, dapat saya simpulkan betapa pentingnya tujuan akhir. Saya menyadari bahwa tidak semua yang saya alami menunjukkan kemampuan saya untuk merujuk pada tujuan akhir. Saya juga kadang-kadang hanya mementingkan prosesnya dan melupakan apa yang menjadi tujuan saya dengan melakukan sesuatu. Proses yang menyenangkan mengaburkan apa yang menjadi tujuan akhir yang hendak saya capai, hingga ketika tiba saatnya untuk menentukan tujuan, saya bingung apa yang menjadi tujuan dari proses itu. Saya juga kadang-kadang tidak berorientasi pada tujuan akhir sehingga saya menyerah untuk mencapai sesuatu. Tidak adanya tujuan itu membuat saya gampang sekali menyerah sehingga semua yang akan saya lakukan seperti tidak akan berhasil. Maka kembali lagi seperti pernyatan di atas, merujuk pada tujuan akhir merupakan hal yang penting untuk keberhasilan setiap usaha yang saya lakukan. 3. Mendahulukan yang Utama Setiap orang mempunyai hal yang lebih utama dari hal-hal lain. Habit yang ketiga ini berbicara mengenai kemampuan seseorang mendahulukan yang utama dalam melakukan sesuatu. Dalam penjelasan dengan kuadran, tipe orang dibagi menjadi empat kebiasaan. Kuadran pertama adalah orang-orang yang melakukan sesuatu yang penting pada saat yang mendesak. Pada keadaan seperti ini, ada orang yang dapat bekerja dengan baik tetapi ada pula yang tidak mampu melakukan apa-apa karena terburu-buru. Dalam kuadran pertama ini, hasil yang dicapai dari setiap penyelesaian hampir tidak memuaskan, maka kebiasaan yang pertama ini tidak dianjurkan. Kuadran kedua adalah mereka yang melakukan sesuatu yang penting pada saat yang tidak mendesak sehingga hasil yang memuaskan banyak terjadi pada orang-orang yang berada pada kuadran kedua ini. Dengan berada pada kuadran kedua ini, ada kesempatan besar untuk menampilkan yang terbaik pada setiap pekerjaan atau tugas yang dipercayakan kepada mereka. Inilah kebiasaan yang dianjurkan kepada orang-orang. Ini adalah kebiasaan yang ideal. Kuadran yang ketiga adalah orang-orang yang menganggap hal-hal yang tidak penting menjadi mendesak, sehingga harus dikerjakan pada saat itu juga. Dalam kuadran ketiga ini, orang tidak dapat menentukan skala nilai yang tepat dari kegiatan-kegiatan yang akan ia lakukan. Skala nilai yang ia miliki teracak sehingga penerapannya pun tidak seperti yang diinginkan. Kebiasaan seperti ini juga tidak dianjurkan. Kuadran keempat adalah tempat orang-orang yang menganggap



segala sesuatu tidak penting dan tidak mendesak, sehingga mereka tampak selalu santai karena mereka tidak mempunyai suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Kebiasaan seperti ini juga tidak dianjurkan. Ketika saya pertama kali mendengar tentang kuadran ini, saya menemukan diri saya cenderung berada pada kuadran yang pertama; melakukan hal-hal penting pada saat mendesak. Menurut pengalaman saya, saya mengerjakan tugas-tugas sekolah pada saat-saat mendekati deathline. Hasil dari mengerjakan tugas penting seperti itu saya alami sendiri, hasilnya tidak maksimal dan kebanyakan malah mengecewakan. Bertolak pada pengalaman itu, saya merubah kebiasaan ini dari hari ke hari. Jika sebelumnya saya mengerjakan tugas-tugas pada saat-saat yang mendesak, sekarang saya berusaha untuk mengerjakan tugas-tugas penting pada saat yang tidak mendesak, sehingga saya mempunyai waktu untuk memperbaiki atau memoles sehingga hasilnya bisa menjadi lebih maksimal. Memang saya belum bisa menerapkan itu pada semua tugas penting yang saya peroleh, tetapi saya tetap berusaha agar saya bisa menjadi orang yang berada pada kuadran kedua, agar waktu yang saya gunakan bisa efektif dan memuaskan. Kebiasaan mendahulukan yang utama menjadi penutup kebiasaan manusia yang efektif untuk bagian kemenangan pribadi. Ketiga kebiasaan yang pertama ini lebih condong pada kemampuan diri sendiri menyelesaikan perkara pribadi yang kemudia juga berguna bagi orang lain.



B. Kemenangan Umum (Public Victory) Tahap selanjutnya dari seven habits adalah kemenangan bersama atau kemenangan umum. Kemenangan bersama pada konteks seven habits tidak berarti bahwa tidak ada yang kalah seperti pada sebuah pertandingan, tetapi lebih pada suasana hati orang lain. Jika ia mengikuti pertandingan, seseorang yang mempunyai kebiasaan ini akan berusaha agar lawannya tidak merasa kalah walaupun memang sebenarnya lawannya itu kalah. Ia berusaha mengangkat harga diri lawannya yang kalah sehingga tidak terjadi pertengkaran atau perselisihan akibat dari kekalahan salah satu pihak. Semua pihak merasa menang, karena tidak ada yang menjadikan kekalahan itu sebagai dasar untuk sebuah pembalasan dendam. Kebiasaan-kebiasaan berikutnya antara lain: 4. Berpikir Menang-menang Kerangka berpikir menang-menang ini mempunyai beberapa teman kerangka berpikir yang lain, seperti kerangka berpikir menang-kalah, kalah-menang, kalah-kalah. Dari empat kerangka berpikir ini, kerangka berpikir menang-menanglah yang paling baik. Berpikir menang-menang menjadi penentu hubungan seseorang dengan sesamanya. Dalam kerangka berpikir menang-menang seseorang terusmenerus mencari manfaat timbal balik dalam semua interaksinya dengan orang lain. Sebuah kesuksesan tidak harus menyingkirkan pihak lain. Kerangka berpikir ini berbeda dengan tiga kerangka berpikir yang lain. Kerangka berpikir menang-kalah menjadikan seseorang selalu ingin menang sendiri. Mungkin ia dapat mencapai tujuannya, tetapi hubungannya dengan orang lain akan mengalami gangguan. Kerangka berpikir kalah-menang menjadikan seseorang sebagai pendendam, karena ia memang mengalah tetapi tidak dengan lapang dada. Ia mengalah tetapi merancang dendam di dalam hatinya. Kerangka berpikir kalah-kalah adalah sikap saling membalas. Kerangka ini mempunyai andaian,jika aku kalah maka mereka juga harus kalah, jika aku gagal maka mereka juga harus gagal. Ini adalah solidaritas negatif. Saya merasa masih susah menjadikan berpikir menang-menang sebagai keutamaan. Saya masih berada pada tiga kerangka berpikir yang lain, meskipun saya juga biasa bisa menggunakan kerangka berpikir menang-menang ini. Kadang-kadang keinginan untuk menang sendiri begitu besar mempengaruhi saya. Pada saat yang lain, saya mengalah tetapi kemudian muncul keinginan untuk membalas. Pada lain waktu, saya berpikir kalau saya tidak bisa maka orang lain juga harus tidak bisa. Saya merintangi jalan mereka agar mereka juga gagal. Masih ada keegoisan yang perlu saya kikis. Kerangka berpikir menang-menang memang adalah yang terbaik. Hubungan dengan orang lain selalu lebih utama dari pada kemenangan diri sendiri. Ketika saya mampu membuat orang lain yang menjadi lawan saya juga merasa berharga, saya merasa mampu mengalahkan diri saya sendiri dan dari hal itu,



saya merasakan kebahagiaan dua kali lipat daripada saat saya merasa harus menang sendiri. Relasi adalah yang utama dengan fokus pada perkembangan diri, tetapi tidak menghambat perkembangan orang lain. 5. Berusaha Memahami Terlebih Dahulu Sebelum Dipahami Seseorang yang ingin dipahami oleh orang lain pertama-tama harus berusaha untuk memahami orang lain, sehingga ia juga bisa dipahami oleh orang lain. Seseorang tidak akan bisa medapat pemahaman dari orang lain jika ia sendiri tidak mencoba untuk memahami orang lain. Habit yang kelima ini membutuhkan komunikasi dalam penerapannya, maka seseorang harus belajar bagaimana menjadi komunikator yang baik dengan sesamanya. Dalam proses komunikasi juga, seseorang dituntut untuk mampu mendengarkan lawan komunikasinya. Dalam komunikasi yang baik, seseorang menyadari bahwa ia tidak terus-menerus berbicara, tetapi memberi juga ruang kepada yang lain untuk berbicara sementara yang lain mendengarkan. Dalam proses komunikasi yang melibatkan pembicara dan pendengar itu, mereka juga mesti mengerti bagaimana cara berbicara dan mendengarkan yang baik. Komunikasi tidak asal komunikasi, tetapi tahu mana yang baik untuk dilakukan saat berkomunikasi dengan orang lain dan mana yang tidak baik. Komunikasi termasuk juga berbicara dengan orang lain, menegur orang lain, menyampaikan pendapat dan memberi perintah. Komunikasi terbagi menjadi komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Selain komunikasi, mengerti orang lain bisa mewujudkan bank emosi seseorang kepada orang lain. Ketika seseorang dimengerti oleh orang lain, maka ada hubungan emosional yang terjadi di antara mereka. Hubungan emosional ini membantu terbentuknya bank emosi antara mereka, sehingga ketika salah satu pihak kecewa, bank emosi ini membantu menutupi kekecewaan itu sehingga hubungan itu bisa diperbaiki. Bagi saya, tidak terlalu susah untuk memahami orang lain. Saya mudah merasakan pergulatan seseorang. Ketika seseorang mengalami sesuatu, saya seperti merasakan hal yang sama. Saya tidak terlalu banyak berbicara ketika saya bertemu dengan orang lain, tetapi tidak juga terlalu diam. Saya berusaha untuk mendengarkan lawan bicara saya. Hanya saja saya biasa tidak melihat lawan bicara saya ketika saya berbicara dengan orang lain. Ketika mendengarkan, saya juga biasa tidak melihat mereka yang berbicara. Saya memusatkan perhatian saya pada indera pendengaran saya sehingga saya biasa tidak melihat mereka. Saya menyadari bahwa saya adalah orang dengan tipe auditori, seorang pribadi yang suka mendengarkan. Banyak orang yang merasa tidak didengarkan ketika menemukan hal yang seperti itu ketika mereka berkomunikasi dengan orang lain, padahal belum tentu lawan bicaranya itu tidak mendengarkan. Saya sering seperti itu, tidak memperhatikan namun mendengarkan. Saya tahu bahwa hal itu adalah salah satu penghambat terjalinnya komunikasi yang baik dengan orang lain. Hal itu juga menghambat saya mejadi orang yang lebih perhatian kepada orang lain. Saya menyadari bahwa saya mudah memahami tetapi sulit untuk menunjukkan perhatian. Saya tahu bahwa hal ini mesti saya rubah perlahan-lahan sehingga saya benar-benar bisa memahami orang lain. Berkaitan dengan tugas yang nanti saya laksanakan sebagai seorang gembala, saya harus melatih ini, karena kadang-kadang orang datang kepada gembalanya agar ia dimengerti, setidaknya oleh gembalanya itu sehingga ia bisa bangkit kembali dari keterpurukan yang menimpanya. Dengan demikian, jelaslah bahwa kemampuan untuk memahami orang lain terlebih dahulu menjadi hal yang panting bagi manusia, khususnya kami sebagai calon-calon gembala.



6. Wujudkan Sinergi Habit yang keenam ini merujuk pada kemampuan seseorang menggunakan perbedaan sebagai suatu keuntungan dalam mengerjakan sesuatu. Sinergi menjadikan perbedaan sebagai hal yang indah dan menjadikan perbedaan itu sebagai suatu pendorong untuk meningkatkan produktivitas. Sinergi



menjadi barometer kedewasaan seseorang. Seseorang yang dewasa mampu bersinergi dengan sesamanya. Sinergi mencakup beberapa hal, jika seseorang untuk ingin mewujudkannya. Hal-hal itu antara lain saling mendengarkan, tidak saling menghakimi, saling membantu, dan mau bertanggung jawab. Saling mendengarkan membantu mereka yang hendak mewujudkan sinergi untuk dapat membangun komunikasi yang baik. Adanya komunikasi yang baik, ada emosi yang saling mempengaruhi mereka. Tidak saling menghakimi menjadikan seseorang tidak takut untuk berinovasi sehingga banyak kemungkinan-kemungkinan baru yang akan tercapai. Seseorang yang menyadari dirinya tidak dihakimi akan berusaha melakukan yang terbaik dengan kreativitas yang mereka miliki yang menjadikan perbedaan itu menjadi sesuatu yang memajukan. Saling membantu dalam bersinergi menjadikan mereka saling melengkapi. Jika yang seorang tidak tahu tentang komputer, maka yang seorang, yang tahu tentang komputer bisa membantunya. Saling membantu menjadi sarana yang baik untuk menghadapi masalah. Tanggung jawab merupakan hal yang penting bagi perwujudan sinergi yang berkualitas. Jika yang ada dalam sinergi adalah saling mengharapkan, maka tidak aka nada sesuatu pun yang akan berhasil. Tanggung jawab menjadi penjamin berhasilnya tujuan seseorang dalam bersinergi dengan orang lain yang berbeda. Saya merasa agak susah bersinergi dengan orang lain, apalagi jika cara pandang saya dan cara saya menyelesaikan masalah berbeda dengan cara mereka. Selain itu, saya juga susah bekerja sama dengan orang lain jika mereka tidak menunjukkan ketertarikannya. Namun, fakta-fakta itu tidak menghilangkan keinginan saya untuk bekerja sama dengan orang lain. Saya ingat ketika saya menjadi bidel bulan November yang lalu. Ketika saya menghadapi persoalan, saya meminta bantuan temanteman. Ketika kami mendapat tugas di paroki, saya meminta bantuan teman-teman. Ada di antara kami yang pandai bermazmur, saya memintanya untuk bermazmur. Ada yang pandai mengiringi, saya memintanya untuk mengiringi. Perbedaan itu kemudian membentuk harmoni sehingga menghasilkan sesuatu yang indah. Saya bekerja sama dengan mereka hingga saya bisa melaksanakan tugas hingga berakhirnya masa jabatan itu. Dalam hal ini, sinergi itu terbentuk, akan tetapi saya menyadari bahwa saya masih kurang mampu bersinergi dengan orang-orang yang tidak sejalan dengan saya. Bisa tidaknya saya bersinergi masih dipengaruhi oleh suasana hati saya atau suasana hati mereka. Mempelajari habit keenam ini membantu saya bagaimana seharusnya saya bersinergi dengan orang lain. Saya masih kurang dalam bersinergi sehingga dengan mengetahui ini, saya belajar meningkatkan kemampuan dalam bersinergi dengan orang yang sama sekali berbeda dengan saya. Saya merasa tidak mudah bersinergi dengan orang yang sama sekali berbeda dengan saya, tetapi dengan mempelajari habit ke enam ini saya bisa melakukannya dengan baik dengan memperhatikan poin-poin penting dalam bersinergi dengan orang lain. 7. Asahlah gergaji Asahlah gergaji menunjuk pada kemampuan seseorang memperbaharui pikiran, kemampuan, cara dan seterusnya demi semakin berkembangnya diri orang tersebut. Proses memperbaharui ini pertamatama dimulai dari pengetahuan mengenai diri sendiri. Pengetahuan mengenai diri sendiri juga butuh pembaharuan terus menerus sehingga apa yang dipikirkan tentang diri sendiri sesuai dengan kenyataan. Pengetahuan akan diri sendiri ini membantu seseorang mengukur dirinya sejauh mana ia telah berkembang atau seperti apa dirinya sekarang ini. Setelah kemampuan terus mengembangnkan diri ini berjalan dengan baik, maka tahap selanjutnya adalah memperbaharui pemikiran atau paradigma tentang orang lain. Orang lain juga selalu memperbaharui diri. Pemikiran seperti ini yang hendaknya tertananm dalam diri seseorang yang mampu selalu mengembangkan dirinya. Orang lain terus berkembang sehingga orang yang dahulu pemarah sekarang bisa menjadi seorang yang sabar. Untuk mengikuti perkembangan mereka dan untuk bisa hidup dengan mereka, maka paradigma yang pernah tertanam dalam pikiran seseorang mesti juga diperbaharui sehingga sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada saat itu. Kemampuan memperbaharui diri dan memperbaharui paradigma terhadap orang lain ini penting bagi kehidupan manusia agar mereka tidak salah langkah.



Berkaitan dengan habit terakhir ini, saya menemukan bahwa memang manusia mesti selalu memperbaharui pengetahuan dan cara-cara mereka menghadapi sesuatu. Ada banyak contoh yang bisa saya temukan dalan kehidupan ini. Misalnya beberapa tahun yang lalu, orang di kampung-kampung hanya menggunakan surat atau pemberitahuan lisan lewat orang ketiga jika ingin berkomunikasi dengan mereka yang terpisah oleh jarak yang jauh. Sekarang setelah beberapa tahun berlalu, orangorang di kampung sudah mengenal pula yang namanya handphone. Mereka tinggal menekan nomor yang hendak mereka tuju dan kemudian berbicara dengan lawan teleponnya yang bisa beratus-ratus kilometer jauhnya. Demikian pula dengan orang lain. Saya pernah mengenal seseorang yang cukup lama bergulat dengan ilmu hitam tetapi karena satu dan lain hal, dia berubah menjadi orang yang baik dengan melepaskan ilmu-ilmu hitam yang ia pernah miliki. Jika saya terus menganggapnya seram karena ilmu hitam yang pernah ia miliki, tentu ini sudah tidak seperti kenyataan yang sekarang terjadi. Memang pernah ia memiliki ilmu hitam tetapi sekarang ia sudah menjadi orang yang baik, sehingga saya juga mesti memperbaharui paradigma saya tentang orang itu, sehingga saya bisa hidup di masa sekarang.



Belajar mengenai tujuh kebiasaan yang bisa mengubah hidup seseorang menjadi awal bagi saya untuk berlatih menerapkan ketujuh kebiasaan itu. Saya membayangkan betapa berharganya hidup ini jika saya gunakan dengan baik, terutama dengan kemampuan menerapkan ketujuh kebiasaan yang mengubah hidup ini. Saya masih terus berusaha setapak demi setapak demi berubah dan berharganya karunia Tuhan yang begitu bernilai ini.