Pidato Puasa Sunah Dan Wajib [PDF]

  • Author / Uploaded
  • duta
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Novita Sari Latifah Kelas : VIII-D Absen : 25



Pidato Tentang Puasa Sunnah Assalamualaikum Wr. Wb. Kaum muslimin muslimat serta para undangan sekalian yang kami hormati, mari kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT karena pada pagi yang cerah ini kita diberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga dapat berkumpul di sini tanpa ada halangan suatu apapun. Hadirin sekalian yang berbahagia, selain diperintahkan untuk melaksanakan puasa wajib, kita juga dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah. Cara mengerjakannya sama seperti melaksanakan puasa ramadhan, yaitu dimulai dari trbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Dalam pelaksanaan puasa sunnah ini dikaitkan dengan bulan, hari, dan tanggal. Puasa sunnah ini apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala, namun jika tidak dikerjakan tidak akan berdosa. Ada berbagai macam puasa sunnah yaitu puasa Syawal, puasa Arafah (tanggal 9 Dzulhijah) dan puasa hari Senin Kamis. Puasa syawal dilaksanakan sesudah tanggal 1Syawal selama enam hari. Boleh dikerjakan berturut-turut atau berselang-seling. Puasa Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah yaitu ketika orang yang melaksanakan ibaadah haji sedang wukuf dipadang Arafah. Keistimewaan puasa Arafah adalah bahwa puasa ini dapat menghapus dosa selama dua tahun. Di dalam sebuah hadis: Artinya: Dai Abu Qatadah, nabi saw., telah berkata, puasa hari arafah itu menghapuskan dosa dua tahun: satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang. (H.R. Muslim). Itulah keistimewaan puasa ini. Sedangkan puasa Hari Senin Kamis adalah puasa sunnahyang dilaksanakan pada hari Senin dan Kamis. Dalam sebuah Hadis: Artinya: Rasulullah bersabda: ditempakan aal-amal umatku pada hari senin dan kamis dan aku senang amalku ditempakan, maka aku berpuasa.. (H.R. Ahmad dan at-Tirmidzi) Tapi ada beberapa waktu yang diharamkan untuk berpuasa yaitu yang pertama adalah pada hari raya Idul fitri dan Idul Adha, hari tasyrik tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijah. Selain itu diharamkan juga berpuasa pada hari-hari yang diragukan. Di sini maksudnya adalah misalnya kita ragu apakah hari itu sudah tanggal 1 ramadhan atau belum. Allah SWT memerintahkan kita berpuasa, tentu saja ada hikmah di dalamnya. Diantaranya adalah dengan berpuasa, kita dapat meningkatkan iman dan takwa serta mendorong kita untuk rajin bersyukur kepada Allah SWT. Yang kedua, puada juga menumbuhkan rasa solidaritas terhadap sesama terutama kasih sayang terhadap fakir miskin. Yang ketiga adalah bahwa berpuasa melatih dan mendidik kita untuk bersabar dalam kehidupan seharihari. Hikmah selanjutnya adalah bahwa berpuasa dapat mengendalikan hawa nafsu kita terhadam makanan, minuman,dan segala yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Selanjutnya, puasa juga mendidik kita untuk bersifat siddiq karena dengan berpuasa dapat menjaga diri dari sifat pendusta. Hikmah yang terakhir adalah dengan berpuasa, kita mendapatkan waktu istirahat bagi organ-organ tubuh kita. Hadirin yang berbahagia, saya kira cukup sekian dari saya. Semoga apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. Wassalamualaikum Wr. Wb.



Nama : Marfia Yogiana Kelas : VIII-D Absen : 21



Pidato Tentang Puasa Sunnah Assalamualaikum Wr. Wb. Kaum muslimin muslimat yang kami hormati, mari kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT karena pada pagi yang cerah ini kita diberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga dapat berkumpul di sini tanpa ada halangan suatu apapun. Hadirin sekalian yang berbahagia, selain diperintahkan untuk melaksanakan puasa wajib, kita juga dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah. Cara mengerjakannya sama seperti melaksanakan puasa ramadhan, yaitu dimulai dari trbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Dalam pelaksanaan puasa sunnah ini dikaitkan dengan bulan, hari, dan tanggal. Puasa sunnah ini apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala, namun jika tidak dikerjakan tidak akan berdosa. Ada berbagai macam puasa sunnah yaitu puasa Syawal, puasa Arafah (tanggal 9 Dzulhijah) dan puasa hari Senin Kamis. Puasa syawal dilaksanakan sesudah tanggal 1Syawal selama enam hari. Boleh dikerjakan berturut-turut atau berselang-seling. Puasa Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah yaitu ketika orang yang melaksanakan ibaadah haji sedang wukuf dipadang Arafah. Keistimewaan puasa Arafah adalah bahwa puasa ini dapat menghapus dosa selama dua tahun. Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, َ‫صإحيِمحا‬ ‫ب لذهد إمبثدل ذماَ ذكاَذن يذبعذمدل دمإقيِمماَ ذ‬ ‫ دكتإ ذ‬، ‫ض اَبلذعببدد أذبو ذساَفذذر‬ ‫إإذذاَ ذمإر ذ‬ “Jika seorang hamba itu sakit atau bepergian maka dicatat untuknya (pahala) sebagaimana (pahala) amalnya yang pernah dia lakukan ketika di rumah atau ketika sehat.” (HR. Bukhari 2996). Sedangkan puasa Hari Senin Kamis adalah puasa sunnahyang dilaksanakan pada hari Senin dan Kamis. Dalam sebuah Hadis: Artinya: Rasulullah bersabda: ditempakan aal-amal umatku pada hari senin dan kamis dan aku senang amalku ditempakan, maka aku berpuasa.. (H.R. Ahmad dan at-Tirmidzi) Tapi ada beberapa waktu yang diharamkan untuk berpuasa yaitu yang pertama adalah pada hari raya Idul fitri dan Idul Adha, hari tasyrik tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijah. Selain itu diharamkan juga berpuasa pada hari-hari yang diragukan. Di sini maksudnya adalah misalnya kita ragu apakah hari itu sudah tanggal 1 ramadhan atau belum. Allah SWT memerintahkan kita berpuasa, tentu saja ada hikmah di dalamnya. Diantaranya adalah dengan berpuasa, kita dapat meningkatkan iman dan takwa serta mendorong kita untuk rajin bersyukur kepada Allah SWT. Yang kedua, puada juga menumbuhkan rasa solidaritas terhadap sesama terutama kasih sayang terhadap fakir miskin. Yang ketiga adalah bahwa berpuasa melatih dan mendidik kita untuk bersabar dalam kehidupan seharihari. Hikmah selanjutnya adalah bahwa berpuasa dapat mengendalikan hawa nafsu kita terhadam makanan, minuman,dan segala yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Selanjutnya, puasa juga mendidik kita untuk bersifat siddiq karena dengan berpuasa dapat menjaga diri dari sifat pendusta. Hikmah yang terakhir adalah dengan berpuasa, kita mendapatkan waktu istirahat bagi organ-organ tubuh kita. Hadirin yang berbahagia, saya kira cukup sekian dari saya. Semoga apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua. Wabillaahi taufik walhidaayah wassalaamu'alaikum warahmatullahi wr wb



Nama : Ruwina Dian S Kelas : VIII-D Absen : 29 Keutamaan Puasa Senin dan Kamis" Assalamualaikum Wr. Wb. Kaum muslimin muslimat yang kami hormati, mari kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT karena pada pagi yang cerah ini kita diberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga dapat berkumpul di sini tanpa ada halangan suatu apapun. Di kalangan kaum muslimin pada umumnya ada beberapa hari, bulan, atau pun waktu-waktu tertentu yang diyakininya memiliki keistimewaan tersendiri. Salah satunya adalah puasa Senin dan Kamis. Puasa senin kamis sendiri memiliki beberapa keutamaan, Pertama, puasa senin kamis termasuk puasa sunah yang menjadi kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan, ‫صنلىَّ ن‬ ‫س‬ ‫اد ذعلذبيِإه ذوذسلنذم يذتذذحنرىَّ ذ‬ ‫ذكاَذن اَلننبإيي ذ‬ ‫صبوذم اَإلبثنذبيِإن ذواَلذخإميِ إ‬ “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan puasa di hari senin dan kamis. (HR. Turmudzi 745 dan dishahihkan Al-Albani).” Karena itu selayaknya bagi seorang muslim untuk melakukan kebaikan dalam kehidupan sehari-harinya. Sebab amal manusia akan diperiksa dan dipertanggungjawabkan. Maka ada baiknya ketika hari diperiksanya amal manusia yaitu pada hari Senin dan Kamis, hendaknya melakukan puasa. Karena dengan berpuasa, kita senantiasa terjaga dari hal-hal kemaksiatan dan kita semakin dekat dengan Allah. Kedua yaitu pahala tetap mengalir, sekalipun tidak puasa. Bagian ini untuk memotivasi kita agar istiqamah dalam menjalankan amal sunah. Ketika anda memiliki kebiasaan amalan sunah tertentu, baik bentuknya shalat, puasa, atau amal sunah lainnya, dan anda tidak bisa melakukannya karena udzur sakit atau safar, maka anda akan tetap mendapatkan pahala dari rutinitas amal sunah yang anda kerjakan. Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, َ‫صإحيِمحا‬ ‫ب لذهد إمبثدل ذماَ ذكاَذن يذبعذمدل دمإقيِمماَ ذ‬ ‫ دكتإ ذ‬، ‫ض اَبلذعببدد أذبو ذساَفذذر‬ ‫إإذذاَ ذمإر ذ‬ “Jika seorang hamba itu sakit atau bepergian maka dicatat untuknya (pahala) sebagaimana (pahala) amalnya yang pernah dia lakukan ketika di rumah atau ketika sehat.” (HR. Bukhari 2996). Untuk itu, carilah amal sunah yang ringan, yang memungkinkan untuk anda lakukan secara istiqamah sampai akhir hayat, selama fisik masih mampu menanggungnya. Karena amal yang istiqamah meskipun sedikit, lebih dicintai Allah, dari pada banyak namun hanya dilakukan sekali dua kali. Hadirin Rahimakumullah.. Ketiga, hari dibukanya pintu-pintu surga, Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW, bersabda: “Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun akan diampuni dosa-dosanya, kecuali seseorang yang antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan. Lalu dikatakan, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai” (HR. Muslim). Keempat, Senin merupakan hari kelahiran dan diutusnya Nabi Muhammad, Menurut riwayat muslim yang diterima dari Abu Qatadah, pernah ditanyakan kepada Rasulullah SAW, tentang puasa hari Senin, maka Rasulullah menjawab; “Itulah hari aku dilahirkan, aku dibangkitkan menjadi Rasul dan Al-Qur’an diturunkan kepadaku”(HR. Muslim). Maka sebagai umat Muhammad seharusnya memuliakan dan mengagungkan hari kelahiran beliau dengan cara berpuasa sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah. Kelima, keutamaan lain yang dimiliki hari kamis,



Dalam hadits riwayat Ibnu Jarir, dari Abu Bakar ra., bahwa Rasulullah SAW, bersabda: “Allah menciptakan bumi pada hari Ahad dan Senin, Dia menciptakan gununggunung pada hari Selasa. Dia menciptakan kota-kota, makanan, kekuatan, sungaisungai, kemakmuran dan kerusakannya pada hari Rabu. Dan Dia menciptakan langit dan malaikat pada hari Kamis sampai tiga saat – maksudnya dari hari Jumat”. Beliau juga menyukai keluar untuk bepergian pada hari Kamis. Sebagaimana menurut Malik bin Ka’ab, mengatakan: “Beliau suka pergi pada hari Kamis, kecuali untuk perang”(HR. Ahmad dan Bukhari) Berdasarkan hadits-hadits di atas maka disunnahkan bagi seorang muslim untuk berpuasa pada hari Senin dan Kamis sebagai puasa tathawwu’(sunnah). Pada intinya puasa memiliki hikmah dan keutamaan yang bisa diperoleh manusia, di mana pada akhirnya puasa dapat mengantarkan pelakunya kepada derajat takwa, sehingga ia akan selamat dari berbagai fitnah dan di akhirat. Hadirin yang saya hormati.. Pada akhirnya, apa yang saya paparkan tidak lebih hanya sebatas Ilmu yang diharapkan dapat bermanfaat untuk sahabat-sahabat sekalian, maka apabila ada kebenaran itu datangnya murni dari Allah SWT., dan apabila masih banyak kesalahan itu murni datangnya dari diri saya sendiri. Wallahu’alam Bish Shawwab. Wallahul muwwafiq illa aqwamith thariq Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.



Puasa Sunnah Assalamualaikum Wr. Wb. Kaum muslimin muslimat serta para undangan sekalian yang kami hormati, mari kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT karena pada pagi yang cerah ini kita diberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga dapat berkumpul di sini tanpa ada halangan suatu apapun. Puasa merupakan salah satu amalan yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala yang mana Allah menjanjikan keutamaan dan manfaat yang besar bagi yang mengamalkannya, Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫صبوإم أذذحإددكبم‬ ‫ ذواَل ص‬.‫ فذإ إننهد إلي ذوأذذناَ أذبجإزيِ بإإه‬.‫صذيِاَذم‬ ‫ فذإ إذذاَ ذكاَذن يذبودم ذ‬.‫صذيِاَدم دجننةة‬ ‫ دكيل ذعذمإل اَببإن آذدذم لذهد إل اَل إ‬:‫ذقاَذل اد ذعنز ذوذجلل‬ ‫ب‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫ذفلَ يذبرفد ب‬ ‫د‬ ‫ذ‬ ‫ص‬ ‫صذخ ب‬ ‫ث ذول يذ ب‬ .‫س دمذحنمدد بإيِذإدإه‬ ‫صاَئإةم – ذمنرتذبيِإن – ذواَلإذيِ نذف د‬ ‫ إإني ذ‬:‫ فذليِذقبل‬،‫ فذإ إبن ذشاَتذذمهد أذحةد أبو ذقاَتذلده‬.‫ب ذول يذبجهذبل‬ ‫طذر فذإرذح بإفإ ب‬ ‫صاَئإإم أذ ب‬ ‫ إإذذاَ أذبف ذ‬:َ‫صاَئإإم فذبرذحذتاَإن يذبفذردحهدذما‬ ‫لذذخلدبو د‬ َ‫ ذوإإذذا‬.‫طإرإه‬ ‫ ذوإلل ن‬.ْ‫ح اَلإمبسك‬ ‫ف فذإم اَل ن‬ ‫طيِذ د‬ ‫ب إعبنذد اإ يذبوذم اَلقإذيِاَذمإة إمبن إربي إ‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬ ‫صبوإمإه‬ ‫لقإذي ذربنهد فإرذح بإ ذ‬ “Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, puasa adalah perisai, maka apabila salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah ia berkata-kata keji, dan janganlah berteriak-teriak, dan janganlah berperilaku dengan perilakunya orang-orang jahil, apabila seseorang mencelanya atau menzaliminya maka hendaknya ia mengatakan: Sesungguhnya saya sedang berpuasa (dua kali), demi Yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah pada hari kiamat dari wangi kesturi, dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan yang ia berbahagia dengan keduanya, yakni ketika ia berbuka ia berbahagia dengan buka puasanya dan ketika berjumpa dengan Rabbnya ia berbahagia dengan puasanya.” (HR Bukhari, Muslim dan yang lainnya) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ‫ ذوبجهذهد ذعإن اَلذناَإر ذسببإعبيِذن ذخإربيفاَ م‬،‫كْ اَليِذبوإم‬ ‫ل يذ د‬. ‫ بإذذلإ ذ‬،‫ا‬ ‫ إل ذباَذعذد د‬.‫صبودم ذعببةد يذبومماَ إفي ذسبإبيِإل ا‬ “Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah kecuali Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka (dengan puasa itu) sejauh 70 tahun jarak perjalanan.” (HR. Bukhari Muslim dan yang lainnya) Sebagaimana jenis ibadah lainnya maka puasa haruslah didasari niat yang benar yakni beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata-mata serta dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Secara Syar’i makna puasa adalah “menahan diri dari makan, minum dan jima’ serta segala sesuatu yang membatalkannya dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala” , Maka jika seseorang menahan diri dari makan dan minum tidak sebagaimana pengertian di atas atau menyelisihi dari apa yang menjadi tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tentu saja ini merupakan hal yang menyimpang dari syariat, termasuk perbuatan yang sia-sia dan bahkan bisa jadi mendatangkan kemurkaan Allah subhanahu wa ta’ala, Penyimpangan yang bisa terjadi diantaranya: 1. Berpuasa tidak dalam rangka beribadah kepada Allah Semisal seseorang yang berpuasa karena hendak mendapatkan bantuan dari jin/syaitan berupa sihir atau yang lainnya, atau bernazar puasa kepada selain Allah, maka perbuatan ini termasuk kesyirikan yang besar karena memalingkan ibadah kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala. Adapun seseorang yang berpuasa semata-mata karena alasan kesehatan, walaupun hal ini boleh-boleh saja akan tetapi ia keluar dari pengertian puasa yang syar’i sehingga tidaklah ia termasuk orang yang mendapatkan keutamaan puasa sebagaimana yang dijanjikan Allah subhanahu wa ta’ala. 2. Menyelisihi tata cara Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, diantaranya:  Mengkhususkan tata cara tertentu yang tidak dituntunkan oleh Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam, semisal puasa mutih (menyengaja menghindari makan daging atau yang lainnya), puasa sehari semalam tanpa tidur atau tanpa berbicara dengan menganggap hal ini memiliki keutamaan dan yang lainnya.  Mengkhususkan waktu tertentu yang tidak dikhususkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semisal mengkhususkan puasa pada hari atau bulan tertentu tanpa dalil dari al-Qur’an dan sunnah, ataupun mengkhususkan jumlah hari yang tidak dikhususkan dalam syariat.



Maka seyogyanya kaum muslimin menahan diri dari beribadah tanda dasar ilmu atau tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebuah hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫س ذعلذبيِإه أذبمدرذناَ فذهدذو ذردد‬ ‫ذمبن ذعإمذل ذعذملَم لذبيِ ذ‬ “Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami maka tertolak.” (HR. Muslim) Maka berikut ini adalah beberapa jenis puasa yang dianjurkan di dalam Islam di luar puasa yang wajib (Puasa Ramadhan) berdasarkan dalil-dalil yang syar’i, semoga kita diberi kemudahan untuk mengamalkannya berdasarkan ilmu dan terhindar dari perkaraperkara yang menyelisihi syariat Allah subhanahu wa ta’ala sehingga kita dapat memperoleh berbagai keutamaan dari apa-apa yang dijanjikan Allah subhanahu wa ta’ala. Puasa-puasa Sunnah yang Dituntunkan Dalam Islam 1. Puasa 6 hari pada bulan Syawwal Dari Abu Ayyub Al-Anshory bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫صذيِاَإم اَلندبهإر‬ ‫صاَذم ذرذم ذ‬ ‫ذمبن ذ‬ ‫ ذكاَذن ذك إ‬.‫ ثدنم أذبتبذذعهد إسملتاَ إمبن ذشنواَل‬.‫ضاَذن‬ “Barang siapa berpuasa Ramadhan, kemudian melanjutkan dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal, maka seperti ia berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫صذيِاَدم اَلنسنذإة‬ ‫ فذذذلإ ذ‬،‫صذيِاَدم إستنإة أذنياَدم بذبعذدهد بإذشبهرين‬ ‫صذيِاَدم ذشبهإر ذرذم ذ‬ ‫كْ إ‬ ‫ ذو إ‬،‫ضاَذن بذعبشرإة أذبشهددر‬ ‫إ‬ “Puasa pada bulan Ramadhan seperti berpuasa sepuluh bulan , dan puasa enam hari setelahnya seperti berpuasa selama dua bulan, maka yang demikian itu (jika dilakukan) seperti puasa setahun.” (Hadits shahih Riwayat Ahmad) Catatan:  Puasa Syawal tidak boleh dilakukan pada hari yang dilarang berpuasa di dalamnya, yakni pada hari Idul Fitri.  Puasa tersebut tidak disyaratkan harus berurutan, sebagaimana kemutlakan hadits –hadits di atas, akan tetapi lebih utama bersegera dalam kebaikan.  Jika ada kewajiban mengqodo’ puasa Ramadhan maka dianjurkan mendahulukan qodo baru kemudian berpuasa Syawal 6 hari sebagaimana hadits dari Abu Ayyub Al-Anshori di atas. 2. Puasa pada hari Arafah bagi yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫صذيِاَم ديذبوإم ذعذرفذةذ أبحتذإس د‬ ‫إ‬ ‫ ذواَلنسنذةذ اَللإتي بذبعذدهد‬.‫ب ذعذلىَّ اإ أذبن يدذكفصذر اَلنسنذةذ اَلنإتي قذببلذده‬ “Puasa pada hari Arofah, aku berharap kepada Allah agar mengampuni dosa-dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim) Catatan:  Adapun bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah haji, maka yang lebih utama adalah tidak berpuasa pada hari Arofah sebagaimana yang diamalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya. 3. Puasa pada hari Asyura’ (10 Muharrom) dan sehari sebelumnya Dari Abu Qotadah bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫ب ذعذلىَّ اإ أذبن يدذكفصذر اَلنسنذةذ اَلنإتي قذببلذهد‬ ‫ أذبحتذإس د‬،‫صذيِاَدم يذبوإم ذعاَدشوذراَذء‬ ‫ذو إ‬ “Puasa pada hari ‘Asyuro’, aku berharap kepada Allah agar mengampuni dosa-dosa setahun yang telah lalu.” (HR. Muslim) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫لذئإبن بذقإبيِ د‬ ‫صبوذمنن اَلذتاَإسذع‬ ‫ت إإذلىَّ ذقاَبإدل لذ د‬ “Sungguh jika aku masih hidup sampai tahun depan aku akan berpuasa pada hari yang kesembilan.” (HR. Muslim) Catatan:  Adapun berpuasa pada hari yang ke sebelas maka dalilnya sangat lemah, sehingga tidak bisa dijadikan sandaran. 4. Memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata: ‫فذذماَ ذرأذبي د‬. ‫صذيِاَمماَ إمبنهد إفي ذشبعذباَذن‬ ‫صذيِاَذم ذشبهدر إإل ذرذم ذ‬ ‫ت ذردسبوذل اإ ذ‬ ‫ ذوذماَ ذرأذبيتدهد أذبكثذذر إ‬،‫ضاَذن‬ ‫صنلىَّ اد ذعلذبيِإه ذوذسلنذم اَإبستذبكذمذل إ‬ “Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan tidaklah saya melihat beliau memperbanyak



puasa dalam suatu bulan seperti banyaknya beliau berpuasa pada bulan sya’ban.” (HR. Bukhari) Catatan:  Adapun mengkhususkan puasa atau amalan lainnya pada nisfu sya’ban (pertengahan sya’ban), maka hal ini tidak ada tuntunannya dalam syariat, karena dalil-dalil yang ada sangat lemah dan bahkan ada yang maudhu (palsu).  Hendaknya tidak berpuasa pada hari syak (hari yang meragukan apakah sudah masuk ramadhan atau belum), yakni sehari atau dua hari pada akhir Sya’ban, kecuali bagi seseorang yang kebetulan bertepatan dengan puasa yang biasa dilakukannya dari puasa-pusa sunnah yang disyariatkan semisal puasa dawud atau puasa senin kamis. 5. Memperbanyak Puasa Pada Bulan Muharrom Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫صلَةد اَللذبيِإل‬ ‫ضدل اَل ن‬ ‫ضدل اَل ص‬ ‫ضإة ذ‬ ‫صلَإة بذبعذد اَلفذإربي ذ‬ ‫ ذشبهدر اإ اَبلدمذحنردم ذو أبف ذ‬،‫ضاَذن‬ ‫ بذبعذد ذرذم ذ‬،‫صذيِاَإم‬ ‫أبف ذ‬ “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yakni bulan Muharrom, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR. Muslim) 6. Puasa Hari Senin dan Kamis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫صاَئإةم‬ ‫س فذأ دإح ي‬ ‫تدبعذر د‬ ‫ض ذعذمإلي ذوأذذناَ ذ‬ ‫ب أذبن يدبعذر ذ‬ ‫ض اَلذبعذماَدل يذبوذم اَلبثنذبيِإن ذواَبلذخإمبيِ إ‬ “Amal-amal ditampakkan pada hari senin dan kamis, maka aku suka jika ditampakkan amalku dan aku dalam keadaan berpuasa.” (Shahih, riwayat An-Nasa’i) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang puasa pada hari senin, beliau bersabda: ‫ ذويذبوةم بدإعبث د‬.‫ت فإبيِإه‬ ‫ك يذبوةم دولإبد د‬ (‫ي فإبيِإه‬ ‫ذذاَ ذ‬ ‫ت )أذبو أذبنإزذل ذعلذ ن‬ “Ia adalah hari ketika aku dilahirkan dan hari ketika aku diutus (atau diturunkan (wahyu) kepadaku ).” (HR. Muslim) 7. Puasa 3 hari setiap bulan Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, ‫ ذوأذبن أذبوتذر قذببذل أذبن أذذناَذم‬،َّ‫ضذحى‬ ‫ ذوذربكذعذتىَّ اَل د‬،‫صذيِاَإم ذثلَثذإة أذنياَدم إمبن دكصل ذشبهدر‬ ‫صنلىَّ ا دذعلذبيِإه ذوذسلنذم بإذثلَ د‬ ‫صاَإنىَّ ذخلإبيِإلىَّ ذ‬ ‫أبو ذ‬ ‫ إ‬:‫ث‬ “Kekasihku, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Mewasiatkan kepadaku tiga perkara: puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat shalat dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari Muslim) Lebih dianjurkan untuk berpuasa pada hari baidh yakni tanggal 13, 14 dan 15 bulan Islam (Qomariyah). Berdasarkan perkataan salah seorang sahabat radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‫ ذثلَ ذ‬:‫ض‬ ‫س‬ ‫صنلىَّ ا دذعلذبيِإه ذوذسلنذم أذبن نذ د‬ ‫ ذوذخبم ذ‬، ‫ ذو أذبربذذع ذعبشذرةذ‬،‫ث ذعبشذرذة‬ ‫أذذمذرذناَ ذردسبودل اإ ذ‬ ‫صبوذم إمذن اَلنشبهر إذثلَثذةذ أذنياَإم اَلبذبيِ إ‬ ‫ب‬ ‫ذعشذرةذ‬ “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk berpuasa pada tiga hari ‘baidh’: tanggal 13, 14 dan 15.” (Hadits Hasan, dikeluarkan oleh An-nasa’i dan yang lainnya) 8. Berpuasa Sehari dan Berbuka Sehari (Puasa Dawud ‘alaihis salam) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫ ذكاَذن يذذناَدم نإ ب‬:‫صلَةد ذداَدوذد‬ ،‫ ذويذدقودم ثدلدثذهد ذويذذناَدم دسددذسده‬،‫ف اَلليِل‬ ‫ب اَل ن‬ ‫ ذوأذح ي‬،‫صذيِاَدم ذداَدوذد‬ ‫أذح ي‬ ‫ب اَل ص‬ ‫ص ذ‬ ‫صلَإة إإذلىَّ اإ ذ‬ ‫صذيِاَإم إلىَّ اإ إ‬ (‫صبودم يذبومماَ )متفق عليِه‬ ‫ذوذكاَذن يدبفإطدر يذبومماَ ذويذ د‬ “Puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Nabi Dawud, dan shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Dawud, adalah beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya, adalah beliau berbuka sehari dan berpuasa sehari.” (Muttafaqun ‘alaihi) Beberapa Hal yang Terkait Dengan Puasa Sunnah  o



Boleh berniat puasa sunnah setelah terbit fajar jika belum makan, dan minum serta tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, berbeda dengan puasa wajib maka niatnya harus dilakukan sebelum fajar. o Seseorang yang berpuasa sunnah diperbolehkan membatalkan puasanya jika ia menghendaki, dan tidak ada qodho atasnya. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dia berkata: ‫صنلىَّ ا دذعلذبيِإه ذوذسلنذم ذذاَ ذ‬ ‫ ثدنم‬، ( ‫صاَئإةم‬ ‫ ) فذإ إإنىَّ إإمذاَ ذ‬:‫ ذقاَذل‬.‫ ل‬:َ‫) هذبل إعبنذددكبم ذشبيةء ؟ ( فذقدبلذنا‬:‫ت يذبودم فذذقاَذل‬ ‫ي ذردسبودل اإ ذ‬ ‫ذدذخذل ذعلذ ن‬ ‫د‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬ ‫ب‬ ‫د‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬ ‫د‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬ ‫ب‬ ‫ب‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬ ‫ فلقد أ ب‬،‫ ) أرينبيِإه‬:‫ فقاَذل‬. ‫س‬ (‫ )رواَه مسلم‬.‫صاَئإمماَ ( فأكذل‬ ‫يِ لناَ ذحبيِ ة‬ ‫صبذبحت ذ‬ ‫ ذياَ ذردسبوذل اإ أهإد ذ‬:َ‫ فقلنا‬.‫أذذتاَذناَ يذبومماَ آخر‬



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu hari datang kepadaku kemudian berkata: “Apakah engkau memiliki sesuatu (dari makanan)?”, kemudian kami berkata: “tidak”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalau begitu saya berpuasa”, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang pada hari yang lain kemudian kami katakan: “Wahai Rasulullah sesungguhnya kami dihadiahi haisun (kurma yang dicampur minyak dan susu yang dihaluskan), maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bawalah kemari, sesungguhnya aku tadi berpuasa”, kemudian beliau memakannya (HR. Muslim)  o



Seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah sedangkan suaminya bersamanya kecuali dengan seijin suaminya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫صبودم اَبلذمبرأذةد ذوبذبعلدذهاَ ذشاَإهةد إإل بإإ إبذنإإه‬ ‫ل تذ د‬ “Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya menyaksikannya kecuali dengan seizinnya.” (HR. Bukhari Muslim)



Nama : Dwi Amelia Kelas : VIII-D Absen : 14



Hikmah Shaum Ramadan Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Besar Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, kepada para sahabat, para tabiin, semoga sampai kepada kita semua sehingga kita semua mendapat pertolongannya di hari kiamat. Aamiin. Dewan juri yang saya hormati,hadirin walhadirat yang dimuliakan Allah. Dalam kesempatan ini ijinkanlah saya membawakan tema” Hikmah Shaum Ramadhan” Allah memawajibkan umatnya untuk melaksanakan saum ramadhah sesuai dengan firmannya : ‘Audzubillahiminasyaithonirrojim bismillahirrahmanirrahim Ya ayyuhaladziina aamanuu kutiba ‘alaikummshuyaamu kamaa kutiba ‘alaladziina minqablikum la’allakum tattaquun. Kewajiban shaum telah Allah wajibkan sejak tahun ke 2 hijriyah, sesuai dengan namanya shaum ramadhan dilakukan tiap hari pada bulan ramadhan. Awal bulan ramadahan dapat diketahui dengan menyempurnakan bulan sya’ban 30 hari. Atau dengan Ru’yah hilal atau hisab. Shaum berarti menahan(imsyak) sedangkan menurut syara shaum ialah menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkanya shaum mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Shaum adalah menahan diri dari makanan dan minuman dan menaha hawa nafsu serta hal-hal yang dapat mengurangi pahala shaum. Menurut kesehatan shaum dapat menjadikan badan kita sehat sesuai dengan sabda Rasul “ bershauamlah maka kamu akan sehat”. Selain baik untuk kesehatan shaum mempunyai beberapa hikmah, diantaranya : 1.Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. 2.Meningkatnya penghayatan dan pengamalan agama islam. 3.Meningkatkan kesehatan mental terhadap gangguan kejiwaan. 4.Mendidik dalam pengendalian diri terhadap hal-hal buruk dan keji. 5.Menumbuhkan rasa kasih sayang kepada faqir miskin. 6.Membiasakan diri memelihara amanah. 7.Melatih kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ujian. Demikianlah uraian singkat Contoh Pidato tentang hikmah shaum ramadhan, semoga menjadi ilmu dalam rangka mengisi bulan ramadhan tahun ini. Sebelum berpisah ada pantun yang akan saya sampaikan, kalau ada sumur di lading boleh kita menumpang mandi, kalau ada umur yang panjang boleh kita berjumpa lagi. Ditutup dengan doa kafaratulmajlis subhanakallohumma wabihamdika astagfiruka waatubu ilaih. Hadanallah waiyyakum ajma’in billahi taufik walhidayah



Nama : Rizal Nafis Salman Kelas : VIII-B Absen : 27



Pidato Keutamaan Ramadhan Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah. Puja dan puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua sehingga kita masih berkesempatan untuk menunaikan salah satu kewajiban kita sebagai kaum Muslimin, yakni menjalankan ibadah Puasa di bulan suci Ramadhan. Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad, SAW. yang telah memberikan petunjuk kepada kita sehingga kita berada pada jalan yang di Ridhoi. Alhamdulillah kita masih bisa menjalankan ibadah Puasa sebagai salah satu dari rukun Islam. Ramadhan adalah bulan yang penuh nikmat dan berkah. Di bulan yang suci ini Allah AWT. memberikan kemurahan yang tak terhingga kepada kita berupa ampunan serta pensucian diri dari dosa-dosa yang telah kita perbuat. Mari kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai bulan dimana kita kian mendekat kepada Allah dan menjadi hamba-Nya yang sholeh dan sholihah. Dalam menjalani dan menghadapi awal bulan Ramadhan ini, ada pesan yang sangat penting dari Rasulullah SAW bagi kita semua. Beberapa abad silam, saat awal bulan Ramadhan tiba, Rasulullah berpidato di hadapan para sahabatnya sebagai berikut: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah mewajibkan atas kalian berpuasa. Pintu-pintu langit dibuka di bulan ini, pintu-pintu neraka jahim ditutup, syetan-syetan pengganggu dibelenggu. Di bulan ini terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa terhalangi dari kebaikan di dalamnya, maka ia telah terhalangi (mendapat kebaikan yang sempurna). (HR. Ahmad dan al-Nasa’i). Puasa mengajarkan kita untuk memahami akan banyak hal sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah. Dengan menahan lapar sepanjang hari kita akhirnya dapat mawas diri bahwa semua sajian makanan yang kita konsumsi setiap hari tidak lain adalah rizki yang diberikan oleh Allah SWT. terhadap kita. Tanpa kemurahan-Nya kita tidak akan bisa memakan dan meminum apa pun. Dengan menahan lapar, Allah membuka mata hati kita bahwa sesungguhnya masih banyak orang lain yang membutuhkan pertolongan kita. Para fakir miskin harus menjadi perhatian kita selaku umat yang bertaqwa. Berikan sedekah kepada mereka sebagai hak yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka melalui kita. Mari kita senantiasa mengingat akan perintah serta larangan Allah SWT. Mari kita meningkatkan nilai keimanan kita dengan terus melakukan ibadah dan menjauhi segala larangan-Nya. Bulan puasa adalah bulan yang agung, mari mensucikan tubuh dan fikiran kita agar kelak kita mendapatkan Syurga Allah.. Amin. Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah saya sampaikan dapat memberikan manfaat serta hidayah khususnya buat saya pribadi dan para hadirin sekalian. Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan kita ampunan dan senantiasa menempatkan kita pada jalan yang di ridhoi-Nya. Akhirukalam.. Wassalamualaikum Wr. Wb.



Nama : Fakhri Budi Mauliya Kelas : VIII-B Absen : 12



Keutamaan Bulan Rajab Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirobbil ‘alamin, Washolatuwassalamu ’ala asrofil anbiyai walmursalin, wa ‘ala ‘alihi wshobihi ajmain, ammaba’du. Yth : Bapak Kepala Sekolah. Bapak Guru Mapel Pendidikan Agama Islam Serta Bapak dan Ibu guru Bersama rekan-rekan saya sekalian yang saya hormati dan saya cintai. Tiada kata yang pantas untuk diucapkan kecuali memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufiq dan hidayahNYa kepada kita sekalian. Sehingga kita masih dapat menikmati anugerah terindahNYa berupa kesehatan serta oksigen yang kita hirup tanpa harus membayar sepersenpun. Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang benderang dengan yang kita harapkan syafaatNya besok di yaumil qiyamah. Amiin. Marhaban Ya Rajab. Bulan Rajab adalah bulan yang mulia dan agung, penuh barokah dan hikmah. Ibadah pada bulan ini dilipatgandakan oleh Allah, do’a- do’a diijabah, dan pintu taubat dibuka lebar-lebar, siap menerima siapapun juga yang hendak bertaubat kepada Allah SWT. Seperti yang diriwayatkan oleh Ali Imam Ibnu ‘Askir dari Abu Ummah RA bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda: “Ada lima malam yang tidak akan ditolak do’a do’a didalamnya, malam pertama bulan Rajab, malam nisfu sya’ban, malam jum’at, malam Idul fitri dan malam Idul Adha.” Dan cukup kiranya sebagai kemuliaan bulan ini dimana Allah ta’ala menjadikannya salah satu dari empat bulan yang dinamakan Asyhurul hurum (bulan yang terhormat). Sebagaimana dalam Al-Qur’an Allah berfirman yang artinya : “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah SWT ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan langit dan bmi, diantaranya empat bulan haram (mulya). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu. (QS. At-Taubah 36). Mengenai Asyhurul hurum ini Nabi Muhammad Saw telah menjelaskan kepada kita bahwa empat bulan tersebut adalah DzulQo’dah,Dzulhijjah,Muharram, dan Rajab. Allah telah mengkhususkan empat bulan, dimana Allah menjadikannya penuh kemulyaan, dosa dosa dibulan ini lebih besar daripada bulan lainnya, begitu pula amal sholeh dan pahala. Diantara kemuliaan yang ada didalam bulan Rajab adalah terkabulkannya do’a do’a hamba didalamnya, terutama pada malam pertamanya. Di bulan Rajab dianjurkan untuk istighfar dan bertaubat kepada Allah, meminta maaf sepenuh hati kepada hadirat illahi, agar benar benar diampuni dan didekatkan kepada-Nya. Selain istighfar, ibadah yang dianjurkan dilakukan dibulan Rajab adalah berpuasa, Paling sedikit puasa dibulan Rajab satu hari, yakni dihari pertama, puasa dalam bulan rajab hukumnya sunnah, sebagaimana dalam bulan-bulan mulya lainnya. Ibadah lain yang dianjurkan adalah membaca sholawat . Rasulullah Saw bersabda : “pada malam mi’raj, saya melihat sebuah sugai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air susu, dan lebih harum dari minya wangi,, lalu saya bertanya pada jibril a.s. : “Wahai Jibril untuk siapa sungai ini?” Maka Jibril berkata “Ya Muhammad, Sungai ini adalah untuk orang yang membaca shalawat untuk engkau dibulan Rajab ini.”” Ada lagi satu Amalan yang hendaknya kita ikuti dari Rasulullah Saw, yaitu berdo’a dibulan Rajab. Sebagaimana yang telah beliau ajarkan. Dari sahabat Anas bin Malik berkata, Rasulullah jika telah memasuki bulan rajab beliau banyak berdo’a:” Allahumma bariklana fi rajaba wa sya’bana wa ballighnaa ramadhana.” Yang artinya: “Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada kami di bulan Rajab, Sya’ban dan sampaikan kami pada bulan Ramadhan.” Demikian dari saya, semoga uraian ini bermanfaat, mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan. ‫ضاَ ذو اَبلإعذناَذية‬ ‫ذوإباَاإ تذبوفإبق واَبلإهذدذية ذواَلصر ذ‬ Wassalamu’alaikum Wr. Wb.